• Tidak ada hasil yang ditemukan

I1 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Kelembagaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I1 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Kelembagaan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

I1 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kelembagaan

Dalam bidang sosiologi dan antropologi kelembagaan banyak ditekankan pada norma, tingkah laku dan adat istiadat. Menurut Runan dan Hayami (1984), kelembagaan merupakan aturan di dalam suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang memfasilitasi koordinasi antar anggotanya untuk membantu mereka dengan harapan dimana setiap orang dapat beke rjasama atau berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan. Ostrom (1985), mengartikan kelembagaan sebagai aturan dan rambu-ramhu sebagai panduan yang dipakai oleh para anggota suatu kelompok masyarakat untuk mengatur hubungan yang saling mengikat atau saling tergantung satu sama lain. Selain itu Uphoff (1986), mengartikan kelembagaan sebagai suatu himpunan atau tatanan norma-norma dan tingkah laku yang biasa berlaku dalam suatu periode tertentu untuk melayani tujuan kolektif yang akan menjadi nilai bersama. Kelembagaan diekankan pada norma-norma perilaku, nilai budaya dan adat istiadat.

Kartodihardjo (2006), mendefinisikan kelembagaan sebagai suatu sistem yang kompleks, rumit, abstrak yang mencakup ideologi, hukum, adat istiadat, aturan, kebiasaan yang tidak terlepas dari lingkungan. Kelembagaan mempunyai peran yang sangat penting dalam memecahkam masalah-masalah nyata dalam pembangunan. Kelembagaan merupakan inovasi manusia untuk mengatur atau mengontrol interdependensi antar manusia terhadap sesuatu kondisi atau situasi melalui inovasi dalam hak kepemilikkan, aturan representasi atau batas yurisdiksi. Menurut Schmid (1987) dalam Pakpahan (1989), kelembagaan adalah seperangkat ketentuan yang mengatur hubungan antar orang, yang mendefinisikan hak-hak mereka, hubungan dengan hak-hak orang lain, hak-hak istimewa yang diberikan, serta tanggung jawab yang hams mereka lakukan. Kelembagaan juga dapat diartikan sebagai instrumen yang mengatur hubungan antar orang atau kelompok masyarakat melalui hak dan kewajibannya dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumberdaya. Kelembagaan mempunyai peran penting dalam masyarakat untuk mengurangi ketidakpastian dengan menyusun strukhu yang

(2)

stabil bagi hubungan manusia. Kelembagaan mempakan gugus kesempatan bagi individu dalam membuat keputusan dan melaksanakan aktifitasnya. Kelembagaan dicirikan oleh tiga ha1 utama: (1) hak-hak kepemilikkan (property rights) yang bempa hak atas benda materi maupun non materi; (2) batas yurisdiksi (jurisdictional boundary), dan (3) aturan representasi (rules of representation) (Schmid 1987 dalam Pakpahan 1989).

Hak-hak kepemilikkan (property rights), mengandung pengertian tentang hak dan kewajiban yang didefinisikan dan diatur oleh hukum adat dan tradisi atau konsensus yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat dalam ha1 kepentingannya terhadap sumberdaya, situasi atau kondisi. Pernyataan hak milik memerlukan pengesahan dari masyarakat dimana dia berada. Implikasi dari ha1 ini adalah : (1) hak seseorang adalah kewajiban orang lain; (2) hak yang dicerminkan oleh kepemilikkan (ownership) adalah sumber kekuatan untuk akses dan kontrol terhadap sumberdaya. Property rights individu atas suatu aset terdiri atas hak-hak atau kekuasaan untuk mengkonsumsi, mendapatkan pendapatan dan melakukan transfer hak-haknya atas aset (Basuni, 2003). Hak dapat diperoleh melalui pembelian apabila barang atau jasa dapat dipejualbelikan, pemberian atau hadiah, atau pengaturan administratif.

Batas yurisdiksi (jurisdictional boundary) menentukan siapa dan apa yang tercakup dalarn suatu masyarakat. Konsep batas yurisdiksi dapat berarti batas wilayah kekuasaan dan atau batas otoritas yang dimiliki oleh suatu lembaga, atau mengandung makna kedua-duanya sehingga terkandung makna bagaimana batas yurisdiksi berperan dalam mengatur alokasi sumberdaya. Pembahan batas yurisdiksi dipengamhi oleh empat faktor antara lain : (1) perasaan sebagai suatu masyarakat (sense of community). Perasaan sebagai suatu mzisyarakat menentukan siapa termasuk dalam masyarakat dan siapa yang tidak. Hal ini berkaitan dengan konsep jarak sosial yang menentukan komitmen yang dimiliki oleh suatu masyarakat terhadap suatu kebijaksanaan; (2) eksternalitas, mempakan dampak yang diterima pihak tertentu akibat tindakan pihak lain. Pembahan batas yurisdiksi akan merubah struktur ekstemalitas yang akhirnya membah siapa menanggung apa; (3) homogenitas, berkaitan dengan preferensi masyarakat yang merefleksikan permintaan terhadap barang dan jasa; dan (4) skala ekonomi, yang

(3)

menunjukkan suatu situasi dimana ongkos per satuan terus menurun apabila output ditingkatkan. Batas yurisdiksi yang sesuai akan menghasilkan ongkos per satuan yang lebih rendah dibandingkan dengan altematif batas yurisdiksi yang lainnya.

Aturan representasi (rules of representation) merupakan perangkat aturan yang menentukan mekanisme pengambilan keputusan organisasi. Dalam proses pengambilan keputusan dalam organisasi, terdapat dua jenis ongkos yang mendasari keputusan, yaitu : (1) ongkos membuat keputusan sebagai produk dari partisipasi dalam membuat keputusan, dan (2) ongkos eksternal yang ditanggung oleh seseorang atau sebuah organisasi sebagai akibat keputusan organisasi tersebut. Aturan representasi akan mempengaruhi stnrktur dan besarnya ongkos tersebut. Atumn pengambilan keputusan yang sederhana untuk masalah ini adalah meminimumkan kedua ongkos. Aturan representasi mengatur siapa yang berhak berpartisipasi terhadap apa dalam proses pengambilan keputusan. Konsep aturan representasi mengatur permasalahan siapa yang berhak berpartisipasi terhadap apa dalam proses pengambilan keputusan. Aturan representasi menentukan jenis keputusan yang dibuat, sehingga aturan representasi menentukan alokasi dan distribusi sumberdaya yang langkah. Oleh karena itu perlu dicari suatu mekanisme representasi yang efisien dalam arti menurunkan ongkos transaksi. 2.2 Sistem Agroforestri

Agroforestri mempakan sebuah istilah baru yang diberikan kepada sistem pertanian yang sudah lama dipraktekkan. Bermacam-macam definisi telah dikembangkan oleh peneliti agroforestri, sesuai dengan sifat dari masing-masing komponen penyusun sistem tersebut di tempat aslinya. Lundgren (1992), mendefinisikan agroforestri sebagai nama kolektif dari sistem penggunaan lahan, dengan komponen pohon, tanaman semusim, tanaman pakan temak danlatau temak pada waktu bersamaan, rotasi, atau campuran antara keduanya. Dalam sistem tenebut terdapat interaksi antara pohon dengan komponen lainnya secara ekologis dan ekonomis.

Agroforestri menurut Lundgren dan Raintree (1982), mempakan istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologi-teknologi penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan

(4)

tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu dll.) dengan tanaman pertanian danlatau hewan (ternak) danlatau ikan, yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada.

Beberapa ciri penting agroforestri yang dikemukakan oleh Lundgren dan Raintree (1982), adalah : (1) agroforestri biasanya tersusun dari dua jenis tanaman atau lebih (tanaman dadatau hewan). Paling tidak satu diantaranya tumbuhan berkayu ;

(2)

siklus sistem agroforestri selalu lebih dari satu tahun ; (3) ada interaksi (ekonomi dan ekologi) antara tanaman berkayu dengan tanaman tidak berkayu ; (4) selalu memiliki dua macam produk atau lebih (multi product), misalnya pakan ternak, kayu bakar, buah-buahan, dan obat-ohatan ; (5) minimal mempunyai satu fungsi pelayanan jasa (sewice Jirnction), misalnya pelindung angin, penaung, penyubur tanah, peneduh sehingga dijadikan pusat berkumpulnya keluarga/masyarakat ; (6) untuk sistem pertanian masukan rendah di daerah tropis, agroforestri tergantung pada penggunaan dan manipulasi biomasa tanaman terutama dengan mengoptimalkan penggunaan sisa panen ; (7) sistem agroforestri yang paling sederhanapun secara biologis (struktur dan fungsi) maupun ekonomis jauh lebih kompleks dibandingkan sistem budidaya monokultur.

Deftnisi lain menurut Huxley (1999), agroforestri merupakan : (1) sistem penggunaan lahan yang mengkombinasikan tanaman berkayu (pepohonan, perdu, bambu, rotan dan lainnya) dengan tanaman tidak berkayu atau dapat pula dengan rerumputan (pmture), kadang-kadang ada komponen ternak atau hewan lainnya (lebah, ikan) sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antara tanaman berkayu dengan komponen lainnya ; (2) sistem pengunaan lahan yang mengkombinasikan tanaman berkayu dengan tanaman tidak berkayu (kadang- kadang dengan hewan) yang tumbuh bersamaan atau bergiliran pada suatu lahan, untuk memperoleh berbagai produk dan jasa (services) sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar komponen tanaman ; (3) sistem pengeloloaan sumber daya alam yang dinamis secara ekologi dengan penanaman pepohonan di lahan pertanian atau padang penggembalaan untuk memperoleh berbagai produk secara herkelanjutan sehingga dapat meningkatkan keuntungan sosial, ekonomi dan lingkungan bagi semua pengguna lahan.

(5)

Perhutani (1990), mengartikan agroforestri sebagai manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian pada unit pengelolaan lahan yang sama, dengan memperhatikan kondisi lingkungan fisik, sosial ekonomi dan budaya masyarakat yang berperan serta.

2.3 Klasifikasi Agroforestri

Agroforestri diklasifikasikan berdasarkan kriteria-kriteria Nair (1993), terdiri dari : (1) dasar struktural yakni menyangkut komposisi komponen- komponen, seperti sistem agrosilvikultur, silfopastural, clan agrisilvopastur ; (2)

dasar fungsional, yakni menyangkut fungsi utama atau peranan dari sistem, temtama fungsi atau peranan komponen kayu-kayuan ; (3) dasar sosial-ekonomi, yakni menyangkut tingkat masukan dalam pengelolaan (masukan rendah, masukan tinggi) atau intensitas dan skala pengelolaan, atau tujuan-tujuan usaha (subsisten, komersial, intermediet); (4) dasar ekologi yakni menyangkut kondisi lingkungan dan kecocokan ekologi dan ekosistem.

2.4 Klasifikasi Agroforestri Berdasarkan Masa Perkembangannya

Agroforesbi ditinjau dari masa perkembangannya, terdapat dua kelompok besar agroforestri yang terdiri

dari

:

1. Agroforestri tradisionalklasik (traditional/classical agroforestri?

Dalam lingkungan masyarakat lokal dijumpai berbagai bentuk praktek pengkombinasian tanaman berkayu (pohon, perdu, palem-paleman, bambu- bambuan, dll.) dengan tanaman pertanian dan atau peternakan. Praktek tersebut dijumpai dalam satu unit manajemen lahan hingga pada suatu bentang alam (landscape) dari aagrokosistem pedesaan. Thaman (1989), mendefinisikan agroforestri tradisional atau agroforestri klasik sebagai setiap sistem pertanian, dimana pohon-pohonan baik yang berasal dari penanaman atau pemeliharaan tegakanltanaman yang telah ada menjadi bagian terpadu, sosial-ekonomi clan ekologis dari keselumhan sistem (agroecosysrem). 2. Agroforestri moderen (modern atau introduced agroforestrij

Agroforestri moderen umumnya hanya melihat pengkombinasian antara tanaman keras atau pohon komersial dengan tanaman sela terpilih. Berbeda

(6)

dengan agroforestri tradisionaliklasik, ratusan pohon bermanfaat di luar komponen utama atau juga satwa liar yang menjadi bagian terpadu dari sistem tradisional kemungkinan tidak terdapat lagi dalam agroforestri moderen (Thaman 1989 ; Sardjono 1990).

Tabel 1 Beberapa perbedaan penting agroforestri tradisional dan agroforestri moderen

Aspek Tinjauan Agroforestri tradisional Agroforestri Moderen

Kombinasi Jenis Tersusun atas banyak jenis Hanya terdiri dari 2-3 @olyculture), dan hampir kombinasi jenis, dimana salah keseluruhannya dipandarig satu-nya merupakan komoditi penting; banyak dari jenis-jenis yang diunggulkan; seringkali lokal (dan berasal dari diperkenalkan jenis unggul permudaan alami). dari l u x (exotic species). Struktur Tegakan Kompleks, karena pola tanam- Sederhana, karena biasanya

nya tidak teratur, baik s e c m menggunakan pola lajw atau horizontal ataupun vertikal baris yang berselang-seling (acak/random). dengan jarak tanam yang jelas. Orientasi Penggunaan Subsisten hingga semi Komersial, dan umumnya

Lahan komersial (meskipun tidak diusahakan dengan skala besar

senantiasa dilaksanakan dalam dan oleh karenanya padat

skala kecil). modal (capital intensive).

Keterkaitan Sosial Budaya Memiliki keterkaitan sangat Secara umum tidak memiliki erat dengan sosial-budaya lokal keterkaitan dengan sosial karena telah dipraktekkan budaya setempat, karena secara turun temurun oleh diintrodusir oleh pihak luar masyarakaUpemilik lahan. (proyek atau pemerintah).

Sumber : Sarjono et al, (2003) 2.5 Agroforestri di Maluku

Sebelum bangsa Portugis tiba di Maluku pada awal abad ke-16 dan Bangsa Belanda tiba pada awal abad ke-17 (1602) agroforestri yang dikenal di Maluku sebagai dusun telah membudaya pada masyarakat Maluku. Dusun adalah suatu aset yang tidak nampak (intangible) di Maluku, yang termasuk dalam pengetahuan masyarakat lokal (indigenous knowledge) dan teknologi yang digunakan masyarakat lokal (indigenous technology) sudah teradaptasi dengan lingkungan fisik, biologis masyarakat setempat (Wattimena dan Papilaya 2005).

Dusun di Maluku Tengah (Ambon, Seram dan Banda) menurut Wanimena (2007), terletak berjarak 1-10 krn dari desa, berada pada dataran rendah basah (0-500 m dpl). Jenis tanaman buah-buah yang diusahakan adalah : durian, manggis, duku, langsat, bacang dll, tanaman rempah-rempah (pala, cengkih, kemiri) dan tanaman pangan (umbi-umbian dan pisang) adalah tanaman yang umumnya dikembangkan pada daemh tersebut.

(7)

Manfaat dusun di Maluku menurut Wattimena dan Papilaya (2005), yaitu :

1. Secara ekologis mempertahankan kualitas sumberdaya alam dan agroekosistem secara keseluruhan yang meliputi hewan, tanaman dan jasad renik. Tanaman-tanaman dari dusun itu mempunyai beragam kedalaman akar, ketinggian tajuk, dan kejarangan tajuk. Kebutuhan yang berbeda terhadap suhu, intensitas cahaya, kelembaban tanah, kelembaban udara dan kualitas lahan.

2. Berkelanjutan secara ekonomis, artinya petani bisa dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidup dari &sun tersebut. Fungsi dusun mirip dengan fungsi pekarangan dimana selumh kebutuhan hidup mulai dari pangan, bahan bangunan berasal dari dusun. Di dalam sistem dusun diatur sehingga ada tanaman yang menghasilkan sepanjang tahun seperti kelapa, coklat, pala, kenari serta ada yang musiman seperti cengkeh, durian, d u b , gandaria, dsb. 3. Adil dan manusiawi artinya hasil dusun itu dapat juga dimanfaatkan bagi

orang yang tidak punya, dan martabat dasar semua mahluk hidup (tanaman, hewan, dan manusia) dihormati. Peraturan mengenai usaha (memungut yang jatuh di tanah) dan sasi (peraturan pemungutan hasil).

Istilah sasi sebenarnya tidak tergolong kepada kategori kata-kata yang mempunyai watak larangan atau suruhan yang bersifat tanggeng dan menetap, namun istilah tersebut hanya menekankan pada suatu larangan yang temporal dan lambang (atribut) yang bersama-sama membuat institusi sasi mengikat (Kissya 1993). Sementara itu Rahail (1995), menekankan kepada konsep pelestarian dan produktifitas mengemukakan bahwa sasi adalah suatu pranata adat yang sudah umum diketahui sebagai suatu larangan untuk mengambil atau merusak sumberdaya alam tertentu dalam jangka waktu tertentu demi menjaga kelestarian dan agar lebih menjamin hasil yang lehih berlipat ganda di masa depan. Kemudian Nikijuluw (1997), menyimpulkan bahwa sari adalah suatu sistem pengaturan pemanfaatan sumberdaya alam (hutan dan laut) bagi anak negeri (penduduk setempat) maupun pendatang.

Gambar

Tabel  1  Beberapa  perbedaan  penting  agroforestri  tradisional  dan  agroforestri  moderen

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan Pasal 6A Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 56 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Tambrauw Di Provinsi

Pertimbangan penggunaan konsep dan/atau teori dari disiplin ilmu pengetahuan lain itu karena dianggap berguna atau relevan dalam upaya memahami masalah kesenirupaan yang

Hasil penelitian utama, berdasarkan uji statistik dan pengamatan terhadap kualitas cabai merah (kesegaran, daya simpan), disimpulkan bahwa perlakuan terbaik selama penyimpanan

Sistem Informasi Produksi merupakan salah satu kompo- nen dari Sistem Informasi Manajemen yang khusus dirancang untuk meliput semua informasi produksi dan menjawab semua

Uji yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: (1) uji perbedaan dua rata-rata untuk melihat (a) perbedaan self-efficacy terhadap matematika pada mahasiswa yang

Secara kelembagaan pesantren memiliki keunggulan dan keunikan bagi Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lainnya di bidang pengembangan ekonomi dan

Setelah itu Menteri Riset dan Teknologi, Menteri Komunikasi dan Informasi, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Menteri Kehakiman dan Hak Azazi Manusia, dan Menteri

Proses flowchart pada login merupakan data yang harus di isi sesuai dengan user name dan password yang sudah melakukan registrasi sebelumnya, proses ini