• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN FILM ANIMASI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN FILM ANIMASI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Indonesian Journal of

Elementary and Childhood Education Vol. 1 No. 4. 2020: 146-154

146

PEMANFAATAN FILM ANIMASI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN

Nurfadilah1, Baik Nilawati Astini2, Fahruddin3, Nurhasanah4 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas Mataram e-mail:nf291977@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih rendahnya kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun di Dusun Kota Baru Kecamatan Bolo Kabupaten Bima serta mereka menyukai film animasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan film animasi dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah anak usia 5-6 tahun yang berjumlah lima orang. Data dikumpulkan melalui metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan pemanfaatan film animasi yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun adalah sebagai berikut: (a) menyiapkan media, (b) memilih film yang ditonton, (c) mengatur posisi anak, (d) meminta anak fokus pada film yang ditonton, (e) mendampingi anak menonton, dan (f) melakukan evaluasi. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 1 anak yang kemampuan berbicaranya dikategorikan berkembang sangat baik (BSB) dan 4 anak dikategorikan berkembang sesuai harapan (BSH). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan film animasi yang baik akan berpengaruh pada kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun.

Kata Kunci: film Animasi, Kemampuan Berbicara, PAUD PENDAHULUAN

Menurut Wibowo dalam Fahruddin & Zulfakar (2018) lembaga pendidikan anak usia dini berupaya mengembangkan potensi yang dimiliki anak, dimana potensi tersbut memiliki keberagaman sesuai dengan karakteristik anak usia dini berdasarkan tahapan usia perkembangannya. Potensi yang dimiliki anak berbeda satu sama lain, sehingga membutuhkan pembelajaran yang berbeda pula. Pembelajran yang diberikan harus mampu mengoptimalkan potensi yang ada agar dapat dimanfaatkan sebagai keterampilan hidupnya. Dengan demikian jelas bahwa pendidikan anak usia dini sangatlah penting. Anak usia dini merupakan pondasi awal dalam mengoptimalkan perkembangan anak, mengingat bahwa usia dini merupakan masa keemasan atau sering disebut dengan golden age. Sehingga pada masa inilah saat yang tepat bagi anak untuk memperoleh pertumbuhan dan perkembangan secara optimal untuk kehidupan selanjutnya.

Berdasarkan pada peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik indonesia nomor 137 tahun 2014 pasal 10, terdapat 6 aspek yang perlu dikembangkan pada anak usia dini, salah satunya ialah aspek perkembangan bahasa. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara, menulis dan membaca. Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting untuk dikembangkan pada anak usia dini. Menurut Bromley dalam (Fitriana, 2019) menjelaskan bahwa kemampuan berbicara merupakan kemampuan untuk mengungkapkan sesuatu dalam bentuk kata-kata. ada yang bersifat reseptif (dimengerti dan diterima) maupun ekspresif (dinyatakan). Contoh bahasa ekspresif adalah berbicara dan menuliskan informasi untuk dikomunikasikan dengan orang lain. Menurut Hurlock dalam (Kholifah et al., 2018) pertukaran pikiran tersebut dapat

(2)

Indonesian Journal of

Elementary and Childhood Education Vol. 1 No. 4. 2020: 146-154

147

dilaksanakan seperti isyarat, ungkapan emosional, bicara atau bahasa tulisan, tetapi komunikasi yang paling umum dan efektif dilakukan adalah bicara.

Anak usia dini harus dilatihkan untuk berani mengungkapkan yng dirasakan dan dipikirkan, sehingga pada nantinya anak tidak akan pemalu, mudah mengungkapkan pendapat di depan banyak orang dan mudah berinteraksi. Selain itu pentingnya keterampilan berbicara yang baik, akan memperoleh keuntungan sosial pada usia berikutnya. Oleh karena itu kemampuan berbicara harus dioptimalkan dan dikembangkan sejak usia dini. Salah satunya ialah dengan film animasi.

Menurut Arsyad (2016) “film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup, film ini pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi pendidikan”. Menurut Indraswari dalam (Simarmata et al., 2020) animasi atau lebih akrab disebut dengan film animasi adalah film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak, dengan bantuan komputer dan grafika komputer, pembuatan film animasi menjadi sangat mudah dan cepat. Media animasi termasuk jenis media audio visual karena terdapat gerakan gambar dan suara. Sejalan dengan hal tersebut Sobri & Damayanti (2017) mengungkapkan bahwa dalam proses pembuatannya, film kartun atau film animasi berawal dari gambar-gambar yang tidak bergerak. Setelah diproses sedemikian rupa, gambar-gambar tersebut menjadi tontonan yang menarik karena menghasilkan suatu cerita menarik dengan tokoh yang seolah-olah hidup.

Berdasarkan kenyataan yang ada, khususnya di Dusun Kota Baru Kecamatan Bolo Kabupaten Bima kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun masih tergolong rendah. Dan selama dirumah, ternyata anak lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton film animasi dan bermain. Selama pemanfaatannya, film animasi melibatkan berbagai indera dan organ tubuh seperti telinga, mata, yang memungkinkan informasi atau pesannya mudah dimengerti oleh anak-anak. Namun kembali lagi, tergantung bagaimana penggunaan film animasi itu apakah sudah dikatakan baik atau belum. Sebagaimana hasil temuan dari baiq icha fitriana (2018) bahwa penggunaan film animasi yang baik akan berpengaruh pada kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun. Dari permasalahan tersebut maka hal ini yang mendorong penulis melakukan penelitian tentang “pemanfaatan film animasi dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun di Dusun Kota Baru Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. Dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakan pemanfaatan film animasi dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun di dusun kota baru kecamatan bolo kabupaten bima. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan film animasi dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun di Dusun Kota Baru Kecamatan Bolo Kabupaten Bima.

Adapun hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan peneltian ini adalah (1) Fitriana et al (2018) dalam thesis universitas Mataram yang meneliti tentang “penggunaan film animasi dalam mengembangkan kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK PGRI 15 Rarang. (2) Ramlah, N (2017) dalam jurnal dengan judul “penggunaan media film animasi untuk meningkatkan keterampilan berbicara melaporkan pada siswa kelas XI IPS 1 SMAN 1 Bayan Kabupaten Lombok Utara. (3) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri et al (2018) dengan judul “efektivitas penggunaan media audio visual dalam mengembangkan kemampuan menyimak anak usia 5-6 tahun (studi eksperimen di tk mutiara hati).

METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono dalam (Anggito & Setiawan, 2018) penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

(3)

Indonesian Journal of

Elementary and Childhood Education Vol. 1 No. 4. 2020: 146-154

148

kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel data dilakukan secara purposive, teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah stusdi kasus.

Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Kota Baru Kecamatan Bolo Kabupaten Bima dan dilaksanakan pada akhir bulan Oktober sampai dengan awal bulan November 2020. Data yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah data tentang pemanfaatan film animasi dan data tentang kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun setelah pemanfaatan film animasi. Sumber data dalam penelitian ini adalah orang tua anak dan anak usia 5-6 tahun sebanyak 5 orang.

Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini yaitu: 1) tahap observasi awal, 2) penggalian data lapangan 3) penyusunan laporan. Menurut Sugiyono (2017) teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun langkah-langkah analisis data model Miles dan Huberman dalam (Sugiyono, 2017) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1) pencatatan data, 2) Reduksi Data, 3) Melaksanakan Display atau penyajian data dan 4) mengambil kesimpulan/Verifikasi. Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan uji kredibilitas menggunakan teknik triangulasi. Untuk mengecek apakah informasi yang didapat dengan metode wawancara sama dengan metode observasi, atau apakah hasil observasi sesuai dengan informasi yang diberikan ketika di wawancara.

Tabel 1. Kisi-kisi instrumen kemampuan bebicara anak usia 5-6 tahun

No TPP Indikator Deskriptor 1 Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks Anak mampu menjawab pertanyaan yang diberikan terkait film yang ditonton

1. Menjawab pertanyaan tentang “apa” terkait film yang ditonton

2. Menjawab pertanyaan tentang “siapa” terkait film yang ditonton

3. Menjawab pertanyaan tentang “dimana” terkait film yang ditonton

4. Menjawab pertanyaan tentang “kapan” terkait film yang ditonton

5. Menjawab pertanyaan tentang “mengapa” terkait film yang ditonton

6. Menjawab pertanyaan tentang “bagaimana” terkait film yang ditonton

2 Memiliki perbendaharaan kata

Anak memiliki banyak kosa kata

7. Mampu menambah kosa kata baru

8. Menggunakan kata penghubung (seperti kata dan, dengan, lalu).

3 Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikat- keterangan) Anak berbicara menggunakan struktur S-P-O-K

9. Dapat menyusun kalimat yang berstruktur (S-P-O-K)

10. Menyusun kalimat sederhana dalam bentuk kalimat Tanya

4 Memiliki lebih banyak kata-kata untuk

mengekspresikan ide pada orang lain

Anak mampu mengutarakan pendapatnya dengan kosa kata yang dimilikinya

11. Menceritakan kembali isi film Animasi yang telah ditonton dengan kalimatnya sendiri 12. Mengutarakan pendapat dan keinginannya

dengan bahasa lisan 5 Berkomunikasi

secara lisan

Anak berbicara langsung dengan lawan bicara

13. Mampu memberikan komentar tentang film yang ditontonnya

14. Mampu berbicara dengan artikulasi yang jelas dan intonasi tepat

(4)

Indonesian Journal of

Elementary and Childhood Education Vol. 1 No. 4. 2020: 146-154

149 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penelitian ini dilakukan di Dusun Kota Baru Kecamatan Bolo Kabupaten Bima pada tanggal 29 Oktober 2020 – 6 November 2020. Hasil Pemanfaatan film animasi dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun di Dusun Kota Baru Kecamatan Bolo Kabupaten Bima merupakan hasil kolaborasi antara orang tua dengan peneliti. Adapun hasil penelitiannya dapat dilihat sebagai berikut:

Pemanfaatan Film Animasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Dusun Kota Baru Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, dapat diuraikan bahwa pemanfaatan film animasi dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun yang didapatkan dari hasil wawancara terhadap ke 5 orang tua anak yang diteliti yaitu sebagai berikut:

a) Menyiapkan media.

Saat menonton film animasi bersama anak peneliti menyiapkan media berupa laptop, speaker dan kursi untuk menyimpan laptop saat akan menonton. sementara dari hasil wawancara didapatkan bahwa sebelum menonton, orang tua akan menyiapkan media untuk anak mereka menonton. Media yang biasa digunakan adalah televisi dan juga handphone.

b) Memilih film yang di tonton.

Sebelum mengajak anak untuk menonton, peneliti telah menyiapkan terlebih dahulu film yang akan ditonton. Adapun film yang digunakan adalah film “Nusa dan Rara”. Film ini dipilih karena durasinya sebentar serta terdapat banyak nilai moral yang bisa diajarkan pada anak. Sementara dari hasil wawancara didapatkan bahwa para orang tua akan memilihkan film yang akan ditonton, apakah layak atau tidak. Jika menggunakan televisi akan tetap di awasi, jika menggunakan handphond biasanya akan didownload terlebih dahulu. Serta pemilihan film yang akan ditonton disesuaikan lagi dengan keinginan anak. c) Mengatur posisi anak

Sebelum menonton peneliti mengatur posisi anak agar masing-masing anak bisa melihat film yang ditayangkan dengan jelas dan bisa duduk senaman mungkin. Sementara dari hasil wawancara juga didapatkan data bahwa para orang tua tetap memperhatikan posisi anak senyaman mungkin saat menonton dan memperhatikan jarak anak untuk menonton agar tidak terlalu dekat dengan layar hp maupun televisi.

d) Meminta fokus anak pada film yang ditonton

Saat film ditayangkan, peneliti tetap memperhatikan dan mengupayakan agar anak bisa fokus terhadap film yang ditonton. Sementara dari hasil wawancara para orang tua terkait langkah ini, didapatkan data bahwa para orang tua tetap memperhatikan anak agar fokus pada film yang sedang ditonton walaupun ada beberapa yang tidak melakukannya dengan baik.

e) Mendampingi anak menonton

Selama penayangan, peneliti tetap mendampingi anak sampai akhir kegiatan menonton. Sementara dari hasil wawancara para orang tua terkait langkah ini, didapatkan data bahwa para orang tua menemani anak mereka saat menonton, walaupun ada beberapa yang tidak terlalu sering dan jarang melakukannya karna hal pekerjaan dan sebagainya.

f) Melakukan evaluasi

Setelah selesai menonton, peneliti menanyakan beberapa pertanyaan terkait film yang telah ditonton serta meminta anak untuk menceritakan kembali film yang ditonton dengan bahasanya sendiri secara bergiliran . sementara dari hasil wawancara peneliti terhadap para orang tua terkait langkah ini, didapatkan data bahwa hanya beberapa orang tua yang menanyakan pada anak pertanyaan-pertanyaan terkait film yang ditonton serta meminta

(5)

Indonesian Journal of

Elementary and Childhood Education Vol. 1 No. 4. 2020: 146-154

150

anak menceritakan kembali isi film yang ditonton. Sementara beberapa orang tua lainnya hanya sekedar menemani anak tanpa memberikan evaluasi pada anak.

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa langkah pemanfaatan film animasi yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak adalah: (a) menyiapkan media, (b) memilih film yang ditonton, (c) mengatur posisi anak, (d) meminta anak fokus pada film yang ditonton, (e) mendampingi anak menonton, dan (f) melakukan evaluasi

Kemampuan Berbicara

Adapun hasil kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun setelah pemanfaatan film animasi di Dusun Kota Baru Kecamatan Bolo Kabupaten Bima yang dilakukan sejak tanggal 29 Oktober – 5 November 2020 melalui metode observasi, wawancara dan dokumentasi dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 1. Hasil Kemampuan Berbicara Anak Setelah Pemanfaatan Film Animasi

Hasil grafik di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: a) Deskriptor 1. Menjawab pertanyaan tentang “Apa”

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah peneliti lakukan ke 5 anak yang diteliti yakni LBS, NA, RL, A dan AA dikategorikan sudah berkembang sangat baik pada deskriptor ini. Semua anak mampu menjawab pertanyaan tentang “apa” yang peneliti ajukan seperti “apa judul film yang ditonton?” dan pertanyaan “apa film yang ditonton Nusa dan Rara?” semua anak sudah mampu menjawab dengan baik. Hal ini juga didukung oleh hasil wawancara peneliti dengan para orang tua anak bahwa anak mereka sudah mampu menjawab pertanyan tentang “apa” yang diberikan oleh orang tuanya kepada anak.

b) Deskriptor 2. Menjawab pertanyaan tentang “siapa”

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah peneliti lakukan ke 5 anak yang diteliti yakni LBS, NA, RL, A dan AA dikategorikan sudah berkembang sangat baik pada deskriptor ini. Semua anak mampu menjawab pertanyaan tentang “apa” yang peneliti ajukan seperti “siapa saja yang ada di dalam film tadi?” semua anak sudah mampu menjawab dengan baik. Hal ini juga didukung oleh hasil wawancara peneliti dengan para orang tua anak bahwa anak mereka sudah mampu menjawab pertanyan tentang “siapa”.

4 4 4 4 4 3 3 1 4 3 4 2 3 3 4 4 4 4 3 2 2 1 3 3 2 1 2 3 4 4 4 4 2 2 3 1 2 2 2 1 2 3 4 4 4 4 3 2 3 1 2 3 2 2 3 2 4 4 4 4 3 3 3 1 3 2 3 2 3 2

Desk.1 Desk.2 Desk.3 Desk.4 Desk.5 Desk.6 Desk.7 Desk.8 Desk.9 Desk.10 Desk.11 Desk.12 Desk.13 Desk.14

Capaian Kemampuan Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun

(6)

Indonesian Journal of

Elementary and Childhood Education Vol. 1 No. 4. 2020: 146-154

151

c) Deskriptor 3. Menjawab pertanyaan tentang “dimana”

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah peneliti lakukan ke 5 anak yang diteliti yakni LBS, NA, RL, A dan AA juga dikategorikan sudah berkembang sangat baik pada deskriptor ini. Semua anak mampu menjawab pertanyaan tentang “dimana” yang peneliti ajukan seperti “dimana Nusa tidur?” semua anak sudah mampu menjawab dengan benar. Hal ini juga didukung oleh hasil wawancara peneliti dengan para orang tua anak bahwa anak mereka sudah mampu menjawab pertanyan tentang “dimana”.

d) Deskriptor 4. Menjawab pertanyaan tentang “kapan”

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah peneliti lakukan pada ke 5 anak yakni LBS, NA, RL, A dan AA juga dikategorikan sudah berkembang sangat baik pada deskriptor ini. Semua anak mampu menjawab pertanyaan tentang “kapan” yang peneliti ajukan seperti “kapan Nusa dan Rara menonton film zombie?” semua anak sudah mampu menjawab dengan benar. Hal ini juga didukung oleh hasil wawancara peneliti dengan para orang tua anak bahwa anak mereka sudah mampu menjawab pertanyan tentang “kapan”.

e) Deskriptor 5. Menjawab pertanyaan tentang “mengapa”

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah peneliti lakukan pada ke 5 anak, saat peneliti mengajukan pertanyaan tentang “mengapa” seperti pertanyaan “mengapa Nusa bisa mimpi buruk sedangkan Rara tidak?” terdapat 1 anak yang mendapat skor 4 yakni ananda LBS, 3 orang yang meperoleh skor 3 yakni ananda NA, A, AA dan 1 orang yang memperoleh skor 2 yakni ananda A.

f) Deskriptor 6. Menjawab pertanyaan tentang “bagaimana

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah peneliti lakukan pada ke 5 anak, saat peneliti mengajukan pertanyaan tentang “bagaimana” seperti pertanyaan “bagaima cara Rara agar tidak mimpi buruk?” awalnya semua anak diam, namun akhirnya peneliti membantu dan membimbing anak sehingga terdapat 2 anak yang memperoleh skor 3 sementara 3 anak lainnya memperoleh skor 2. Hal ini juga didukung oleh hasil wawancara bahwa anak masih kurang memahami cara menjawab pertanyaan tentang “bagaimana” kecuali pertanyaan yang umum mereka dengar seperti bagaimana kabarnya hari ini dan sebagainya.

g) Deskriptor 7. Mampu menambah kosa kata yang baru di dengarnya

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti ke 5 anak yakni LBS, NA, RL, A dan AA sudah mampu menambah kosa kata yang baru mereka dengar dari film Nusa dan Rara yang ditayangkan oleh peneliti. hal ini juga di dukung oleh hasil wawancara dari para orang tua bahwa anak-anak banyak memperoleh kosa-kata baru dari film-film animasi yang mereka tonton. dan kata-kata tersebut sering mereka ucapkan. Salah satunya dari film upin dan ipin.

h) Deskriptor 8. Menggunakan kata penghubung (seperti kata “dan” dengan “lalu”).

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dari ke 5 anak yang diteliti tidak satupun dari mereka yakni LBS, NA, RL, A dan AA yang menggunakan kata penghubung “dan” dengan kata “lalu”. Mereka lebih sering menggunakan kata penghubung “sama” dan kata penghubung “terus”. Hal ini juga di dukung oleh hasil wawancara dengan para orang tua bahwa anak jarang menggunakan kata penghubung “dan” dengan “lalu”.

i) Deskriptor 9. Menceritakan kembali isi film animasi yang telah ditonton dengan kalimatnya sendiri.

Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan terkait deskriptor ini, saat peneliti meminta anak untuk menceritakan kembali isi film yang ditonton, hany ada 1 anak yang memperoleh skor 4 yakni ananda LBS. Hal ini juga didukung oleh hasil wawancara peneliti dengan ibunya bahwa ananda LBS merupakan anak yang cepat menyerap apa yang diajarkan. Selanjutnya terdapat dua anak yang memperoleh skor 3 yakni ananda NA dan AA. Sedangkan ananda RL dan ananda A mendapat skor 2.

(7)

Indonesian Journal of

Elementary and Childhood Education Vol. 1 No. 4. 2020: 146-154

152

j) Deskriptor 10. Mengutarakan pendapat dan keinginannya dengan bahasa lisan

Pada deskriptor ini semua anak sudah mampu menyampaikan apa yang mereka ingin sampaikan dengan baik meskipun sebelumnya harus diberikan arahan. Hal ini juga didukung oleh hasil wawancara peneliti dengan para orang tua bahwa anak-anak mereka sudah mampu mengutarakan pendapatnya dengan bahasa lisan seperti saat meminta untuk dibelikan mainan, memilih film yang ingin ditonton dan sebagainya.

k) Deskriptor 11. Dapat menyusun kalimat yang berstruktur (S-P-O-K)

Berdasarkan pengamtan yang peneliti lakukan terdapat 1 anak yang berkembang sangat baik, 2 anak berkembang sesuai harapan dan 2 anak mulai bekembang. Hal ini dapat dilihat saat mereka menceritakan kembali isi film yang ditonton.

l) Deskriptor 12. Menyusun kalimat sederhana dalam bentuk kalimat tanya

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, pemanfaatan film animasi dalm meningkatkan kemampuan berbicara anak menunjukan bahwa hanya 3 anak yakni LBS, A, dan AA yang mendapat skor 2 dimana ke tiga anak tersebut mampu mengajukan kalimat pertanyaan terkait film seperti “apa itu?”, “mana ayahnya”, “mana bibinya”, sementara 2 anak lainnya hanya diam yakni ananda NA dan RL walaupun telah peneliti memberikan bantuan.

m) Deskriptor 13. Mampu memberikan komentar terkait film yang ditonton

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan didapatkan data bahwa dalam deskriptor ini terdapat 1 anak yang mendapat skor 4 yaitu LBS dan 4 anak mendapat skor 3 yakni ananda NA, RL, A dan AA.

n) Deskriptor 14. Mampu berbicara dengan artikulasi yang jelas dan intonasi tepat

Dari hasil pengamata yang dilakukan oleh peneliti terdapat 2 anak yang mendapat skor 4. Ananda LBS dan NA sudah mampu berbicara dengan artilkulasi yang jelas dan intonasi yang tepat. Kemudian terdapat 1 anak yakni RL, sudah mampu berbicara dengan artikulasi yang jelas tetapi intonasi belum tepat. Sementara 2 anak lainnya yakni A dan AA mendapat skor 2 karena sudah mampu berbicara tetapi masih ada sebagian kata yang belum jelas pengucapannya.

Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti di atas sejak tanggal 30 Oktober – 5 November 2020, dapat dilihat bahwa dari hasil analisis yang dipaparkan diatas menunjukan bahwa pemanfaatan film animasi yang dilakukan oleh para orang tua dan peneliti sudah dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak. Adapun langkah-langkah pemanfaatan film animasi yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun adalah: menyiapkan media; memilih film yang akan ditonton, mengatur posisi anak, meminta fokus anak, menemani anak menonton dan melakun evaluasi. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 5 anak yang diteliti terdapat 1 anak yang berkembang sangat baik (BSB) dan 4 anak berkembang sesuai harapan (BSB). Perbedaan hasil kemampuan berbicara yang ditunjukan disebabkan oleh pemanfaatan film animasi dari para orang tua masing-masing anak. Semakin optimal pemanfaatan yang dilakukan maka akan semakin optimal pula kemampuan berbicara anak. Sebagaimana hasil temuan dari Baiq icha Fitriana (2018) bahwa “penggunaan film animasi yang baik akan berpengaruh pada kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun. Masih ada beberapa orang tua yang hanya sekedar menemani tanpa melakukan evaluasi, begitu pula sebaliknya. Padahal peran orang tua dalam mendampingi anak saat menonton sangat penting. Menurut Sitamorang dalam (Longdong et al., 2017). Peran orang tua dalam mendampingi anak ketika menonton televisi penting agar pengetahuan dan informasi yang diterima anak tetap sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat. Bimbingan orang tua sangat penting dalam membimbing anak-anak dari hal-hal yang dapat merugikan pribadi anak. Dengan demikian peran orang tua dan atau guru dalam memberikan arahan kepada anak-anak, agar anak-anak tidak terjerat dengan tontonan dalam program tersebut

(8)

Indonesian Journal of

Elementary and Childhood Education Vol. 1 No. 4. 2020: 146-154

153 sangatlah penting.

Selain itu langkah kegiatan evaluasi merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran dari menonton film/video. Menurut Itifah (2019) evaluasi digunakan untuk memperoleh informasi tentang kemajuan berbagai aspek perkembangan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran selama kurun waktu tertentu. kegitan evaluasi merupakan tugas dan tanggung jawab guru. Evaluasi dilakukan untuk melihat efektivitas penggunaan sumber belajar apakah sudah cukup baik atau perlu perbaikan. Sementara bagi orang tua, evaluasi ini bisa dilakukan dengan memberikan pertanyaan atau umpan balik kepada anak serta dapat dilakuakan dengan memberi kesempatan kepada anak untuk menceritakan kembali apa yang sudah dilihat dan didengarnya dengan bahasanya sendiri.

Sementara itu pada capaian kemampuan berbicara anak Pada indikator Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks, terlihat semua anak mengalami peningkatan terutama dalam hal menjawab pertanyaan dengan menggunakan kata tanya “apa”, “siapa”, “kapan”, “dimana”, “mengapa”. Namun dalam menjawab pertanyaan tentang “bagaimana” anak-anak masih perlu bimbingan. Pada indikator perbendaharaan kosa kata, kosa kata anak bertambah seperti film, horor, mimpi, buruk, es krim, besar, ambil, air wudhu, baca, do’a, zombi. Namun dalam hal menggunakan kata sambung dengan menggunakan kalimat secara lisan seperti “dan”,”lalu”. Hampir keseluruhan anak tidak ada yang menggunakan. Mereka lebih sering menggunakan kata penghubung “sama”, “trus”. Sehingga anak-anak masih memerlukan bimbingan dan pembiasaan.

Pada indikator memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekspresikan ide pada orang lain. anak dapat menceritakan kembali film yang telah ditontonnya menggunakan bahasanya sendiri walaupun ada beberapa anak yang masih terbata-bata perlu diberikan bimbingan dan motivasi. Selanjutnya anak mampu mengutarakan pendapat dan keinginannya dengan bahasa lisan. Kemampuan anak Pada indikator menyusun kalimat dalam struktur lengkap juga sudah meningkat. Anak-anak dapat menyusun kalimat berstruktur (S-P-O-K). Hal ini terlihat ketika anak sudah mampu menceritakan kembali isi film yang ditontonnya. Tetapi anak perlu dilatih dan dibimbing untuk dapat menyusun kalimat sederhana dalam bentuk kalimat tanya.

Pada indikator berkomunikasi secara lisan juga sudah mengalami peningkatan. Anak sudah mampu memberikan komentar terkait film yang ditontontonya. Serta mampu berbicara dengan jelas meskipun ada beberapa anak yang berbicara kurang jelas dan masih pelan. Hal ini sesuai dengan pendapat Jamaris, bahwa percakapan yang dilakukan oleh anak usia 5-6 tahun telah menyangkut berbagai komentarnya terhadap apa yang dilkukan oleh dirinya dan orang lain serta apa yang dilihatnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan film animasi yang dilakukan dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun di Dusun Kota Baru Kecamatan Bolo Kabupaten Bima.

SIMPULAN (PENUTUP)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan film animasi dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun di Dusun Kota Baru kecamatan Bolo Kabupaten Bima. Ketika pemanfaatan film animasi dilakukan secara optimal maka kemampuan berbicara anak pun akan berkembang optimal. Berdasarkan hasil kolaborasi antara peneliti dengan orang tua didapatkan bahwa langkah-langkah pemanfaatan film animasi yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak usia 5-6 tahun adalah: (a) Menyiapkan media, (b) Memilih film yang akan ditonton, (c) Mengatur posisi anak, (d) Meminta fokus anak, (e) Mendampingi anak menonton, dan (f) Melakukan evaluasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa setelah pemanfaatan kemampuan berbicara anak meningkat. Dari 5 anak yang diteliti, terdapat 1 anak yang dikategorikan berkembang sangat baik (BSB) dan 4 anak yang dikategorikan berkembang sesuai harapan (BSH). Mengingat betapa pentingnya kemampuan berbicara sebagai salah satu dari keempat kemampuan dalam

(9)

Indonesian Journal of

Elementary and Childhood Education Vol. 1 No. 4. 2020: 146-154

154

perkembangan bahasa sebagai alat komunikasi untuk kehidupan dilingkungan masyarakat. Maka peneliti memberi saran-saran sebagai berikut:

1. Orang tua

Orang tua hendaknya melakukan keenam langkah pemanfaatan film animasi diatas agar kemampuan berbicara anak dapat berkembang sangat baik. Sebab jika hanya sekedar memfasilitasi ataupun menemani tanpa melakukan evaluasi maka hasilnya akan kurang mengoptimalkan kemampuan berbicara anak. Dan jika bisa lakukan secara kontinu. 2. Guru

Diharapkan guru mampu menggunakan film animasi sebagai salah satu media pengembangan bahasa anak khusunya dalam keterampilan berbicara, dan tentunya langkah-langkah pemanfaatan film animasi yang diterapkanpun harus optimal agar kemampuan anakpun optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Anggito, A & Setiawan J, 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jawa Barat : CV Jejak. Arsyad, A. 2016. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Fahruddin, F & Zulfakar, Z. 2018. Culturally Responsive Teaching Practice In Early Childhood International Journal of Recent Scientific Research. Vol. 9, Issue, 9(E), PP.28941-28951.

Fitriana, B. I. 2018. Penggunaan Film Animasi Dalam Mengembangkan Kemampuan Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun di TK PGRI 15 Rarang. S1 thesis, Universitas Mataram.

Simarmata, J., Hanum, R. A., Situmorang, D., Sitorus, M., Lubis, R. A., Fazila, N., ... & Irma, I. (2020). Elemen-Elemen Multimedia untuk Pembelajaran. Yayasan Kita Menulis. Longdong, J. S., Ismanto, A. Y., & Masi, G. (2017). Hubungan Bimbingan Orang Tua Saat

Anak Menonton Filmkartun Ditelevisi Dengan Perilaku Anak Di SD Inpres Laikit Kabupaten Minahasa Utara. JURNAL KEPERAWATAN, 5(1).

Kholifah, 2018. Prosiding Seminar Nasional: Memaksimalkan Peran Pendidik dalam Membangun Karakter Anak Usia Dini Sebagai Wujud Investasi Bangsa, Jilid 3. Tuban: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pgri Ranggolawe Tuban

Putri, N. A. F, Fahruddin, F., Astini, B. N. 2018. Efektifitas Penggunaan Media Audio Visual Dalam Mengembangkan Kemampuan Menyimak Anak Usia 5-6 Tahun Di Tk Mutiara Hati Tahun Ajaran 2017/2018 (Studi Eksperimen Di Tk Mutiara Hati). Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran Vol.2, No.2, hal 127 – 144.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 Tentang Standar Pendidikan Nasional Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.

Ramlah, N. 2020. Penggunaan Media Film Animasi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melaporkan Pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMAN 1 Bayan Kabupaten Lombok Utara. Doi: 10.36312/Jsip.V4i2.1088

Iftitah, S. L. 2019. Evaluasi Pembelajaran Anak Usia Dini. Bangkes Kadur: Duta Media Publishing.

Fitriana, S. 2019. Kurangnya Bahasa Ekspresif Pada Anak Usia 5 Tahun di Jl.Raden Fatah No 004 RT 01 Kelurahan Pagar Dewa, Kecamatan Selebar Kota Bengkulu. Al fitrah : journal of early childhood islamic education. Vol.2 No.2. issn:2599-2287.

Sobri, M., & Damayanti, N. R. (2017). Pengantar Teknologi Informasi-Konsep dan Teori. Penerbit Andi.

Gambar

Gambar 1. Hasil Kemampuan Berbicara Anak Setelah Pemanfaatan Film Animasi

Referensi

Dokumen terkait

Adanya film animasi ini diharapkan dapat memvisualisasikan, mendokumentasikan, dan menyajikan nilai moral dalam budaya Jawa melalui media yang menarik. Kata kunci : Animasi,

adobe flash Pro adalah suatu software yang digunakan untuk pembuatan animasi. Seperti pembuatan film animasi, animasi pelengkap halaman web, hingga animasi untuk game. Dengan

Perancangan Film Animasi Edukasi Rambu-Rambu Berlalu Lintas Untuk Anak Usia 5-7 Tahun.. Elianda Mardi

Output dari penelitian film animasi menggunakan metode Research and Development ini berupa hasil analisa dan media pembelajaran tentang efektivitas produksi film animasi

Dimana sang creator menciptakan film animasi dengan tokoh Nussa dan Rara menceritakan tentang dua kakak beradik dengan sangat lucu dan unik, dalam film animasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara intensitas menonton film animasi terhadap tingkat agresivitas anak dengan signifikansi 0,04

Hasil dari analisis konten dalam film animasi ini sesuai dengan dugaan awal peneliti yang meyakini bahwa film animasi ini mampu dijadikan sebagai media penguatan pendidikan karakter

Peneliti juga berharap dengan adanya media video animasi ini dapat mempermudah dan memperjelas anak usia dini dalam melakukan pembelajaran khususnya mengenai motorik kasar pada anak