• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

1.1. Morfologi Tanaman Jagung

Rukmana (2007) mengemukakan bahwa tanaman jagung termasuk jenis tumbuhan semusim (anual) termasuk kedalam rumput - rumputan dimana morfologi tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.

1. Akar

Akar tanaman jagung dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kondisi tanah yang pada kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada kondisi tanah yang subur dan gembur, jumlah akar tanaman jagung cukup banyak. Sementara pada tanah yang kurang baik akar yang tumbuh jumlahnya terbatas. Sistem perakaran tanaman jagung yang didukung dengan pengolahan tanah yang baik cenderung menghasilkan banyak akar. Daya sebar akar pada tanah sedalam 70 cm sebanyak 6 akar, Sedangkan pada kedalaman 50 cm meningkat 23 akar, bahkan pada kedalam 10 cm mencapai 68 akar. Pertumbuhan akar tanaman jagung pada umur 4 minggu mencapai kedalaman 45 cm dan di sekitar pangkal batang tanaman juga dipadati sejumlah akar dan cabang - cabang akar.

2. Batang

Batang tanaman jagung berbentuk bulat silindris, tidak berlubang dan beruas-ruas sebanyak 8-20 ruas. Jumlah ruas tersebut bergantung pada varietas jagung yang ditanam dan umur tanaman. Pertumbuhan batang tidak hanya memanjang, tetapi juga terjadi pertumbuhan ke samping atau membesar, bahkan batang tanaman jagung dapat tumbuh membesar dengan diameter sekitar 3-4 cm. Fungsi batang tanaman jagung yang berisi berkas - berkas pembuluh adalah sebagai media pengangkut zat-zat makan dari atas kebawah atau sebaliknya. Zat-zat makanan yang diserap oleh akar tanaman jagung berupa unsur - unsur hara yang diangkut keatas melalui berkas - berkas pembuluh menunju daun tanaman. Selanjutnya dengan proses asimilasi dengan bantuan matahari dan CO2 dihasilkan zat-zat makanan yang dikirim ke berbagai jaringan makanan. Tanaman jagung

(2)

tingginya sangat bervariasi, bergantung pada jenis atau varietas yang ditanam dan kesuburan tanah. Tinggi tanaman jagung berkisar antara 1 - 3 m dari atas permukaan tanah. Misalnya, jagung hibrida tingginya berkisar 1,5 - 2 m, dan jagung varietas genjah rata-rata 1 m bahkan ada yang lebih pendek.

3. Anakan

Tanaman jagung dapat menghasilkan anakan yang tumbuh pada buku (nodia) yang terletak dibawah tanah. Pada buku tersebut terdapat mata tunas yang isitirahat (dorman). Tunas yang dorman dapat tumbuh menjadi anakan, apabila keadaan lingkungan memenuhi syarat, misalnya kandungan lengas tanah dan curah hujan yang tinggi pada fase vegetatif. Oleh karena itu, tanaman jagung sebaiknya ditimbun dengan tanah untuk mengerungi atau menghidar tumbuhnya tunas - tunas kaki, sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung menjadi lebih baik.

4. Daun

Struktur daun tanaman jagung terdiri atas tangkai daun, lidah daun, dan telinga daun. Tangkai daun merupakan pelepah yang berfungsi untuk membungkus batang tanaman jagung. Sementara itu, lidah daun terletak di atas pangkal batang, serta telingga daun bentuknya seperti pita yang tipis dan memanjang. Daun jagung tumbuh melekat pada buku - buku batang. Struktur daun jagung terdiri atas tiga bagian, yaitu kelopak daun, lidah daun, dan helaian daun. Jumlah daun setiap tanaman jagung bervariasi antara 8 - 48 helai, namun pada umumnya berkisar antara 12 - 18 helai, bergantung pada varietas dan umur tanaman. Tanaman jagung berumur genjah biasanya memiliki jumlah daun sedikit. Sedangkan yang berumur panjang memiliki jumlah daun yang lebih banyak. Panjang daun bervariasi antara 30 - 150 cm, sedangkan lebarnya antara 5 - 15 cm, dengan tangkai atau pelepah daun antara 3 – 6 cm.

5. Bunga

Tanaman jagung berumah satu, yaitu bunga jantan terbentuk pada ujung batang dan bunga betina terletak dibagian tengah batang pada salah satu ketiak daun. Tanaman jagung bersifat protandry, yaitu bunga jantan matang lebih dahulu 1 - 2 hari dari pada bunga betina. Letak bunga jantan dan bunga betina terpisah,

(3)

sehingga penyerbukan tanaman jagung bersifat menyerbuk silang. Bunga jantan terbentuk pada saat tanaman sudah mencapai pertengahan umur. Bunga jantan biasanya lebih dahulu masak dari pada bunga betina, yaitu antara 1 - 3 hari sebelum bunga betina masak. Bunga betina disebut tongkol, selalu dibungkus oleh kelopak - kelopak bunga, jumlahnya sekitar 6 - 14 helai.

6. Buah dan Biji

Pertumbuhan sejak keluar bunga jantan sampai dengan masaknya biji disebut pertumbuhan generatif. Lamanya pertumbuhan generatif berlangsung antara 50 - 55 hari, bergantung pada jenis atau jagung dan kesuburan tanah. Setiap batang tanaman jagung idealnya dipelihara satu tongkol, bergantung pada varietas dan kesuburan pertumbuhan tanaman. Namun kadang-kadang ditemukan lebih dari satu tongkol pertanaman. Buah jagung terdiri atas tongkol, biji, dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi tergantung pada jenisnya. Pada umumnya biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok - kelok dan berjumlah antara 8 - 20 baris biji. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji, endosperm, dan embrio. Biji jagung merupakan organ tanaman generatif untuk memperbanyak tanaman.

Di Gorontalo varietas yang banyak dibudiyakan adalah jagung hibrida dan jagung lokal. Di antarnya Hibrida Bisi-2 dimana varitas ini merupakan varietas unggul nasional yang berproduksi tinggi dan Jagung Lokal Motorokiki dikarenakan varietas ini memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi.

1.2. Hama Penggerek Tongkol (H. armigera Hubner) 1.2.1. Ekologi Hama Penggerek Tongkol

Menurut Suharto (2007) hama ini tersebar di daerah tropis sebagian Afrika, Timur tenggah, India, Asia tenggah, dan Asia tenggara, Papua nugini, dan Kepualaun pasifik. Daerah Subtropik, Eropa selatan, Australia timur, dan Selendia baru. Sedangkan menurut Matheson et al. Memah dalam Abdullah (2011) hama ini diperkirakan berasal dari pulau Hawai kemudian masuk ke Amerika Utara dan tersebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Selanjutnya Kalshoven dalam

(4)

Abdullah (2011) menyatakan bahwa penyeberan hama ulat tongkol jagung dapat mencapai ketinggian 2000 mdpl dan populasi terbanyak ditemukan pada ketinggian 550 sampai 1000 mdpl. Imago betina akan meletakkan telur pada rambut - rambut jagung. Setelah menetas menjadi larva maka akan masuk kedalam tongkol dan akan memakan biji yang sedang berkembang, serangga polifag ini mempunyai mobilitas yang tinggi dan mampu berkembang menjadi resisten terhadap beberapa insektisida.

2.2.2 Morfologi dan Biologi Hama Pengerek Tongkol.

Kalshoven dalam Sarwono ( 2007) mengemukakan bahwa salah satu hama utama yang menyerang tanaman jagung disetiap sentra jagung maupun pengembangan adalah ulat penggerek tongkol (H. armiger Hubner). Telur diletakan secara single diatas rambut tongkol jagung, setelah menetas berpindah kebagian tanaman tongkol jagung yang masih muda dan akan memakan langsung biji - biji jagung. Dari telur stadia dewasa berupa kupu - kupu kecil berkisar 35 hari dan terbang mengisap madu dari bunga. Kehilangan hasil akibat serangan hama pengererk tongkol ini dapat mencapai 10%. Menurut Sembel dalam Abdullah (2011) bahwa hama pengerek tongkol akan mengalami metamorfosis sempurna diantaranya sebagai berikut:

a. Telur

Serangga hama H. armigera meletakkan telurnya satu persatu pada rambut jagung. Serangga betina dapat menhasilkan 1000 butir telur, bentuk telur agak bulat dengan ukuran panjang 0,49 mm dan lebar 0,99 mm. Telur yang baru diletakan berwarna putih dan akan berubah gelap apabila sudah menetas. Masa stadium telur antara 2 - 5 hari.

b. Larva

Stadia larva memilki warna yang bervariasi, ada yang hijau kekuningan, hijau kecoklatan, dan coklat tua kehitaman. Pada saat menetas menjadi larva, ukuran panjang tubuh larva 1,44 mm (Pracaya dalam Abdullah, 2011). Larva akan mengalami proses pergantian kulit sebanyak 4 - 5 kali dengan lama hidup sekitar 14 - 18 hari. Lama hidup instar pertama 2,5 hari, Instar kedua 2,6 hari, Instar

(5)

ketiga 3,0 hari, Instar keempat 4,3 hari dan instar kelima 5,0 hari. Pada instar ketiga biasnya larva akan bersifat kanibal.

c. Pupa.

Pupa terlihat bertubuh gemuk dan mengkilap serta mempunyai warna yang agak kemerahan atau coklat cerah. Pada masa ini serangga akan mengalami masa prapupa selama 1 – 4 hari. Ukuran tubuh memilki panjang 1,5 - 2,0 cm. Pupasi akan berlangsung ditanah dengan stadium pupa berkisar 12 – 14 hari.

d. Imago

Imago atau serangga dewasa H. armigera Biasanya aktif pada malam hari (noctural) dan tertarik akan cahaya lampu (Natawigena dalam Abdullah, 2011). Imago betina muncul sehari lebih dahulu dari imago jantan. Imago jantan dapat dibedakan dengan imago betina pada pola bercak-bercak berwarna pirang tua, sedangkan Ngengat jantan tidak mempunyai pola seperti itu. Nisbah kelamin jantan dan betina 1:1. Imago jantan memiliki warna cerah sampai suram sedangkan imago betina berwarna coklat cerah. Rentang sayap serangga dewasa berkisar 30 – 40 mm. Lama perkembangan sejak stadia telur sampai menjadi serangga dewasa 34 - 45 hari

a b

Sumber : Pabbage, et.al., 2007

Gambar 1. Larva penggerek tongkol (a) dan imago penggerek tongkol (b) 1.3. Intensitas Serangan

Kendala dalam budidaya tanaman jagung adalah adanya organisme pengganggu tanaman (OPT), kerusakan tanaman karena organisme pengganggu tanaman sangat beragam, berdasarkan pada gejala serangannya, kerusakan tanaman oleh serangan OPT dapat berupa kerusakan mutlak (atau dianggap

(6)

mutlak) dan tidak mutlak. Untuk menilai serangan OPT menyebabkan kerusakan mutlak atau dianggap mutlak adalah intensitas serangan atau derajat kerusakan tanaman yang disebabkan oleh OPT. Intensitas serangan dapat diamati dengan dua cara yaitu : intensitas serangan secara kuantitatif dalam persen bagian tanaman atau kelompok tanaman terserang dan intensitas serangan secara kualitatif yang di bagi menjadi empat kategori serangan diantaranya : ringan, sedang, berat dan puso. Adapun kategori serangan hama secara umum dapat digunakan pedoman adalah : intensitas serangan ringan adalah derajat serangan sampai dibawah 25%, intensitas serangan sedang adalah derajat serangan yang sama atau lebih besar dari 25% sampai dibawah 50%, intensitas serangan berat adalah derajat serangan yang sama atau lebih besar dari 50% sampai dibawah 90%, sedangkan puso adalah derajat serangan yang sama atau lebih besar dari 90, Salah satu OPT itu adalah hama penggerek tongkol (H. armigera Hubner) yang merupakan hama penting dan utama untuk mengatasi hama ini hal yang perlu diketahui adalah pengetahuan tentang intensitas serangan untuk mengetahui kategori tingkat serangan dari hama ini (Direktorat Bina Perlindungan Tanaman, 1992).

1.4. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga. 1. Suhu

Suhu udara memegang peran penting karena mempengaruhi kecepatan proses metabolisme dan kehidupan serangga dalam berbagai segi antara lain aktifitas serangga, penyebaran, mortalitas dan perkembangannya. Lamanya perkembangan hidup serangga tergantung pada keadaan suhu lingkungan, sebab suhu yang rendah umumnya memperpanjang stadium telur serangga, sebaliknya suhu yang tinggi dapat memperpendek stadium telur.Pada umumnya kisaran suhu yang efektif adalah suhu minimum 150 C. suhu optimum 250 C. dan suhu maksimum 450 C. pengaruh suhu jelas terlihat pada proses fisiologis serangga. Diluar kisaran suhu tersebut serangga akan mati kedinginan atau kepanasan. Fakta ini memperlihatkan bahwa semakin tinggi suhu akan semakin pendek umur serangga (Jumar, dalam Abdullah 2011).

(7)

Kelembaban yang dimaksud adalah kelembaban tanah, udara dan tempat hidup serangga dimana merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi, kegiatan dan perkembangan serangga. Pada umumnya serangga lebih tahan terhadap banyaknya air, bahkan beberapa serangga yang bukan serangga air dapat tersebar karena terbawa oleh air tetapi jika kebanyakan air seperti banjir dan hujan deras merupakan bahaya bagi beberapa Janis serangga, terutama serangga-serangga yang memiliki bentuk ukuran tubuh yang relative kecil. (Jumar, dalam Abdullah 2011).

3. Cahaya, Warna, dan Bau

Reaksi serangga terhadap cahaya erat hubungannya dengan linkungan hidupnya. Jenis serangga yang hidupnya di hutan rimba, didalam batang tanaman dan perakaran dibawah tanah dan didalam gudang memiliki kebiasaan hidup yang memiliki minimum atau lemah. Sehingga serangga yang hidup dialam terbuka selalu menginginkan cahaya yang terang. Beberapa spesis serangga tertarik pada jenis warna tertentu seperti warna kuning dan hijau. Serangga yang memiliki prefensi (kesukaan) tersendiri terhadap warna dan bau namun ada juga serangga yang tidak menyukai warna-warna tertentu. (Jumar, dalam Abdullah 2011). 4. Angin

Angin berperan dalam membantu penyebaran serangga, terutama bagi serangga yang berukuran kecil, juga angin berpengaruh terhadap proses penguapan badan serangga dan ikut berperan dalam penyebaran suatu hama dari tempat yang satu ketempat yang lain. Angin yang kencang dapat mengganggu kupu-kupu saat bertelur bahkan dapat merusak telur (Jumar, dalam Abdullah 2011).

5. Parasitoid

Parasitoid dapat diartikan sebagai serangga yang sebagian aktifitasnya hidupnya dilakukan pada tubuh inangnya. Umumnya parasitoid memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil atau sama besar dengan inangnya. Dalam perkembangannya, parasitoid hanya membutuhkan satu individu inang. Oleh karena itu dikenal parasitoid telur, yaitu parasitoid yang menyerang dan hidupnya pada stadia telur inang. Parasitoid larva, yaitu parasitoid yang menyerang dan

(8)

hidup pada stadia larva dari inang, kemudian larva inang yang telah terparasit masih mampu melakukan proses pupasi. Pada saat inang ( larva ) telah menjadi pupa, parasitoid keluar dalam bentuk imago untuk segera berkopulasi dan mencari nektar sebagai makanannya. Parasitoid pupa yaitu parasitoid yang menyerang dan hidup pada stadia pupa dari inangnya.

Umumnya parasitoid melakukan oviposisi dengan cara menusukkan ovipositornya kedalam tubuh inang, kemudian meletakkan telur kedalam inang. Telur-telur yang menetas menjadi larva segera memakan bagian-bagian tubuh inangnya sehingga nampak terjadi perubahan baik warna maupun bentuk tubuh inang yang terserang. Jenis parasitoid tersebut dikenal sebagai endoparasit. Sebagian parasitoid melakukan oviposisi dengan cara meletakkan telur disekitar tubuh inang atau menempelkan pada tubuh inang. Apabila telur parasitoid tersebut menetas, larva segera menyerang dan memakan dan memakan bagian-bagian tubuh inang dari luar. Tubuh inang yang terserang biasanya mengalami kerusakan atau hancur, karena larva parasitoid memakan bagian-bagian tubuh inangnya (Abdullah 2011).

6. Predator

Predator dapat diartikan sebagai semua organisme yang aktifitas hidupnya memangsa atau memakan organisme lainnya. Umumnya predator memiliki tubuh yang lebih kuat, ukuran tubuh yang lebih besar atau sama besar dengan inangnya. Dalam perkembangannya, predator membutuhkan lebih dari individu inang. Serangga-serangga yang bersifat sebagai predator diantaranya dari Ordo Odonata, Coleoptera, Orthoptera, Neuroptera, Dhemiptera, Hymenoptera, dan Darmaptera. Semua anggota ordo odonata, baik serangga pra dewasa maupun serangga dewasa (imago) bersifat sebagai predator serangga pradewasa hidup di air dan memangsa serangga-serangga air yang kecil diantaranya jentik nyamuk; sedangkan serangga dewasa hidup didarat atau diudara (sambil terbang) dan memangsa serangga-serangga kecil lainnya seperti nyamuk, dan lalat. Semut merupakan serangga-serangga predator yang umumnya menyerang pupa sebagian Lepidoptera yang mengadakan populasi dalam tanah (Abdullah 2011).

(9)

7. Patogen

Patogen adalah mikro organisme yang dapat menyebabkan penyakit pada serangga. Mikroorganisme yang banyak digunakan sebagai musuh alami untuk mengendalikan serangga hama adalah dari golongan jamur, virus dan bakteri. Beberapa mikroorganisme yang bersifat sebagi patogen pada serangga hama diantaranya Metharizium anisopliae, Beauveria bassiana, Bacillus thuringiensis, dan Baculovirus orytes. Jamur-jamur entomogenous mempunyai hifa yang kemudian menjadi banyak membentuk miselium. Perkembangbiakannya terutama dengan spora yang dapat terjadi baik secara seksual maupun aseksual. Reproduksi secara seksual terjadi dengan bersatunya dua inti dari gamet atau sel kelamin, sedangkan reproduksi secara aseksual menghasilkan spora-spora yang terbentuk dalam sprorangia (Burges dalam Abdullah 2011). Jamur entomopatogen yang menyerang H. armigera adalah M. anisopliae dan Nomurae.

Virus-virus patogen pada serangga menginfeksi melalui mulut atau saluran pencernaan makanan. Infeksi virus terjadi melalui epithelium usus atau masuk kedalam jaringan tubuh inang yang rentan. Terjadinya infeksi dimulai dengan virus membentuk zara-zara yang disebut polyhedron menyerupai kristal. Virus memperbanyak diri didalam inti sel dan biasanya merusak jaringan epidermis, jaringan lemak badan, sel darah, dan saluran pernapasan. Serangga yang terinfeksi virus pada umumnya menunjukkan gejala-gejala morfologis, fisiologis dan perubahan perilaku. Gejala yang khas akibat serangan B. orictes pada larva

Oryctes rhinoceros adalah gerakan larva menjadi relatif lemah, tubuh larva

menjadi transparan dan pada anus keluar kotoran, sedangkan pada imago dapat dilihat dari usus tengah yang mengalami pembengkakan dan terdapatnya kotoran pada anus. Nucler Polyhedrosis Virus menyerang H. armigera adalah virus HaNPV sebagai patogen penyebab penyakit pada stadium larva (Bailey dalam Abdullah 2011).

8. Makanan

Makanan merupakan faktor utama bagi kelangsungan hidup setiap mahluk hidup, karena makanan merupakan sumber gizi yang dipergunakan oleh mahluk hidup untuk dan berkembang. Suplai makanan yang cukup merupakan suatu

(10)

syarat mutlak bagi perkembangan populasi hama dimana unsur-unsur yang menentukan dalam makanan menyangkut kualitas dan kuantitas makanan. Adanya satu jenis hama di satu daerah berarti daerah tersebut terdapat makanan yang cocok untuk kehidupan. Pengaruh jenis makanan, kandungan air dalam makanan, dan besarnya butiran metrial juga berpengaruh terhadap perkembangan suatu serangga. Dalam hubungannya dengan makanan, masing-masing jenis serangga mempunyai kisaran makanan (inang) dari satu sampai banyak makanan (inang). Jika serangga yang hanya memakan satu jenis tanaman dinamakan serangga oligofag, sedangkan serangga yang makan banyak jenis tanaman dinamakan polifag (Slansky and Rodriuez dalam Abdullah 2011).

2.5 Ketahanan Varietas Terhadap Serangan Hama

Menurut Oka (2005) telah tersedia taktik pengendalian untuk menekan tingkat serangan hama yang dapat dikelompokkan seperti : (1) mengusahakan pertumbuhan tanaman sehat, yang dimaksud dengan tanaman sehat adalah tanaman yang terlihat segar, tumbuh normal menurut kriteria pertumbuhan yang telah diketahui, di mulai dengan menilai kesehatan benih. Tanda-tanda benih sehat adalah benih harus bersih, terlihat bernas, tidak keriput, tidak ada gejala berpenyakit, presentase tumbuhnya (berkecambah) hampir 100%, demikian juga kecepatan pertumbuhan benih tersebut harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Benih yang sehat akan menghasilkan tanaman yang sehat pula, mengapa harus mengusahakan pertumbuhan tanaman sehat, apakah hubungan antara pertumbuhan tanaman sehat dengan masalah hama, jelas ada hubungannya malah sangat erat. Tanaman yang sehat akan lebih mampu menahan serangan berbagai spesis hamanya, jadi pertumbuhan tanaman yang sehat pada umumnya menjadi lebih tahan terhadap serangan hama. (2) varietas tahan, yang dimaksud dengan varietas tahan adalah varietas-varietas yang memang tahan terhadap serangan hama-hama tertentu, daya tahannya itu diwariskan kepada keturunan-keturunannya, jadi daya tahan yang diwariskan secara genetik. Sedangkan Mas’ud (2005) mengemukakan secara umum, meningkat dan menurunnya tingkat serangan hama sangat dipengaruhi oleh varietas.

(11)

Menurut Sembel (2011), Tanaman yang tahan terhadap hama didenifikasikan sebagai sifat yang memungkinkan tanaman untuk menghindar, bertahan, atau bertumbuh kembali akibat serangan hama yang sebetulnya dapat mengakibtkan kerusakan yang lebih besar terhadap tanaman dari species yang sama dalam kondisi lingkungan yang sama. Sifat yang dimiliki oleh tanaman ini biasanya berasal dari suatu karakter biokimia atau morfologis tanaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku atau metabolisme serangga untuk mempengaruhi kerusakan yang terjadi akibat serangan serangga itu. Sifat resistensi tanaman atau ketahanan tanaman dikendalikan secara genetis dan sifat tersebut sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Painter dalam Untung (2006), menggemukakan 3 bentuk resistensi tanaman terhadap serangga hama merupakan bentuk- bentuk dari resintensi genetik, diantara:

1. ketidaksukaan atau nonpreference.

ketidaksukaan atau nonpreference merupakan sifat tanaman yang menyebabkan suatu serangga menjauhi atau tidak menyenangi suatu tanaman baik pakan atau sebagai tempat peletakan telur. Istilah yang lebih tepat digunakan untuk sifat ini adalah antixenosis yang berarti menolak tamu, yang dikelompokkan menjadi antixenosis kimiawi dan antixenosis morfologik. Antixenosis kimiawi terjadi karena tanaman mengadung allelokimia yang menolak kehadiran seranggga pada tanaman. Sedangkan Antixenosis morfologik, ketahanan yang terbawah oleh adanya sifat- sfat struktur atau morfologik tanaman yang dapat mengalangi terjadinya proses makan dan peletakan telur yang normal. 2. Antibiosis.

Antibiosis adalah semua pengeruh fiologis pada serangga yang merugikan, bersifat sementara atau tetap, sebagai akibat kegiatan serangga memakan dan mencerna jaringan atau cairan tanaman tertentu.gejala penyimpangan fisiologis terlihat apabila suatu serangga dipindahkan dari tanaman tidak memiliki sifat antibiosis ketanaman yang memiliki sifat tersebut. Penyimpangan yang sedikit sampai penyimpangan terberat yaitu terjadinya kematian serangga.Gejala- gejala penyimpangan Fisiologis yang mungkin terjadi pada serangga karena pengaruh zat antibiosis adalah:

(12)

a. Kematian larva atau fase pradewasa instar permulaan. b. Pengurangan laju pertumbuhan

c. Peningkatan mortalitas pupa.

d. Ketidakberhasilan dewasa keluar dari pupa.

e. Fase dewasa yang keluar dalam bentuk tidak normal dengan fekunditas dan fertilitas rendah

f. Masa hidup serangga dewasa berkurang g. Terjadi malformasi morfologi

h. Kegagalan dalam pengumpulan cadangan makanan dan kegagalan melakukan hibernasi

i. Perilaku gelisah dan gejala- gejala tidak normal lainnya.

Menurut Kogam dalam Untung ( 2006) timbulnya gejala-gejala tersebut disebabkan karena adanya proses- proses fisiologis tertentu yang terjadi didalam tanaman antara lain berupa:

a. Adanya metabolit toksik pada jaringan tanaman ( alkaloid, glukosida, dan quinon)

b. Unsur- unsur hara utama tidak ada atau kurang tersedia ditanaman bagi kehidupan serangga.

c. Perbandingan yang tidak seimbang antara unsur- unsur hara yang tersedia d. Adanya antimetabolit yang menghalangi ketersedian beberapa unsur hara

bagi serangga.

e. Adanya enzim- enzim yang mampu mengahalangi proses pencernaan makanan dan pemanfaatan unsur hara oleh serangga

1. Toleran

Mekanisme resistensi toleran terjadi karena adanya kemampuan tanaman tertentu untuk sembuh dari luka yang diderita karena serangan hama atau mampu tumbuh lebih cepat sehingga serangan hama kurang mempengaruhi hasil, dibandingkan dengan tanaman lain yang lebih peka. Mekanisme toleran mungkin terjadi pada tanaman karena faktor- faktor yang berjalan sendiri atau secara bersama. Faktor- faktor tersebut meliputi:

(13)

a. Kekuatan tanaman secara umum

b. Pertumbuhan kembali jaringan yang rusak

c. Ketegaran batang dan ketahanan terhadap perembahan d. Produksi cabang- cabang tambahan

e. Pemanfaatan nutrisi lebih efisien oleh serangga f. Kompensasi lateral oleh tanaman tetangganya.

Gambar

Gambar 1. Larva penggerek tongkol (a) dan imago penggerek tongkol (b)  1.3.  Intensitas Serangan

Referensi

Dokumen terkait

Penetapan biaya dalam mengajukan ruling juga dirasa penting dengan harapan dapat membatasi Wajib Pajak untuk tidak mengajukan permohonan ruling atas transaksi fishing

PT.Guntur Kabupaten Purwakata merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa pengiriman ekpress domestik.Perusahaan ini memiliki beberapa jenis aset untuk menunjang

Gangguan kesehatan yang sering terjadi pada lansia adalah immobility (tidak dapat bergerak), instability (tidak stabil saat berjalan atau berdiri), intellectual

Sistem Inspeksi Internal hendaklah dirancang dengan tepat untuk menjamin bahwa setiap pakan mengandung bahan baku pakan dengan mutu yang benar sesuai dengan jumlah

Walaupun masih banyak keluhan yang disampaikan oleh petani dalam penggunaan traktor tangan di lapangan, baik dari segi biaya investasi yang masih sangat mahal bagi ukuran petani

[r]

Ungkapan ketiga yang mengandung makna denotasi dari Valentino Simanjuntak yang muncul saat mengomentari pertandingan antara Indonesia melawan Brunei Darussalam

Pemeriksaan diagnostik kontras radiologi #$%&IVP adalah ilmu yang mempela!ari  prosedur atau tata cara pemeriksaan gin!al, ureter, dan buli&buli menggunakan sinar&'