SPANDUAN
SPANDUAN
KEPASTIAN LOKASI PEMBEDAHAN
KEPASTIAN LOKASI PEMBEDAHAN
Y
YANG B
ANG BENAR,
ENAR, PROSEDUR Y
PROSEDUR YANG B
ANG BENAR D
ENAR DAN
AN
PEMBEDAHAN PADA PASIEN YANG BENAR
PEMBEDAHAN PADA PASIEN YANG BENAR
RUMAH SAKIT UMUM WIRADADI HUSADA
RUMAH SAKIT UMUM WIRADADI HUSADA
2017
2017
HALAMAN PENGESAHAN DAN PEMBERLAKUAN
PANDUAN KEPASTIAN KEPASTIAN LOKASI PEMBEDAHAN YANG BENAR, PROSEDUR YANG BENAR DAN PEMBEDAHAN PADA PASIEN YANG BENAR
RUMAH SAKIT UMUM WIRADADI HUSADA
Jabatan Nama Tanda Tangan
Disiapkan oleh Ketua Tim Sasaran
Keselamatan Pasien
dr. Dedi Adnan Fauzi, MM
Diperiksa oleh Ketua Komite
Mutu dan
keselamatan pasien
dr. Akhmad Ikhsan Prafita Putra
Disahkan oleh Direktur dr. Dedi Adnan Fauzi, MM
Sokaraja, 31 Agustus 2017
RUMAH SAKIT UMUM
WIRADADI HUSADA SOKARAJA
Jl. Menteri Supeno No. 25 Sokaraja-Banyumas Telp. (0281) 6846225Fax. (0281) 6846371 E-mail :[email protected]
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM WIRADADI HUSADA SOKARAJA NOMOR:…../PER/DIR/RSWH/08/2017
TENTANG
PANDUAN KEPASTIAN LOKASI PEMBEDAHAN YANG BENAR, PROSEDUR YANG BENAR DAN PEMBEDAHAN PADA PASIEN YANG BENAR
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM WIRADADI HUSADA SOKARAJA
Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di Rumah Sakit Umum Wiradadi Husada, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan untuk Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar.
b. bahwa agar penyelenggaraan pelayanan untuk memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar di RSU Wiradadi Husada dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya Kebijakan Direktur RSU Wiradadi Husada
sebagai landasan peningkatan keselamatan pasien.
c. bahwa untuk maksud tersebut pada butir (a) dan (b) di atas perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur RSU Wiradadi Husada;
Mengingat : 1. Undang Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2014 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang – Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang – Undang Republik Indonesia No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Permenkes RI No. 1333 Tahun1999 Tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
5. Permenkes RI No. 1691 tahun 2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
RUMAH SAKIT UMUM
WIRADADI HUSADA SOKARAJA
Jl. Menteri Supeno No. 25 Sokaraja-Banyumas Telp. (0281) 6846225RUMAH SAKIT UMUM
WIRADADI HUSADA SOKARAJA
Jl. Menteri Supeno No. 25 Sokaraja-Banyumas Telp. (0281) 6846225Fax. (0281) 6846371 E-mail :[email protected]
1
6. Pedoman Pelaporan Insiden Keselamtan Pasien (Patient Safety Incident Report) Edisi 2 Tahun 2008.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : Pemberlakuan Panduan Kepastian lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar dan pembedahan pasda pasien yang benar di Rumah Sakit Umum Wiradadi Husada.
KESATU : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan ditinjau kembali pada saat diperlukan atau sampai ada ketentuan lain yang mengaturnya.
KEDUA : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini maka akan dilakukan pembetulan sebagaimana mestinya
Ditetapkan di: Sokaraja T0Tanggal: 31 Agustus 2017 Direktur RSU Wiradadi Husada Sokaraja
dr. Dedi Adnan Fauzi, MM NIPRS 01.10.634
Tembusan Yth:
1. Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) 2. Manajer Pelayanan Medis
3. Manajer Penunjang Medis 4. Manajer Pelayanan Umum
5. Ketua Komite Mutu dan Keselamatan Pasien 6. Kepala Instalasi di RSU Wiradadi Husada 7. Arsip
Lampiran Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Wiradadi Husada Sokaraja Nomor :…./PER/DIR/RSWH/08/2017
Tentang : Panduan Kepastian lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar dan pembedahan pasda pasien yang benar
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat yang telah di karuniakan kepada kita sehingga kita dapat menyelesaikan Buku Panduan Kepastian lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar dan pembedahan pasda pasien yang benar Rumah Sakit Umum (RSU)
Wiradadi Husada ini dapat selesai disusun. Panduan ini disusun untuk menjadi acuan memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar dan pembedahan pasda pasien yang benar sesuai prosedur RSU Wiradadi Husada. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan panduan ini, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya referensi.
Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di kesempatan berikutnya. Semoga panduan ini berguna bagi seluruh karyawan dalam meningkatkan keselamatan pasien di RSU Wiradadi Husada pada khususnya juga untuk para pembaca pada umumnya
Sokaraja, Agustus 2017
DAFTAR ISI
BAB I. DEFINISI ... 1
BAB II. RUANG LINGKUP ... 2
BAB III. TATA LAKSANA... ... 3
1
BAB I DEFINISI
Salah-lokasi, salah- prosedur, salah pasien pada operasi, adalah sesuatu yang mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi.
Di samping itu pula asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan resep yang tidak terbaca (illegible handwriting) dan pemakaian singkatan adalah merupakan faktor -faktor kontribusi yang sering terjadi.
Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratoriumoratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini. Digunakan juga praktek berbasis bukti, seperti yang digambarkan di Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint Commission’s Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery.
Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas satu pada t yang dapat dikenali. T itu harus digunakan secara konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator/ orang yang akan melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel Standarduktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipel level (tulang belakang).
Jadi dapat disimpulkan bahwa panduan penandaan lokasi operasi (site marking) adalah suatu panduan pelayananan keamanan dan keselamatan pasien yang wajib di lakukan untuk mengurangi terjadinya resiko kesalahaan lokasi, prosedure operasi dan pasien.
2
BAB II
RUANG LINGKUP
Panduan ini di terapkan kepada seluruh tim/ profesi yang terlibat dalam pelayanan baik tindakan yang akan dilakukan dari persiapan, tindakan operasi dan pasca operasi.
Prinsip pelayanan bedah tepat lokasi, tepat prosedure dan tepat pasien operasi yaitu : 1. Sebelum tindakan petugas melakukan pengcekan ulang seluruh indetifikasi pasien dan
kelengkapan berkas penunjang sebelm dilakukan tindakan operasi
2. Sebelum tindakan operator melakukan penandaan area yang akan dilakukan operasi 3. Dalam pelakasanaan tindakan operasi tim melakukan tindakan berdasarkan SPO yang
berlaku
Kewajiban dan tanggung jawab 1. Dokter operator/ bedah
Dokter operator/bedah melakukan penandaan area yang akan dilakukan operasi sesuai dengan indikasi dan berkas penunjang pasien dengan tepat sebelum dilakukan tindakan operasi.
2. Dokter anastesi
Dokter anastesi melakukan penandan area yang akan di lakukan setiap blok regional sesuai yang di usulakan dengan pertimbangan sisi operasi yang sudah di tandai oleh dokter operator.
3. Petugas/ perawat kamar operasi
Memastikan bahwa dokter operator telah melakukan (site marking) sesuai panduan ini dengan jelas dan tepat sebelum pasien dilakukan operasi. Petugas juga harus memahami dan melakukan double cek sesuai berkas indentifikasi pasen dan berkas penujang ( hasil lab, foto rontgen, MRI,CT-Scan dll).
4. Kepala bagian kamar oprasi
Memastikan bahwa setiap pasien yang akan dilakukan prosedure operasi telah dilakukan penadaa area operasi ( site marking) dengan tepat dan jelas sesuai panduan ini oleh seluruh timnya sebelum tindakan oprasi. Memberikan doublecek untuk indentifikasi pasien dan berkas penunjang agar tindak tejadi salah lokasi, salah prosedur tindakan,
salah pasien dengan memastikan kepatuhan timeout sebelum insisi.. 5. Direktur medik, keperawatan dan staf fungsionl medik
Bertanggung jawab untuk memastikan pasien yang akan dilakukan tindakan berada dalam tempat, telah dilakukan penandaan area operasi sesui panduan ini dan memantau akan kepatuhan dalam melakukan seluruh tindakan sesuai SPO yang berlaku.
3
BAB III TATA LAKSANA
Tata laksana panduan ini disesuaikan dengan prosedure dan indikator keselamatan pasien yaitu:
A. Indikator Keselamatan Operasi :
1. Menggunakan tanda yang mudah dikenali untuk identifikasi lokasi operasi dan mengikutsertakan pasien dalam proses penandaan.
2. Menggunakan checklist ( Surgical safety checklist dari WHO Patient Safety 2009) dan proses lain untuk verifikasi lokasi yang tepat, prosedur yang tepat, dan pasien yang tepat sebelum operasi, dan seluruh dokumen serta peralatan yang dibutuhkan tersedia, benar dan berfungsi.
3. Seluruh tim operasi membuat dan mendokumentasikan prosedur time out sesaat sebelum prosedur operasi dimulai.
B. Tandai lokasi operasi (Marking), terutama :
1. Pada organ yang memiliki 2 sisi, kanan dan kiri. 2. Multiple structures (jari tangan, jari kaki)
3. Multiple level (operasi tulang belakang, cervical, thorak, lumbal) 4. Multipel lesi yang pengerjaannya bertahap
C. Penandaan Lokasi Operasi
1. Penanadaan lokasi operasi dilakukan 1x24 jamsebelum pasien dipindahkan ke kamar bedah dengaan gunakan tanda yang telah disepakati
2. Dokter yang akan melakukan operasi yang melakukan pemberian tanda, dengan melibatkan pasien pada saat paseien terjaga atau pasien sadar/ keluarga pasien 3. Tandai pada atau dekat daerah insisi
4. Gunakan tanda yang tidak ambigu (contoh : tanda “ ” merupakan tanda yang ambigu)
5. Daerah yang tidak dioperasi, jangan ditandai kecuali sangat diperlukan
6. Untuk penandaan mata bisa dilakukan dengan menempelkan plester /micropor dibagian atas alis mata yang akan dilakukan operasi
7. Bedah gigi bisa dilakukan dengan foto rontgen ordontogram( sesuai kebijakaan RS) sesuai dengan anatomis gigi.
8. Prosedure yang tidak membutuhkan penandaan adalah apabila: dilakukan pada organ soliter( contoh: jantung, jaringan trakea, esofagus,vagina, servik, penis, skrotum dll) Gunakan penanda yang tidak mudah terhapus (contoh : Gentian Violet)
D. Pengecualian dari penandaan
1. Semua endoskopi, prosedure invasif yang direncanakan dianggap dibebaskan dari situs bedah menandai seperti kateteriasasi jantung dan lainnya prosedure invasif minimal.
4 2. Mungkin juga ada kasus pengecualian dimana lateralitas prasi harus dikonfirmasikan
setelah pemeriksaan di bawah anastesi (EUA) atau eksplorasi
3. Operasi ceasar, histerektomi atau hytoidecomy, juga dapat dibebaskan dari penandaan area operasi
5
BAB IV DOKUMENTASI
1. Rekam Medis