Dr. dr. Erlina Burhan MSc. Sp.P ( K ) eburhan@yahoo.com
Department of Pulmonology and Respiratory Medicine, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia
The burden of
MDR/XDR
Tuberkulosis Resisten Obat
MDR-TB adalah masalah
ulah manusia…
Masalah ini memakan
banyak biaya, jiwa,
daya dan adalah
ancaman besar
terhadap strategi penanggulangan TB
yang sedang berjalan pada saat ini.
Kasus:
N, 19 tahun
Date
Smear
result
Treatment
Resistance
July 2007 +++ HR H resistant Sept 2007 + HR October 2007 HRE HR resistant December 2007 + HRE, Added Moxifloxacin !HRE
resistantJanuary 2008 ++ HREMx
HR Mox
TB Resisten Obat: Definisi
• Mono-resistant: Resisten terhadap satu obat
• Poly-resistant: Resisten terhadap lebih dari satu obat, tapi tidak terhadap kombinasi isoniazid dan rifampisin
• Multidrug-resistant (MDR): Resisten terhadap paling sedikit isoniazid dan rifampisin
• Extensively drug-resistant (XDR): MDR ditambah resistensi terhadap fluoroquinolon dan paling tidak 1 dari 3 obat suntik (amikasin, kanamisin, kapreomisin)
• Total Drug Resitant ( TDR) : Resisten dengan semua obat yang ada
TB Resisten Obat: Definisi
• Resistensi primer: “Kasus Baru”
Resistensi obat pada pasien yg belum pernah mendapat OAT atau pernah mendapatkan OAT kurang dari satu bulan
• Resistensi sekunder/diperoleh (acquired):
“Kasus yg Pernah Diobati”
Resistensi obat pada pasien yg sudah pernah menjalani pengobatan OAT selama paling sedikit satu bulan
Faktor Pasien
• Tidak patuh, DO
• Malabsorbsi
• Reaksi terhadap adverse event dan efek samping
obat
• Masalah informasi,transportasi,biaya
• Masalah sosial
Faktor petugas kesehatan
• Salah rejimen atau dosis
• Pengobatan “in the dark” untuk kasus pengobatan
ulang: tidak ada uji resistensi, atau hasil yg terlambat
Kesalahan klinis: Menambah satu obat pada rejimen
yg gagal
• Tidak melakukan monitor
• Kurang waspada
Data dari Rumah sakit
– Potensi Resisten Obat terus mengalir
– 1-8% resep mengandung satu macam OAT saja
– 2-3% resep mengandung ciprofloxacin atau ofloxacin
– 40-47% pasien TB di Sumatra dan Kawasan Timur Indonesia diobati tidak sesuai dengan paduan DOTS
– 14.4% pasien TB dengan sudah pernah mendapat OAT sebelumnya
Standard 11: TB Resisten Obat ISTC edisi 2
• Penilaian kemungkinan resistensi obat, berdasar:– riwayat pengobatan sebelumnya,
– pajanan dgn sumber yg mungkin resisten obat, – dan prevalensi resistensi obat dalam masyarakat, harus diperoleh pada semua pasien.
• Pasien gagal pengobatan dan kasus kronik seharusnya selalu dipantau kemungkinan terjadi resistensi obat.
• Untuk pasien dengan kemungkinan resistensi obat, biakan dan uji sensitifiti obat terhadap isoniazid, rifampisin dan etambutol
Diagnosis MDR-TB
Diagnosis yg tepat dan pengobatan yg cepat untuk
MDR-TB didukung oleh:
•Pengenalan faktor risiko untuk MDR-TB
•Pengenalan kegagalan obat secara dini
•Uji sensitiviti obat (jika tersedia)
Mengenali faktor-faktor risiko:
• Riwayat pengobatan (faktor utama)
• Riwayat tidak patuh (non-adherence) atau putus
berobat (default)
• Penduduk dari daerah endemis MDR
• Pajanan dgn kasus atau orang yg diduga menderita
MDR-TB (TB yg “tidak bisa sembuh” atau yang
memerlukan pengobatan berulang)
• Infeksi HIV (di daerah-2 tertentu)
Pengenalan kegagalan obat secara dini:
• Batuk seharusnya membaik dalam waktu dua
minggu pertama setelah pengobatan
• Tanda-2 kegagalan: sputum tidak konversi,
batuk masih ada atau berulang, demam masih
berlanjut, keringat malam hari dan tidak ada
kenaikan berat badan
Diagnosis MDR : Laboratorium
Uji kepekaan obat seharusnya dilakukan bila:
• Ada faktor risiko utk MDR • Ada tanda gagal pengobatan
Hasil uji kepekaan obat dapat:
• Mengkonfirmasi diagnosis resistensi • Menjadi pedoman pilihan pengobatan
Di Indonesia: 7 laboratorium rujukan (2Jakarta, Surabaya. Bandung,Makasar, sanglah. medan)
Identifikasi MDR bisa memakan waktu beberapa minggu
Jika dugaan resistensi sangat kuat, kirimkan sampel ke laboratorium rujukan dan konsultasi dengan pakar
9 Kriteria Suspek
1. Kasus kronik atau gagal Kategori 2
2. Pasien TB tidak konversi pengobatan ulang (kategori 2) dibuktikan dengan informasi dari register TB atau rekam medik
3. Pasien TB yang pernah diobati, termasuk pemakaian OAT lini kedua seperti kuinolon dan kanamisin (pengobatan Non DOTS)
4. Pasien TB gagal pengobatan dengan kategori 1
5. Pasien TB dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah pemberian OAT sisipan pengobatan dengan OAT kategori 1
6. Pasien TB kambuh
7. Pasien TB yang kembali setelah lalai/default (setelah pengobatan kategori 1 dan atau kategori 2)
8. Suspek TB yang kontak erat dengan pasien TB-MDR, termasuk petugas kesehatan yang merawat pasien TB-MDR
S
TRATEGI
P
ENGOBATAN
MDR TB
• Pengobatan standarRegimen obat berdasarkan hasil DST.
Semua pasien mendapatkan regimen yang sama misalnya : 6Z- E-Km-Lfx-Eto-Cs/18 Z-E-Lfx-Eto-Cs • Pengobatan empiris
Regimen obat individual berdasarkan riwayat pengobatan terdahulu dan DST ,setelah hasil DST ada, rejimen kemudian disesuaikan
• Pengobatan individual
Regimen berdasarkan riwayat pengobatan terdahulu dan hasil DST. Paduan disesuaikan masing-masing pasien
Fase Intensif
• Ditentukan berdasarkan hasil BTA dan kultur • Lama minimal yang direkomendasikan:
– Diberikan setidaknya selama 6 bulan dengan paling sedikit 4 bulan sejak pasien menjadi BTA dan kultur (-)
Fase lanjutan
• Lanjutkan dengan 3 macam obat
Lama pengobatan keseluruhan
• Selesainya 18 bulan pengobatan setelah konversi
• Perpanjangan 24 bulan bisa dilakukan pada pasien dengan lesi paru yang berat dan luas
• Potensi: kurang
• Durasi pengobatan lebih lama (> 18bulan)
• Lebih toksik,banyak efek samping
• Lebih mahal
• Pemakaian yang tidak tepat:
– menammbah jumlah obat yg resisten !
– XDR !
Monitoring Recommended frequency Months of treatment
0 1 2 3 4 5 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Clinical evaluation (+ weight)
DOT Each encounter Sputum smear
Sputum culture Drug Sensitivity Testing*
Chest X-ray
Liver function test Renal Function Test (ureum, Creatinin, Uric acid)
Complete blood count Electrolytes (Na, K, Cl,
Mg) V V V V V V V V V V V V
TSH
HIV screening Pregnancy test
PMDT RS Persahabatan
Suspect finding
by ages & sex
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 M F M F M F M F M F M F M F M F <15 15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 >64 Unknown 0 3 84 71 187 152 188 123 158 96 95 51 31 15 0 3
Suspects based on previous
treatment history
13 318 502 175 62 21 7 3 2 31 0 100 200 300 400 500 600 0x 1x 2x 3x 4x 5x 6x 7x 8x UnknownSUSPECT criteria
0 100 200 300 400 1 2 3 4 5 6 7 8 9 237 56 72 161 114 385 186 12 3 Suspect criteria Suspect criteria:1. Chronic patient / cat 2 failure
2. Category 2 no conversion
3. Non DOTS patients (including history of 2nd line drugs) 4. Category 1 failure 5. Category 1 no conversion 6. Relaps cases 7. Defaulter 8. Symptomatic MDR TB close contact 9. TB HIV
MDR TB BY AGES AND SEX
0 1 14 25 48 51 54 37 27 25 22 10 3 1 0 0 0 10 20 30 40 50 60 M F M F M F M F M F M F M F M F <15 15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 >64 Unknown Age GroupTreatment outcome
82 2 35 24 2 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90Cure Complete Died Default Failure Treatment outcome
MDR /XDR TB: Gejala yang timbul
81.25% 56.25% 50% 56.25% 50% 31.25% 31.25%0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% GI discomfort Arthralgia Head ache Vertigo Malaise Insomnia Hearing disturbances Emotional disturbances Dermatitis Irregular of menstruation cycle
62% 39% 20% 14% 13% 12% 9% 8% 7% 5%
Efek Samping yang Dialami Pasien selama
Pengobatan TB MDR
Acara kebersamaan pasien dan diskusi kelompok dengan dengan Tim Ahli Klinis
Unsur Penting MDR-TB
• Pencegahan !!!
• Obati TB dengan tepat sesuai rekomendasi (berdasarkan
ISTC dan strategi DOTS)
• Jangan memakai obat lini kedua untuk kasus baru karena
efikasi lebih rendah dari obat lini pertama
• Pemantauan dengan uji mikrobiologi guna
penanggulangan TB secara optimal
• Lakukan Uji Kepekaan pada pasien yang mempunyai
risiko untuk resistensi obat
Terimakasih
A pessimist sees the difficulty in every opportunity: an optimist sees the opportunity in every difficulty.