BAB V
EKSPLORASI PEMBORAN
Pemboran eksplorasi dilakukan untuk mengetahui keadaan dan keberadaan bahan tambang yang terdapat di bawah permukaan bumi. Selain untuk mengetahui keadaan geologi dan pemineralan (bahan galian), pemboran ini juga ditujukan untuk pemercontohan. Percontoh dalam bentuk inti (core) dapat diperoleh dengan cara pemboran inti (core drilling).
Pemboran eksplorasi dilakukan secara tegak, miring, melengkung atau berarah (directional drilling), atau mendatar, tergantung pada perkiraan letak atau bentuk endapan bahan tambang.
5.1
Tujuan Praktikum
Praktikan dapat mengetahui bagai mana cara eksplorasi dengan pemboran, pendokumentasian data pemboran, cara pengambilan percontoh, mengolah data pemboran, dan mengorelasikan data dan informasi pemboran. Berdasarkan pengolahan data pemboran dapat direkonstruksi lebih jauh mengenai sebaran dan bentuk tubuh endapan bahan galian ke arah dalam.
5.2
Eksplorasi Pemboran
Pemboran merupakan salah satu kegiatan paling penting pada tahap eksplorasi. Tujuan utama dari pemboran eksplorasi adalah mengambil dan merekam data geologi yang ditembus oleh alat bor. Data ini berupa rekaman catatan hasil pengamatan pada pemboran eksplorasi dari contoh batuan (core) yang diambil, khususnya sifat atau litologi batuan serta gejala geologi lainnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemboran untuk eksplorasi adalah lokasi mineralisasi ekonomis yang merupakan prosedur terpenting dan termahal, digunakan untuk pembuktian dari semua data
Agar kegiatan eksplorasi dengan pemboran ini berjalan efektif, ekonomis dan juga efisien, maka dalam kegiatan ini harus digunakan metode yang tepat. Dalam eksplorasi pemboran ini terdapat beberapa metode yang biasa digunakan, dimana metode ini terbagi menjadi 3 bagian berdasarkan jenis percontoh yang diambil, diantaranya adalah :
1. Open Hole
Open Hole merupakan suatu metode pengeboran untuk eksplorasi, dimana
lubang bor yang dibuat dari permukaan sampai target kedalaman tertentu dengan diameter yang cukup besar sehingga disebut dengan lubang terbuka (open hole). Pada metode pengeboran ini contoh atau sampling yang diambil berupa cutting hasil pengeboran yang terangkat oleh fluida bor dari dalam open
hole tersebut. selayaknya suatu metode, metode ini juga memiliki kelebihan serta
kekurangan, dimana dalam metode open hole ini kelebihannya adalah waktu pembuatan lubang yang cepat, sehingga dapat menghemat waktu dalam pembuatan lubang bor. Sedangkan kekurangan dari metode ini ialah, data yang didapatkan tidak terlalu rinci, dimana kita tidak akan mendapatkan data suatu litologi secara rinci, serta tidak akan diketahuinya keterdapatan struktur dan bidang diskontinuitas pada litologi batuan tersebut, karena percontoh yang diambil berupa serpihan (cutting).
2. Full Coring
Adalah metode pengeboran dimana lubang bor yang dibuat tidaklah sebesar open hole karena sampling yang diambil berupa initi bor (core). Metode ini merupakan metode eksplorasi dengan pengboran yang baik, karena dengan metode ini, data yang didapatkan cukup rinci. Dengan melalui inti bor ini dapat terlihat struktur dan diskontinuitas pada litologi batuan, sehingga deskripsi percontohnya dapat diketahui secara rinci pula. Selain itu dari inti bor yang dihasilkan, dapat juga digunakan untuk keperluan geoteknik. Sedangkan untuk kelemahan dalam metode ini ialah waktu pengeboran yang cukup lama dibandingkan dengan metode open hole.
3. Touch coring
Metode ini merupakan metode yang memiliki prinsip sama dengan full
coring, akan tetapi hal yang membedakannya yaitu terdapat pada inti yang
diambil, dimana dalam metode touch coring ini, inti yang diambil hanya inti bor pada lapisan batuan yang dicari saja, contohnya adalah pengambilan inti hanya pada lapisan batubara. Kelebihan metode ini yaitu sama dengan metode full
coring, sedangkan kelemahannya ialah tidak dapat diketahui litologi atau lapisan
batuan diatas maupun dibawah lapisan batuan yang menjadi target eksplorasi.
Proses pengeboran akan berjalan lancar apabila sesuai dengan
tahapan yang benar. Berikut adalah tahapan pemboran yang dapat
dilakukan dalam operasi pengeboran :
a) Persiapan pengeboran, yang terdiri atas :
Pembuatan bak pengendap, bak penampung, serta saluran
sirkulasinya.
Pemasangan balok landasan mesin, papan untuk saluran sirkulasi
dan lantai dasar mesin.
Pengesetan mesin dan pompa.
Pendirian menara, harus disertai dengan kekuatan pondasi menara
yang mencukupi dan kokoh.
Persiapan lainnya seperti penyiapan lumpur bor, alat-alat ukur untuk
kedalaman, spesific gravity, dll.
b) Pengeboran dengan kedalaman serta diameter tertentu.
Tahapan ini dapat dilakukan untuk pengeboran inti dan pengeboran
non-inti. Dalam pengeboran inti hal yang terpenting yang akan diperoleh
dari operasi pengeboran adalah inti bor sebagai sampel yang diambill
untuk dianalisis, baik kondisi geologi ataupun kualitas yang diharapkan.
Dari inti bor ini didapat berbagai macam informasi penting seperti
informasi geoteknik, litologi, kualitas terhadap mineral tertentu, dan
lain-lain. Sampel yang didapatkan dalam pengeboran inti adalah inti bor dan
cutting.
Sedangkan dalam pengeboran non-inti maka hal yang terpenting
adalah membuat lubang tanpa memperoleh inti bor dengan bidang gerus
mata bor yang lebih luas. Pengeboran non inti ini dapat dilakukan dengan
metode pengeboran putar, tumbuk, auger, dan bor Bangka. Interpretasi
bawah permukaan hanya dapat dilakukan melalui cutting yang terangkat
ke permukaan oleh fluida bor (Bailer). Akurasi interpretasi geologi akan
menemui banyak kelemahan terutama dalam ketepatan penentuan
kedalamannya.
5.3
Pemerian Data dan Percontoh Inti Pemboran
Percontoh inti (core sample) ditempatkan pada kotak inti (core box).Pada kotak inti biasanya tertera kedalaman pemboran dan perolehan inti (core
recovery). Pemerian batuan atau bahan galian dilakukan setiap kedalaman
tertentu. Sedangkan, cara pemerian batuan atau bahan galian (lihat BAB I). Percontoh yang diberikan berupa inti bor.
Sumber : JICA-MMAJ, 1985
Gambar 5.1
Percontoh Inti Bor (JICA-MMAJ, 1985)
5.4
Dokumentasi Pemboran
Pada hasil pemboran dilakukan pendokumentasian. Dokumentasi setiap lubang bor (bore hole atau drill hole) meliputi (lihat table 4.21) :
Nomor lubang bor : setiap lubang bor diberi tanda (kode) tertentu dan nomor.
Lokasi lubang bor : nama tempat dilakukannya pemboran.
Kordinat (easting dan northing): biasanya kordinat lokal seperti misalnya T (timur) -100, U (utara) -200.
Ketinggian (elevation) (+/- m): tanda plus berarti di atas permukaan laut, tanda minus di bawah permukaan laut.
Kedalaman total (m): kedalaman lubang bor.
Azimut (bearing): arah kemiringan lubang bor, untuk pemboran miring
(incline drilling).
Inklinasi (kemiringan): sudut kemiringan pemboran.
Dalam hal pemboran berarah (directional drilling), perubahan arah kemiringan, kedalaman terjadinya perubahan, dan sudut kemiringan hendaknya dicatat pula.
Pemerian batuan atau bahan galian dan infromasi lainnya.
Dokumentasi lubang bor menggunakan format sebagai berikut :
Tabel 5.1
Format Dokumentasi Pemboran
No. Lubang Bor Ketinggian (elevation) (+/-m)
Lokasi Azimut (bearing)
Kordinat (easting) (northing) Kemiringan (inclination)
Kedalaman total (m) Mesin Bor
Perolehan Inti (%) Pencatat (logger)
D (m ) Log Geo Litologi Peminerala n No. Ct. A u A g C u P b Z n M o S n Keterangan :
1. No. Lubang Bor – cantumkan nomor lubang bor, biasanya terdiri dari tanda/kode pemboran dan nomor urut.
2. Lokasi – lokasi daerah pemboran, misalnya Cikotok, Jawa Barat.
3. Kordinat – sebaiknya kordinat local atau UTM, easting (arah ketimur atau kebarat), northing (arah keutara atau keselatan).
4. Kedalaman total – kedalaman akhir setelah pemboran selesai. 5. Perolehan Inti – perolehan inti min., maks.,dan rata-rata.
6. Waktu pengeboran – tanggal dimulai dan berakhirnya pemboran.
7. Ketinggian (elevation) – ketinggian awal pemboran, tanda + di atas permukaan air laut, tanda – di bawah permukaan air laut.
8. Azimut (bearing) – dalam derajat, digunakan untuk pemboran berarah (miring).
9. Kemiringan (inclination) – kemiringan arah pengeboran. 10. Mesin Bor – jenis dan tipe alat bor yang digunakan.
11. Pencatat (logger) – nama petugas yang melakukan pemerian (deskripsi) 12. Tanggal – tanggal/waktu pencatatan atau penyusunan deskripsi (logging)
D – Depth (Kedalaman bor); Log Geo. – diisi dengan tanda atau legenda geologi (batuan, struktur, dls.); Litologi– diisi dengan hasil pengamatan batuan; Pemineralan– diisi dengan hasil pengamatan pemineralan; No. Ct. – nomor percontoh yang diambil; Au, Ag dst. – hasil analisis kimia.
Gambar 5.2
5.5
Pembuatan Penampang Berdasarkan Data Pemboran
Tahapan rekonstruksi penampang dan korelasi data pemboran : Buatlah penampang beberapa lubang bor yang terletak lebih kurang dalam satu garis pada bidang tegak.
Jarak lubang bor dalam garis sesuai dengan jarak pemboran di lapangan (berdasarkan skala).
Hubungkan batas batuan atau bahan galian dari setiap lubang bor satu sama lain sesuai dengan data geologi (batuan, struktur, horison).
Berdasarkan penghubungan tubuh bijih akan diperoleh gambaran bentuk tubuhnya.
Sumber : JICA-MMAJ, 1988
Gambar 5.3
5.6
Rekonstruksi Lubang Bor (Directional Drilling)
Buatlah tabel hubungan azimuth pemboran dan sudut kemiringannya berdasarkan kedalaman pemboran.
Tabel 5.2
Data Pengukuran Pemboran Berarah
Tentu
kan titik awal pemboran sesuai dengan kordinatnya.
Setiap kemajuan atau kedalaman tertentu diplotkan bearing atau azimut arah pemboran pada proyeksi mendatar.
Plotkan kedalaman atau kemajuan pemboran tersebut pada bidang tegak termasuk kemiringan pemboran.
Kedalama n bor (m) 0 25 75 125 175 225 275 317 Sudut kemiringa n (o) 65 65 62 58 58 46 40 40 Azimut (o) 90 89 90 95 10 0 105 105 110
Sumber : JICA-MMAJ, 1988
Gambar 5.4
5.7
Bahan dan Peralatan Praktikum
Bahan dan peralatan yang digunakan untuk Praktikum Eksplorasi dengan Pemboran, antaralain :
Data log bor.
Alat tulis dan gambar.
5.8
Tugas dan Latihan
1. Membuat deskripsi atau log bor. 2. Memplot data/lokasi bor pada peta.
3. Membuat rekonstruksi penampang dan korelasi data informasi antar titik bor.
Gambar 5.5