TESIS
KONSEP PEMILIHAN LOKASI PERMUKIMAN AMAN
GEMPA DI KOTA BENGKULU
Mega Rahmah Kurniawani
LATAR BELAKANG
Letak Kota Bengkulu pada pertemuan lempeng tektonik
Samudera
Hindia
dan
lempeng
tektonik
Asia
menyebabkan Kota Bengkulu sering dilanda gempa
tektonik
Gempa bumi sering melanda Bengkulu, pada tanggal 4 Juni
2000 gempa bumi dengan kekuatan 8 skala Richter
menimbulkan bencana paling besar di Bengkulu. Berdasarkan
catatan sejarah, bencana gempa juga pernah terjadi pada
tahun1833,1914, 1940, dan1980.
Pada tahun 2007 terjadi lagi gempa yang cukup besar di Kota
Bengkulu yaitu 7,9 skala Richter. Jumlah gempa yang terjadi
selama tahun 2007 tercatat sebanyak 61 kali. (Stasiun
Klimatologi Bengkulu, 2008)
Permasalahan utama adalah lokasi perumahan yang terletak pada sesar
gempa sehingga tidak aman dan tidak cocok untuk lokasi perumahan, maka permasalahan penelitian yang akan dijawab agar dapat memberikan masukan untuk konsep pemilihan lokasi perumahan aman gempa di Kota Bengkulu sehingga mempunyai kelayakan lokasi permukiman adalah :
Kriteria apa saja yang tepat untuk lokasi perumahan aman gempa
Tujuan Penelitian adalah :
Menyusun konsep penentuan lokasi perumukiman aman gempa di Kota Bengkulu.
Sasaran Penelitian adalah :
Mengidentifikasi lahan dengan Mitigasi Bencana Menentukan kriteria penentu lokasi
Menyususn konsep pemilihan lokasi permukiman
Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dapat
memberikan kontribusi pada pengembangan bidang arsitektur, khususnya bidang perumahan permukiman dalam pemilihan lokasi permukiman di daerah rawan gempa, dan Sebagai masukan bagi pemerintah Kota untuk menentukan kebijakan yang berkaitan dengan lokasi permukiman yang berada di daearh rawan gempa bumi.
Kajian Pustaka
Untuk menjawab sasaran dalam penelitian maka kajian pustaka yang digunakan yaitu :
Mengidentifikasi lahan dengan mitigasi bencana
1. Supono Sastra M, 2005, (konteks : kondisi geologi lahan), Suatu daerah permukiman memerlukan kondisi dasar geologi maupun topografi yang baik untuk dapat berkembang dengan baik. Apabila tanah mempunyai kestabilan dan kemantapan, secara teknis dilahan tersebut akan dapat dikembangkan berbagai bangunan secara bebas dan leluasa
2. www.waspada.co.id, Secara geologi struktur tanah kalau lapisannya padat seperti terdiri dari bebatuan, maka lapisan itulah yang akan meredam getaran gempa di dalam tanah sehingga kita yang berada di atas kurang merasakandampak gempa
3. Widodo, 2007, (konteks : mitigasi bencana),Resiko terjadinya bencana merupakan fungsi dari potensi bencana (hazards), fungsi kerentanan (vulnerability)dan kemampuan (capacity).
4. Arahan Kebijakan Mitigasi Bencana Perkotaan di Indonesia, 2002, Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok utama, yaitu potensi bahaya utama (main hazard potency) dan potensi bahaya ikutan (collateral hazard potency)
5. Dardak, 2006, Arahan pemanfaatan ruang berbasis mitigasi bencana salah satunya adalah menentapkan zona tingkat kerawanan (jalur gempa) pada masing-masing daerah, dari yang paling rawan hingga yang paling aman sehingga diketahui jalur evakuasinya.
Dari kajian pustaka di atas untuk mengidentifikasi lahan dengan mitigasi bencana didapat 2 indikatornya dan 6 variabel
1. Kondisi topografi Variabel : a. Struktur tanah b. Struktur batuan c. Kemiringan tanah d. Ketinggian tanah
2. Kondisi Bencana Gempa Variabel :
a. Potensi Bencana b. Jalur Gempa
Lanjutan Kajian pustaka
Kriteria-kriteria penentu lokasi permukiman aman gempa
1. Robinson Tarigan, 2004, (konteks : teori lokasi) Teori lokasi ilmu yang menyelidiki tataruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap berbagai usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial.
2. Komarudin, 1996, Kriteria pemilihan lokasi antara lain adalah tersedianya lahan yang cukup, bebas dari pencemaran air dan lingkungan, terjaminnya tingkat kualitas lingkungan hidup yang sehat bagi penghuni bebas banjir dan mempunyai kemiringan 0-15% dapat dibuat saluran pembuangan air hujan(drainase) dan jaringan jalan setapak yang baik, dan terjamin kepastian hukum dalam kepemilikan tanah
3. Suprano, 2005, Lokasi perlu diperhatikan untuk merencanakan lingkungan perumahan dengan baik. Lokasi perumahan sebaiknya dipilih didaerah yang memberikan akses yang mudah bagi para pemukim (30 menit)untuk menuju tempat kerja dan pusat-pusat kegiatan pelayanan yang lebih luas.
Lanjutan Kajian Pustaka
4.
Doxiadis, 1968, ( konteks : perumahan & Permukiman) Permukiman adalah paduan antara unsur manusia dan masyarakat, alam dan unsur buatan. Semua unsur pembentukan permukiman tersebut salingterkait dan saling mempengaruhi serta saling menentukan satu dengan yang lainnya.
Dari kajian pustaka di atas untuk menentukan kriteri penentu lokasi ada 3 indikator dan 6 variabel sebagai berikut :
1. Kesesuaian Lokasi a. Potensial
2. Kondisi Sarana dan Prasasarana Permukiman a. Ketersediaan lahan
b. Ketersediaan sarana dan prasarana permukiman c. Aman
d. Nyaman
3. Kualitas lingkungan permukiman
a. Elemen lingkungan permukiman (unsur alam, manusia, masyarakat, lindungan dan jejaring)
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan metode analisis secara kualitatif karena menggambarkan kondisi secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta kondisi sumberdaya yang terdapat dalam suatu wilayah serta bertujuan mencari/merumuskan konsep dan arahan implementatif dan konsep yang telah dirumuskan.
Berdasarkan sasaran penelitian dan jenis data yang dikumpulkan diperlukan teknik analisa sebagai berikut :
Sasaran Tujuan analisa Alat analisa
Mengidentifikasi lahan dengan mitigasi bencana.
Mendapatkan identifikasi lahan dengan mitigasi bencana Metode Pembobotan ( Faktor Skoring) Menentukan criteria penentu lokasi permukiman
Mendapatkan kriteria untuk lokasi permukiman di daerah rawan gempa bumi
Analisa Deskriptif Kualitatif (dengan Likert) Menyusun konsep pemilihan lokasi permukiman Mendapatkan kesepakatan pendapat tentang konsep pemilihan lokasi permukiman
Bagan AlurPenelitian
Analisa Data dan Pembahasan
Gambar 3.2 Bagan alur Penelitian Data Primer • Wawancara - Tenaga Teknis PU - Kepala BMG - DPR • Observasi
Identifikasi lahan dengan mitigasi bencana
(Analisa Skoring/pembobotan)
Menyusun konsep pemilihan lokasi permukiman aman
gempa
(Analisa Trianggulasi)
Konsep Pemilihan Lokasi Permukiman Aman Gempa di Kota Bengkulu
Data Sekunder
• Dokumen
- Data-data dari Bappeda - Data-data dari Dinas Tata
Kota
• literatur
Menentukan criteria penentu lokasi
(Analisa deskriptif kualitatif) PERMASALAHAN
Kriteria apa yang tepat untuk lokasi permukiman aman gempa bumi
Tujuan Penelitian Kajian Pustaka Pengumpulan Data
Gambaran Umum Kota Bengkulu
Kota Bengkulu merupakan ibukota Propinsi Bengkulu,
secara geografis terletak pada 10° 20' 14'' – 10° 20' 22'' Bujur Timur
dan 3° 45' - 3° 59' Lintang Selatan. Kota Bengkulu memiliki luas
wilayah 539,3 km
2terdiri dari daratan seluas 151,70 km
2dan
lautan seluas 387,6 km
2. Secara administrasi kota Bengkulu
berbatasan sebelah Utara dan Timur dengan Kabupaten
Bengkulu Utara, sebelah Selatan dengan Kabupaten Seluma,
sebelah Barat dengan Samudra Indonesia.
Berdasarkan Perda No 28 Tahun 2003, secara administratif,
Kota Bengkulu terdiri atas 8 Kecamatan yaitu Kecamatan Selebar
dengan 6 Kelurahan, Kecamatan Kampung Melayu dengan 6
Kelurahan, Kecamatan Gading Cempaka dengan 11 Kelurahan,
Jumlah penduduk Kota Bengkulu. Pada tahun 2007 jumlah
penduduk Kota Bengkulu adalah 270.081 jiwa.
Analisa & Pembahasan
Analisa Identifikasi Lahan dengan Mitigasi Bencana
Untuk mengidentifikasi lahan dengan mitigasi bencana,
dilakukan analisis skoring menggunakan metode kuesioner dan
wawancara. Adapun prosesnya sebagai berikut:
a. Tahap pertama, hasil survey primer melalui penyebaran
kuesioner pada para responden ditabulasikan
b. Tahap kedua menghitung nilai indeks dari tiap-tiap variabel,
dengan cara masing-masing jawaban dikalikan dengan bobot
skor jawabannya. Kemudian hasilnya dijumlahkan dan dibagi
dengan jumlah pengelompokkan derajat pengaruh (n=4). Hasil
perhitungan ini akan diberi nilai tertentu bagi setiap
variabel.(Riduwan, 2004)
c. Tahap ketiga, setelah diperoleh nilai indeks masing-masing
variabel, untuk menentukan variabel mana yang berpengaruh
atau tidak. Dilakukan dengan perbandingan dengan nilai indeks
rata-rata dengan menggunakan Rumus Nilai Indeks Rata-rata:
Lanjutan Analisa Identifikasi Lahan Dengan Mitigasi Bencana
Dimana :
NI = skor nilai indeks rata-rata
∑NIi = jumlah nilai indeks untuk setiap variabel n = banyaknya variabel
d. Tahap keempat, Pengelompokkan menggunakan metode srugees, yaitu dengan melihat rentang interval (nilai maksimum dikurangi nilai
minimum) dibagi kelas pengelompokkan. Tingkat pengaruh dalam hal ini dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: tingi, sedang dan rendah.
Rumus menghitung rentang interval:
r = (nilai maksimum – nilai minimum)/ n Dimana :
r = rentang interval
∑NIi
NI =
Dari hasil pengelompokkan pada Tabel 5.2 dapatlah dijelaskan
untuk karakteristik tinggi yang dipilih responden adalah
struktur batuan dan kelerengan/kemiringan tanah. Maka lahan
yang sesuai dengan mitigasi bencana sebagai berikut :
1. Struktur batuan
Lahan dengan struktur batuan yang kuat menurut responden
merupakan lahan yang sangat kuat, sehingga jika terjadi gempa
getaran pada lahan ini relatif rendah dan dampak kerusakan
relatif kecil. Daerah-daerah yang mempunyai struktur batuan
yang sangat kuat terdapat di Pematang Gubernur, Bentiring dan
Nakau. Kondisi tanah/batuan didominasi oleh endapan aluvial
yang terdiri dari bongkah kerikil, pasir, lonan, lumpur dan
lempung.
2. Kelerengan tanah
Lahan dengan kelerengan/kemiringan tanah menurut
responden bahwa semakin kecil kemiringan tanahnya semakin
baik lahan tersebut untuk dikembangkan sebagai area
permukiman.
Analisa Kriteria Penentu Lokasi
Menganalisa kriteria-kriteria penentu lokasi permukiman aman gempa
di Kota Bengkulu dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan tolak ukur adalah skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan presepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala social. Dalam penelitian ini telah ditetapkan bahwa yang menjadi permasalahan adalah bagaimana kriteria lokasi permukiman yang aman gempa di Kota Bengkulu.
Berdasarkan perhitungan sampel yang diketahui ada 100 responden ini
diberikan kuesioner (ada pada lampiran) dan hasilnya adalah sebagai berikut:
a. Menghitung skor
Untuk mengetahui berapa banyak responden yang memilih berdasarkan
kriteria-kriteria dapat dilihat pada Tabel 5.3 (hal 59). Dari Tabel 5.3 di atas dapatlah diketahui bahwa semua responden memilih kriteria
tersedianya lokasi permukiman yang aman bebas dari gangguan bencana alam, nilai yang diperoleh adalah 500 yang menjadi nilai maksimum dan nilai minimum adalah 269, untuk kriteria Tersedianya lokasi yang bebas dari gangguan lingkungan.