• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik dan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja yang Menyusui Bayi yang Datang di Puskesmas Kendal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Karakteristik dan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja yang Menyusui Bayi yang Datang di Puskesmas Kendal"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Karakteristik dan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja yang Menyusui Bayi yang Datang di Puskesmas Kendal The Correlation Characteristics and The Family Support with Exclusive Breastfeeding

in The Working Mother Breastfeeding Baby in Kendal Health Center Lyndiana Yuniati, Tri Hartiti, Machmudah

Target achievements of exclusive breastfeeding in Indonesia is still far from expectations.In the Kendal, especially in Kendal health centers decreased the proportion of breastfeeding with infant age at which the age of 4 months only reached 16.7%, which should be given up to 6 months.This study uses a descriptive correlational research design with a cross-sectional approach with the objective of determining the correlation characteristics and the family support with exclusive breastfeeding in the working mother breastfeeding baby in Kendal health center. The population are mothers with infants> 6 months until 1 year in August 2012. The samples are 42 respondents with the sampling technique is the total sampling. The variables are maternal characteristics (age, parity, educational level, occupation) and family support working mothers who breastfeed as independent variables, and exclusive breastfeeding as the dependent variable. Analysis of the data used is Chi-square. The research results show that there’s no correlation between the age of mothers with breastfeeding (p value 0,890>0,05), there’s correlation between parity with breastfeeding (p value Kendal 0,011<0,05), there’s no correlation education with breastfeeding (p value 1,000>0,05), there’s no correlation between job with breastfeeding (p value 1,000>0,05), there’s no correlation between family support’s mother with breastfeeding (p value 1,000>0,05). Recommendation : Need to increase information about exclusive breastfeeding through counseling to help women achieve success in the target range of exclusive breastfeeding.

Key words : Maternal characteristics, family support, exclusive breastfeeding PENDAHULUAN

ASI eksklusif merupakan makanan terbaik bagi bayi, namun saat ini masih banyak ibu yang mempunyai dilema memberikan ASI saja bagi bayinya. Hal ini disebabkan banyaknya faktor – faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif, apalagi ibu bekerja, padahal pemberian ASI merupakan hak asasi bagi bayi (Anonymus, 2003). Sedangkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa ibu menyusui akan mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara, dan apabila semua wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang sekitar 25 %. Ibu menyusui juga akan terlindung dari penyakit kanker indung telur, hal ini berkurang 20 – 25 % (Anonymus, 2004).

Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 1997 dan 2002, lebih dari 95% ibu pernah memberikan ASI. Tapi jumlah ibu yang menyusui dalam 1 jam pertama, cenderung menurun 8% pada tahun 1997 menjadi 3,7% pada tahun 2002. Cakupan ASI eksklusif 6 bulan juga menurun dari 42,4% pada tahun 1997 menjadi 39,5% pada tahun

(2)

2002 (AIMI, 2005). Sedangkan pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2006-2007 hanya mencakup 67% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi, yakni, 54% pada bayi usia 2-3 bulan dan 19% pada bayi usia 7-9. Yang lebih memprihatinkan, 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan (Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2007).

Fenomena kurangnya pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : pengetahuan ibu yang kurang memadai tentang ASI eksklusif, beredarnya mitos yang kurang baik tentang pemberian ASI eksklusif, serta kesibukan ibu dalam melakukan pekerjaanya dan singkatnya pemberian cuti melahirkan yang diberikan oleh pemerintah terhadap ibu yang bekerja, merupakan alasan-alasan yang sering diungkapkan oleh ibu yang tidak berhasil menyusui secara ekslusif (Roesli, 2004). Pemberian ASI eksklusif pada bayi umur kurang dari 4 bulan 49,2%. Pemberian ASI eksklusif di daerah perkotaan lebih rendah 44,3% dibandingkan pedesaan 52,9%. Ibu – ibu di Jawa Bali lebih rendah memberikan ASI eksklusif dibandingkan di kawasan lainnya yaitu 44% sedangkan di Kawasan Timur Indonesia 60% dan di Sumatera 55% (Surkesnas, 2001).

Berdasarkan hasil survei peneliti di Puskesmas Kendal 2, data ibu menyusui ASI eksklusif pada bulan April 2011 diperoleh data dari 18 ibu menyusui dengan ibu bekerja sebanyak 10 orang, bulan Mei sebesar 18 ibu menyusui dengan ibu bekerja sebanyak 9 orang dan bulan Juni sebesar 18 ibu menyusui dengan ibu bekerja sebanyak 11 orang. Proporsi pemberian ASI eksklusif pada bayi kelompok usia 0 bulan 73,1%, 1 bulan 55,5%, 2 bulan 43%, 3 bulan 36% dan kelompok usia 4 bulan 16,7%. Dengan bertambahnya usia terjadi penurunan pola pemberian ASI sebesar 1,3 kali atau 77,2%. Hal ini memberikan kemungkinan adanya hubungan antara pemberian ASI dengan sosial ekonomi ibu karena ditemukan data bahwa ibu mempunyai pekerjaan sebagai karyawan.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian deskripsi korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah karakteristik dan dukungan keluarga. Variabel terikat adalah pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja yang menyusui bayi. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi yang berumur di atas 6 bulan sampai dengan 1 tahun yang ada di wilayah Puskesmas Kendal. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi yang berumur di atas 6 bulan sampai dengan 1 tahun

(3)

yang ada di wilayah Puskesmas Kendal yang berjumlah 42 orang Tenik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh. Data dianalisis secara univariat dengan distribusi frekuensi dan bivariat dengan menggunakan chi square untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu dengan pemberian ASI eksklusif, hubungan dukungan keluarga ibu dengan pemberian ASI eksklusif.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Univariat

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu yang Menyusui Bayi di Puskesmas Kendal Tahun 2012

Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

Reproduksi sehat 34 81

Reproduksi tidak

sehat 8 19

Total 42 100

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 42 responden, yang berada dalam kategori umur reproduksi sehat sebanyak 34 responden (81%), dan yang berada dalam kategori umur reproduksi tidak sehat sebanyak 8 responden (19%)

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas Ibu yang Menyusui Bayi di Puskesmas Kendal Tahun 2012

Paritas Frekuensi (n) Persentase (%)

Primipara 17 40,5

Multipara 25 59,5

Grandemultipara 0 0

Total 42 100

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 42 responden, yang termasuk primipara sebanyak 17 responden (40,5%), multipara sebanyak 25 responden (59,5%) dan grandemultipara sebanyak 0 responden (0%)

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu yang Menyusui Bayi di Puskesmas Kendal Tahun 2012

Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

Dasar 18 42.9

(4)

Tinggi 3 7.1

Total 42 100

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 42 responden, yang berpendidikan dasar sebanyak 18 responden (42,9%), berpendidikan menengah sebanyak 21 responden (50%) dan berpendidikan tinggi sebanyak 3 responden (7,1%)

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu yang Menyusui Bayi di Puskesmas Kendal Tahun 2012

Pekerjaan Frekuensi Persentase

Buruh/karyawan 38 90.5

Kantor/profesional 1 2.4

Wiraswasta 3 7.1

Total 42 100

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 42 responden, yang bekerja sebagai buruh/karyawan sebanyak 38 responden (90,5%), bekerja di kantor/profesional sebanyak 1 responden (2,4%) dan yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 3 responden (7,1%)

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga Ibu yang Menyusui Bayi di Puskesmas Kendal

Dukungan keluarga Frekuensi (n) Persentase (%)

Mendukung 33 78.6

Kurang Mendukung 9 21.4

Total 42 100

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 42 responden, ada 33 responden (78,6%) yang mendapatkan dukungan keluarga dan sebanyak 9 responden (21,4%) yang kurang mendapatkan dukungan keluarga.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja yang Menyusui Bayi di PuskesmasKendal Tahun 2012

Pemberian ASI

eksklusif Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak eksklusif 28 33.3

(5)

Total 42 100

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 42 responden, sebanyak 14 responden (33,2%) memberikan ASI secara eksklusif dan sebanyak 28 responden (66,7%) tidak memberikan ASI secara eksklusif.

Analisa Bivariat

Tabel 4.7 Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja yang Menyusui Bayi di Puskesmas Kendal

Umur

Pemberian ASI eksklusif

Total Eksklusif Tidak

Eksklusif

F % F % F %

Reproduksi sehat 12 85,7 22 78,6 34 81,0 Reproduksi tidak sehat 2 14,3 6 21,4 8 19,0

Total 14 100 28 100 42 100

p value 0,890

x2 hitung 0,019

Berdasarkan tabel 4.7 terlihat hasil pengukuran hubungan umur ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif, menunjukkan bahwa ibu dengan umur reproduksi sehat melakukan pemberian ASI secara eksklusif dengan persentase 85,7% lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan pemberian ASI eksklusif (78,6%). Ibu dengan umur reproduksi tidak sehat yang melakukan pemberian ASI secara eksklusif dengan prosentase 14,3% lebih rendah dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan pemberian ASI secara eksklusif (21,4%).

Hasil perhitungan dengan yate’s correction adalah x2hitung = 0,019 dengan p value = 0,890. Berdasarkan level signifikan dengan p value tabel 0,05, df = 1, maka batas penolakan hipotesa nol yang dinyatakan dalam x2 tabel adalah 3,841. Sehingga x2 hitung < x2 tabel dan p value > p value tabel, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak dan Ho diterima, yang artinya tidak ada hubungan antara umur ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif.

(6)

Tabel 4.8 Hubungan Paritas Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusi pada Ibu Bekerja yang Menyusui Bayi di Puskesmas Kendal

Paritas

Pemberian ASI eksklusif Total Eksklusif Tidak Eksklusif F % f % F % Multipara 4 28,6 21 75,0 25 59,5 Primipara 10 71,4 7 25,0 17 40,5 Total 14 100 28 100 42 100 p value 0,011 x2 hitung 6,535

Berdasarkan tabel 4.8 terlihat hasil pengukuran hubungan paritas dengan pemberian ASI eksklusif, menunjukkan bahwa ibu multipara yang melakukan pemberian ASI secara eksklusif dengan persentase 28,6% lebih rendah dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan pemberian ASI eksklusif (75%). Ibu primipara yang melakukan pemberian ASI secara eksklusif dengan prosentase 71,4% lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan pemberian ASI secara eksklusif (25%). Hasil perhitungan dengan yate’s correction adalah x2hitung = 6,535 dengan p value = 0,011. Berdasarkan level signifikan dengan p value tabel 0,05, df = 1, maka batas penolakan hipotesa nol yang dinyatakan dalam x2 tabel adalah 3,841. Sehingga x2 hitung > x2 tabel dan p value < p value tabel, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, yang artinya ada hubungan antara paritas ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif.

Tabel 4.9 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja yang Menyusui Bayi di Puskesmas Kendal

Pendidikan

Pemberian ASI eksklusif

Total Eksklusif Tidak Eksklusif

F % f % f % Pendidikan Dasar 6 42,9 12 42,9 18 42,9 Pendidikan Menengah 8 57,1 13 46,4 21 50,0 Pendidikan Tinggi 0 0 3 10,7 3 7,1 Total 29 74,4 10 25, 6 42 100 p value 0,424 x2 hitung 1,714

(7)

Berdasarkan tabel 4.9 terlihat hasil pengukuran hubungan tingkat pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif, menunjukkan bahwa ibu dengan pendidikan dasar yang melakukan pemberian ASI secara eksklusif dengan persentase 42,9% bernilai sama dengan ibu yang tidak melakukan pemberian ASI eksklusif (42,9%). Ibu dengan pendidikan menengah yang melakukan pemberian ASI secara eksklusif dengan prosentase 57,1% lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan pemberian ASI secara eksklusif (46,4%). Ibu dengan pendidikan tinggi yang melakukan pemberian ASI secara eksklusif dengan prosentase 0% lebih rendah dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan pemberian ASI secara eksklusif (7,1%). Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif dibuat tabel kontingensi 2x2 sehingga df = (k-1)(b-1) = 1 dan level signifikan dengan α = 0,05, maka batas penolakan hipotesis nol yang dinyatakan dalam X2 tabel adalah 3,841. Berdasarkan perhitungan uji Chi Square didapatkan hasil pada yate’s correction yaitu dengan nilai p value = 1,000. Sehingga p value > α (0,05), dengan demikian dapat disimpulkan Ha ditolak dan Ho diterima, yang artinya secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu menyusui yang bekerja dengan pemberian ASI di Puskesmas Kendal.

Tabel 4.10 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja yang Menyusui Bayi di Puskesmas Kendal

Pekerjaan

Pemberian ASI eksklusif

Total Eksklusif Tidak Eksklusif

F % F % f % Buruh/karyawan 13 92,9 25 89,3 38 90,5 Kantor/profesional 0 0 1 3,6 1 2,4 Wiraswasta 1 7,1 2 7,1 3 7,1 Total 14 100 28 100 42 100 p value 0,774 x2 hitung 0,513

Berdasarkan tabel 4.10 terlihat hasil pengukuran hubungan pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif, menunjukkan bahwa ibu yang bekerja sebagai buruh/karyawan yang melakukan pemberian ASI secara eksklusif dengan persentase 92,9% lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan pemberian ASI eksklusif (89,3%). Ibu yang bekerja dikantor/profesional yang melakukan pemberian ASI secara eksklusif dengan prosentase 0% lebih rendah dibandingkan dengan ibu

(8)

yang tidak melakukan pemberian ASI secara eksklusif (3,6%). Ibu yang bekerja wiraswasta yang melakukan pemberian ASI secara eksklusif dengan prosentase 7,1% bernilai sama dengan ibu yang tidak melakukan pemberian ASI secara eksklusif (7,1%)

Untuk mengetahui hubungan pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif dibuat tabel kontingensi 2x2 sehingga df = (k-1)(b-1) = 1 dan level signifikan dengan α = 0,05, maka batas penolakan hipotesis nol yang dinyatakan dalam X2 tabel adalah 3,841. Berdasarkan perhitungan uji Chi Square ternyata masih terdapat 2 sel dengan nilai ekspetasi < 5 sehingga pembacaan tabelnya adalah pada Fisher Exact yaitu dengan nilai p value = 1,000. Sehingga p value > α (0,05), dengan demikian dapat disimpulkan Ha ditolak dan Ho diterima, yang artinya secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Kendal.

Tabel 4.11 Hubungan Dukungan Keluarga Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja yang Menyusui Bayi di Puskesmas Kendal

Dukungan keluarga

Pemberian ASI eksklusif Total Eksklusif Tidak Eksklusif

F % F % F % Mendukung 11 78,6 22 78,6 33 78,6 Kurang Mendukung 3 21,4 6 21,4 9 21,4 Total 14 100 28 100 42 100 p value 0,0001 x2 hitung 1,000

Berdasarkan tabel 4.11 terlihat hasil pengukuran hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif, menunjukkan bahwa ibu yang didukung keluarga yang melakukan pemberian ASI secara eksklusif dengan persentase 78,6% bernilai sama dengan ibu yang tidak melakukan pemberian ASI eksklusif (78,6%). Ibu yang kurang didukung keluarga yang melakukan pemberian ASI secara eksklusif dengan prosentase 21,4% juga bernilai sama dengan ibu yang tidak melakukan pemberian ASI secara eksklusif (21,4%).

Hasil perhitungan dengan yate’s correction adalah x2hitung = 0,0001 dengan p value = 1,000. Berdasarkan level signifikan dengan p value tabel 0,05, df = 1, maka batas penolakan hipotesa nol yang dinyatakan dalam x2 tabel adalah 3,841. Sehingga x2 hitung < x2 tabel dan p value > p value tabel, dengan demikian dapat disimpulkan

(9)

bahwa Ha ditolak dan Ho diterima, yang artinya tidak ada hubungan antara dukungan keluarga ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif.

PEMBAHASAN a. Umur

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 42 responden, yang berada dalam kategori umur reproduksi sehat sebanyak 34 responden (81%) dan 8 responden (19%) yang berada dalam kategori umur reproduksi tidak sehat . Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden berada pada usia reproduksi sehat, dimana pada usia tersebut bagi seorang ibu menyusui, semua organ sistem reproduksi yang berhubungan dengan laktaksi bekerja dengan sempurna.

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Elisabeth dalam Nursalam, 2001). Sehingga dalam usia ini, responden sudah memiliki kematangan baik fisik maupun psikologis sehingga mereka telah siap menjadi ibu termasuk merawat dan memelihara anak-anaknya dengan baik, salah satunya dengan memberikan ASI eksklusif.

Dalam penelitian ini, masih terdapat sejumlah responden yang berada dalam kelompok reproduksi tidak sehat (<20 th dan>35 th). Perlu adanya peningkatan informasi mengenai kesehatan reproduksi, karena umur yang tidak bereproduksi sehat dapat meningkatkan kewaspadaan adanya gangguan-gangguan terhadap kesehatan reproduksi dengan menurunnya fungsi reproduksi.

b. Paritas

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 42 responden, yang termasuk primipara sebanyak 17 responden (40,5%), multipara sebanyak 25 responden (59,5%) dan grandemultipara sebanyak 0 responden (0%). Sebagian besar responden merupakan multipara, ini menunjukkan bahwa kesehatan reproduksi responden bagus karena status fertilitas yang cukup baik dilihat dari jumlah kelahiran anak. Paritas berhubungan dengan laktasi, ibu dengan paritas primipara biasanya mempunyai masalah dalam menyusui. hal ini berbeda dengan ibu yang paritasnya lebih dari 1 kali dimana akan lebih baik dalam menyusui bayinya (Madjid, 2003).

(10)

c. Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 42 responden, yang berpendidikan dasar sebanyak 18 responden (42,9%), berpendidikan menengah sebanyak 21 responden (50%) dan berpendidikan tinggi sebanyak 3 responden (7,1%). Tingkat pendidikan merupakan faktor yang ikut menentukan mudah atau tidaknya ibu menyerap dan memahami informasi, orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang rasional terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh (Notoatmodjo, 2003). Adanya responden yang mengenyam pendidikan menengah dan tinggi, mengindikasikan bahwa responden di lingkungan wilayah kerja Puskesmas Kendal sadar akan pentingnya pendidikan

d. Pekerjaan

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 42 responden, yang bekerja sebagai buruh/karyawan sebanyak 38 responden (90,5%), bekerja di kantor/profesional sebanyak 1 responden (2,4%) dan yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 3 responden (7,1%). Pekerjaan berkaitan dengan pemberian ASI. Ibu yang bekerja cenderung mempunyai waktu yang lebih sedikit untuk menyusui bayinya akibat kesibukan kerja (Amirudin, 2006).

e. Dukungan keluarga

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 42 responden, ada 33 responden (78,6%) yang mendapatkan dukungan keluarga dan sebanyak 9 responden (21,4%) yang kurang mendapatkan dukungan keluarga. Dukungan keluarga mempunyai pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif dimana merupakan faktor pendorong ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan dukungan keluarga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang menghambat pemberian ASI seperti adat, kepercayaan, dan susu formula.

f. Pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja yang menyusui bayi

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 42 responden, sebanyak 14 responden (33,2%) memberikan ASI secara eksklusif dan sebanyak 28 responden (66,7%) tidak memberikan ASI secara eksklusif. Pemberian ASI dalam penelitian ini merupakan bentuk praktik atau perilaku yang menurut Notoatmodjo (2003) suatu praktik atau perilaku yang dilakukan oleh seorang

(11)

individu dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong.

Pembahasan Analisis Bivariat

1. Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusi pada Ibu Bekerja yang Menyusui Bayi

Umur bukan merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI-nya kepada bayinya. Umur akan mempengaruhi pengetahuan dan keterampilan dalam menganalsis suatu masalah. Hal ini sesuai dengan teori bahwa umur mempunyai kaitan erat dengan tingkat krdewasaan psikologis yang menunjukkan kematangan dalam arti inidividu menjadi semakin bijaksana dalam mengambil keputusan. Kematangan individu dengan pertambahan usia berhubungan erat dengan kemampuan analisis terhadap permasalahan atau fenomena yang ditemukan (Siagian, 2003).

Menurut Slameto (2003), bahwa kemampuan analisis akan berjalan sesuai dengan pertambahan usia, seorang individu diharapkan dapat belajar untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan tertentu sesuai dengan kematangan usia. Maka jika usia ibu bertambah diharapkan pemberian ASI eksklusif pada bayinya sesuai dengan ketentuan yaitu selama 6 bulan setelah itu dapat diberikan makanan pendamping, sedangkan ASI tetap diberikan sampai usia 2 tahun atau lebih (Mansjoer dkk, 2002).

Hal ini sesuai dengan penelitian dari Anggrita (2010), bahwa tidak dijumpai hubungan yang bermakna umur dengan pemberian ASI eksklusif dengan p value = 0,371. Sehingga ia dapat menyimpulkan bahwa faktor umur bukan merupakan faktor yang berperan dalam praktek menyusui.

2. Hubungan Paritas Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja yang Menyusui Bayi

Dari data diatas bahwa karakteristik paritas terdapat hubungan dengan perilaku ibu yang bekerja dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Karakteristik ini berkaitan dengan pertambahan kematangan usia kedewasaan ibu yang mempunyai paritas lebih dari satu. Dengan begitu, ibu bisa belajar dari pengalaman sebelumnya saat paritas pertama. Paritas berhubungan dengan laktasi, ibu dengan paritas

(12)

primipara biasanya mempunyai masalah dalam menyusui. hal ini berbeda dengan ibu yang paritasnya lebih dari 1 kali dimana akan lebih baik dalam menyusui bayinya (Madjid, 2003).

3. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusi pada Ibu Bekerja yang Menyusui Bayi

Karakteristik pendidikan tidak ada hubungannya dengan perilaku ibu yang bekerja dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hal ini sesuai dengan penelitian Anggita (2010), bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara pendidikan ibu bekerja yang menyusui dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi dengan diperoleh nilai p ≥ 0,05 (p = 0,134). Sedangkan dalam penelitian Afifah (2007), ibu menyusui yang berada pada tingkat pendidikan rendah lebih mau mengikuti anjuran pemerintah dan mau meninggalkan kebiasaan yang dapat membahayakan kesehatan anaknya dalam pemberian ASI eksklusif.

Dalam penelitian ini, ibu yang berpendidikan dasar hampir sebagian mewakili responden yaitu sebanyak 18 responden. Terdapat persamaan dengan penelitian Wahyuni (1998) bahwa diketahui ibu yang mempunyai pendidikan rendah mempunyai praktek menyusui yang lebih baik.

4. Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusi pada Ibu Bekerja yang Menyusui Bayi

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh p value = 1,000 > 0,05, maka Ho diterima Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja yang menyusui bayi. Dari data diatas bahwa karakteristik pekerjaan ibu tidak ada hubungannya dengan pemberian ASI eksklusif kepada bayi. Dari hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa ibu yang bekerja sebagai buruh maupun bekerja sebagai pegawai cenderung hanya mampu memberikan ASI eksklusif sampai berumur <4 bulan. Ibu yang bekerja hanya mendapatkan cuti 2-3 bulan saja, setelah itu ibu cenderung memilih susu formula sebagi pengganti ASI. Namun, masih ada beberapa responden yang masih tetap memberikan ASI eksklusif dengan menggunakan cara pompa/peras ASI.

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sulistyoningsih (2005), bahwa dalam penelitiannya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan perilaku ibu dalam memberikan ASI eksklusif.

(13)

5. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusi pada Ibu Bekerja yang Menyusui Bayi

Penelitian ini menggambarkan bahwa dukungan keluarga tidak ada hubungannya dengan perilaku ibu yang bekerja dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian Ertiana (2012 ), bahwa dukungan keluarga mempunyai hubungan yang cukup signifikan dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Kencong Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri dengan nilai p value = 0,001.

Dalam penelitian ini, berbeda dengan teori yang menyatakan bahwa dukungan keluarga mempengaruhi suatu perilaku. Ketidaksesuaian dengan teori bisa disebabkan karena berbagai hal di lapangan. Adanya dorongan dari keluarga bila diberikan secara berkesinambungan dan terus menerus dapat menciptakan suatu penguatan yang positif. Akan tetapi, dukungan keluarga ternyata tidak cukup untuk menunjang keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Keadaan ibu yang yang mengharuskan ibu untuk bekerja merupakan kendala dalam memberikan ASI.

Belum semua keluarga responden memahami pentingnya ASI eksklusif, karena diantara beberapa keluarga responden ada yang memberikan pisang atau madu kepada bayi mulai umur 4 bulan sehingga program pencapain ASI eksklusif tidak bisa terlaksana karena adat dan kepercayan masyarakat setempat.

SIMPULAN

1. Tidak ada hubungan antara umur ibu bekerja yang menyusui bayi dengan pemberian ASI di Puskesmas Kendal dengan p value 0,890 (>0,05).

2. Ada hubungan antara paritas ibu bekerja yang menyusui bayi dengan pemberian ASI di Puskesmas Kendal dengan p value 0,011 (<0,05).

3. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu bekerja yang menyusui dengan pemberian ASI dengan di Puskesmas Kendal dengan p value 1,000 (>0,05).

4. Tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu bekerja yang menyusui dengan pemberian ASI dengan di Puskesmas Kendal dengan p value 1,000 (>0,05).

5. Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga ibu bekerja yang menyusui dengan pemberian ASI dengan di Puskesmas Kendal dengan p value 1,000 (>0,05).

(14)

SARAN

1. Bagi Puskesmas Kendal

Diharapkan Puskesmas Kendal lebih memantau kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya khususnya kesehatan ibu dan anak termasuk memberikan penyuluhan arti pentingnya pemberian ASI eksklusif dan manfaat bagi ibu, anak dan keluarga sehingga dapat meningkatkan jumlah pemebrian ASI eksklusif dari ibu menyusui kepada bayinya.

2. Bagi Ibu Menyusui

Diharapkan ibu yang menyusui meningkatkan pemberian ASI eksklusif pada bayi berusia 0-6 bulan dan jangan melakukan pemberian makanan pendamping ASI selama usia 6 bulan.

3. Bagi Peneliti

Diharapkan bagi peneliti dimasa yang akan datang agar melakukan penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif seperti pengetahuan, sikap dan tindakan ibu menyusui.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi IV. Jakarta: Rineka Cipta.

Alimul, A. Aziz. (2007). Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.

Balai Pelatihan Kesehatan. (2000). Pedoman Praktis Pelaksanaan Kerja di Puskesmas. Magelang : Podorejo Offset.

Depkes RI. (1994). Manajemen Laktasi. Jakarta: Depkes RI.

Dessler, G. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi 10 Jilid 1. Jakarta: PT. Indeks. Direktorat Bina Gizi Masyarakat (2007) Pelatihan Konseling Menyusui. Departemen

Kesehatan RI.

Friedmen.(1998). Dukungan keluarga. Dikutip dari http//www.rajawana.com/artikel/ 2010

(15)

Mansjoer, Arif, et. al., (1999). Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.

Mularso. (2001). Hubungan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Perawat Kesehatan Terhadap Mutu Pelayanan Puskesmas Rawat Inap di Kota Semarang. Skripsi Sarjana (tidak dipublikasikan). PSIK FK Undip. Semarang.

Nursalam, (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo,S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Puspita Theresia. (1995) Kuliah Gizi Dalam Daur Kehidupan. Akzi. Banda Aceh.

Prawihardjo, S. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Purwanti. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC.

Rahayuningsih, Tri (2005). Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Asi dengan Pemberian Kolostrum dan Asi Eksklusif di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan. Skripsi Sarjana (tidak dipublikasikan). Universitas Negeri Semarang.

Rita L., Atkinson, et al. (1993). Pengantar Psikologi. Batam: Intan aksara.

Siagian P. Sondang. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. (2004). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta

Suharyono, Rulina Suradi dkk. (1992). ASI Tinjauan dari Beberapa Aspek. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Suradi. (2008). Pemberian ASI Eklusif dan Kolostrom. Jakarat: EGC Taylor, S. E. (1995). Health Psychology. Singapore: Mc. Graw – Hill. Inc Varney. (2005). Asuhan kebidanan. Jakarta: EGC

Winarno F.G. (1990). Gizi dan Makanan Bagi Bayi dan Anak Sapihan. Jakarta: Sinar Harapan.

Wahit, Bambang. (2006). Buku Ajar; Ilmu Keperawatan Komunitas 2, Teori & Aplikasi Dalam Praktik dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, dan Keluarga. Jakarta: CV.Sugeng Seto

Referensi

Dokumen terkait

191 Karena sulitnya mencari rumah yang memenuhi kriteria di atas dan selama sampel dapat mewakili populasi maka jumlah sampel yang dapat diambil sebanyak 10 dengan jumlah

13 Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat dua metode edukasi kesehatan yang cocok untuk digunakan, namun perbedaan tingkat pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, besarnya masukan energi pada proses pengolahan di setiap tahapan proses mulai dari pelayuan pucuk teh, penggilingan dan

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sastra anak merupakan salah satu karya sastra yang lebih dikhususkan untuk anak-anak dengan bahasa dan

Dengan kata lain Capital Adequancy Rasio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pemerolehan acqusition bahasa adalah suatu teori siasat yang dimiliki dan dibutuhkan oleh anak-anak untuk

Beberapa penelitian di atas memberikan sebuah pemahaman bahwa manajemen pemasaran dalam konteks rumah sakit merupakan upaya yang dapat dilakukan agar

Marta : Ya..sudah pasti susah ya, karena otomatis khususnya buat saya yang bahasa inggrisnya ndak bagus gitu otomatis pada saat orang komplain kan tidak bisa kita ajak mencari