Basic Skill
Counseling
TAHAP I (AWAL) IDENTIFIKASI MASALAH
Isu sentral/utama didefinisikan klien atas bantuan konselor
Pengembangan alternatif masalah oleh Ko dan Kl
Keputusan untuk memilih definisi masalah yang terbaik sebagai hasil diskusi Ko-Kl
Apakah klien menerima definisi
masalah?
Ya, terus ke tahap berikut
Tidak kembali ke
Mari kita perhatikan dialog konseling
Tahap Awal di bawah ini:
Konselor : “Yeni, saya dengar tadi selentingan bahwa kamu ingin membicarakan
sesuatu mengenai pekerjaan.”
Klien : “Ya pak, pekerjaan saya banyak hambatan.” Konselor : “Banyak hambatan? Bagaimana itu?”
Klien : “Coba bapak piker, boss saya yang telah beranak empat mulai menggoda
saya sehingga membuat saya puyeng. Tadinya saya bekerja di bagian pemasaran. Saya senang di bagian itu karena sesuai dengan minat. Dan saya ingin betul-betul mengembangkan diri di situ. Tiba-tiba, saya dipindahkan menjadi sekretaris boss. Dan si Tuti dialihtugaskan kebagian lain. Kasihan teman itu. Saya tidak berminat menjadi sekretaris boss. Terutama karena sifat boss yang doyan cewek cantik. Namun saya perlu uang untuk biaya hidup keluarga karena ayah saya sudah meninggal dan saya adalah anak tertua di keluarga. Jadi saya amat bingung apakah saya harus bertahan disana atau pindah saja demi keamanan jiwa saya.”
Konselor : “Yeni, dari ungkapan perasaanmu tadi, saya melihat bahwa kamu sedang
mengalami konflik batin yang cukup berat dalam pekerjaan. Pertama, kamu ingin punya uang untuk membiayai keluarga. Akan tetapi disamping itu berdasarkan isu-isu selama ini, jabatan sekretaris boss adalah sumber pelecehan seksual oleh boss, sehingga rasanya kamu tidak tahan memegang jabatan barumu tersebut. Kedua, kamu sudah mulai ahli dengan pekerjaan pemasaran, dan dengan jabatan sekretaris tentu kamu akan mengulangi karirmu sejak awal lagi.”
Konselor : “Yeni, dari pembicaraan sekitar 20 menit, saya menangkap bahwa pertama,
anda sedang mengalami konflik karena jabatan baru (sekretaris) tidak sesuai dengan keinginan anda atas dasar jabatan lama (pemasaran) rasanya makin anda kuasai. Kedua, adanya kecemasan anda dengan kedudukan sebagai sekretaris boss, yaitu tentang kemungkinan terjadinya pelecehan seksual terhadap diri anda. Ketiga, anda berpikir bahawa kebutuhan biaya yang besar untuk adik-adik anda membuat anda terpaksa harus bekerja, namun menghadapi resiko dengan kemungkinan pelecehan.”
Klien “Ya pak, itulah yang saya rasakan sekarang, saya sedang bingung
Masalah
Yeni
adalah
konflik
karena jabatan baru tidak sesuai
dengan
keinginannya
dan
kekhawatiran
akan
mengalami
pelecehan seksual oleh bossnya.
Dengan sedikit informasi dari Yeni,
konselor harus mampu membuat
beberapa
kemungkinan
definisi
masalah. Jika Yeni dapat menerima
definisi-definisi masalah itu, maka
proses konseling dapat dilanjutkan ke
Tahap II, atau Tahap
Pertengahan-disebut juga Tahap Kerja (Work
Tahap III (Keputusan untuk Bertindak)
Konselor dan klien berusaha menyusun solusi untuk pemecahan masalah
Mengakhiri Sesi Menguji Solusi
Setiap tahapan konseling ada teknik2 tertentu. Berikut ini scr sistematis dikemukakan teknik2 konseling yg dpt digunakan pd setiap tahapan konseling.
TAHAP AWAL (DEFINISI MASALAH) TAHAP PERTENGAHAN (TAHAP KERJA) TAHAP AKHIR (ACTION) - Attending - Mendengarkan - Empati - Refleksi - Eksplorasi - Bertanya
- Menangkap pesan utama - Mendorong dan dorongan
minimal. - Menyimpulkan sementara - Memimpin - Memfokuskan - Konfrontasi - Menjernihkan - Memudahkan - Mengarahkan - Dorongan minimal - Diam - Mengambil Inisiatif - Memberi nasehat - Memberi Informasi - Menafsirkan - Menyimpulkan - Merencanakan - Menilai - Mengakhiri Konseling.
1. Attending
a. Memberikan kontak mata
b. Postur tubuh relaks
c. Menampilkan gesture yang alamiah
d. Pernyataan verbal tanpa ada interupsi,
pertanyaan, topik baru
Carkhuff (1983) menyatakan bahwa melayani klien scr pribadi merp upaya yg dilakukan konselor dlm memberikan perhatian scr total kpd klien. Hal ini ditampilkan melalui sikap tubuh dan ekspresi wajah.
Secara lebih detail, berikut ini dikemukakan sikap melayani (attending) yang baik, yakni:
1 Kepala Melakukan anggukan jika setuju. 2 Ekspresi
wajah
Tenang, ceria, senyum.
3 Posisi tubuh Agak condong ke arah klien, jarak konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
4 Tangan Variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan gerakan tangan untuk menekankan ucapan.
5 Mendengar aktif
Aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.
Adapun perilaku attending yang tidak baik ditampilkan melalui
sikap-sikap berikut:
1 Kepala Kaku.
2 Muka Kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien sedang bicara, mata melotot.
3 Posisi tubuh Tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling.
4 Bicara Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan klien berpikir dan berbicara.
2. Empati (Empathy)
Klien : “Saya merasa sedih sekali karena setiap pria yang
menikahi saya selalu memutuskan untuk menceraikan saya”.
Konselor : “ehmm….saya dapat memahami perasaan Anda saat
ini….”
Melakukan empati primer dengan mengatakan:
“Saya dapat merasakan bagaimana perasaan saudara.” “Saya dapat memahami pikiran Anda.”
“Saya mengerti keinginan saudara.”
•Melakukan empati tingkat tinggi dengan mengatakan:
“Saya merasakan apa yang saudara rasakan, dan saya ikut terluka dengan pengalaman Anda itu.”
3. Refleksi (Reflection)
Secara lebih sederhana, refleksi dapat didefinisikan sebagai upaya konselor memperoleh informasi lebih mendalam tentang apa yang dirasakan oleh klien dengan cara memantulkan kembali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien.
a.Reflecting feelings (Merefleksikan Perasaan)
Klien : Saya begitu yakin akan menyelesaikan kuliah pada usia sekarang. Tetapi saya gagal menyelesaikannya. Saya merasa bodoh.
Konselor : Jadi,,,,,, kegagalan itu yang menyebabkan Anda merasa bodoh?
Klien : “Dosen itu sialan. Saya membencinya. Saya tidak akan pernah ikut kuliahnya. Saya tidak akan pernah mengerjakan tugas-tugasnya.”
b. Reflecting meanings
Apabila perasaan dan fakta dicampurkan dalam suatu respons yang akurat, hal inilah disebut sebagai refleksi makna. Misal:
Klien : Pak Dosen saya terus-menerus bertanya tentang kehidupan pribadi saya. Saya tidak ingin dia melakukan hal itu.
Konselor : Anda merasa jengkel karena dia tidak merespek privasi Anda.
c. Summative reflection (Refleksi Sumatif)
Terjadi suatu refleksi sumatif, bila diungkapkan kembali secara singkat tema dan perasaan utama yang diekspresikan pembicara selama durasi percakapan yang lebih lama dari pada yang terliput oleh bentuk refleksi lainnya.
Contoh:
“Tema yg selalu Anda ulangi adalah …”
“Marilah kita melakukan rekapitulasi dari apa yg sdh kita bicarakan sejauh ini …”
“Saya memikirkan apa yg Anda katakan. Saya melihat suatu pola dan saya ingin mengeceknya. Anda ...…”
4. Eksplorasi (Eksploration)
Adalah suatu keterampilan konselor untuk menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran klien. Hal ini penting, karena kebanyakan klien menyimpan rahasia batin, menutup atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya dengan terus terang.
a. Eksplorasi Perasaan
“Bisakah Saudara menjelaskan bagaimana perasaan perasaan bingung yang Anda maksudkan?”
•“Saya kira, rasa sedih Anda begitu dalam pada peristiwa
tersebut. Dapatkah Anda kemukakan perasaan Anda lebih jauh?”
b. Eksplorasi Pengalaman
“Saya terkesan dengan pengalaman yang Anda lalui.
Namun saya ingin memahami lebih jauh tentang
pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap
pendidikan Anda.
Next ....
c. Eksplorasi Pikiran
•“Saya yakin Anda dpt
menjelaskan lebih jauh ttg apa
pendapat Anda tentang hadirnya
ibu tiri dalam rumah Anda
”
•“Saya kira, pendapat Anda
mengenai hal itu sangat baik
sekali, dptkah Anda
menguraikannya lebih lanjut.
”
•“Saya yakin saudara dapat
menjelaskan lebih jauh ide anda
tentang sekolah sambil bekerja.”
5. Menangkap Pesan Utama (Paraphrasing)
a. Dengarkan pesan utama itee
b. Ulangi pesan tersebut dengan bahasa iter Contoh:
Itee: “Saya sungguh tidak mengerti. Tadi dia bilang saya harus begini,
semenit kemudian saya disuruh begitu”
Iter: “Dia membuat anda bingung” Itee: “Ya betul, selain itu...”
Klien : “Biasanya dia selalu senang dengan saya, namun tiba-tiba dia memusuhi saya.”
Konselor : “Adakah yang akan anda katakan bahwa perilakunya tidak konsisten?”
Klien : “Itu suatu pekerjan yang baik. Akan tetapi saya tidak mengambilnya. Saya tidak tahu mengapa?”
6. Bertanya Untuk Membuka Percakapan (Open Question)
• “Bagaimana perasaan Ibu ketika melihat dia benar-benar kecanduan obat terlarang itu?”
• “Usaha apa yang telah ibu lakukan untuk mengatasi ketergantungan pada obat terlarang itu?”
• “Apakah saudara merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan sekarang?” • “Bagaimana perasaan Anda saat itu?”
• “Dapatkah Anda mengemukakan hal itu selanjutnya?”
• Boleh saya minta waktu barang lima menit sebelum Anda pergi meninggalkan ruangan ini?”
Sebaiknya gunakanlah kata-kata berikut untuk mengawali pertanyaan: apakah,
7. Bertanya Tertutup (Closed Questions)
Adapun tujuannya adalah: (1) untuk mengumpulkan informasi; (2) untuk menjernihkan atau memperjelas sesuatu; dan (3) menghentikan omongan klien yang melantur atau menyimpang jauh.
Konselor Apakah Anda sulit menerima kematian istri Anda?
Klien Ya.
Konselor Apakah Anda mencintainya?
Klien Ya pak.
Klien : “Saya berupaya meningkatkan prestasi belajar dengan mengikuti belajar
kelompok yang selama ini belum pernah saya lakukan.”
Konselor : “Biasanya Anda menempati peringkat keberapa?” Klien : “Empat”
Konselor : “Sekarang?” Klien : “Sebelas”
Klien (bicara melantur kemana-kemana)…
Konselor “Apakah Anda bisa berhenti bicara melantur seperti ini, dan kembali kepada persoalan semula?”
8. Dorongan Minimal (Minimal Encouragement)
Upaya utama seorang konselor adalah agar kliennya selalu terlibat dalam pembicaraan dan membuka dirinya (self-disclosing) pada konselor. Dorongan ini diucapkan dengan kata-kata singkat seperti oh … ya … terus … dan … Tujuannya
adalah membuat klien semakin semangat untuk menyampaikan masalahnya dan mengarahkan pembicaraan agar mencapai sasaran dan tujuan konseling.
Klien : “Saya kehilangan segalanya. Orangtuaku…huhuhu”
Konselor : “terus…”
Klien : “Saya kehilangan pegangan … dan saya … berbuat” Konselor : “Ya”
Klien : “…nekad…” Konselor : “Lalu”
N0 VERBATIM BASIC SKILL/TEKNIK 1 Saya merasakan apa yang anda rasakan
2 Saya memahami apa yang kamu pikirkan. Namun saya menghargai tekadmu untuk melaksanakan dengan baik
3 Jadi disatu sisi anda mencintainya, akan tetapi disisi lain anda tak mau menikahinya 4 Kl: “ Saya amat bingung karena setiap hari
suami saya pulang dini hari dalam keadaan mabuk”
Ko: “ bingung?”
5 ‘’Anda kelihatan marah terhadap orang tua anda”
Coba kerjakan
Latihan Basic Skill Counseling
Empati Primer
Empati tingkat tinggi
Menangkap Pesan Utama Klien (parapharse)
Dorongan Minimal (minimal Encourage)
Refleksi Perasaan ( reflection of feeling )
N0 VERBATIM BASIC SKILL/TEKNIK
6 “Kelihatannya kamu begitu cemas, murung, dan
tidak begitu bersemangat ? apa demikian ?”
7 “Dapatkah Anda menjelaskan lebih jauh tentang
kecemasan atau masalah yang anda hadapi?”
8 “Saya memahami perasaanmu tertekan karena
merasa tidak berguna. Dapatkah anda menceritakan perasaan tak berguna itu ?
Refleksi perasaan, Bertanya terbuka Attending Eksplorasi perasaan, Bertanya terbuka Attending Empati primer, Refleksi pengalaman Bertanya terbuka Eksplorasi perasaan
N0 VERBATIM BASIC SKILL/TEKNIK 9 “kalau begitu kamu beranggapan sejauh ini
hancurnya prestasi belajar bukanlah kesalahanmu sendiri, akan tetapi kesalahan orang tuamu. Karena itu sikap memojokkan dari orang tua membuat kamu terhina, apa demikian ?”
10 Saudara selalu mengatakan bahwa tidak akan menyia-nyiakan kesempatan hidup di dunia yang hanya satu kali ini, akan tetapi saya melihat saudara belum juga bersedia untuk menjauhkan diri dari minuman beralkhohol itu, tentunya saudara sudah tahu akan akibatnya.
Paraprasing/pesan utama
Refleksi ide
Basic Skill
Counseling
Tahap II
Kerja
Apa yang kita lakukan
• Tugas fase ini adalah untuk memeriksa
kembali definisi masalah dan
mengembangkan suatu solusi-solusi alternatif.
• Proses ini terutama memasukkan pengujian
masalah sehingga menjadi fakta-fakta spesifik
tentang situasi feeling, thinking, dan
Pendektan apa yang akan kita gunakan?
• Konselor psikodinamika akan cenderung kurang
tertarik pada data-data tetapi akan meneliti data
tentang proses ketidaksadaran klien.
• Konselor trait and factor akan cenderung tertarik
pada pengungkapan sebanyak mungkin
data/fakta.
• Konselor humanistik menekankan pada kondisi
self yang realistik memahami kelemahan dan
potensi diri dalam situasi lingkungan saat ini,
percaya kualitas self yang mampu mengatasi.
Next....
• Pandangan berdasarkan satu teori adalah kurang
bijaksana, karena itu pendekatan ekletistik (meramu
semua unsur-unsur baik ditiap teori) adalah lebih
objektif mengingat amat beragamnya klien dan
problemnya (potensi dan masalah).
• Pendekatan eklektistik cenderung menghargai semua
pendekatan, namun memiliki bagian-bagian penting
dan sesuai dengan masalah klien yang dihadapi, karena
itu bisa jadi pendekatan humanistik digandengkan
TAHAP II (FASE KERJA)
Kerangka berpikir teoritis yang melandasi konselor dalam memahami masalah klien
Pendekatan Eklektik, Kualitas Pribadi Konselor, dan Kualitas Teknik Konselor
Konselor & Klien memeriksa definisi masalah & mengembangkan alternatif/cara-cara baru, potential answers, solutions, & mengembangkan isu-isu baru untuk
diskusi selanjutnya.
Berhasil Gagal
Setiap tahapan konseling ada teknik2 tertentu. Berikut ini scr sistematis dikemukakan teknik2 konseling yg dpt digunakan pd setiap tahapan konseling.
TAHAP AWAL (DEFINISI MASALAH) TAHAP PERTENGAHAN (TAHAP KERJA) TAHAP AKHIR (ACTION) - Attending - Mendengarkan - Empati - Refleksi - Eksplorasi - Bertanya
- Menangkap pesan utama - Mendorong dan dorongan
minimal. - Menyimpulkan sementara - Memimpin - Memfokuskan - Konfrontasi - Menjernihkan - Memudahkan - Mengarahkan - Dorongan minimal - Diam - Mengambil Inisiatif - Memberi nasehat - Memberi Informasi - Menafsirkan - Menyimpulkan - Merencanakan - Menilai - Mengakhiri Konseling.
Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Hasil percakapan antara konselor dan
klien hendaknya disimpulkan sementara
oleh
konselor
untuk
memberikan
gambaran kilas balik (feedback)
Konselor :
“Setelah kita berdiskusi beberapa waktu, alangkah baiknya jika kita simpulkan dahulu agar jelas hasil pembicaraannya yang telah kita
lalui. Dari materi pembicaraan yang kita diskusikan, kita sudah sampai kepada dua hal: Pertama, tekad Anda untuk bekerja sambil kuliah
makin jelas; Kedua, namun hambatan yang akan Anda hadapi, seperti yang Anda kemukakan tadi, ada beberapa yaitu: sikap orangtua yang menginginkan Anda segera menyelesaikan studi, dan waktu bekerja yang penuh sebagaimana dituntut oleh perusahaan yang akan Anda masuki. Benarkah demikian?
Interpretasi
Dalam interpretasi, seorang konselor harus
menggunakan teori-teori konseling dan
menyesuaikannya dengan permasalahan klien. Hal
ini, dilakukan untuk menghindari adanya
subjektivitas dalam hubungan konseling.
Adapun tujuan utama teknik ini adalah untuk
memberikan rujukan dan pandangan atas perilaku
klien agar klien mengerti dan berubah melalui
pemahaman dan hasil rujukan baru tersebut.
Next....
Klien : Saya pikir lebih baik saya mati saja. Tidak ada gunanya lagi saya hidup. Semua orang mengucilkan saya.”
Konselor : ”Hidup ini membutuhkan keberanian kita untuk menjalaninya. Kalau Anda berpikir Anda telah dikucilkan oleh semua orang, itu tidak benar. Anda sendirilah yang membuat Anda terkucil melalui pemikiran Anda yang seperti itu. Jika saja Anda berani menghadapi kenyataan bahwa Anda menyesal atas perbuatan Anda, dan Anda yakin Anda ingin berubah lebih baik, inilah saatnya Anda membuktikannya pada semua orang. Bukankah begitu?”
Klien : “Saya pikir dengan berhenti sekolah dan memusatkan perhatian
membantu orang tua berarti bakti saya terhadap keluarga karena adi-adik saya banyak yang amat membutuhkan biaya.”
Konselor : “Pendidikan tingkat SMA pada masa sekarang adalah mutlak bagi
semua warga negara. Terutama yang hidup di kota besar seperti Anda. Karena tantangan masa depan makin banyak, maka dibutuhkan manusia Indonesia yang berkualitas. Membantu orang tua memang harus. Namun mungkin disayangkan jika orang seperti Saudara yang tergolong pandai di sekolah akan meninggalkan SMA.”
Memimpin
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa
adakalanya klien terlalu berbelit – belit menyampaikan
permasalahannya bahkan melantur dari inti
permasalahannya.
Klien : “Saya memang tidak lagi menyukainya. Itu mungkin salah…tapi bagaimana bila saya bekerja di tempat yang jauh? Yah..walapun sebenarnya saya juga ingin menikah dalam waktu dekat.”
Konselor :
“Bagaimana bila kita membicarakannya satu persatu dahulu. Tadi Anda katakana bahwa Anda idak lagi mencintainya.
Konfrontasi
Konfrontasi adalah suatu teknik konseling yang menantang klien untuk melihat adanya dikrepansi atau inkonsistensi antara
perkataan dan bahasa badan (perbuatan), ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan, dan sebagainya.
Klien :
“sebenarnya dia tidak menyakiti saya (wajah murung, tangan digenggam,ekspresi sedih).”
Konselor :
“Anda mengatakan bahwa dia tidak menyakii Anda, tapi mengapa saya melihat wajah Anda begitu sedih ketika mengatakan itu?”
Menjernihkan (Clarifying)
Ketika klien menyampaikan permasalahannya dengan kurang jelas atau samar – samar bahkan dengan keraguan, maka tugas konselor adalah melakukan klarifikasi untuk memperjelas apa sebenarnya yang ingin disampaikan oleh klien.
Klien :
“Saya tidak mengerti siapa saya sebenarnya yang harus saya ikuti?Ayah atau ibu saya?”
Konselor : “Bisakah anda sampaikan kepada saya, siapakah di antara
mereka berdua yang selalu mengambil keputusan dalam keluaga Anda?”
Memudahkan (Facilitating)
Suatu keteampilan membuka komunikasi agar klien dengan
mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan,
pikiran dan pengalamannya secara bebas.
Klien
:
“Saya yakin Anda akan berbicara apa adanya, karena saya
akan mendengarkan dengan sebaik – baiknya”
Diam (Silent)
Dalam proses konseling adakalanya seorang konselor perlu untuk bersikap diam. Adapun alasan konselor melakukan hal ini dapat dikarenakan
konselor yang menunggu klien berfikir, bentuk protes karena klien bicara berbelit – belit atau menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien bebas bicara.
Diam disini bukan berarti tidak ada komunikasi akan melainkan tetap ada yaitu melalui perilaku nonverbal. Yang paling ideal, diam itu paling tinggi 5-10 detik dan selebihnya dapat diganti dengan dorongan minimal. Klien : “saya tidak akan menemuinya lagi…dan saya
…”(berfikir).
Konselor : “…”(diam)
Klien : “Saya …saya harus bagaimana…saya tidak tahu…”
Mengambil Inisiatif (Initiative)
Konselor juga harus dapat mengambil inisiatif apabila klien
kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam, dan kurang
partisipatif.
Konselor mengucapkan kata – kata yang mengajak klien untuk
berinisiatif dalam menuntaskan diskusi. Selain itu, inisiatif
juga diperlukan apabila klien kehilangan arah
pembicaraannya.
Konselor:
“Bukannya Anda sebelumnya mengatakan ingin segera menyelesaikan masalah Anda. Tetapi mengapa sekarang Anda lebih banyak diam…apa yang terjadi…?
Memberikan Informasi (Information)
Dalam hal ini informasi yang diminta klien, sama halnya dengan pemberian nasihat. Jika konselor tidak memiliki informasi sebaiknya dengan jujur katakan bahwa konselor tidak mengetahui hal itu. Akan tetapi jika konselor mengetahui informasi, sebaiknya upayakan agar klien tetap mengusahakannya.
Konselor : “Sebelumnya saya mohon maaf, kalau Anda menanyakan tentang cara pengobatan diabetes, saya sama sekali tidak mengetahui obatnya. Bagaimana bila Anda menanyakan langsung kepada dokter Anda.”