• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tingkat II Bolaang Mongondow Utara. Secara geografis Kecamatan Bintauna

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tingkat II Bolaang Mongondow Utara. Secara geografis Kecamatan Bintauna"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis dan Topografi

Kecamatan Bintauna merupakan salah satu daerah yang memiliki kerajaan yang sekarang termasuk salah satu dari enam kecamatan di Kabupaten Daerah Tingkat II Bolaang Mongondow Utara. Secara geografis Kecamatan Bintauna berada 125° LU dan 1° BT dengan ketinggian 1 meter di atas permukaan air laut ( Pemda, Perencanaan Kota Ibu Kota Pimpi, 1991 : 1 ).

Kecamatan Bintauna terdiri dari 16 Desa Dan 1 Kelurahan yang memanjang dari daratan Rendah (Barat Laut) ke Tenggara dan di apit oleh sungai Sangkub dan Sungai Bonoto, yang berbukit-bukit,bergunung-gunung, sebagai puncak tertinggi adalah Gunung Gambuta.

Bentuk topografi wilayah Kecamatan Bintauna dan Jarak pusat pemerintahan Kecamatan Bintauna dapat diklasifikasikan menjadi :

Keadaan tanahnya datar sampai berombak 74 %, berombak sampai berbukit 10 %, berbukit sampai bergunung 15 %, dari seluruh wilayah Kecamatan Bintauna. Jarak tempuh dari pusat kecamatan ke ibu kota kabupaten yakni berjarak 20 km, pusat kecamatan ke Kota Madya Kotamobagu berjarak 132 km, sedangkan jarak ke ibu kota Provinsi Sulawesi Utara yaitu 258 km.

(2)

Kecamatan Bintauna dikelilingi oleh pegunungan, sungai, serta laut karena sebagian wilayah Kecamatan di pesisir pantai dan sebagai pegunungan. Keadaan suhu sekitar 22℃ - 32 ℃ dan umumnya sangat dipengaruhi oleh alam tropis yang beriklim tipe B.

Jumlah hari dengan curah hujan yang terbanyak 150 hari dan banyaknya curah hujan hujan 200 mm pertahun. Musim penghujan jatuh pada Bulan Oktober – Februari dan musim peralihan (musim hujan ke musim kemarau) jatuh padabulan Maret, sehingga musim panas mulai pada Bulan April- juli. Sebaliknya peralihan dari musim panas ke musim hujan terjadi pada Bulan Agustus – September. ( Jawatan meteorologi dan geofisika).

4.1.3 Kependudukan

Pada masa pemerintahan Kerajaan Bintauna kependudukan merupakan data pokok yang dibutuhkan baik dikalangan pemerintahan maupun swasta, sebagai bahan untuk perencanaan pembangunan baik di bidang Sosial, Ekonomi, maupun Politik, semuanya memerlukan data penduduk sebagai subyek sekaligus obyek dari pembangunan.

Penduduk Kemacatan Bintauna saat ini sangat beragam dengan masuknya para pedagang (migrasi) pada tahun 1998-2013 tercatat 21.000 jiwa dengan rata-rata pertumbuhan pertahunnya 500 jiwa.

Namun hubungan antara penduduk asli menunjukan hubungan yang baik, baik diantara penduduk pendatang dengan penduduk asli, masing-masing mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda namun hubungan sosial

(3)

yang baik ini dapat dilihat segi pendidikan, pertanian, perekonomian, dan sosial budaya.

Sebagai masyarakat yang mendiami Kecamatan Bintauna tentunya mengetahui bahwa penduduk di daerah ini mayoritas beragama islam dan wajib menjalankan syareatnya. Hal ini dapat di lihat dalam aktivitas seharian, memperlihatkan nafas keislaman, sehingga anatara adat dan agama selalu terpelihara dan saling menunjang antara adat dan agama selalu terpelihara dan saling menunjang antara keduannya, oleh karena itu, di dalam kehidupan sehari-hari syarat dengan gagasan nilai-nilai, norma, kebiasaan dan aturan-aturan lisan yang hingga kini tetap terpelihara dan di hormati keberadaannya.

4.1.4 Sosial Budaya

Sejak zaman dulu, masyarakat Bintauna terkenal dengan adanya sistem kerjasama atau tolong menolong yang dalam bahasa Bintauan Motiayo dan tidak terbatas hanya dengan satu keluarga saja, tetapi tolong menolong antara anggota masyarakat dalam desa untuk menyelesaika suatu perkara, misalnya membangun rumah, membersikan kebun, menanam dan lain-lain. Di samping itu terjadi dalam pesta acara pesta perkawinan, kedukaan dimana semua anggota keluarga terikat dengan kewajiban untuk membantu moral mapun material, karena merasa suksesnya pelaksanaan kegiatan tersebut merupakan tanggung jawab keluarga serta nama baik mereka. Tolong menolong tersebut hingga kini masih melekat pada masyarakat Bintauna.

Selain itu keadaan masyarakat Bintauna dengan Corak kehidupannya dapat di tinjau dari beberapa aspek kehidupan, antara lain :

(4)

1. Bidang pendidikan dan Kebudayaan

Di lihat dari aspek pendidikan, C.P. Mokodenseho(2003 :21), di masa pemerintahan Raja Mohammad Datunsolang tahu 1859-1945 mulai timbul adanya perhatian dalam soal pendidikan Di Kerajaan Bintauna dengan di bukanya sekolah Rendah 3 tahun dan pada bulan September 1908 menjadi sekolah rendah 5 tahun dengan Gurunya H.Gerungan.

Keadaan pendidikan di Bintauna sampai sekarang berupaya untuk menunjang bagaimana program wajib belajar yang telah dicanangkan oleh pemerintahan dan menyediakan perpustakaan, di samping berupa meningkatkan pembinaan terhadap kegiatan pendidikan formal dan non formal, usaha peningkatan kulitas dan kualitas sektor pendidikan.

Sementara dari aspek kebudayaan, sampai sekarang ini yang masih terus berlansung dimasyarakat Bintauna yaitu dikenal dengan adanya upacara penjemputan tamu kepada setiap tamu-tamu agung kenegaraan atau kepemerintahan. Adapun kebudayaan yang berupa sisa peninggalan dari kerajaan Bintauna yaitu Rumah Adat Kerajaan Bintauna.

2. Agama dan Kepercayaan

Menurut catatan sejarah, agama Islam di Bintauna sudah ada sejak pertengahan abad ke-16, namun kelompok masyarakat tersebut akhirnya melepaskan diri dari kerajaan Bintauna dan bergabung dengan kerjaan Bone Suwawa.

Setelah masuknya para pedagang Bugis tahun 1700, akhirnya membawa pengaruh Islam bagi penduduk setempat. Tetapi, Islam berkembang pesat

(5)

di Kerajaan Bintauna ketika Raja Patilima Datunsolang ( 1783 ) yang dinobatkan di Ternate menetapkan Islam sebagai agama kerajaan. Sedangkan agama Katolik masuk pada tahun 1680 pada Raja pertama Lepeo Mreteo yang di bawah masuk oleh pendeta asal Ambon bernama Talahutu sekitar abad ke-17. Sedangkan untuk agama Budha masuk di Bintauna bersama datangnya para perantau-peratau dari daerah China yang dalam perkembangannya sudah menjadi penduduk bintauna dengan status Warga Negara Indonesia Keturunan China.

Walaupun masyarakat sudah dipengaruhi oleh aliran-aliran kepercayaan keagamaan namun dalam beberapa hal mereka masih mempertahankan tradisinya. Sampai akhir abad ke-19 bahkan lebih jauh terlihat adanya pelaksanaan adat kebiasaan lama khusus alam pikir/kepercayaan lama seperti praktek-praktek utuk memperoleh pentuk dari yang ghaib.

Adanya pengajaran-pengajaran agama alam pikir yang telah dikemukakan diatas, terlepas oleh masyarakat Bintauna. Untuk saat ini kebijaksanaan dalam bidang agama dititik beratkan pada penetapan kerukunan beragama bagi seluruh pemeluk agama. Sampai saat ini sarana peribadatan yang menunjang upaya pembinaan kehidupan umat beragama di wilayah Kecamatan Bintauna.

3. Kehidupan Ekonomi

Kehidupan perekonomian pada masa kerajaan Bintauna berfokus pada pertanian, pedagang, penangkapan ikan, meramu hasil hutan dan berburu. Aspek pertanian areal yang di tanami adalah ladang, sawah, adapun

(6)

menjadi makanan pokok adalah beras dan sagu. Perdagangan yang lebih dominan yang di kembangkan pada masa kerajaan bintauna adalah perdagangan hasil-hasil pertanian yang kemudian di angkat dengan perahu/ perahu layar ke Manado karena perdagangan pada masa kerajaan Bintauna dari tahun ke tahun menunjukan peningkatan.

Pada abad ke-21 masyarakat Bintauna saat ini masih meningkatkan kemampuan industri perdagangan untuk dapat mendorong peningkatan mutu yang akhirnya memperluas lapangan kerja sehingga dapat mengarungi tingkat pengangguran. Sejalan dengan ini di Bintauna diberlakukan kegiatan perekonomian di sektor industri di arahkan pada peningkatan kemampuan industri kecil dan rumah tangga.

4.2 Status Pemerintahan Kerajaan Bintauana

Berbicara kerajaan Bintauna tidak terlepas dari kerajaan-kerajaan yag ada di gorontalo dan Bolaang Mongondow. Menurut B.J Haga dalam perjanjian limolo pohalaa, Bintauna tergabung dalam satu ikatan keluarga yang disebut pohalaa, yakni termasuk dalam pohalaa Bone- Suwawa.

Seirama dengan pendapat di atas sumber lain mengatakan bahwa kerajaan Bintauna termasuk dalam kelompok Pohalaa dan selanjutnya pohalaa itu membentuk satu kesatuan (Limolo Pohalaa) berdasarkan ikatan Geneologis,tata pemerintahan tradisional.

Perjalanan sejarahnya, Bintauna melepaskan diri dari kerajaan Bone-Suwawa dan membentuk kerajaan sendiri dengan nama Vintauna, mula-mula

(7)

Bintauna terdiri dari dua kelompok masyarakat yang masing-masing memiliki wilayahnya sendiri-sendiri dan memiliki agama dan kepercayaan yang berbeda. Kelompok pertama adalah:

1. Masyarakat yang berada di bagian utara penyembah pohon, batu dan lain-lain yang di sebut dengan kepercayaan

2. animisme dan dinamisme.

3. Masyarakat bagian selatan yang beragama Islam.

Alasan inilah yang menjadi penyebab sehingga kelompok bagian selatan yang beragama islam memisahkan diri dari kerajaan Bintauna dan bergabumg kembali dengan kerajaan Bone-suwawa.di Gorontalo pada tahun 1673. Kalau demikian jelas apa yang di katakan oleh Kuno Kaluku (dalam idhar Mohammad 2008: 42) bahwa : disebelah Timur Gorontalo terdapat Negeri Bawangijo yang tergabung dalam Pohalaa Suwawa yang dihuni oleh beberapa kelompok manusia. Oleh suatu sebab yang tidak jelas beberapa dari kelompok ini berpindah ke Bagian Timur laut dan dapat berhubungan dengan kerajaan Bintauna.

Mengacu pada pendapat di atas, amat jelas jika di lihat dari kelompok agama islam bagian selatan yang melepaskan diri dari kerajaan Bintauna dan bergabung dengan kerajaan Bone-Suwawa di Gorontalo. Selanjutnya kerajaan Bintauna yang berkembang adalah sebagian penduduk yang masih menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Kelompok kedua berada di bagian selatan. Mereka sudah menganut Islam sebagai kepercayaan mereka.karena perbedaan kepercayaan ini, kelompok dari selatan bergabung kembali ke dalam wilayah kerajaan Bone(Suwawa).

(8)

Masuknya para pedagang Bugis, beberapa warga dari Bintauna Utara masuk Islam. Meski seblumnya ada sebagian dari mereka sudah memeluk agama Kristen Katolik. Ini antara lain dibuktikan oleh kuburan Raja Mooreteo(mokodetek) yang biasa dijuluki Ohongia (Jangkulango) okahera (Raja di Gereja). Bahkan di dekat makam Moereteoo terdapat kuburan seorang pendeta berasal dari Ambon,Bernama Talahutu.

Sementara Raja Bintauna yang pertama-tama memeluk Islam adalah Raja Patilima Datunsolang (Raja Ketiga) yang dinobatka diternate pada tahun 1783.

Kerajaan Bintauna pernah memiliki wilayah di Daerah Afdeling Gorontalo dalam kerajaan Bone-Suwawa. Pendapat tersebut diperjelas lagi oleh B.J.Haga 1981-14 (dalam idhar Mohammad 2008-43) bahwa pada saat itu, datanglah pendatang baru ke Kerajaan Suwawa yakni Bone (Sulawesi Selatan) dan dari Bintauna (wilayah Kontroliran Bolaang Mongondow). Demikian terjadi tiga kerajaan merdeka. Bone-Suwawa dan Bintauna yang mengadakan kontrak bersama dengan VOC. Tiap kerajaan mempunyai Rajanya sendiri dan dua marsaoleh dengan gelar-gelar sendiri.

Satu distrik wilayah kerajaan Bintauna yang dimasukan pada wilayah Afdeling Gorontalo tersebut menjadi satu marsaoleh Ulea dari kerajaan Bone-Suwawa. Walaupun demikian Bintauna tetap menjalankan system pemerintahan kerajaan dengan bermusyawarah untuk mengangkat raja pengganti yaitu Toraju Datungsolang yang kemudian pusat pemerintahan kerajaan dipindahkan pada negeri Vantayo.

(9)

Sebenarnya sejak berdirinya kerajaan Bintauna tidak mencakup wilayah pesisir pantai laut Sulawesi seperti sekarang, tetapi menguasai wilayah pedalaman, seperti wilayah bagian selatan kecamatan Sangtombolang (sekarang kecamatan Sangkub), bagian barat kecamatan Dumoga dan bagian pedalaman Kecamatan Bintauna sekarang.

Ketika Raja Mohammad Datunsolang melakukan kontrak sifat batas-batas wilayah dengan Kerajaan Mongondow dan Bolangitang pada tahun 1901,maka wilayah kerajaan Bintauna sebagai berikut:

1. Mencakup laut Sulawesi disebelah Utara, 2. Kerajaan Bolaang Mongondow sebelah timur, 3. Afdeling Gorontalo sebelah selatan dan

4. Kerajaan Bolangitang di sungai Biontong (Bunongoditi/Gulantu) di sebelah barat.Mokodenseho (dalam Reiner Emyot Ointoe).

Demikian Kerajaan Bintauna harus melepaskan distrik Doloduo ke kerajaan Mongondow, sebagai penggantinya, wilayah Mongondow yang berada di pesisir pantai desa Batulintik (sekarang menjadi salah satu Desa di kecamatan Bintauna), diserahkan pada kerajaan Bintauna . setelah terjadi pergantian wilayah tahun 1905, maka pendudk Kerajaan Bintauna yang sudah berabad-abad lamanya bermukim di daerah pedalaman di tepi sungai Sangkub pindah ke pesisir Utara Minaga yang sekarang menjadi desa Bintauna Pantai.

(10)

Bintauna masih terdapat kelompok masyarakat yag masih statis dan hidupnya berpindah-pindah (nomaden). Dalam perjalanan sejarah kelompok-kelompok tersebut membuat satu pemukiman yang dalam bahasa bintauna disebut lipu.

Seluruh wilayah Bolaang Mongondow sudah terdapat beberapa pemukiman baru yang oleh para bogani dinamakan totabuan,termasuk bintauna.lama-kelamaan pemukiman yang mereka duduki beberapa tahun di tinggalkan lagi dan mencari pemukiman baru.sangkurango Vahe yang memimpin perpindahan penduduk dari sahawoto ke ipisolo di tempat sapahohavo.

Menurut C.P Mokodenseho (dalam Idhar mohamad 2008 :47) Dalam perjalanan perpindahan yang dipimpin oleh sangkuranh Vahe menuju ke ipisolo, di tempat peristirahatan mereka memandang ke negeri asal tiba-tiba sangkurango Vahe berseruh :

‘’ Liti-litu sapahohavo tinumike kunomanto rono hayu lipu nato lipu parango no panto inosumbolo no rayo nomungo nohindapo tipuwongku pokundalo poneapu no sumako luli rasu mindao’’ (duduk di savahohaavo berdiri dan memandang sayup-sayup mata memandang negeri yang tercinta ditumbuhi pohon kraton yang berbuah,brcahaya, kupetik dan kujadikan bedak diusapkan dimuka hilangkan rindu dendam).

Syair ini sekarang sudah menjadi lagu yang sering dinyanyikan masyarakat bintauna.

Adapun sangkurango yang mengangkat ohongia adalah sangkurango Rayonda dan Movihe sekaligus berperan sebagai raja.dalam musyawarah dengan

(11)

penduduk setempat untuk mendapatkan kesepakatan mengangkat Tamengku menjadi Ohongia Bintauna sebagai raja.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh C.P Mokodenseho (dalam Idhar Mohammad 2008-50) bahwa : Vokani Vende pada saat itu diusung mnjadi raja oleh rakyat Bintauna yang bertempat di Iposolo, namun beliau menolaknya dan memeberikan saran agar cucucnya putri Tendeno yaitu Lepeo Mooreteo di Limboto untuk di angkat menjadi Ohongia atau raja tertinggi di Bintauna. Usul tersebut disepakati dan berangkatlah utusan ke Limboto untuk menjemput Lepeo Mooreteo dan niat Masyarakat Bintauna tersebut di kabulkan oleh orangtua Lepeo Mooreteo dan di bawahlah Lepeo ke negeri Iposolo menjadi Rja Bintauna dn semasa pemerintahannya negeri dipindahkan ke Raaminanga.

Proses pengangkatan raja tersebut diatas, jelas bukan melalui paksaan, kekerasan, melainkan dengan hasil musyawarah oleh kelompok-kelompok tersebut membentuk satu persekutuan tanpa ada paksaan.

Sejak Lepeo Mooreteo menjad raja Bintauna, maka mulailah berlaku sistem pemerintahan kerajaan Bintauna, waaupun sebelumnya ada raja tertinggi yang diangkat melalaui hasil musyawarah oeh masyarakat dan para sangkurango serta tua-tua adat, namun tidak sempat mnata sistem pemerintahan kerajaan Bintauna sebab tlah terbunuh pada saat penobatan sebagai raja.

4.4 Dimensi pemerintahan Raja-raja

Setelah berakhirnya pemerintahan sangkurango pada tahun 1600, Bintauna mulai memasuki zaman raja-raja. Sebenarnya sejak zaman sangkurango Movihe

(12)

dan Rayonda munculnya embrio sistem pemerintahan kerajaan bintauna yang diawali dengan dipeloporinya untuk mengangkat tamangku sebagai raja tertinggi dikerajaan Bintauna. Oleh karena terbunuhnya Tamangku Bintauna dipimpin oleh para sangkurango. Sistem pemerintahan ini baru dimantapkan oleh raja yang terpilih berikutnya, yakni Lepeo Moreteoo.

Adapun dimensi raja-raja yang pernah memimpin kerajaan bintauna adalah sebagai berikut :

1. Raja Lepeo Mooreteo 1675-1720

Raja Lepeo Mooreteo memimpin sekitar tahun 1675-1720,pada masa pemerintahannya negeri Bintauna bertempat di Raaminanga.Mooreteo ketika menjadi raja masih menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme dengan masuknya Agama Kristen pada akhir abad ke-17 maka raja mooreteo memeluk agama tersebut.

Pada masa pemerintahan Raja Lepeo Mooreteo terjadi pembentukkan struktur kemasyarakatan dan kesejahteraan masyarakat, sedangkan bentuk penyapaan pada anak cucu Ohongia Biasa di sapa dengan kata Avo dan Vua.

2. Raja Datu 1720-1783

Meninggalnya raja mooreteo, di gantikan anaknya Datu,karena Datu diangkat menjadi raja maka rakyat saat itu mengatakan Datu rono solako dalam arti Datu sudah besar dalam hal ini menjadi Raja. Sebutan tersebut telah melekat pada raja dan berubah menjadi Datunsolang sehingga raja-raja berikutnya telah memakai julukan tersebut.sebagai marga keturunannya. Ia menikah dengan putrid

(13)

rantoiya dan memperoleh dua orang putra masing-masing, Bolakia dan Patilima. Pada masa kepemimpinannya negeri dipindahkan dari raaminanga k salako. Pada masa kepemimpinannya sebagian penduduk dan pembesar-pembesar kerajan sudah mulai memeluk agama islam.

3. Raja Patilima Datunsolang 1783-1823

Sesudah raja Datu meninggal, digantikan oleh raja Patilama Datunsolang yang di nobatkan di Ternate pada tahun 1783. Raja Patila Datunsolang seperangkat alat kebesaran adat raja adat dari Ternate misalnya: Kulintang, Gong, Tambur, Payung dan Taparajo (tombak) yang sekarang masih tersimpan pada keluargannya. Dimasa kepemimpinannya agama islam menjadi agama kerajaan.

4. Raja Salmon Datunsolang 1823-1857

Menggantikan raja Patila Datunsolang adalah Raja Salmon. Masa pemerintahannya Negeri Bintauna dari Raminanga dipindahkan kesuatu tepat yang bernama Voaa.pemrintahan raja salmo untuk menshejahterakan rakyat Bintauna.

5. Raja Eliyas Datunsolang 1857-1874

Menggantikan rja salmon ialah adik kandungnya Eliyas Datunolang,kedudukan pemerintah dipindahkan ke negeri Pangkusa. Dimasa pemerintahannya memiliki wilayah kerajaan Bone-Suwawa.Raja Eliyas melakukan konntrak politik dengan Residn Manado.

6. Raja Toraju Datunsolang I 1874-1884

Setelah raja Eliyas meninggal dunia,maka yang di angkat sebagai Raja adalah Toraju Datunsolang,anak dari raja Salmon Datunsolang dank arena

(14)

umurnya sudah lanjut usia, maka beliau mengundurkan diri dan di angkat raja baru yang bernama Serael Datunsolang. Semasa pemerintahannya negeri dipindahkan dari negeri Pangkusa ke Vantayo.

7. Raja Serael Datunsolang 1884-1893

Raja Serael adalah anak dari raja Eliyas Datunsolang.pada masa pemerintahannya raja Seral Datunsolang pusat pemerintahan kerajaan kembali lagi dipindahkan dari negeri Vantayo menuju negeri Pangkusa.

8. Raja Toraju Datunsolang II 1893-1895

Menggantikan raja Serael Datunsolang adalah raja Toraju Datunsolang, sebenarnya menurut ketentuan pada waktu itu yang harus memangku jabatan adalah putra Mohammad Datunsolang. Namun usianya terlalu muda maka masyarakat dan tua-tua adat bersepakat mengangkat kembali Toraju Datunsolang II untuk menjadi raja sambil menunggu putra mahkota dewasa.

9. Raja Mohammad Datunsolang 1895-1948

Pewaris tahta kerajaan saat Toraju wafat adalah Mohammad Datunsolang, Beliau diangkat menjadi Raja dari dari tahun 1895-1948. Penobatan raja Mohammad Datunsolang pada tanggal 1 juli 1895. Dan menyerahkan jabatanya kepada Abo Jan Rasid Datunsolang pada tanggal 1 Juli 1948. Beliau meninggal dunia pada bulan Februari 1950 dan dimakamkan dipimpi bersama permaisuri Vua Mosolako. Didalam pemerintahan beliau banyak berbuat untuk kesehjahteraan rakyat Bintauna.

(15)

Menggantikan raja Muhammad Dtunsolang adalah Raja Muda Jan Rasid Datunsolang,Namun kekuasaannya hanya bersifat simbolis. Sejak 1950,wilayah swapraja kerajaan Bintauna dihapuskan. Ketika itu beberapa kaum muda dan massa meminta agar wilayah itu tidak dianggap wilayah kerajaan. .Datunsolang berada di Gorontalo dan duduk sebagai salah seorang anggota Dewan Raja-raja, pemerintahan sementara di jabat oleh Abo.A.M.Datunsolang.

4.5 Struktur Masyarakat Menurut Hukum Adat

Sebagaimana kerajaan-kerajaan lainnya lainya Bintauna termasuk kerajaan yang merdeka secara defakto memiliki wilayah kekuasaan dan pemerintahan sendiri serta hukum adat dalam masyarakat yang mempunyai kepribadian sendiri yang ditimbulkan ole h ikrar bersama.

Adat istiadat sangat mempengaruhi kehidupan mereka,Oleh sebab itu, disamping keramahan mereka juga suka akan gotong royong (mototiayo) seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya, serta bermusyawarah apabila ada hal-hal yang menyangkut kepentingan umum. Kepribadian ini semakin memberi warna ketika agama Islam masuk dan adat-istiadat yang mengatur tata cara kehidupan mereka dengan disesuaikan dengan ajaran Islam.

(16)

Bintauna sampai dengan pemerintahan Sangkurango (Kepala Suku) Vokani Vende belum ada penetapan aturan-aturan resmi berupa hukum adat sehingga semua keputusan dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan dan keamanan sampai menjatuhkan hukum bagi yang bersalah sepenuhnya masih didasarkan atas kebijaksaan kepala suku yang berkuasa. Oleh karena itu, dimasa Raja Lepeo Moreteoo yang pertama kali menjalankan sistem pemerintahan kerajaan mengadakan semacam musyawarah besar yang berhasil merumuskan ketetapan-ketetapan sebagai berikut:

 Tingkat ohongi (raja) yaitu anak dan keturunan raja yang berhak menjadi raja.

 Bangsawan yaitu mereka yang msih keturunan raja yang dianggap cakap dan berani diangkat menjadi pemimpin yang di sebut inapita.  Simpalo yaitu orang-orang yang cakap dan penghidupannya

sederhana diangkat menjadi pegai kerajaan.

 Suango lipu atau anak negeri mereka yang berkehidupan rendah Mokiko.

 Vevako (budak) yaitu hamba sahaya atu pelayan-pelayan dapatdiperjual belikan.

Sedangkan pada masa pemerintahan raja Muhammad Datunsolang musyawarah besar yang dilakukan oleh masyarakat Bintauna seperti :

(17)

 Pemilihan raja-raja atau eksekutif yang dinakan ohongia,ohongia berkewajiban mencintai dan melindungi serta menjaga keselamatan wilayah dan penduduk Bintauna.

4.6 Silsilah Pemerintahan Raja-Raja Bintauna

Valulangito + Uherayo

Tamungku Tendeno + makasumba

Loini + Bareng Dua Wulu (Bolotihe) Moroteo+Tabo Gei Paudi Eyato Koku Datu + Rantoia

(18)

V1+ VIII VII

IX

(Minanga 1905, pimpi 1914)

4.7 Asal Nama Kerajaan Bintauna

Bintauna berasal dari Vintauna yang trdiri dari dua kata vinta dan una, Vinta artinya Bintang dan Una artinya terdahulu. Sehingga Vintauna sesungguhya dimaknai sebagai bintang terdahulu. Dalam versi lain dimaknai juga bahwa vintauna adalah berasal dari panggilan istri dan suami dari manusia pertama kali yang Mendiami Negeri Huntuo yaitu Vi Vunia dan Pai Sahaya.

Huntuo adalah bahasa bintauna yang merupakan kata asal huntuk yang sekarang ini menjadi nama salah satu di Kecamatan Bintauna. Kata huntuo di ambil dari kata puntuo yang artinya suatu benda yang terletak di atas benda lain yag kemudia di artikan sebagai topi kecil yang terletak diatas kepala besar yang maksudnya suatu tempat yang terletak diatas punggung gunung sehingga kelihatan lebih tinggi dari tempat lain. Bintauna merupakan suatu daerah yang berada didataran tinggi yang berbentuk bukit sehingga dapat dilihat dari kejauhan. Salmon Datunsolang Elyas Datunsolang Lahai Datunsolang

Serail Datunsolang Taraju Datunsolang

Mohammad Datunsolang

Abd. Murad Datunsolang Jan Datunsolang

(19)

4.7 Asal Usul Penduduk Bintauna

Masa lalu manusia berawal ketika manusia belum mengenal tulisan sampai ketika manusia sudah mengenal tulisan dan seterusnya.perkembangan dan perjalanan hidup manusia selalu disertai segala aktivitasnyamulai dari yang sederhana sampai pada yang rumit. Aktivitas manusia ada yang bermanfaat bagi kehidupan kolektif serta yang tidak. Biasanya yang bermanfaat bagi kolektif selalu dilestarikan dengan cara mewarisi secara turun temurun oleh pendukung kebudayaan itu.

Pengungkapan tentang kapan, darimana, dan kemana datangnya penduduk Bintauna dapat ditelusuri melalui penuturan secara turun-temurun dimana dapat di yakni kebenarnya setelah melalui kritik dan penafsiran sumber itu sesuai metodologi penulisan sejarah.

Menurut cerita dari mulut ke mulut yang sudah merakyat pada masyarakat Bintauna sampai kini, pada zaman air bah nabi Nuh, seluruh bumi tenggelam dan hanya huntuo yang merupakan sebuah pulau kecil yang berada diatas permukaan air bah tersebut.

Di atas air bah sekitar pulau kecil itu, terdapat sebuah bahtera, kemudian dari bahtera itulah tampak dikejauhan, seakan-akan ada sebuah bintang di atas permukaan laut setelah mendekat ternyata itu bukan sebuah bintang melainkan sebuah pulau kecil, Didalam bahtera itu konon hanya ada satu-satunya penumpang yang menyebut dirinya sahaya.sahaya turun dari bahtera dan mendarat dipulau kecil,ternyata tidak ada penghuninya kemudian sahaya menamakan tempat itu adalah Huntuo yang sekarang ini menjadi kecamatan Bintauna. Dan tinggallah ia

(20)

di tempat itu sambil mengamati keadaan air bah, pada saat itu pula ia mengambil sepotong kayu dari pohon yang sudah mati. Kayu itu dalam bahasa Bintauna ampor. Dipatokannya kayu itu diantara pertemuan air dan daratan. Kayu itu tumbuh dan di pelihara oleh sahaya.ia member nama pohon itu ayu inomasa.menurut mitos dan kepercayaan orang Bintauna kayu keramat.

Sambil terus melakukan pekerjaannya memelihara kayu dan mengamati air bah,Pai sahaya tia-tiba mencium bau manusia dan diantara buah buih air laut itu ia melihat seseorang perempuan muncul.diambil perempuan itu dan dipeliharanya,setelah dewasa,ia kawini dan jadilah perempuan itu istrinya sampai mereka hidup damai dipulau itu.

Menurut hikayat ini, dari kedua manusia tersebut lahirlah keturunan orang Bintauna. Karena itu, Vaunia, istri sahaya, diartikan sebagai”bau buih air laut”. Kedua pasangan suami-istri ini memperoleh pula sepasang anak. Ang pria bernama Velembele dan yang putri bernama Rulumpinga. Setelah di kenal dengan Motevato pada zaman itu, metevato berarti permohonan doa restu kepada maha pencipta.

Velembele dan Rulumpinga memperoleh keturunan lima belas laki-laki dan perempuan.Diantara anak-anak mereka salah seorang jatuh dalam Voeango (sejenis gandum) yang biasa terisi dalam tempat persediaan makanan dari kulit kayu yang disebut liuto.sedangkan anak-anak laki-lakinya yang tertinggal masing-masing bernama: Pasila,Vahe,Tongkingoto,Paremango,Kevendaha dan Lainde,sedangkan anak perempuannya adalah: Pinosohe,Kokunde,dan Rorunde.Setelah mereka dewasa orang tua mereka,Velembele dan Rulupinga

(21)

memebuat suatu perempuan yang juga disetejui kakek dan nenek mereka Sahaya dan Vai Vaunia agar perkawinan diantara mereka diatur secara bersilang misalnya, anak laki-laki tertua dikawinkan dengan putri keempat dan seterusnya. Peraturan ini merupakan adat yang harus di patuhi dan bukan sekedar sebuah ritus perkawinan, melainkan menyangkut pula tata hidup dan peraturan lainnya. Bahkan dari keturunan mereka ini atas izin Sang Maha Pencipta berkembangbiaklah manusia-manusia di tanah Huntuo Valura.

Didalam hikayat Bintauna, di negeri sha sahuwato ini, ada di antara penduduk yang telah bermukim disana. Mereka adalah sepasang suami istri pai damo dan via damo.Seiring dengan perkembangan dan perjalanan waktu keturunan mereka berkembang menjadi kelompok-kelompok manusia yang hidup bersama. Tempat tinggal mereka dinamakan Lipu (kampung). Sebenarnya Sahaya Vaunia adalah manusia pendatang berasal dari luar yang menggunakan perahu dari tempat asalnya, mengarungi lautan hingga tiba disuatu tempat yang bernama Huntuk yang kala itu termasuk puncak yang tertinggi. Tempat itu biasa disebut Huntuk Baludaa.

Masyarakat Huntuo-Vintauna mengangkat Tamungku menjadi Ohongia (Jangkulango=kepala suku). Dan sebagai tetua adat dipegang oleh Sangkurango Rayonda Moovihe, Ohongia Tamangku menjadi Ohongia Vintauna yang berkedudukan di Negeri Pande. Namun ketika memangku ohongia, tamungku banyak mrlakukan pelanggaran susila. Para sangkurango dan rakyat bermusyawarah apa gerangan yang menyebabkan taamungku suka melakukan hal itu. Akhirnya, diperoleh penyebab bahwa ohongia tamungku belum dinobatkan

(22)

(diduiyo) sebagai pimpinan (raja). Maka, untuk mencegah perbuatan tamungku berlarut-larut, iapun dinobatkan pada sebuah tempat yang disebut kokuka (los). Menurut adat, didalam acara santap malam Jangkulango Tamangku harus disuap oleh orang lain. Mereka yang berhak menyuapi dan memberi minum adalah Sangkurango Moovihe dan Sangkurango Rayonda.Namun ketika Jangkulango Tamangku Minum, Sangkurango Rayonda tempat minum sebilah bamboo jawa yang terbuat dari emas (Tombulango Vuula) dan ujungnya di tajamkan.

Pada saat hendak dituangkan minuman kedalam mulut Tamangku,tiba-tiba Sangkurango Moovihe Memukul ujung bamboo yang sedang di pegang Sangkurango rayonda.Bamboo menusuk tenggorokan Tamangku dan ia tewas seketika. Akibat pembunuhan itu, saudara perempuan Tamangku,Putri tendeno sangat takut dan melarikan diri kenegeri Tonto. Tampat itu konon berada di sebelah selatan wilayah Pande Tendeno dinikahi oleh seorang Putra Mahkota Sultan, setelah perkawinan putri Tendeno dibawa suaminya ke Suwawa.

Hasil perkawinan mereka diperoleh seorang putri bernama Loini. Setelah dewasa, putri Loini di lamar oleh Raja Limboto, bernama Bareng Dua Wulu (Bilotohe). Kedua pasangan ini di karunia lima orang anak masing-masing bernama Roku,Eayato, Paudi, Gei,dan Mooreteo.

4.8 Berakhirnya pemerintahan kerajaan Bintauna

Pada tahun 1901 diadakan perjanjian batas kerajaan antara kerajaan Mongondow dan kerajaan Bolaang Itang di mana antara lain: Doloduo ditukar dengan Desa Bantulintik dipesisir pantai Sulawesi,batas kerajaan Bolaang Itang di

(23)

sungai Gulantu dan menanjang keselatan Gunung Masinggi.adanya perjanjian batas pada tahun 1901 itu maka Kerajaan Bintauna adalah kerajaan pedalaman sejak itu Kerajaan Bintauna sudah memeperoleh daerah pesisir pantai dan Kerajaan Bintauna kehilangan Wilayah kekuasaan distrik Doloduo.

Pada bulan juli 1905 kerajaan Bintauna dipindahkan dari negeri Vantayo kepesisir pantai pada muara Sangkub pada suatu tempat yang bernama Negeri Minaga yang sekarang ini masih di diami oleh sebagian orang Bintauna.pada tahun 1910 dengan adanya banyak penduduk yang di sambar buaya sebagian pnduduk dipindahkan kesuatu tempat di seblah barat dari Bintauna dan disebelah selatan Desa Batulintik yang disebut Desa Bunia, kemudian pada tanggal 1 juli 1913 penduduk Desa Bintauna pantai atau Minanga resmi dipindahkan kesuatu tempat yang bernama Pimpi dan mulai di atur dan ditata Desa-desa disekitar kedua Desa yang terdahul yaitu Desa Pimpi,Bagugula,Parango dan Talaga, sedangkan Desa Kuhanga sudah lebih dahulu dipindahkan dengan Nama Desa Vunongo,untuk melestarikan Nama Bintauna maka Desa Bagugula diganti Nama menjadi Desa Bintauna yang saat sekarang telah menjadi Kelurahan

Kerajaan Bintauna pada saat itu dipimpin oleh Raja Muda Jan Abdul Rasyid Datunsolang 1948-1950. Oleh karena gejolak Politik yang memanas terjadi dipusat sampai ke daerah-derah tidak terkecuali keempat kerajaan yang ada di Bolaang Mongondow yang tergabung dalam pemerintaha dewan Raja-raja. Kerajaan-kerajan tersebut yaitu Kerajaan Mongondow,Kerajaan Bintauna,Kerajaan Kaidipang Besar, dan Kerajaan Bolaang Uki. maka kekuasaan-kekuasaan tidak dapat dipertahankan lagi. Hal ini terjadi karena raja-raja di

(24)

Bolaang Mongondow cenderung pada bentuk Negara federal yang tunduk pada kekuatan konstitusi Negara Indonesia timur (NIT).

Keluarnya peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor. 24 tanggal 23 maret 1954, dimana Bolaang Mongondow ditetapkan sebagai daerah otonomi yakni daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri setingkat Kabupatennya,oleh karena itu, Bintauna menjadi bagian dari Kabupaten Bolaang Mongondow dengan status kecamatan yang beribu kota pimpi. Dideklarasikan Kabupasten Bolaang Mongondow Utara yang diresmikan pada tanggal 25 mei 2007, maka kecamatan Bintauna menjadi bagian dari kabupaten Bolaang Mongondow Utara.

4.9 Bintauna Pada Masa Sekarang

Sejak 1950, wilayah swapraja Kerajan Bintauna Dihapuskan dan diganti dengan pemerintahan Demokratis menurut pilihan rakyat secara langsung. Bahkan kekuasaan Raja Muda J.M.Datunsolang ditiadakan Abo J.M. Datunsolang berada di Gorontalo dan duduk sebagai salah seorang anggota Dewan Raja-raja, pemerintahan sementara dijabat oleh Abo A.M.Datunsolang. sejak penghapusan wilayah swapraja praktis Kerajaan Bintauna.

Pada bulan Desember 1950, proses dimasukannya wilayah Bolaang Mongondow Utara kedalam Wilayah Kabupaten Sulawesi Utara yang di pimpin oleh F.Mokodenseho sebagai kepala daerah Kecamatan Bintauna.keberhasilan pembangunan dikecamatan Bintauna sangat signifikan dengan kebutuhan masyarakat Kecamatan Bintauna.Kecamatan Bintauna Mendapat Prestasi

(25)

gemilang serta usaha yang tidak pernah mengenal kata menyerah mendatangkan hasil yang perlu di perhatikan oleh pemerintah Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Bintauna di catat Dengan Tinta Emas dalam Sejarah perjalan dari masa pemerintahan raja-raja sekarang beralih ke masa pemerintahan Demokrasi.

Setelah peralihan pemerintahan raja-raja kemasa pemerintahan Demokrasi Bintauna mengalami perubahan yang sangat pesat dalam Pemerintahan, pertanian,maupun pendidikan. Pendidikan pada masa kerajaan Bintauna hanya bersifat sekolah rendah 3 Tahun sedang pendidikan pada masa sekarang berupaya untuk menunjang program wajib belajar yang telah dicanangkan oleh pemerintah.

Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu modal dasar pembangunan, sebaliknya sumber daya yang tidak berkualitas akan menjadi beban pembangunan. Oleh karena itu juga salah satu indikator keberhasilan pembangunan diukur dengan kualitas sumber daya manusia. Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara masih tergolong rendah yakni 72,27, berada di peringkat ke-13 Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara dan peringkat 182 nasional. Masih rendahnya angka partisipasi pendidikan, rata-rata lama sekolah masih rendah, angka melek huruf. masih rendah yang diakibatkan oleh:

1. Kondisi dan ketersedian gedung sekolah dan peralatan yang belum memadai;

(26)

2. Penyediaan guru yang belum cukup dan belum merata terutama untuk mata pelajaran pokok seperti Matematika, Ipa, Biologi, Bahasa Inggris,dll;

3. Strata pendidikan guru disemua jenjang pendidikan sebagian besar belum sesuai kompetensi.

4. Masih rendahnya usia harapan hidup, masih tingginya angka kesakitan dan angka kematian anak yang diakibatkan oleh :

5. Belum Tersedianya Sarana Kesehatan Rawat Inap yang memadai terutama Rumah Sakit;

6. Pelayanan kesehatan disemua wilayah Bolmut belum optimal karena kurang tersedianya tenaga medis ( dokter umum, dokter spesialis, perawat ) dan obat-obatan serta sarana dan prasarana lainnya;

7. Kondisi lingkungan pemukiman yang kurang menunjang perangkat kesehatan masyarakat yakni buruknya drainase dan ketersediaan MCK yang sangat kurang;

8. Belum meratanya sarana kesehatan (Poskesdes) di tiap desa.

Upaya pemerintah daerah untuk memacu pembangunan ekonomi membawa dampak kepada penurunan jumlah penduduk miskin yang sangat signifikan beberapa tahun terakhir. Angka kemiskinan pada tahun 2010 dapat ditekan hingga angka 14,21% dari angka 25,62% tahun 2007. Walaupun demikian angka tersebut masih jauh diatas capaian provinsi dan nasional namun komitmen pemerintah daerah untuk terus memperbaiki taraf hidup masyarakat sehingga

(27)

ditargetkan angka kemiskinan pada tahun 2011 dapat dicapai hingga dibawah 10%.

Sebaran penduduk miskin perkecamatan dengan prosentase tertinggi terdapat di Kecamatan Pinogaluman, sedangkan yang terendah terdapat di Kecamatan Bintauna.

Salah satu indikator penting yang digunakan untuk mengamati hasil pembangunan terutama pada bidang ekonomi di suatu wilayah yaitu dengan melihat pertumbuhan ekonomi. Indikator tersebut digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan perekonomian suatu wilayah, yang juga memberikan indikasi tentang sejauh mana dampak dari aktivitas perekonomian selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara selama periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 terus mengalami pertumbuhan positif setiap tahunnya.

Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sangat kaya dengan berbagai potensi daerah meliputi Pertanian ( tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan kehutanan), Perikanan dan kelautan, Pertambangan dan Pariwisata. Pengembangan industri di masa datang sangat dimungkinkan oleh ketersediaan bahan baku dari sektor-sektor terkait tersebut diatas.

Referensi

Dokumen terkait

Penerimaan Pajak Sebelum di Terapkan PP No. Berdasarkan data di atas yang diambil untuk tujuan yang kedua ini adalah pada masa pajak Juli 2012 sampai dengan Juni

Sulistyarini (2011: 231) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dalam resiliensi terdapat sebuah kekuatan bernama optimis, yaitu segala sesuatu bisa menjadi lebih

25.. bah>va rumpon atau perimbun dilihat ikan sebagai tempat berlindung dari serangan musuh dan disdorong oleh nalurinya untuk mencari makan. Tertangkapnya ikan oleh alat

Dari penjelasan ketiga biarawati tersebut menghasilkan definisi yang tak jauh beda dengan narasumber dari agama Islam yaitu para ustadzah bahwasanya menurut para

Stomata pada tumbuhan yang berada di tempat kurang cahaya akan memiliki jumlah yang lebih sedikit dengan ukuran yang besar, dan tumbuhan yang berada pada tempat dengan cahaya

Desa Karangbolong merupakan desa yang terletak di pesisir pantai selatan Kebumen. Karangbolong terkenal dengan wisata pantainya, pantai di Karangbolong mempunyai keunikan tersendiri

Ikal, Arai dan Jimbron memang terlahir dari keluarga yang sederhana, sekolah di SMA Negeri Manggar merupakan tempat mengenyam pendidikan yang pas dengan keuangan orangtua

Bapak Dana Santoso selaku wakil Rektor bidang akademik dan kemahasiswaan Universitas Mercu Buana yang dilakukan pada tanggal 17 Juli 2013 pukul 08.00 WIB – selesai, bertempat