• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDEKS ENTOMOLOGI DAN TRANSMISI TRANSOVARI YANG MENDUKUNG PENINGKATAN KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN BANJARNEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDEKS ENTOMOLOGI DAN TRANSMISI TRANSOVARI YANG MENDUKUNG PENINGKATAN KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN BANJARNEGARA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

30

INDEKS ENTOMOLOGI DAN TRANSMISI TRANSOVARI YANG

MENDUKUNG PENINGKATAN KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE

DI KABUPATEN BANJARNEGARA

Dyah Widiastuti1, Agung Puja Kesuma1, Nova Pramestuti1

1

Balai Litbang P2B2 Banjarnegara, Jalan Selamanik No16A Banjarnegara

Abstract

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is a well-known, important arboviral disease transmitted by

Aedes aegypti. The capacity of Ae.aegypti to transmit dengue virus transovarially is still

controversial. The current study was conducted to elucidate the potential of Ae. aegypti mosquitoes in Wanadri village, Banjarnegara Regency, to transmit dengue virus transovarially in the wild, by determining the presence of dengue virus within adult stages from developed larvae. This was a descriptive observational study. Ae. aegypti larvae were collected from Wanadri village. The collected larvae were reared to 7 days old mosquito in laboratory. Viral examination used RT-PCR technique with 4 primer serotypes specific against dengue viruses (DEN-1, DEN-2, DEN-3, and DEN-4). The results showed that House index and Container index in Wanadri village were found to be 21.7% dan 15.9%. RT-PCR assay showed the formation of bands conforming to base pair of DEN-3. The remaining groups did not show any dengue viral base-pair bands. It was concluded that entomological aspect in Wanadri village were strongly support the indigenous transmission of Dengue virus.

Keywords: Dengue hemorrhagic fever (DHF), transovarial transmission (TOT), Aedes aegypti, Banjarnegara

ENTOMOLOGICAL INDEX AND TRANSOVARIAL TRANSMISSION

CONTRIBUTE TO DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER OUTBREAKS IN

BANJARNEGARA REGENCY

Abstrak

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit arboviral yang ditularkan oleh nyamuk

Aedes aegypti. Kapasitas Ae. aegypti untuk menularkan virus dengue transovari masih perlu

dikaji lebih jauh. Studi ini dilakukan untuk menjelaskan potensi Ae. aegypti di desa Wanadri, Kabupaten Banjarnegara untuk menularkan virus dengue transovari di alam, dengan menentukan keberadaan virus dengue pada nyamuk dewasa yang dikumpulkan sejak stadium larva. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional. Sampel penelitian berupa larva yang diambil dari Desa Wanadri, Banjarnegara. Larva dipelihara menjadi nyamuk dewasa hingga mencapai umur 7 hari. Pemeriksaan virus menggunakan teknik Reverse

Transcription-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dengan 4 serotipe primer terhadap virus Dengue

(DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai House Index dan

Container Index di Desa Wanadri adalah sebesar 21,7% dan 15,9%. Pemeriksaan PCR

menunjukkan adanya pita DNA pada posisi yang sesuai dengan posisi DEN-3. Serotipe yang lain tidak ditemukan. Disimpulkan bahwa aspek entomologi di Desa Wanadri sangat mendukung transmisi setempat virus dengue.

Kata Kunci: Demam berdarah dengue (DBD), transmisi transovari, Aedes aegypti, Banjarnegara

(2)

31 Naskah masuk: tanggal 3 Mei 2016; Review I: tanggal 10 Mei 2016; Review II: tanggal 10 Juni 2016; Layak Terbit: tanggal 23 Juni 2016

PENDAHULUAN

World Health Organization (WHO) telah melaporkan bahwa sejak Kejadian Luar Biasa (KLB) Dengue yang pertama di Filipina pada tahun 1955, tingkat insiden Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu meningkat. Pada saat ini sekitar 50-100 juta kasus demam dengue terjadi setiap tahun dan 500.000 dari mereka mengalami kematian. Fakta ini membuat DBD menjadi salah satu penyakit tular vektor yang paling penting.1 Kasus DBD yang pertama kali terjadi di Indonesia ditemukan di Kota Surabaya dan Jakarta pada tahun 1968. Sejak saat itu, tingkat insidennya selalu meningkat setiap tahun. Peningkatan ini juga menyebabkan peningkatan angka kesakitan dan angka kematian, serta memperluas distribusi geografis penyakit ini.2 Desa Wanadri, Kecamatan Bawang merupakan salah satu wilayah yang mengalami peningkatan kasus DBD di Kabupaten Banjarnegara. Telah terjadi kenaikan kasus DBD yang cukup bermakna yaitu 9 kasus di Desa Wanadri RW I (Dukuh Krajan) Kecamatan Bawang dan diindikasikan ada penularan setempat.3

Berbagai usaha pencegahan telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan infeksi DBD, namun hingga saat ini belum mencapai target yang diharapkan. Aedes

aegypti dan Ae. albopictus masih menjadi

vektor yang penting dalam penularan infeksi Dengue. Pengurangan tingkat infestasi nyamuk vektor merupakan salah satu strategi pengendalian infeksi Dengue karena belum ada vaksin yang tersedia sebagai upaya pencegahan penularan penyakit. Strategi tidak langsung lain yang dapat dilakukan adalah perbaikan sanitasi, pengelolaan sampah dan penyediaan air bersih yang akan menurunkan kebutuhan penyimpanan air.4 Salah satu program pengendalian DBD nasional dilakukan menggunakan metode sampling untuk mengumpulkan data di lapangan dan mendapatkan indikator keberadaan Ae.

aegypti dan Ae. albopictus di berbagai fase

siklus hidup terutama Breteau index,

Container index dan House index.5

Meskipun fase dewasa yang berperan secara langsung pada proses penularan, namun indikator yang paling banyak digunakan untuk mengukur infestasi vektor adalah berdasarkan keberadaaan larva, pupa dan telur.5 Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tingkat infestasi vektor dengan resiko terjadinya epidemi di berbagai wilayah di dunia, meskipun di beberapa tempat, epidemi tejadi pada tingkat infestasi vektor yang rendah. Faktor yang terkait dengan pengelolaan populasi manusia memiliki peran dalam sirkulasi virus dan pembentukan tempat perkembangbiakan vektor yang diketahui memiliki kemampuan yang tinggi untuk beradaptasi dengan lingkungan. Berbagai faktor terlibat dalam penularan sehingga dibutuhkan berbagai pendekatan untuk memahami pola penularan.6

Transmisi virus dapat terjadi secara horisontal melalui siklus manusia-nyamuk-manusia. Transmisi diinisiasi dengan kontak antara nyamuk dengan manusia infektif. Selain proses transmisi secara horisontal yang telah diketahui, transmisi secara vertikal juga dapat terjadi. Pada proses transmisi secara vertikal tidak diperlukan terjadinya kontak antara nyamuk dan manusia infektif. Bentuk yang paling umum dari transmisi vertikal adalah transmisi transovari yang terjadi pada saat virus memasuki tubuh nyamuk, menginfeksi ovari lalu menginfeksi telur. Dengan demikian keturunan nyamuk yang menetas akan mengandung virus yang sama dengan yang menginfeksi induknya. Kajian in vivo dan in

vitro telah mengindikasikan bahwa beberapa spesies nyamuk memainkan peran dalam transmisi virus melalui proses transmisi vertikal, seperti Ae. aegypti yang menularkan virus Dengue dan Yellow fever. Namun demikian, kemampuan Ae. aegypti dari berbagai strain untuk mentransmisikan virus secara transovari masih memerlukan penelitian lebih lanjut karena tidak semua strain terbukti menularkan virus Dengue secara transovari.7

(3)

32 Penelitian di Thailand mengenai

transmisi transovari Dengue baik di spesies

Ae. aegypti dan Ae. albopictus

menunjukkan tidak adanya transmisi transovari Dengue. Penelitian di beberapa negara di Asia melaporkan adanya transmisi transovari virus Dengue di nyamuk Ae. aegypti. Di Myanmar dilaporkan adanya transmisi transovari virus Dengue serotipe 2 pada nyamuk Ae. aegypti. Demikian pula di India juga dilaporkan adanya transmisi transovari virus Dengue serotipe 3 pada nyamuk Ae. aegypti. Penelitian di Malaysia melaporkan bahwa transmisi transovari virus Dengue terjadi pada nyamuk Ae. aegypti namun tidak terjadi pada nyamuk Ae. albopictus.8

Tindak lanjut kegiatan penanganan peningkatan kasus DBD di Desa Wanadri Kecamatan Bawang, yang dilakukan oleh Balai Litbang P2B2 Banjarnegara bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara dan Puskesmas Bawang II melakukan kegiatan survei larva. Larva tersebut kemudian dipelihara menjadi nyamuk dewasa untuk diperiksa keberadaan Virus Dengue dalam tubuh nyamuk tersebut. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui indeks entomologi dan transimisi transovari virus Dengue pada nyamuk Aedes yang mendukung terjadinya peningkatan kasus DBD di Kelurahan Wanadri Kabupaten Banjarnegara.

METODE

Kegiatan survei jentik dilaksanakan di Desa Wanadri Kecamatan Bawang tanggal 29 Januari 2016 oleh tim Balai Litbang P2B2 Banjarnegara, staf P2 Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara dan pemegang program DBD Puskesmas Bawang II. Survei jentik dilakukan dengan dasar radius 100 m dari indeks kasus. Jumlah rumah yang diperiksa jentik sebanyak 46 rumah di sekitar rumah penderita (pada saat survei bisa ditemui pemiliknya). Indeks entomologi yang dihitung meliputi House Index (HI) dan

Container Index (CI). HI didapat dengan

menghitung jumlah rumah positif jentik dibagi dengan rata-rata jumlah rumah yang diperiksa dikalikan 100%. Container Index

diperoleh dengan menghitung jumlah kontainer yang positif jentik dibagi dengan kontainer yang diperiksa dikalikan 100%.

Sampel larva yang diperoleh dipelihara dalam paper cup yang dipisahkan berdasarkan asal rumah tempat diperolehnya larva. Larva yang telah berkembang menjadi nyamuk dewasa tetap dipelihara hingga mencapai umur minimal 7 hari. Setelah itu nyamuk dewasa dimatikan menggunakan kloroform dan disimpan dalam suhu -80°C hingga saat

pemeriksaan. Sampel nyamuk

dikelompokkan (pool) berdasarkan spesies dan lokasi pengambilan larva. Satu pool terdiri dari maksimal 10 ekor nyamuk.

Tahap selanjutnya adalah deteksi keberadaan virus Dengue dalam sampel nyamuk yang diawali isolasi RNA menggunakan kit isolasi High Pure Viral

Nucleic Acid Kit (Roche). Tahapan isolasi

dilakukan sesuai prosedur yang tercantum dalam manual kit tersebut. Untuk mendeteksi RNA Dengue, dilakukan pemeriksaan Reverse Transcription-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)

menggunakan kit Superscript III One Step RT-PCR with Platinum Taq (Invitrogen), dengan primer yang spesifik untuk virus Dengue sesuai protokol Yong.9

Program PCR yang digunakan adalah sesuai dengan program sebagai berikut : (i) sintesis cDNA 1 siklus : 60˚C selama 45 menit; (ii) predenaturasi 1 siklus : 94˚C selama 2 menit; (iii) amplifikasi 30-35 siklus : 94˚C selama 30 detik (denaturasi), 60˚C selama 30 detik (annealing), 68˚C selama 1 menit (ekstensi); (iv) ekstensi akhir 1 siklus : 68˚C selama 5 menit.

Selain pemeriksaan Dengue pada sampel nyamuk, juga dilakukan pengumpulan data mengenai kontainer larva di sekitar lokasi survei. Data mengenai jenis kontainer dianalisis secara deskriptif (persentase) dan jumlah pool sampel positif virus Dengue ditampilkan dalam bentuk narasi.

(4)

33

HASIL

Jumlah rumah positif ditemukan jentik sebanyak 10 rumah, sehingga diperoleh nilai House Index (HI) sebesar 21,7%. Selain rumah, tempat-tempat umum yang menjadi sasaran survei yaitu SD Wanadri dan Pasar Wanadri. Di Pasar Wanadri ditemukan jentik pada bak mandi. Hasil penghitungan Container Index (CI) di Desa Wanadri sebesar 15,9%. Jenis kontainer

paling banyak ditemukan di Desa Wanadri adalah ember sebanyak 85 buah (67,5%). Kontainer positif jentik tertinggi yaitu ember dan bak mandi/WC masing-masing sebanyak 4 buah (20%). Talang, tempat wudhu dari tanah liat, barang-barang bekas, potongan bambu dan bekas potongan pohon merupakan kontainer lain yang juga ditemukan jentik. Hasil pengamatan jenis kontainer secara lengkap ditampilkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Jenis kontainer ditemukan dan positif jentik di Desa Wanadri, Kabupaten Banjarnegara

Jenis Kontainer Jumlah kontainer ditemukan (%)

Jumlah kontainer positif jentik (%)

Ember 68,0 20,0

Vas 0,8 0,0

Tampungan belakang lemari es 3,2 0,0

Talang 0,8 5,0

Tempayan 0,8 0,0

Bak 11,2 20,0

Tempat wudhu dari tanah liat 4,8 10,0

Kaleng bekas 0,8 5,0 Mainan bekas 0,8 5,0 Tempayan 0,8 0,0 Toples bekas 0,8 5,0 Jerigen 0,8 5,0 Rendaman kayu 0,8 0,0 Pot bunga 0,8 5,0 Drum 0,8 0,0 Potongan bambu 0,8 5,0

Bekas potongan pohon 0,8 5,0

Rendaman kayu 0,8 0,0

Ban bekas 0,8 5,0

Ember bekas 0,8 5,0

Total 100 100

Berdasarkan hasil pemeriksaan PCR menunjukkan bahwa dari 26 pool sampel yang diperiksa, 3 pool sampel (kode WN 8, WN 9 dan WN 11) diantaranya positif terdapat Virus Dengue-3. Satu pool sampel terdiri dari 1-10 ekor nyamuk. Nyamuk WN 8 (Ae. aegypti) berasal dari jentik yang

ditemukan pada potongan bambu di luar rumah. Nyamuk WN 9 (Ae. albopictus) berasal dari jentik yang ditemukan pada potongan bambu di luar rumah. Nyamuk WN 11 (Ae. albopictus) berasal dari jentik yang ditemukan pada tempat wudhu di luar rumah.

(5)

34 Tabel 2. Hasil pemeriksaan virus dengue pada pool sampel nyamuk dengan metode PCR

Kode Spesies J/B Lokasi Hasil

Pemeriksaan Serotipe

WN 1 Ae. aegypti J Bak luar rumah Negatif - WN 2 Ae. aegypti B Bak luar rumah Negatif - WN 3 Ae. albopictus B Bekas potongan pohon Negatif - WN 4 Ae. albopictus J Bekas potongan pohon Negatif - WN 5 Ae. albopictus J Ember Negatif - WN 6 Ae. albopictus B Gelas bekas Negatif - WN 7 Ae. albopictus J Gelas bekas Negatif - WN 8 Ae. aegypti J Potongan bambu luar rumah Positif DEN-3 WN 9 Ae. albopictus B Potongan bambu luar rumah Positif DEN-3 WN 10 Ae. aegypti J Bak dalam rumah Negatif - WN 11 Ae. albopictus B Tempat wudhu luar rumah Positif DEN-3 WN 12 Ae. aegypti J Ember Negatif - WN 13 Ae. albopictus J Ban bekas Negatif - WN 14 Ae. albopictus J Ban bekas Negatif - WN 15 Ae. albopictus B Ban bekas Negatif - WN 16 Ae. albopictus B Luar rumah Negatif - WN 17 Ae. albopictus J Luar rumah Negatif - WN 18 Ae. aegypti B Potongan bambu luar rumah Negatif - WN 19 Ae. aegypti B Tempat wudhu dalam rumah Negatif - WN 20 Ae. aegypti B Bak dalam rumah Negatif - WN 21 Ae. albopictus J Potongan bambu luar rumah Negatif - WN 22 Ae. aegypti J Bak dalam rumah Negatif - WN 23 Armigeres J Ban bekas Negatif - WN 24 Ae. aegypti B Ember bekas luar rumah Negatif - WN 25 Ae. aegypti J Ember bekas luar rumah Negatif - WN 26 Ae. albopictus J Ember bekas luar rumah Negatif -

Keterangan: J: jantan; B: betina

BAHASAN

Hasil penelitian di Desa Wanadri diperoleh nilai House Index (HI) sebesar 21,7%. Beberapa parameter entomologi untuk mengetahui pada suatu daerah dinyatakan rawan atau aman terhadap DBD diantaranya Pant dan Self10 yang disitasi oleh Kharis Ma’mun membuat suatu pedoman batas ambang indeks larva untuk menentukan risiko penularan berdasarkan nilai House Index (HI) yaitu HI>10% berarti risiko penularan tinggi dan HI<1% berarti risiko penularan rendah. Menurut Scott and Morison,11 semakin tinggi angka HI, berarti semakin tinggi kepadatan nyamuk, maka semakin tinggi pula risiko masyarakat di daerah tersebut untuk kontak dengan nyamuk dan juga untuk terinfeksi virus Dengue. Berdasarkan indikator HI maka Desa Wanadri termasuk daerah dengan transmisi virus Dengue sangat tinggi karena HI lebih besar dari 10%.

Container Index (CI) di Desa Wanadri

sebesar 15,9%. Angka CI ini memberikan informasi mengenai proporsi kontainer yang berisi >1 ekor nyamuk dewasa, tidak memperhitungkan variasi atau kepadatan nyamuk dewasa.12 Indeks ini digunakan sebagai alat pembanding yang penting dalam mengevaluasi program pengendalian vektor.

Hasil survei menunjukkan bahwa selain di rumah, jentik Aedes juga

ditemukan di lingkungan Pasar Wanadri pada kontainer berupa bak mandi. Tempat-tempat umum ini perlu mendapatkan perhatian karena pasar merupakan tempat berkumpulnya banyak orang yang memungkinkan terjadinya penularan Dengue. Penelitian lain oleh Hendri dkk, juga melaporkan mengenai keberadaan jentik Aedes di area pasar di Kabupaten Pangandaran.13

(6)

35 Kontainer yang paling banyak

mengandung jentik didominasi oleh ember dan bak mandi yang tergolong dalam

controllable site. Namun demikian, kontainer yang tergolong uncontrollable site seperti talang, tempat wudhu dari tanah liat, barang-barang bekas, potongan bambu dan bekas potongan pohon merupakan kontainer lain yang juga ditemukan jentik perlu mendapat perhatian. Jenis kontainer tersebut seringkali tidak terpantau oleh masyarakat, namun mempunyai potensi besar sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk. Untuk mengurangi risiko penularan DBD yang akan datang, perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai tempat-tempat apa saja yang berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk sehingga masyarakat secara rutin dapat menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu, juga perlu dilakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serentak secara berkala minimal seminggu sekali untuk memutus siklus perkembangbiakan nyamuk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 26 pool sampel nyamuk yang diperiksa ditemukan tiga pool (11,54%) sampel nyamuk yang positif mengandung virus Dengue. Adanya virus Dengue dalam tubuh nyamuk sampel mengindikasikan adanya transmisi transovari karena nyamuk yang diperiksa dikoleksi dari lokasi penelitian pada stadium jentik. Virus Dengue yang ditemukan sejak stadium jentik menunjukkan terjadinya transmisi transovari pada nyamuk Ae. aegypti dan Ae.

albopictus di Desa Wanadri. Penelitian

sebelumnya oleh Pramestuti dkk juga melaporkan adanya transmisi transovari virus Dengue pada nyamuk Ae. aegypti dan

Ae. albopictus di beberapa kelurahan di

Kabupaten Banajrnegara yang dideteksi dengan metode imunositokimia.14 Adanya transmisi transovari tersebut dapat menyebabkan virus Dengue dapat terpelihara terus di alam dan penularan DBD akan tetap berlangsung.

Transmisi transovari pada nyamuk

Ae.aegypti telah banyak dilaporkan, karena Ae. aegypti dikenal sebagai vektor utama

penular infeksi Dengue. Adapun transmisi transovari pada nyamuk Ae.albopictus

belum banyak dilaporkan di Indonesia. Adanya transmisi transovari virus Dengue pada Ae.albopictus telah dilaporkan oleh Sanchez-Rodriguez et al di Mexico. Sebagaimana nyamuk Ae.aegypti, Ae.

albopictus beradaptasi pada lingkungan

peridomestik. Telur Ae. albopictus dapat tersimpan dalam kondisi kering selama beberapa bulan. Selain kontainer alami seperti lubang pohon, potongan bambu, batok kelapa dan percabangan batang tanaman, jentik Ae. albopictus juga dapat ditemukan di kontainer buatan yang ada di luar rumah seperti drum penyimpan air dan barang-barang bekas.15 Tempat perkembangbiakan nyamuk baik itu secara alamiah, buatan dan barang-barang harus senantiasa dipantau supaya tidak menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.

Ditemukannya fenomena transovari pada nyamuk Ae. ageypti dan Ae.

albopictus di lokasi tersebut patut untuk

mendapatkan perhatian khusus. Transmisi transovari ini tidak membutuhkan adanya kontak antara nyamuk dengan penderita viremia. Nyamuk yang menetas dari telur yang terinfeksi tersebut akan mengandung virus yang sama dengan induknya. Hal inilah yang menyebabkan keberadaan virus Dengue tetap terpelihara di lingkungan sehingga menyebabkan kejadian DBD terus-menerus terjadi.7 Pemutusan rantai penularan DBD perlu dilakukan dengan pengendalian nyamuk yang dilakukan pada stadium larva yang dilakukan secara rutin.

KESIMPULAN

Berdasarkan indikator HI maka Desa Wanadri mempunyai risiko tinggi terjadinya penularan Dengue dan terjadi transmisi transovari pada nyamuk Ae.aegypti dan Ae.

albopictus di Desa Wanadri. Hal ini

menunjukkan bahwa kondisi tersebut sangat mendukung terjadinya penularan setempat infeksi Dengue di Desa Wanadri.

SARAN

Kegiatan pengendalian vektor DBD di luar rumah perlu mendapat perhatian mengingat transmisi transovari pada

(7)

36 nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus

berasal dari jentik yang ditemukan pada tempat penampungan air di luar rumah.Selain itu, diperlukan adanya penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya PSN pada tempat penampungan air yang seringkali tidak terpantau oleh masyarakat seperti talang, barang-barang bekas, potongan bambu dan bekas potongan pohon, dll terutama pada musim penghujan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara beserta staf bagian P2PL, Ibu Tri Ramadhani, Bapak Sunaryo yang telah membantu kelancaran jalannya survei, Puskesmas Bawang 2 yang telah memfasilitasi dan memberikan izin kegiatan ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Dengue and Severe Dengue Fact Sheet. 2016. Tersedia di: http://www.who.int/mediacentre/factshe ets/fs117/en/. Diakses tanggal 28 Mei 2016.

2. Sukohar A. Demam Berdarah Dengue (DBD). Medula. 2014;2(2):1–15.

3. Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara. Laporan Kasus DBD Kabupaten Banjarnegara Tahun 2016. Banjarnegara: Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara; 2016.

4. WHO. Dengue Haemorrhagic Fever Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. 2nd Edition. Geneva: WHO; 1987.

5. Bhat MA, Krishnamoorthy K, Khan AB. Entomological Surveillance of Dengue Vectors in Tamil Nadu, India. J Entomol Zool Stud. 2014;2(6):158–164.

6. Barbosa GL, Donalísio MR, Stephan C, et al. Spatial Distribution of the Risk of Dengue and the Entomological Indicators in Sumaré, State of São Paulo, Brazil. PLoS Negl Trop Dis.

2014;8(5):e2873.

doi:10.1371/journal.pntd.0002873. 7. Espinosa M, Giamperetti S, Abril M,

Seijo A. Vertical Transmission of Dengue Virus in Aedes aegypti

Collected in Puerto Iguazú, Misiones, Argentina. Rev Inst Med Trop Sao Paulo. 2014;56(2):165–167.

doi:10.1590/S0036-46652014000200013.

8. Martins VEP, Alencar CH, Kamimura MT, et al. Occurrence of Natural Vertical Transmission of Dengue-2 and Dengue-3 Viruses in Aedes aegypti and

Aedes albopictus in Fortaleza, Ceara´,

Brazil. PLoS One. 2012;7(7):e41386. doi:10.1371/journal.pone.0041386. 9. Yong Y, Thayan R, Chong H, Tan C,

Sekaran S. Rapid Detection and Serotyping of Dengue Virus by Multiplex RT-PCR and Real-Time SYBR Green RT-PCR. Singapore Med J. 2007;48(7):662–668.

10. Pant CP, Self LS. Vector Ecology and

Bionomics. Monograph on

Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever.

WHO Reg Publ SEARO.

1999;(22):121–138.

11. Scott T, Morrison A. Aedes aegypti Density and The Risk of Dengue-Virus Transmission. In: Takken, W and Scott T, ed. Ecological Aspects for Application of Genetically Modified Mosquitoes. Dordrecht (the Netherlands): Kluwer Academic; 2004:187–206.

12. Sivagnaname N, Gunasekaran K. Need for an Efficient Adult Trap for the Surveillance of Dengue Vectors. Indian J Med Res (serial online). 2012;136(5):739–749. Tersedia di: http://www.ijmr.org.in/text.asp?2012/13 6/5/739/105400.

13. Hendri J, RES RN, Prasetyowati H. Tempat Perkembangbiakan Nyamuk

Aedes spp. Di Pasar Wisata

Pangandaran. ASPIRATOR.

2010;2(1):23–31.

14. Pramestuti N, Widiastuti D, Raharjo J. Transmisi Trans-Ovari Virus Dengue

(8)

37 pada Nyamuk Aedes aegypti dan

Aedes albopictus di Kabupaten Banjarnegara. J Ekol Kesehat. 2013;12(3):187–194.

15. Sanchez-Rodríguez OS, Sanchez-Casas RM, Laguna-Aguilar M, et al. Natural Transmission of Dengue Virus by Aedes albopictus at Monterrey, Northeastern Mexico. Southwest Entomol. 2014;39(3):459–468.

Referensi

Dokumen terkait

Konsep gitar akustik rotan ini adalah dengan mengaplikasikan papan rotan laminasi yang merupakan produk hasil riset Pak Dodi Mulyadi di PIRNAS (Pusat Inovasi

kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran biologi. Aspek memilih sumber belajar sendiri dengan 4 indikator yang meliputi memanfaatkan tempat atau lingkungan

Salah satu faktor penentu keberhasilan penyelanggaraan proses pendidikan adalah kultur yang dibangun dengan baik. Kultur siswa yang baik diharapkan akan berhasil

Oleh karena itu bukan hanya siswa-siswi yang melakukan program tersebut, tetapi guru harus mempunyai pedoman dalam mengemplementasikan program religius tersebut.”67 Dari

Apabila surat peringatan ini tidak diindahkan dalam 3 (tiga) kali berturut-turut masing-masing selama 7 (tujuh) hari kerja, maka akan dikenakan sanksi penertiban berupa

Membaca surat Memori Banding yang diajukan oleh kuasa hukum Pembanding pada tanggal 17 Desember 2014 yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Kuningan

Skor Kesehatan BUSN Devisa pada periode tahun 2010 sampai dengan 2014.. Artinya bahwa Risiko Likuiditas, Risiko Kredit, Risiko Pasar dan

Heterokedastisitas adalah keadaan dimana terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak