• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara pola Asuh orangtua dengan konformitas pada remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan antara pola Asuh orangtua dengan konformitas pada remaja"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DENGAN KONFORMITAS PADA REMAJA. SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeroleh Gelar Sarjana Psikologi Program Sarjana Psikologi. Disusun oleh: Dalupeni Widyaningrum 139114062. Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2018.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. “Karya ini saya persembahkan kepada kedua orangtua dan adik saya yang saya sayangi. Terimakasih karena telah mendengar cerita dan kleluh kesah yang saya sampaikan. Karena dukungan dan doa mereka saya dapat menyelesaikan penelitian ini.”. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN MOTTO. Kelabu tak pernah menjadi warna impianku, namun ia awal. “. dari rintik hujan yang menjemput pelangi”. v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DENGAN KONFORMITAS PADA REMAJA. Dalupeni Widyaningrum ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi pola asuh orang tua yang dimiliki remaja dengan konformitas pada remaja. Penelitian ini ingin melihat hubungan pada empat jenis pola asuh yaitu authoritative, authoritarian, permissive, dan neglecting. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja berusia 14 hingga 18 tahun yang tinggal bersama kedua orangtua. Penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu skala persepsi pola asuh dan skala konformitas. Koefisien reliabilitas skala persepsi pola asuh adalah 0,902 dan koefisien reliabilitas untuk skala konformitas adalah 0,824. Teknik analisis data menggunakan uji korelasi Rank-Spearman. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang rendah yang tidak signifikan antara persepsi pola asuh authoritative (r=-0,116; p=0,279), authoritarian (r=0,072; p=0,636), permissive (r=0,024; p=0,865), dan neglecting (r=-0,112; p=0,280) dengan konformitas pada remaja. Kata kunci: persepsi pola asuh orangtua, konformitas, remaja. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. THE CORRELATION BETWEEN PARENTING STYLE WITH CONFORMITY IN ADOLESCENCE. Dalupeni Widyaningrum ABSTRACT. This study aimed to determine the correlation between parenting perception with conformity in adolescence. This study aimed to determine the correlation in four kind of parenting perceptions, they were authoritative, authoritarian, permissive, and neglecting. Subjects in this study were adolescents around 14 years old to 18 years old who lived with both of their parents. This research used two scales, they were parenting perception scale and conformity scale. Reliability coefficient of parenting perception scale is 0,902 and reliability coefficient of conformity scale is 0,824. The analysis technique used Rank-Spearman correlation test. The result showed there is low correlation that does not significant between authoritative (r=-0,116; p=0,279), authoritarian (r=0,072; p=0,636), permissive (r=0,024; p=0,865), and neglecting (r=-0,112; p=0,280) parenting perception with conformity. Keywords: parenting perception, conformity, adolescence. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR Rasa syukur penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa, dalam penulisan skripsi ini penulis menemukan beberapa kesulitan dan karenaNya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan sebaik-baiknya. Banyak pembelajaran yang penulis dapatkan dalam proses penyelesaian penelitian ini yang semoga dapat berguna di masa depan penulis. Dalam proses penulisan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapka rasa terima kasih kepada: 1. Dr. Titik Kristiyani, M.Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma 2. Monica Eviandaru M., M.App.Psych., Ph.D. selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma 3. T.M. Raditya Hernawa, M.Psi. dan Prof. A. Supratiknya, Ph.D. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah mendampingi penulis menempuh masa studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 4. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing dan memberikan masukan kepada penulis. 5. Ratri Sunar Astuti, M.Si, Monica E. Madyaningrum, M.App., Ph.D., dan Edward Theodorus, M.App.,Psy selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. Passchedona Henrietta P.D.A.D.S.,S.Psi., M.A., dan R. Landung E. Prihatmoko, M.Psi yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. 7. Kedua orangtua. penulis. yang selalu mendoakan, mendukung,. dan. medengarkan semua keluh kesah penulis. 8. Bapak/Ibu dosen dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah mengajar dan membantu penulis untuk menuntut ilmu dari awal semester hingga sekarang. 9. Kepala dan wakil kepala, guru-guru, serta siswa/i SMA Ananda Bekasi yang telah memberi izin dan meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam pengumpulan data. 10. Adik kandung penulis yang telah menemani, mendukung, dan membantu penulis dalam pengerjaan skripsi. 11. Rekan-rekan mahasiswa, Karina, Claudia, Dewi, Devina, Estu, Cangik, Zer, Fena, dan masih banyak lagi rekan penulis yang telah bersedia memberikan masukan kepada penulis. 12. Sahabat-sahabat penulis yaitu Jennifer, Reska, Merry, Okta, Desy, dan Lia yang telah membantu ataupun memberikan dukungan emosional pada penulis. 13. Subjek penelitian yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi skala penelitian ini. 14. Serta berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian penelitian ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Penulis merasa penelitian ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran masih diperlukan untuk menyempurnakan penelitian ini.. Yogyakarta, April 2018 Penulis, Dalupeni Widyaningrum. xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ......................................ii HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................iii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iv HALAMAN MOTTO ............................................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... vi ABSTRAK ...........................................................................................................vii ABSTRACT ..........................................................................................................viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......................... ix KATA PENGANTAR ........................................................................................... x DAFTAR ISI .......................................................................................................xiii DAFTAR TABEL .............................................................................................xviii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xx DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xxi BAB I. : PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 9 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 9 D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 10 1. Manfaat Teoretis .................................................................... 10 2. Manfaat Praktis ...................................................................... 10. BAB II. : LANDASAN TEORI ........................................................................ 11. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. A. Pola Asuh ..................................................................................... 11 1. Definisi Pola Asuh ................................................................ 11 2. Pola Asuh di Indonesia .......................................................... 12 3. Aspek-aspek Pola Asuh.......................................................... 14 a) Penerimaan/responsivitas ............................................... 14 b) Tuntutan/kontrol ............................................................. 15 4. Jenis-jenis Pola Asuh ............................................................. 16 a) Authoritarian .................................................................. 17 b) Permissive ....................................................................... 17 c) Authoritative ................................................................... 18 d) Neglecting ....................................................................... 19 B. Konformitas ................................................................................. 20 1. Definisi Konformitas .............................................................. 20 2. Aspek-aspek Konformitas ...................................................... 21 a) Kekompakan ................................................................... 21 b) Kesepakatan .................................................................... 21 c) Ketaatan .......................................................................... 22 3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Konformitas .................... 22 C. Masa Remaja ................................................................................ 26 1. Definisi Masa Remaja ............................................................ 26 2. Karakteristik Remaja.............................................................. 27 3. Hubungan Remaja dengan Orangtua ..................................... 28 4. Hubungan Remaja dengan Teman Sebaya ............................. 29. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. Remaja Santri ......................................................................... 30 D. Dinamika Hubungan Persepsi Pola Asuh Orangtua dengan Konformitas pada Remaja ............................................................ 31 E. Hipotesis....................................................................................... 34 F. Skema ........................................................................................... 35 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 37 A. Jenis Penelitian ............................................................................. 37 B. Variabel Penelitian ....................................................................... 37 1. Variabel Bebas ....................................................................... 37 2. Variabel Tergantung............................................................... 37 C. Definisi Operasional..................................................................... 37 1. Pola Asuh ............................................................................... 37 2. Konformitas ........................................................................... 38 D. Subjek Penelitian.......................................................................... 38 E. Alat Pengumpulan Data ............................................................... 39 1. Pola Asuh ............................................................................... 39 2. Konformitas ........................................................................... 40 3. Pemberian Skor ...................................................................... 41 F. Pengujian Instrumen Penelitian.................................................... 42 1. Validitas ................................................................................. 42 2. Seleksi Aitem ......................................................................... 44 a) Skala Persepsi Pola Asuh Orangtua ................................. 45 b) Skala Konformitas ............................................................ 47. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. Reliabilitas ............................................................................. 51 G. Metode Analisis Data ................................................................... 52 1. Uji Asumsi ............................................................................. 52 a) Uji Normalitas .................................................................. 52 b) Uji Linearitas .................................................................... 53 2. Uji Hipotesis .......................................................................... 53 BAB IV. : HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 54 A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................. 54 B. Deskripsi Subjek Penelitian ......................................................... 54 C. Deskripsi Data Penelitian ............................................................. 56 1. Persepsi Pola Asuh ................................................................. 56 2. Konformitas ........................................................................... 57 D. Hasil Penelitian ............................................................................ 57 1. Uji Asumsi ............................................................................. 57 a) Uji Normalitas .................................................................. 57 b) Uji Linearitas .................................................................... 60 2. Uji Hipotesis .......................................................................... 64 E. Pembahasan .................................................................................. 69. BAB V. : KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 75 A. Kesimpulan ................................................................................. 75 B. Keterbatasan Penelitian .............................................................. 76 C. Saran ........................................................................................... 77. DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 79. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. LAMPIRAN ......................................................................................................... 84. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Klasifikasi Jenis Pola Asuh Orangtua .................................................. 16 Tabel 3.1 Sebaran Aitem Skala Persepsi Pola Asuh Orangtua Sebelum Uji Coba.. .............................................................................................................................. 40 Tabel 3.2 Sebaran Aitem Skala Konformitas Sebelum Uji Coba ........................ 41 Tabel 3.3 Sebaran Aitem Skala Konformitas dengan Aitem Pengganti Sebelum Uji Coba Kedua .................................................................................. 44 Tabel 3.4 Sebaran Aitem Skala Persepsi Pola Asuh Orangtua Setelah Uji Coba 46 Tabel 3.5 Skala Persepsi Pola Asuh Orangtua Yang Digunakan Dalam Penelitian ............................................................................................................. 47 Tabel 3.6 Sebara Aitem Skala Konformitas Setelah Uji Coba Pertama .............. 48 Tabel 3.7 Sebaran Aitem Skala Konformitas dengan Aitem Pengganti Setelah Uji Coba Kedua ......................................................................................... 49 Tabel 3.8 Skala Konformitas yang Digunakan dalam Penelitian ........................ 50 Tabel 3.9 Tabel Klasifikasi Relliabilitas ............................................................. 51 Tabel 4.1 Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ............................. 54 Tabel 4.2 Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Usia ............................................ 55 Tabel 4.3 Deskripsi Jenis Persepsi Pola Asuh ..................................................... 56 Tabel 4.4 Deskripsi Data Persepsi Pola Asuh Orangtua ...................................... 56 Tabel 4.5 Deskripsi Data Konformitas ................................................................ 57 Tabel 4.6 Uji Normalitas Data Persepsi Pola Asuh Authoritative ....................... 58 Tabel 4.7 Uji Normalitas Data Persepsi Pola Asuh Authoritarian ...................... 58. xviii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Tabel 4.8 Uji Normalitas Data Persepsi Pola Asuh Permissive ........................... 59 Tabel 4.9 Uji Normalitas Data Persepsi Pola Asuh Neglecting ........................... 59 Tabel 4.10 Uji Normalitas Data Konformitas ...................................................... 60 Tabel 4.11 Uji Linearitas Persepsi Pola Asuh Authoritative dengan Konformitas .. ............................................................................................................. 61 Tabel 4.12 Uji Linearitas Persepsi Pola Asuh Authoritarian dengan Konformitas ............................................................................................................. 62 Tabel 4.13 Uji Linearitas Persepsi Pola Asuh Permissive dengan Konformitas . 63 Tabel 4.14 Uji Linearitas Persepsi Pola Asuh Neglecting dengan Konformitas.. 64 Tabel 4.15 Tabel Tingkat Hubungan ................................................................... 65 Tabel 4.16 Uji Hipotesis Persepsi Pola Asuh Authoritative dengan Konformitas ............................................................................................................. 66 Tabel 4.17 Uji Hipotesis Persepsi Pola Asuh Authoritarian dengan Konformitas ............................................................................................................. 67 Tabel 4.18 Uji Hipotesis Persepsi Pola Asuh Permissive dengan Konformitas 68 Tabel 4.19 Uji Hipotesis Persepsi Pola Asuh Neglecting dengan Konformitas 69. xix.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Skema Hubungan Persepsi Pola Asuh Authoritative dengan Konformitas ................................................................................. 35 Gambar 2.2 Skema Hubungan Persepsi Pola Asuh Authoritarian dengan Konformitas ................................................................................. 35 Gambar 2.3 Skema Hubungan Persepsi Pola Asuh Permissive dengan Konformitas ................................................................................. 36 Gambar 2.4 Skema Hubungan Persepsi Pola Asuh Neglecting dengan Konformitas ................................................................................. 36. xx.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. LAMPIRAN 1 : SKALA ..................................................................................... 84 LAMPIRAN 2 :HASIL VALIDITAS DENGAN INDEKS VALIDITAS ISI (IVI) ............................................................................................................................ 130 LAMPIRAN 3 : HASIL RELIABILITAS ......................................................... 149 LAMPIRAN 4 : SURAT KETERANGAN MELAKUKAN PENELITIAN .... 159. xxi.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Budaya Asia lebih kolektif dibandingkan budaya Barat (Myers, 1999). Individu dianggap bagian dari suatu kelompok tertentu, maka suatu kelompok dianggap bertanggung jawab terhadap individu. Dengan demikian individu juga dianggap menggambarkan suatu kelompok tertentu (Myers, 1999). Konformitas dapat dilihat sebagai hal buruk, baik, maupun netral (Myers, 1999).. Perilaku konformitas yang dilakukan berdasarkan norma. sosial dapat dilihat sebagai perilaku yang baik dilakukan di masyarakat (Baron & Byrne, 2005). Perilaku konformitas di sini penting untuk menghindari kekacauan sosial (Baron & Byrne, 2005). Perilaku konformitas yang dianggap baik salah satunya adalah mengantri (Myers, 1999) , perilaku tersebut sangat penting dilakukan di lingkungan sosial (Baron & Byrne, 2005). Individu yang besar di lingkungan Asia biasanya menghormati orang yang lebih tua serta melakukan tradisi yang biasanya dilakukan (Myers, 1999). Melakukan konformitas memang hal yang wajar, namun saat harus mengubah perilaku menjadi tidak sesuai dengan nilai diri atau berkaitan dengan perilaku negatif maka hal tersebut menjadi masalah (Aronson, Wilson, & Akert, 2005). Konformitas juga dapat dipandang buruk. Seseorang yang konformis kurang memiliki sikap kritis sehingga ia cenderung mengikuti pendapat maupun keputusan yang dibuat orang lain (Ma’rufah, Matulessy, & 1.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Noviekayati, 2014). Salah satu penyebab seseorang melakukan konformitas adalah karena ingin diterima oleh suatu kelompok (Aronson, Wilson, & Akert, 2005). Walaupun orang di negara Asia seharusnya wajar melakukan konformitas, namun dampak negatif dari konformitas banyak ditemukan di Indonesia.. Penelitian-penelitian. sebelumnya. banyak. yang. membahas. mengenai konformitas dan dampak-dampak yang cenderung negatif. Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa konformitas memengaruhi perilaku negatif pada remaja dan perilaku agresi. Perilaku konformitas juga dapat kita lihat pada keseharian serta dapat memengaruhi gaya hidup seseorang. Seperti yang dikatakan Priastuti, Pratiwi, & Supriyono (2014) bahwa konformitas teman sebaya berperan dalam pemilihan jurusan kuliah. Penelitian tersebut mengatakan bahwa dengan adanya konformitas teman sebaya, pemilihan jurusan kuliah menjadi tidak sesuai dengan minat pribadi remaja. Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa konformitas memengaruhi perilaku-perilaku negatif. Perilaku negatif tersebut meliputi kenakalan remaja (Mantiri & Adriana, 2012), menyontek (Raharjo &Marwanto, 2015), perilaku minum minuman beralkohol (Cipto & Kuncoro, 2010), serta perundungan (Tis’Ina & Suroso, 2015). Perilaku negatif tersebut dilakukan oleh remaja dikarenakan keinginan mereka untuk diterima oleh suatu kelompok (Mantiri & Adriana, 2012; Cipto & Kuncoro, 2010). Perilaku menyontek juga kerap ditemukan saat ujian yang sedang berlangsung (Toiskandar, 2015; Liputan6, 2012). Para siswa menyontek dengan cara saling menukarkan jawaban antar.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. teman (Toiskandar, 2015). Seseorang mengatakan karena sudah menyontek sudah biasa, maka ia akan menjadi tidak percaya diri jika tidak melakukannya (Margianto, 2012). Minuman keras oplosan juga sudah memakan banyak korban di berbagai tempat (Fitriani, 2018). Seseorang minum minuman keras oplosan biasanya karena teman-temannya yang minum saat berkumpul (Fitriani, 2018). Kemudian, sebagian besar peminum minuman beralkohol berada pada usia remaja (Purba, 2017). Perundungan. terjadi. di. lingkungan. yang. telah. sering. terjadi. perundungan, sehingga perilaku ini dianggap wajar untuk dilakukan di lingkungan tersebut (Levianti dalam Tis’Ina & Suroso, 2015). Kasus perundungan telah banyak terjadi, tak jarang korban mengalami luka parah bahkan kehilangan nyawanya (Fikri, 2018; Achmad, 2017). Tercatat sebanyak 84% remaja usia 12-17 tahun pernah menjadi korban perundungan (Fikri, 2018). Seseorang mengatakan ia pernah melakukan perundungan karena teman-teman lainnya melakukannya (Achmad, 2017). Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa perilaku agresi juga dipengaruhi oleh konformitas (Utomo& Warsito, 2013). Sarwono & Meinarno (2009) juga mengatakan bahwa salah satu perilaku konformitas adalah perkelahian antar pelajar atau tawuran. Kasus tawuran telah banyak terjadi dan tidak jarang memakan korban jiwa (Ades, 2016; Panduwinata, 2016). Pelaku biasanya beralasan karena solidaritas antar teman (Panduwinata, 2016; Utomo & Warsito, 2013). Tawuran umumnya terjadi pada anak usia remaja (Ades, 2016; Panduwinata, 2016; Utomo& Warsito, 2013)..

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. Konformitas juga dapat memengaruhi gaya hidup seseorang (Aronson, Wilson, & Akert, 2005). Risani (2016) menyatakan bahwa mahasiswa mengikuti suatu organisasi dilatarbelakangi dari beberapa hal, salah satunya adalah “ikut-ikutan”. Untuk mahasiswa yang ikut-ikutan biasanya mengikuti kegiatan di luar organisasi yang dilakukan oleh teman-temannya tersebut, seperti karaoke, belanja, ataupun sekedar nongkrong di café. Kemudian perilaku konsumtif juga berhubungan dengan konformitas (Fitriyani, Widodo, & Fauzia, 2013). Penelitian tersebut mengatakan bahwa mahasiswa cenderung mudah terpengaruh oleh teman-temannya untuk membeli suatu barang (Fitriyani, Widodo, & Fauzia, 2013). Untuk diterima suatu kelompok seseorang harus menyesuaikan diri dengan gaya hidup kelompoknya, salah satunya dengan konformitas. Perilaku konformitas akan menjadi masalah jika tidak sesuai dengan nilai diri dari individu tersebut (Aronson, Wilson, & Akert, 2005). Berdasarkan paparan tersebut dapat dilihat bahwa remaja rentan untuk bersikap konformis pada perilaku yang bersifat negatif. Hal tersebut dapat disebabkan karena remaja berada dalam fase pencarian identitas diri (Berk, 2012). Remaja menjadi mudah terpengaruh norma-norma ataupun kelompok tertentu. Dalam perkembangannya, konformitas yang tinggi pada remaja menjadikan lingkungan remaja sangat penting. Remaja menjadikan temantemannya sebagai acuan. Remaja cenderung menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman-temannya (Papalia & Feldman, 2014). Tidak heran jika para remaja sering menceritakan rahasia mereka kepada teman-temannya.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. (Papalia & Feldman, 2014). Karena masa remaja ini erat kaitannya dengan teman sebaya, maka mereka cenderung mengikat diri mereka dalam suatu persahabatan atau ke dalam sebuah geng (Papalia & Feldman, 2014). Pada konsep pertemanan remaja, di dalamnya terdapat kerjasama dan hubungan timbal balik (Berk, 2012). Hal ini memperkuat asumsi bahwa remaja rentan terhadap konformitas. Konformitas dapat dipengaruhi beberapa faktor. Yang pertama adalah kohesivitas yang mengatakan bahwa seseorang meniru perilaku orang lain yang dia sukai dan tidak akan meniru perilaku dari orang yang ia tidak sukai (Baron & Byrne, 2005). Selanjutnya adalah ukuran kelompok (Baron & Byrne, 2005), yang mengatakan bahwa dengan ukuran kelompok yang besar maka seseorang akan semakin konformis. Faktor selanjutnya adalah norma sosial deskriptif dan injungtif yang mengatakan bahwa norma sosial memengaruhi perilaku seseorang (Myers, 2012). Faktor selanjutnya adalah keseragaman suara (Myers, 2012). Sebuah kelompok biasanya menginginkan keseragaman, tekanan ini dapat membuat seseorang bertindak seragam dengan kelompoknya (Myers, 2012). Faktor selanjutnya adalah status yang mengatakan bahwa seseorang dengan status yang rendah akan cenderung mengikuti perilaku atau pendapat seseorang dengan status yang lebih tinggi (Myers, 2012). Respons umum juga dapat memengaruhi konformitas (Myers, 2012). Tekanan sosial untuk menjadi seragam dapat memengaruhi seseorang untuk berperilaku sesuai dengan respons umum yang ada (Myers,2012). Selanjutnya adalah komitmen sebelumnya (Myers, 2012) yang menyatakan.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. bahwa seseorang yang telah memiliki komitmen sebelumnya cenderung mempertahankan komitmennya dan tidak mudah terpengaruh oleh hal lainnya (Myers, 2012). Kemudian keluarga juga dapat memengaruhi konformitas (Efendi, 2013). Menurut penelitian yang dilakukan Efendi (2013), pola asuh yang diterima memengaruhi tingkat konformitas. Berdasarkan faktor-faktor yang telah disebutkan, keluarga merupakan faktor utama dalam perkembangan remaja. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan tempat pertama seorang anak berkomunikasi dan hal ini memengaruhi perkembangan selanjutnya (Berns, 2013). Tholib (dalam Efendi, 2013) mengatakan bahwa pola asuh merupakan hal utama yang memengaruhi perkembangan sosial anak. Hal ini menjadikan pola asuh sebagai variabel yang penting dalam perkembangan remaja. Pola asuh dapat dilihat dari sudut pandang seorang anak. Anak memiliki penilaiannya sendiri mengenai pola asuh yang ia terima dari orangtuanya (Wulaningsih & Hartini, 2015). Anak akan menilai secara subyektif pola asuh yang ia terima positif atau negatif (Wulaningsih & Hartini, 2015). Persepsi anak mengenai pola asuh orangtuanya ini akan memengaruhi perkembangan anak selanjutnya (Wulaningsih & Hartini, 2015). Pola asuh orangtua dibagi menjadi empat, yaitu authoritarian, authoritative, permissive,dan neglecting (Baumrind dalam King, 2016). Pola asuh authoritarian adalah pola asuh yang sangat kaku. Orangtua dengan pola asuh ini cenderung membatasi serta menghukum anak. Orangtua jarang memberikan kesempatan diskusi pada anak serta perintahnya bersifat mutlak..

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. Kemudian pola asuh authoritative menggunakan kontrol pada anak, namun tetap hangat. Anak didorong untuk menjadi sosok yang mandiri. Orangtua dengan pola asuh ini menggunakan metode diskusi dengan anak. Selanjutnya adalah pola asuh neglectful. Orangtua dengan pola asuh ini ini cenderung kurang terlibat dalam kehidupan anak atau mengabaikan anak. Yang terakhir adalah pola asuh permissive yang memberikan kontrol sangat sedikit pada anak. Orangtua cenderung memberikan kebebasan pada anak. untuk. melakukan apa saja yang ia mau. Penelitian lain mengatakan bahwa pola asuh yang berbeda menghasilkan individu yang berbeda (Lamborn, Mounts, Steinberg, & Dornbusch, 1991). Penelitian tersebut juga mengatakan bahwa pola asuh authoritarian menghasilkan remaja yang cenderung patuh dan konformis. Pola asuh authoritarian dikatakan dapat berdampak buruk bagi perkembangan psikososial remaja. Hal ini dikarenakan pola asuh authoritarian dapat menurunkan kompetensi dan kepercayaan diri remaja tersebut. (Lamborn,. Mounts, Steinberg, & Dornbusch, 1991). Penelitian yang serupa juga mengatakan bahwa anak yang dibesarkan dengan pola asuh authoritarian, cenderung menjadikan teman-teman mereka sebagai referensi dalam banyak hal. (Bednar & Fisher, 2003). Mereka cenderung melakukan konformitas. berdasarkan perilaku teman-temannya. Penelitian dengan tema serupa menunjukkan hasil yang berbeda. Anak yang diasuh dengan pola asuh yang tinggi di kedua aspeknya akan menunjukkan konformitas yang lebih tinggi (Efendi, 2013). Pola asuh yang.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. tinggi di kedua aspeknya dapat dikategorikan menjadi pola asuh authoritative (Bee, 1997). Penelitian tersebut mengatakan bahwa semakin besar keterlibatan orangtua maka anak akan semakin bersikap konformis pada norma-norma sosial yang ada (Efendi, 2013). Anak dengan tingkat pola asuh yang tinggi lebih dapat bertindak sesuai dengan norma sosial yang berlaku di masyarakat. Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan hubungannya dengan konformitas dari dua jenis pola asuh yang berbeda dan juga di lingkungan yang berbeda. Penelitian yang dilakukan di lingkungan budaya yang berbeda ini juga memiliki pandangan yang berbedda mengenai konformitas. Peneliti kemudian ingin melihat bagaimana jenis pola asuh lainnya berhubungan dengan konformitas jika dilihat dari lingkungan yang sama. Beberapa penelitian serupa telah dilakukan sebelumnya, walaupun demikian peneliti kesulitan menemukan penelitian terbaru yang mengkaitkan kedua variabel ini. Dua dari penelitian sebelumnya dilakukan pada seting tempat yang memiliki budaya yang berbeda, sementara penelitian terbaru yang dilakukan oleh Efendi (2013) melihat pola asuh orangtua secara keseluruhan dan terbatas pada lingkugan santri. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin melihat hubungan antara kedua variabel tersebut pada subjek yang lebih luas. Peneliti juga merasa penting untuk meneliti hubungan pada masing-masing jenis pola asuh. Hal ini berkaitan dengan pernyataan yang mengatakan bahwa pola asuh yang berbeda dapat menghasilkan individu yang berbeda (Lamborn, Mounts, Steinberg, & Dornbusch, 1991).

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. Berdasarkan paparan di atas peneliti bermaksud untuk melihat apakah terdapat hubungan antara persepsi pola asuh orangtua dengan konformitas pada remaja. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini melihat pada seluruh jenis pola asuh dan melihat hubungannya dari masing-masing jenis pola asuh dengan konformitas. Selain itu pola asuh dilihat dari persepsi remaja yang menerima pola asuh tersebut.. B. Rumusan Masalah Konformitas identik terjadi pada usia remaja. Tidak sedikit masalah yang timbul dengan latar belakang konformitas pada usia remaja. Banyak faktor yang memengaruhi konformitas, salah satunya adalah keluarga. Pola asuh yang diterapkan dalam keluarga merupakan hal utama yang memengaruhi perkembangan remaja. Berdasarkan paparan sebelumnya, peneliti ingin melihat apakah terdapat hubungan antara persepsi pola asuh orangtua dengan konformitas pada remaja.. C. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara persepsi pola asuh orangtua dengan konformitas pada remaja..

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat menyumbang pemikiran mengenai ilmu psikologi serta menambah wawasan mengenai pola asuh serta konformitas. 2. Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi orangtua agar dapat menerapkan pola asuh yang sesuai untuk anak, khususnya berkaitan dengan konformitas..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pola Asuh 1. Definisi Pola Asuh Baumrind. (dalam. Respati,. Yuliana,. &. Widiana,. 2006). mendefinisikan pola asuh sebagai cara atau strategi orangtua untuk membesarkan anaknya. Pola asuh dapat dilihat dari bagaimana orangtua memenuhi kebutuhan anak, melindungi, mendidik, dan memengaruhi perilaku dari anak (Baumrind dalam Respati, Yuliana, & Widiana, 2006). Santrock (2002) berpendapat bahwa pengasuhan adalah cara orangtua membuat anaknya menjadi individu yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Lestari (dalam Efendi, 2013) mengatakan bahwa pola asuh adalah cara orangtua berinteraksi dengan anak. Pola asuh merupakan cara orangtua memerlakukan, mendisiplinkan atau mengontrol anak, serta pemberian dukungan pada anak (Lestari dalam Efendi, 2013). Lahey (2012) berpendapat bahwa pola asuh adalah tindakan orangtua untuk merawat, melindungi, serta memberikan pengalaman untuk pembelajaran anak. Lahey (2012) mengatakan bahwa perilaku merawat adalah seperti memberi makan atau kebutuhan-kebutuhan lain yang dimiliki anak. Perilaku melindungi dapat berupa pengobatan saat sakit ataupun berupa pengawasan/kontrol terhadap perilaku anak. Pengalaman 11.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. dan pembelajaran seperti orangtua yang mengajarkan keterampilan pada anak (membaca, menulis, berhitung, dan lainnya) ataupun saling bercerita (Lahey, 2012). Berdasarkan definisi yang telah disampaikan, peneliti menyimpulkan bahwa definisi pola asuh adalah cara orangtua untuk membesarkan anaknya (Baumrind dalam Respati, Yuliana, & Widiana, 2006). Cara membesarkan anak yang dilakukan orangtua dapat berupa bagaimana orangtua memperlakukan anak, mendidik, mengontrol, serta memberikan dukungan pada anak. 2. Pola Asuh di Indonesia Penelitian ini bermaksud menggunakan teori pola asuh dari Baumrind. Teori Baumrind ini dikembangkan di negara dengan budaya yang berbeda, sehingga peneliti memiliki kekhawatiran tentang teori Baumrind yang akan digunakan dalam penelitian ini. Peneliti khawatir jika teori pola asuh Baumrind ini tidak sesuai jika digunakan dalam penelitian ini yang akan dilakukan di Indonesia. Rudy dan Grusec (2006) mengatakan bahwa kelompok dengan budaya kolektif cenderung menerapkan. pola. asuh. authoritarian. dalam. mengasuh. anaknya,. dibandingkan dengan kelompok dengan budaya individualistis. Walaupun demikian, anak yang diasuh dengan pola asuh authoritarian tidak selalu menunjukkan perilaku yang negatif (Rudy & Grusec, 2006). Negara yang berada pada daerah Asia biasanya memiliki budaya kolektif, maka mereka akan lebih menerapkan pola asuh authoritarian, dibandingkan negara barat.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. yang memiliki budaya individualistis (Rudy & Grusec, 2006). Dari penelitian tersebut dikhawatirkan di Indonesia pola asuh yang digunakan hanya terpusat pada pola asuh authoritarian. Teori pola asuh dari Baumrind dapat diaplikasikan di Indonesia. Hal ini sesuai dengan penelitian lain mengenai pola asuh yang menggunakan teori Baumrind. Penelitian-penelitian tersebut tidak menunjukkan hasil seperti penelitian Rudy & Grusec (2006). Penelitian lain yang dilakukan di Indonesia menunjukkan pola asuh authoritative lebih banyak digunakan orangtua ataupun dipersepsi oleh anak (Longkutoy, Sinolungan, & Opod, 2015; Wulaningsih & Hartini, 2015; Respati, Yulianto, & Widiana, 2006). Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa pola asuh yang digunakan cenderung beragam di Indonesia dan dengan angka tertinggi pada pola asuh authoritative (Longkutoy, Sinolungan, & Opod, 2015; Wulaningsih & Hartini, 2015; Respati, Yulianto, & Widiana, 2006). Penelitian sebelumnya tersebut menunjukkan bahwa teori Baumrind dengan caranya membagi jenis pola asuh dapat diterapkan di Indonesia. Berdasarkan hal yang telah disampaikan, peneliti akan menggunakan teori pola asuh dari Baumrind dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa teori Baumrind dapat diaplikasikan di Indonesia. Kekhawatiran yang disampaikan dapat dibantahkan berdasarkan penelitian-penelitian yang telah disampaikan. Pola asuh yang digunakan di Indonesia cenderung beragam dan dapat mencakup keempat jenis pola asuh..

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. 3. Aspek-aspek Pola Asuh Baumrind membagi jenis-jenis pola asuh berdasarkan dua aspek pola asuh (Santrock, 2007a). Dua aspek pola asuh tersebut adalah penerimaan/responsivitas dan tuntutan/kontrol (Bee, 1997; Santrock, 2007a; Erikson; Maccoby & Martin dalam Shaffer & Kipp, 2014). Kedua aspek ini membentuk keempat jenis pola asuh yang telah dijelaskan sebelumnya (Santrock, 2007a). a) Penerimaan/responsivitas (accepting/responsive) Penerimaan/responsivitas dapat ditunjukkan dengan dukungan dan juga respons terhadap kebutuhan anak. Orangtua yang memiliki penerimaan/responsivitas yang baik biasanya menunjukkan senyuman pada anak, pemberian hadiah, dan memberi dukungan. Orangtua ini biasanya hangat dan membuat anak merasa nyaman. Sementara orangtua yang memiliki penerimaan/responsivitas yang rendah akan menunjukkan perilaku seperti menghukum, kurang mendukung anak, mengkritik, dan mengabaikan anak. Anak. yang. mendapatkan. penerimaan/responsivitas. akan. cenderung memiliki perkembangan yang baik (Shaffer & Kipp, 2014). Anak akan memiliki konsep diri yang tinggi, penghargaan diri yang tinggi, dan mampu menjalin relasi yang baik dengan teman-temnanya (Shaffer & Kipp, 2014). Anak juga akan memiliki empati yang tinggi (Bee, 1997). Sedangkan untuk anak yang kurang mendapat.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. penerimaan/responsivitas cenderung kurang mampu mejalin relasi dengan teman-temannya (Shaffer & Kipp, 2014). b) Tuntutan/kontrol (demanding/controlling) Tuntutan/kontrol. biasanya. berupa. pengendalian. serta. pengawasan terhadap perilaku anak. Dengan adanya tuntutan dan kontrol anak menjadi tidak bebas melakukan hal yang ia inginkan. Orangtua dengan tuntutan/kontrol biasanya selalu mengawasi apa yang anak lakukan. Anak. yang. menerima. tuntutan/kontrol. secara. konsisten. cenderung tumbuh menjadi individu yang kompeten dan percaya pada kemampuan. sendiri. (Bee,. 1997).. Anak. yang. menerima. tuntutan/kontrol secara cukup atau tidak berlebihan akan lebih mampu membuat keputusan bagi dirinya sendiri (Shaffer & Kipp, 2014). Tuntutan/kontrol yang diberikan secara berlebihan atau pun terlalu longgar tidak baik untuk perkembangan anak (Bee, 1997). Hal tersebut dapat menjadikan anak sulit untuk dikontrol serta memiliki kesulitan untuk menjalin relasi dengan temannya (Bee, 1997)..

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. Tabel 2.1 Klasifikasi Jenis Pola Asuh Orangtua Tingkat penerimaan/responsivitas Tinggi. Rendah. Tinggi. Authoritative. Authoritarian. Rendah. Permissive. Neglecting. Tingkat tuntutan/ kontrol. Berdasarkan aspek-aspek yang telah dijelaskan, Baumrind (dalam Bee, 1997) melihat empat kombinasi yang spesifik, yaitu: 1) Permissive. : memiliki kasih sayang tinggi, namun rendah dalam. tuntutan, kontrol, dan. komunikasi. 2) Authoritarian. : tinggi dalam kontrol dan tuntutan, namun rendah. dalam. kasih. sayang. dan. komunikasi. 3) Authoritative. : tinggi dalam kedua aspek.. 4) Neglecting / uninvolved. : rendah pada kedua aspek. Awalnya Baumrind tidak menyadari kombinasi ini, namun studi lanjutan memasukkannya sebagai hal yang perlu dipelajari.. 4. Jenis-jenis Pola Asuh Berdasarkan teori Baumrind (dalam Bee, 1997) pola asuh dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. a) Authoritarian Menurut aspeknya, pola asuh authoritarian memiliki kontrol yang tinggi pada anak, namun kurang responsif pada kebutuhan anak (Shaffer & Kipp, 2014). Pola asuh authoritarian sangat kaku dan cenderung membatasi anak (Baumrind dalam King, 2016). Orangtua biasanya menerapkan banyak aturan, menuntut, serta menginginkan anak untuk patuh (Shaffer & Kipp, 2014). Orangtua sering menerapkan hukuman pada anak dan jarang memberikan kesempatan untuk berdiskusi (Baumrind dalam King, 2016). Orangtua biasanya meminta anak melakukan sesuatu tanpa menjelaskan alasannya (Baumrind dalam King, 2016; Shaffer & Kipp, 2014). Orangtua dengan pola asuh authoritarian biasanya kurang sensitif dengan kebutuhan anak (Shaffer & Kipp, 2014). Anak yang dibesarkan dengan pola asuh authoritarian biasanya memiliki inisiatif dan kecakapan sosial yang kurang baik (King, 2016), serta agresivitas yang lebih tinggi (Bee, 1997). Selain itu ia cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain (King, 2016), hal tersebut dikarenakan anak memiliki penghargaan diri yang rendah (Bee, 1997). b) Permissive Pola asuh permissive memberikan kontrol yang sangat sedikit pada anak (Baumrind dalam King, 2016; Shaffer & Kipp, 2014), namun orangtua sangat responsif terhadap kebutuhan anak (Baumrind dalam King, 2016). Orangtua membebaskan anak untuk melakukan.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. apapun yang ia mau (Shaffer & Kipp, 2014). Orangtua denga pola asuh permissive jarang mengawasi serta mengontrol perilaku anak (Shaffer & Kipp, 2014). Anak yang diasuh dengan pola asuh permissive biasanya menunjukkan perilaku yang kurang baik (Bee, 1997). Anak dengan pola asuh permissive cenderung memiliki kompetensi sosial yang kurang baik dalam hal menghargai orang lain (King, 2016). Selain itu, anak juga menunjukkan perilaku yang tidak dewasa di sekolah maupun di antara teman-temanya, kurang memiliki tanggung jawab dan kurang mandiri (Bee, 1997). c) Authoritative Pola asuh authoritative menggunakan kontrol yang cukup pada anak dan responsif terhadap anak (Baumrind dalam King, 2016). Orangtua memiliki penerimaan dan respons yang baik terhadap kebutuhan anak (Shaffer & Kipp, 2014). Orangtua dengan pola asuh authoritative biasanya memberikan tuntutan dengan alasan yang jelas (Shaffer & Kipp, 2014). Orangtua menggunakan metode diskusi di dalamnya dan membiarkan anak terlibat untuk mengambil sebuah keputusan (Shaffer & Kipp, 2014). Anak dengan pola asuh authoritative biasanya menunjukkan perilaku yang positif (Bee, 1997). Anak yang dibesarkan dengan pola asuh authoritative biasanya memiliki kemampuan sosial yang baik dan percaya diri (King, 2016). Kemudian anak juga memiliki penghargaan diri yang tinggi dan lebih mandiri (Bee, 1997)..

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. d) Neglecting Pada pola asuh neglecting, orangtua memiliki kontrol dan respons yang rendah terhadap anak (Santrock, 2007a). Orangtua dengan pola asuh neglecting biasanya kurang terlibat dalam kehidupan anak (Baumrind dalam King, 2016). Orang tua cenderung acuh pada anaknya atau tidak mempedulikan anaknya (Shaffer & Kipp, 2014). Biasanya orangtua dengan pola asuh neglecting adalah orangtua yang menolak keberadaan anaknya (Shaffer & Kipp, 2014). Selain itu, terdapat kemungkinan orangtua tersebut memiliki masalah, sehingga kurang memiliki waktu untuk mengurus anaknya (Shaffer & Kipp, 2014). Orangtua dengan pola asuh neglecting tidak memberikan kontrol, termasuk juga tuntutan pada anaknya. Orangtua juga kurang responsif terhadap kebutuhan anak (Shaffer & Kipp, 2014) Anak yang diasuh denngan pola asuh neglecting biasanya menunjukkan perilaku yang negatif (Bee,1997). Dampaknya dapat berupa anak yang memiliki masalah dengan teman sebaya atau orang yang lebih tua (Bee, 1997). Anak dengan pola asuh neglecting biasanya memiliki kemampuan sosial dan kemandirian yang buruk (King, 2016). Pada remaja, mereka akan lebih impulsif dan bersikap antisosial (Bee, 1997)..

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. B. Konformitas 1. Definisi Konformitas Konformitas merupakan kecenderungan seseorang untuk bertindak sesuai dengan apa yang masyarakat atau kelompok harapkan (Baron, Byrne, & Branscombe, 2006). Harapan dari masyarakat biasanya mengenai bagaimana seseorang seharusnya bertindak di berbagai macam situasi (Baron, Byrne, & Branscombe, 2006). Aronson, Wilson dan Akert (2005) berpendapat bahwa konformitas adalah perubahan suatu perilaku berdasarkan pengaruh dari orang lain atau bayangan mengenai harapan orang lain. Sears, Freedman, dan Peplau (1991) mengatakan bahwa seseorang yang bertindak berdasarkan perilaku setiap orang lain disebut sebagai konformitas. Jika seseorang melakukan hal tersebut dengan terpaksa maka hal ini disebut kepatuhan (Sears, Freedman, & Peplau, 1991). Konformitas ini dapat dikatakan sebagai bentuk dari ketaatan seseorang (Sears, Freedman, & Peplau, 1991). Myers (1999) mendefinisikan konformitas tidak hanya berperilaku seperti perilaku orang lain, melainkan menjadi terpengaruh oleh perilaku orang lain. Myers (2012) mengatakan bahwa konformitas adalah perubahan perilaku dan kepercayaan seseorang sesuai dengan tindakan orang lain dan bagaimana seseorang bertindak. Perilaku yang muncul biasanya berbeda dari perilaku yang biasanya dilakukan orang tersebut (Myers, 2012)..

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. Kiesler & Kiesler (dalam Myers, 1999) mengatakan bahwa konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan sebagai hasil dari imajinasi terhadap tekanan kelompok. Berdasarkan definisi yang telah disampaikan, peneliti menyimpulkan konformitas adalah perilaku seseorang yang dilakukan karena setiap orang lainnya melakukan hal tersebut (Sears, Freedman, & Peplau, 1991). Seseorang melakukan sesuatu berdasarkan bagaimana orang lain melakukannya, hal ini yang dikatakan konformitas. Konformitas juga dapat terjadi karena adanya tekanan dari suatu kelompok sosial (Sears, Freedman, & Peplau, 1991). 2. Aspek-aspek dalam Konformitas Terdapat beberapa aspek dalam konformitas menurut Sears (dalam Meilinda, 2013), yaitu: a) Kekompakan Kekompakan merupakan kekuatan dari sebuah kelompok. Hal ini dapat memengaruhi seseorang untuk tetap berada dalam suatu kelompok. Hubungan remaja yang baik dengan kelompoknya menyebabkan perasaan suka terhadap anggota kelompoknya. Dengan demikian timbul harapan pada anggota kelompok tersebut. b) Kesepakatan Pendapat kelompok menimbulkan tekanan yang sangat besar bagi seorang individu, terutama dalam mengambil keputusan. Hal ini.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. menyebabkan seseorang menyesuaikan diri terhadap pendapat kelompok. c) Ketaatan Tekanan yang ada dalam kelompok menyebabkan seseorang mau melakukan hal tertentu, walaupun ia sendiri tidak menyukainya. Semakin taat seseorang, maka semakin konformis juga orang tersebut. 3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Konformitas Aronson, Wilson dan Akert (2005) mengatakan bahwa seseorang melakukan konformitas dapat dikarenakan mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan pada situasi yang tidak biasa. Selain itu konformitas dapat disebabkan karena seseorang tidak ingin diejek atau dihukum karena tidak menjadi bagian dari yang lainnya (Aronson, Wilson, & Akert, 2005). Mereka memilih untuk bertindak sesuai dengan harapan kelompok terhadapnya untuk menghindari penolakan atau tidak diperhitungkan dari kelompok tersebut (Aronson, Wilson, & Akert, 2005; Baron & Byrne, 2005). Berikut ini faktor-faktor yang memengaruhi konformitas dari beberapa ahli: a) Kohesivitass Baron & Byrne (2005) mengatakan bahwa kita biasanya meniru perilaku dari orang yang kita sukai dan memilih untuk tidak meniru dari orang yang tidak kita sukai atau tersingkir. Dengan demikian,.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. semakin tinggi ketertarikan seseorang pada orang lain maka semakin tinggi konformitas, dan sebaliknya. Myers (2012) mengatakan, semakin kohesif suatu kelompok, maka. kelompok. tersebut. memiliki. kontrol. terhadap. anggota. kelompoknya yang juga semakin besar. Seseorang biasanya memilih suatu kelompok yang menggambarkan diri mereka, misalnya ras/etnis. Kemudian orang tersebut akan menjadikan kelompok tersebut sebagai dasar dalam berperilaku atau pun berpikir. b) Ukuran kelompok Baron & Byrne (2005) mengatakan bahwa ukuran kelompok adalah faktor yang penting dalam konformitas seseorang. Baron dan Byrne (2005) mengatakan bahwa konformitas meningkat sejalan dengan jumlah anggota dalam suatu kelompok. Semakin besar ukuran kelompok, maka semakin besar juga kemungkinan seseorang untuk bersikap konformis (Baron & Byrne, 2005; Myers, 2012), walaupun hal tersebut berarti harus berperilaku tidak sesuai dengan keinginan (Baron & Byrne, 2005). c) Norma sosial deskriptif dan norma sosial injungtif Norma deskri2ptif adalah norma yang memberitahu seseorang mengenai perilaku yang umumnya dilakukan orang-orang pada situasi tertentu (Myers, 2012). Norma ini berupa informasi perilaku, seperti perilak apa yang efektif dan adaptif untuk dilakukan seseorang pada situasi tertentu (Myers, 2012). Berbeda dengan deskriptif, norma.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. injungtif mengatakan apa yang sebaiknya (harus) dan yang tidak sebaiknya (tidak boleh) dilakukan seseorang pada situasi tertentu (Myers, 2012). Norma-norma tersebut adalah norma yang berperan dalam konformitas d) Keseragaman suara Beberapa. penelitian. mengatakan. bahwa. seseorang. yang. mengganggu keseragaman akan menurunkan tingkat sosial dalam suatu kelompok (Myers, 2012). Dalam kelompok biasanya mereka menginginkan suatu keseragaman. Untuk menjadi berbeda biasanya seseorang memerlukan orang lain juga untuk menjadi berbeda (Myers, 2012). Dengan demikian, orang-orang yang berbeda akan memiliki perasaan atau ikatan yang hangat karena merasa sama-sama berbeda. Walaupun demikian, mereka akan menolak jika dikatakan saling terpengaruh. e) Status Status. dapat. memengaruhi. seseorang. untuk. melakukan. konformitas. Semakin tinggi status seseorang, maka ia memiliki pengaruh yang semakin tinggi (Myers, 2012). Dengan demikian, semakin rendah status seseorang, maka akan membuatnya mudah terpengaruh oleh orang lain (Myers, 2012). Contohnya, seseorang yang berstatus junior akan mudah terpengaruh dengan seseorang dengan status senior..

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. f) Respons umum Seseorang lebih sulit untuk menunjukkan pendapat pribadinya di depan umum (Myers, 2012). Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh tekanan untuk menjadi seragam (Myers, 2012). Berbeda saat seseorang memberikan pendapat dengan privasi yang terjaga. Hal tersebut membuat seseorang akan menyampaikan pendapat pribadinya dengan leluasa (Myers, 2012). Seperti dengan menuliskan pendapatnya dan hanya dibaca oleh orang tertentu. g) Komitmen sebelumnya Setelah seseorang memutuskan sesuatu di depan publik, jarang untuk mereka mengubah keputusan tersebut (Myers, 2012). Walaupun di bawah tekanan sosial, biasanya mereka akan tetap mempertahankan keputusan tersebut (Myers, 2012). h) Keluarga Keluarga adalah tempat pertama anak berkomunikasi dengan orang lain (Berns, 2013). Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang anak kenal (Berns, 2013). Dalam keluarga inilah anak mendapatkan status serta latar belakang budaya keluarga (Berns, 2013). Hal-hal tersebutlah yang nantinya akan memengaruhi anak dalam masa perkembangannya (Berns, 2013). Lingkungan keluarga ini lah yang nantinya memengaruhi perkembangan seseorang selanjutnya. Bennett (dalam Berns, 2013) mengatakan bahwa anak dengan latar belakang Asia atau Latin menunjukkan kepatuhan, rasa hormat,.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. serta menerima pihak otoritas dibandingkan dengan anak dengan latar belakang Eropa Amerika. Penelitian lain juga mengatakan bahwa keluarga dengan cara pengasuhan yang berbeda akan menunjukkan anak dengan sifat dan kemampuan yang berbeda (Lamborn, Mounts, Steinberg, & Dornbusch, 1991). Anak yang diasuh dengan keluarga authoritarian menunjukkan perilaku yang cenderung patuh dan konformis terhadap tuntutan orangtua (Lamborn, Mounts, Steinberg, & Dornbusch, 1991). Selain itu penelitian lain juga mengatakan bahwa keluarga dengan pengasuhan yang berbeda menunjukkan tingkat konformitas terhadap norma sosial yang berbeda pula (Efendi, 2013).. C. Masa Remaja 1. Definisi Masa Remaja Masa remaja adalah proses mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa (Santrock, 2007b). Masa remaja diawali dengan mulainya masa pubertas dan berakhir pada aspek kultural (Santrock, 2007b). Akhir dari masa remaja ini bergantung pada budaya yang ada di lingkungan individu tersebut (Santrock, 2007b). Pada masa remaja, perubahan fisik dan mulainya masa pubertas adalah hal yang penting (Papalia & Feldman, 2014). Para ahli memberikan batasan usia yang berbeda-beda, namun tetap saling mendekati. Papalia & Feldman (2014) menentukan usia antara 11 tahun hingga 19 atau 20 tahun sebagai batasan usia remaja..

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. Desmita (2007) mengatakan bahwa batasan usia remaja adalah antara 12 tahun hingga 21 tahun. Dari rentang usia tersebut masih dapat dibedakan menjadi tiga kategori lagi. Usia remaja awal adalah antara usia 12 tahun hingga 15 tahun (Desmita, 2007). Kemudian untuk remaja pertengahan antara usia 15 tahun hingga 18 tahun(Desmita, 2007). Remaja akhir berada pada rentang usia antara 18 tahun hingga 21 tahun (Desmita, 2007). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan subjek remaja dengan rentang usia 14 hingga 18 tahun (Santrock, 2011). Hal ini dikarenakan remaja pada usia ini sedang berada pada puncak konformitas, sehingga mereka akan melakukan konformitas terhadap kelompok sebayanya (Santrock, 2011). 2. Karakteristik Remaja Dalam masanya, remaja wajar mengalami berbagai perubahan. Perubahan fisik/biologis, sosio-emosional, dan kognitif akan dialami pada masa remaja (Santrock, 2007b). Perubahan fisik/biologis berupa perubahan tinggi tubuh, hormonal, dan saat remaja memasuki masa pubertas (Santrock, 2007b). Siklus tidur remaja pun juga mungkin untuk mengalami perubahan (Santrock, 2007b). Aspek kognitif mengalami perubahan, yaitu seputar kemajuan cara berpikir, seperti berpikir abstrak, idealistik, dan logis (Santrock, 2007b). Selanjutnya adalah aspek sosioemosional yang mengalami perubahan, seperti munculnya tuntutan untuk.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. menjadi mandiri, meningkatnya konflik dengan orangtua, dan keinginan menghabiskan waktu dengan teman (Santrock, 2007b). Hubungan remaja dengan teman sebaya menjadi lebih intim (Santrock, 2007b). Remaja tiba pada masa saat ia akan lebih terbuka pada teman sebayanya dibandingkan dengan orangtua (Santrock, 2011). Berbagai macam pengaruh pun dapat berasal dari teman-teman sebayanya (Desmita, 2007). Menurut Erikson (dalam Santrock, 2011), remaja berada dalam fase identitas vs kebingungan identitas. Pada fase atau masa ini remaja bertugas untuk melakukan pencarian identitas (Santrock, 2011). Remaja akan mencoba untuk mengeksplorasi dan melakukan banyak hal. Jika remaja gagal dalam fase ini, maka ia akan mengalami kebingungan identitas (Santrock, 2011). Dampaknya, remaja dapat menarik diri dari pergaulan sosial atau terlalu melebur dengan suatu kelompok yang dapat menyebabkan ia kehilangan identitasnya (Santrock, 2011). 3. Hubungan Remaja dengan Orangtua Orangtua memiliki peranan penting pada masa remaja (Desmita, 2007). Orangtua memiliki peran untuk memenuhi kebutuhann-kebutuhan yang dimiliki remaja (Desmita, 2007). Kualitas hubungan antara remaja dan orangtua menjadi hal yang berkaitan dengan masalah pada remaja (Santrock, 2011). Semakin baik kualitas hubungan remaja dan orangtua, maka remaja akan semakin terhindar dari masalah yang mungkin muncul pada masa remaja..

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. Pengawasan dari orangtua juga adalah hal yang penting. Kurangnya pengawasan orangtua berkaitan dengan kenakalan remaja (Santrock, 2011). Pengawasan yang kurang dapat mengakibatkan remaja terlibat suatu masalah. Orangtua yang memiliki kepercayaan serta menunjukkan penerimaan pada remaja, memiliki kemungkinan lebih besar untuk remaja menjadi semakin terbuka pada orangtua (Santrock, 2011). Orangtua yang memiliki remaja yang terbuka dapat mempermudah tindakan pencegahan dan pengarahan pada anak. 4. Hubungan Remaja dengan Teman Sebaya Teman sebaya merupakan hal yang penting pada masa remaja (Santrock, 2011). Remaja menghabiskan sebagian besar waktunya dengan teman sebaya (Desmita, 2007; Papalia & Feldman, 2014). Pada masa remaja, pengaruh teman sebaya meningkat (Desmita, 2007). Prinsip pertemanan pada remaja cenderung ke arah persahabatan (Desmita, 2007). Remaja cenderung tergantung pada sahabatnya. Persahabatan juga menjadi wadah bagi remaja untuk memenuhi kebutuhannya (Santrock, 2011). Untuk mendapatkan kenyamanan dan rasa kebersamaan remaja biasanya menghabiskan waktu dengan sahabatnya. Selain persahabatan, teman sebaya juga identik dengan pengalaman ditolak dan diabaikan (Desmita, 2007). Kedua hal tersebut dapat membuat remaja merasa kesepian atau memiliki rasa permusuhan (Desmita, 2007). Selain itu, teman sebaya juga berpeluang menjadi pengaruh buruk pada remaja, seperti masuknya narkoba, kenakalan, dan perilaku lainnya yang.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. tidak diinginkan (Desmita, 2007). Penyalahgunaan narkoba sangat berkaitan dengan teman-teman yang dimiliki remaja (Santrock, 2011). Teman-teman yang menyalahgunakan narkoba dapat membawa pengaruh tersebut kepada seorang remaja. 5. Remaja Santri Remaja santri hidup di lingkungan yang berbeda dengan remaja biasa. Lingkungan remaja memiliki aturan yang jelas dari saat bangun tidur hingga menjelang tidur (Nadzir & Wulandari, 2013). Hal tersebut berbeda dengan remaja lain yang bersekolah di sekolah biasa. Remaja santri terbiasa beraktivitas dengan aturan-aturan yang ada (Nadzir & Wulandari, 2013). Remaja santri juga memiliki tingkat religiusitas yang cenderung tinggi dibandingkan dengan remaja biasa (Ismail, 2009). Remaja yang memiliki tingkat religiusitas yang cenderung tinggi terbiasa berperilaku berdasarkan norma-norma agamanya (Ismail, 2009). Remaja yang tinggal di lingkungan berbeda akan memengaruhi bagaimana remaja bersikap terhadap norma-norma yang ada. Berdasarkan hal yang disampaikan, remaja santri cenderung beraktivitas dengan menaati norma-norma yang ada dibandingkan remaja biasa pada umumnya. Remaja santri terbiasa hidup dengan aturan yang ada di lingkungan santri (Nadzir & Wulandari, 2013). Dengan tingkat religiusitas yang tinggi maka remaja santri akan lebih menaati norma-norma agama dibandingkan remaja biasa pada umumnya (Ismail, 2009)..

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31. D. Dinamika Hubungan Persepsi Pola Asuh Orangtua dengan Konformitas pada Remaja Salah satu faktor yang memengaruhi konformitas seseorang adalah lingkungan keluarga. Hal-hal yang diterima anak dalam keluarga nantinya akan memengaruhi perkembangannya (Berns, 2013). Salah satu hal yang terdapat dalam lingkungan keluarga adalah pola asuh orangtua. Bagaimana seorang remaja memersepsikan pola asuh yang ia terima dari orangtua menjadi hal yang penting (Wulaningsih & Hartini, 2015). Perbedaan persepsi pola asuh yang diterapkan orangtua dapat memengaruhi perkembangan anak (Wulaningsih & Hartini, 2015). Menurut Baumrind (dalam Bee, 1997) pola asuh dibagi menjadi empat, yaitu authoritative, authoritarian, peprmissive, dan neglecting. Berdasarkan teori dan penelitian yang ada, menunjukkan bahwa pola asuh yang berbeda akan menghasilkan anak dengan perilaku yang berbeda juga. Salah satu aspek dari pola asuh adalah aspek penerimaan/responsivitas yang dapat berupa kehangatan (Baumrind dalam Bee, 1997). Jika tidak ada kehangatan, maka anak akan merasa ditolak. Anak yang merasa dirinya mengalami penolakan memungkinkan ia melakukan konformitas. Seperti yang telah disampaikan, bahwa konformitas dapat dilakukan seseorang sebagai upaya untuk menghindari penolakan (Baron & Byrne, 2005). Anak dapat melakukan konformitas dalam upaya untuk menghindari penolakan atau hukuman dari orangtuanya..

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32. Baumrind (dalam King, 2016) mengatakan bahwa orangtua dengan pola asuh authoritative menggunakan kontrol pada anak, namun tetap responsif pada kebutuhan anak. Orangtua biasanya menerapkan diskusi dalam keluarga yang melibatkan anak (Shaffer & Kipp, 2014; Santrock, 2007a). Anak dengan pola asuh authoritative biasanya menunjukkan perilaku yang positif (Bee, 1997). Mereka biasanya menjadi anak yang dewasa dan berkembang sesuai umurnya (Santrock, 2007a). Selain itu anak dengan pola asuh ini biasanya menjadi anak yang mandiri (Santrock, 2007a; Respati, Yulianto, & Widiana, 2006), menunjukkan konsep diri yang positif, dan memiliki kepercayaan diri terhadap kemampuannya sendiri (Respati, Yulianto, & Widiana, 2006). Hal ini menunjukkan anak tidak akan tergantung pada orang lain karena percaya pada kemampuan sendiri, sehingga anak akan lebih jarang untuk melakukan konformitas. Pola asuh authoritarian adalah pola asuh yang memiliki kontrol tinggi serta respons yang rendah terhadap kebutuhan anaknya (Shaffer & Kipp, 2014). Pola asauh authoritarian cenderung kaku dan membatasi anak (Baumrind dalam King, 2016). Selain itu orangtua juga menerapkan banyak aturan yang dimaksudkan untuk membuat anak menjadi patuh (Shaffer & Kipp, 2014). Anak dengan dengan pola asuh ini tidak terbiasa mengemukakan pendapatnya. Dengan demikian anak yang diasuh denga pola asuh authoritarian biasanya memiliki inisiatif dan kecakapan sosial yang kurang (King, 2016).. Kemudian anak dengan pola asuh ini juga memiliki. penghargaan diri yang rendah (Bee, 1997) dan juga kepercayaan diri yang.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33. rendah (King, 2016). Hal ini dapat membuat seseorang tergantung pada orang lain, sehingga anak akan cenderung melakukan konformitas. Pola asuh selanjutnya adalah permissive. Pola asuh ini memiliki kontrol yang rendah, namun orangtua sangat responsif terhadap kebutuhan anak (Baumrind dalam King, 2016; Shaffer & Kipp, 2014). Orangtua dalam pola asuh ini cenderung membiarkan anak melakukan apapun yang diinginkan (Santrock, 2007a). Dampak dari pola asuh permissive adalah anak sulit mengontrol perilakunya sendiri dan sulit untuk menghargai orang lain (Santrock, 2007a). Selain itu anak dengan pola asuh ini cenderung mendominasi lingkungannya dan egosentris (Santrock, 2007a). Dengan demikian anak menjadi seseorang yang sulit untuk menurut atau patuh pada orang lain (Santrock, 2007a) yang menjadikan anak cenderung tidak bersikap konformis. Selanjutnya, pola asuh neglecting yang rendah pada kedua aspek pola asuh (Baumrind dalam Bee, 1997). Anak yang diasuh dengan pola asuh neglecting memiliki kemungkinan menerima penolakan dari orangtua (Shaffer & Kipp, 2014). Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, penyebab seseorang melakukan konformitas adalah untuk menghindari penolakan (Baron & Byrne, 2005). Hal ini menunjukkan bahwa anak dengan pola asuh neglecting memungkinkan untuk melakukan konformitas. Selain itu, anak dengan pola asuh neglecting juga menunjukkan kemandirian yang rendah (King, 2016). Dengan kemandirian yang kurang anak akan menjadi tergantung pada orang lain dan mengikuti nilai atau pendapat orang tertentu..

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34. Berdasarkan hal yang telah dibahas sebelumnya, peneliti menyimpulkan persepsi remaja mengenai pola asuh yang diterapkan orangtua memiliki hubungan dengan konformitas pada remaja. Peneliti menyimpulkan bahwa persepsi pola asuh authoritarian dan neglecting akan berhubungan secara positif dengan perilaku konformitas pada remaja, sedangkan persepsi pola asuh authoritative dan permissive akan berhubunngan secara negatif dengan konformitas pada remaja. Konformitas dilakukan terhadap orang tua sendiri sebagai upaya menghindari hukuman atau penolakan, dan di lingkungan lain sebagai upaya anak untuk mendapatkan penerimaan.. E. Hipotesis Berdasarkan paparan sebelumnya peneliti mengambil hipotesis, yaitu: 1. Terdapat hubungan yang negatif antara persepsi pola asuh authoritative dengan konformitas pada remaja. 2. Terdapat hubungan yang positif antara persepsi pola asuh authoritarian dengan konformitas pada remaja. 3. Terdapat hubungan yang negatif antara persepsi pola asuh permissive dengan konformitas pada remaja. 4. Terdapat hubungan yang positif antara persepsi pola asuh neglecting dengan konformitas pada remaja..

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35. F. Skema Gambar 2.1 . Skema Hubungan Persepsi Pola Asuh Authoritative dengan Konformitas Kontrol cukup. Mandiri. Responsif. Konsep diri positif. Authoritative. Percaya kemampuan sendiri. Konformitas rendah. Gambar 2.2 . Skema Hubungan Persepsi Pola Asuh Authoritarian dengan Konformitas Inisiatif kurang Kontrol tinggi Authoritarian Kurang responsif. Kecakapan sosial kurang Kepercayaan diri rendah Penghargaan diri rendah. Konformitas tinggi.

(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36. Gambar 2.3 . Skema Hubungan Persepsi Pola Asuh Permissive dengan Konformitas Kontrol yang sedikit. Sulit mengontrol perilakunya Kepercayaan diri tinggi. Permissive. Responsif. Mendominasi. Kurang menghargai oranglain. Konformitas rendah. Egosentris. Gambar 2.4 . Skema Hubungan Persepsi Pola Asuh Neglecting dengan Konformitas. Kontrol yang rendah. Konformitas tinggi. Kemandirian buruk. Neglecting Kurang responsif. mengalami penolakan. Menghindari penolakan di tempat lain.

(58) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang dilakukan saat peneliti ingin melihat hubungan dari dua variabel ataupun lebih (Clark-Carter, 2004). Jenis penelitian ini melibatkan pengukuran serta penentuan korelasi atau hubungan antara dua variabel (Smith & Davis, 2010).. B. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola asuh. 2. Variabel Tergantung Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah konformitas.. C. Definisi Operasional 1. Pola Asuh Pola asuh yang diamksud dalam penelitian ini adalah cara orangtua untuk membesarkan anaknya (Baumrind dalam Respati, Yuliana, & Widiana,. 2006).. Pola. penerimaan/responsivitas. asuh dan. terdiri. dari. tuntutan/kontrol. dua. aspek,. (Santrock,. yaitu 2007a).. Penerimaan/responsivitas dapat dilihat dari cara orangtua memberikan 37.

(59) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38. dukungan serta respons terhadap kebutuhan anak. Aspek kedua, yaitu tuntutan/kontrol biasanya berupa pengawasan terhadap anak. Dalam penelitian ini pola asuh dilihat dari persepsi remaja sebagai anak. Selanjutnya persepsi pola asuh orangtua dilihat berasarkan jenisnya. Terdapat empat jenis persepsi pola asuh yang akan dilihat dalam penelitian ini, yaitu authoritative, authoritarian, permissive, dan neglecting. Penentuan persepsi pola asuh orangtua pada subjek dilakukan dengan melihat tinggi rendahnya skor pada masing-masing aspek pola asuh yang dimiliki subjek kemudian disesuaikan dengan jenis pola asuh tersebut. 2. Konformitas Konformitas adalah perilaku seseorang yang dilakukan karena setiap orang lainnya melakukan hal tersebut (Sears, Freedman, & Peplau, 1991). Dalam penelitian ini konformitas diukur menggunakan skala konformitas berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Sears (dalam Meilinda, 2013). Aspek-aspek tersebut yaitu kekompakan, kesepakatan, dan ketaatan (Sears dalam Novianty & Putra, 2014). Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berdasarkan skala konformitas, maka semakin tinggi juga konformitas subjek.. D. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah remaja pada usia 14 hingga 18 tahun (Santrock, 2011). Selain itu, subjek juga tinggal bersama orangtuanya dan memiliki kedua orangtua yang masih lengkap..

(60) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39. E. Alat Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu: 1. Pola asuh Dalam penelitian ini, pegumpulan data pola asuh menggunakan skala Likert. Dalam skala ini subjek diminta untuk memberikan tanda pada kolom yang telah disediakan dengan keterangan Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), atau Sangat Tidak Setuju (STS) sesuai dengan keadaan subjek. Subjek kemudian dikelompokkan menjadi beberapa jenis pola asuh, yaitu authoritative, authoritarian, permissive, dan neglecting. Subjek dengan skor penerimaan/responsivitas dan tuntutan/kontrol yang tinggi digolongkan memiliki pola asuh authoritative. Subjek dengan skor penerimaan/responsivitas yang tinggi namun skor tuntutan/kontrol yang rendah digolongkan dalam pola asuh permissive. Subjek yang memiliki skor. tinggi. pada. tuntutan/kontrol. dan. rendah. pada. penerimaan/responsivitas digolongkan pada authoritarian. Kemudian subjek yang memiliki skor rendah pada kedua aspek digolongkan memiliki pola asuh neglecting..

(61) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40. Tabel 3.1 Sebaran Aitem Skala Persepsi Pola Asuh Orangtua Sebelum Uji Coba. No.. Aspek. Favorable. Unfavorable. (No. Aitem). (No. Aitem). Responsif. 4, 7, 26, 32. 13, 36, 41, 42. 8. Dukungan. 19, 22, 31, 38. 2, 12, 28, 30. 8. Penerimaan. 37, 39, 46, 47. 14, 23, 35, 43. 8. Membatasi/. 3, 16, 18, 25,. 1, 9, 11, 17,. Indikator. Jumlah. Penerimaan/ 1. 50%. responsivitas. 16. Tuntutan/ mengontrol. 2. 27, 33, 40, 44. 20, 21, 45, 48. 5, 6, 10, 15. 8, 24, 29, 34. 8. 24 (50%). 24 (50%). 48. 50%. kontrol Menuntut Jumlah. 100%. 2. Konformitas Dalam penelitian ini, pegumpulan data konformitas menggunakan skala Likert. Dalam skala ini subjek diminta untuk memberikan tanda pada kolom yang telah disediakan dengan keterangan Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), atau Sangat Tidak Setuju (STS) sesuai dengan keadaan subjek..

(62) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41. Tabel 3.2 Sebaran Aitem Skala Konformitas Sebelum Uji Coba Favorable No.. Aspek. Unfavorable. Indikator. Jumlah (No. Aaitem). (No. Aaitem). 2, 15, 16, 17. 6, 7, 8, 29. Keseragaman 8. 25%. 8. 25%. perilaku 1. Kekompakan Menjaga hubungan. 26, 27, 30, 12, 22, 25, 28. baik dengan teman 2. Kesepakatan. Menyesuaikan diri. 32 13, 18, 19, 31. 5, 10, 11, 14. 8. 25%. 9, 20, 3, 21. 1, 4, 23, 24. 8. 25%. 16 (50%). 16 (50%). Taat pada 3. Ketaatan. aturan/tuntutan yang ada Jumlah. 32 100%. 3. Pemberian Skor Penelitian ini menggunaka skala Likert sebagai alat pengambilan data. Dalam skala Likert terdapat aitem favorable dan unfavorable. Untuk penetuan skor aitem favorable, jawaban Sangat Setuju (SS) diberikan skor 4, Setuju (S) diberikan skor 3, Tidak Setuju (TS) diberikan skor 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberikan skor 1. Sementara aitem unfavorable sebaliknya. Jawaban SS diberikan skor 1, S diberikan skor 2, TS diberikan skor 3, dan STS diberikan skor 4..

(63) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42. F. Pengujian Instrumen Penelitian 1. Validitas Sejauh mana akurasi alat ukur untuk mewakili hal yang menjadi tujuan ukurnya disebut validitas (Supratiknya, 2014; Azwar, 2009). Skala dikatakan valid bila dibuat sesuai dengan batas-batas berdasarkan hal yang ingin diukur (Azwar, 2009). Skala Pola Asuh dibuat berdasarkan aspekaspek pola asuh yang dikemukakan oleh Baumrind (Santrock, 2007a), yaitu. penerimaan/responsivitas dan tuntutan/kontrol. Kemudian skala. konformitas. dibuat. berdasarkan. aspek-aspek. konformitas. yang. dikemukakan oleh Sears (dalam Meilinda, 2013) yaitu kekompakan, kesepakatan, dan ketaatan. Penelitian ini menggunakan validitass isi. Validitas isi adalah taraf yang dimiliki unsur-unsur dalam suatu alat ukur mampu mengukur atau mewakili konstruk yang dituju (Supratiknya, 2016). Penelitian ni menggunakan indeks validitas isi (IVI) untuk mengukurnya (Supratiknya, 2016). Untuk mendapatkan skor IVI, peneliti perlu melakukan penilaian ahli terlebih dahulu dengan skor ordinal dari 1 – 4 (Supratinya, 2016). Skor IVI memiliki kisaran dari 0 – 1 (Supratiknya, 2016). Skor IVI taraf aitem dihitung dengan rumus di bawah ini:. Sementara untuk IVI taraf skala total:.

(64) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43. Penilaian kedua skala dilakukan dengan dosen pembimbing dan 10 orang lainnya pada tanggal 27 Oktober 2017 hingga 10 November 2017. IVI-I pada skala pola asuh memiliki skor antara 0,8 – 1 dan IVI-S sebesar 0,95. Kemudian untuk IVI-I skala konformitas memiliki skor antara 0,8 – 1 dan IVI-S skala sebesar 0,94. Skala konformitas mengalami penambahan aitem setelah uji coba pertamanya karena aitem yang lolos terlalu sedikit dan tidak sesuai dengan blueprint yang direncanakan. Untuk uji validitas skala konformitas yang kedua dilakukan. dengan dosen pembimbing. dengan IVI-I dan IVI-S sebesar 1. Berdasarkan skor validitas isi dan total, kedua skala dapat dikatakan valid karena skor yang didapatkan ≥0,78 (Supratiknya, 2016). Berikut ini adalah tabel persebaran data skala konformitas untuk uji coba kedua..

(65) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44. Tabel 3.3 Sebaran Aitem Skala Konformitas dengan Aitem Pengganti Sebelum Uji Coba Kedua. No.. 1. Favorable. Unfavorable. (No. Aitem). (No. Aitem). Keseragaman. 2, 6, 15,16,. 7, 8, 29, 33,. Perilaku. 17. 37. 12, 22,25,. 18, 26, 27,. 28, 39. 30, 32. Aspek. Indikator. Jumlah. 10. 25%. 10. 25%. 10. 25%. 10. 25%. 40. 100%. Kekompakan Menjaga hubungan baik dengan teman. 2. Menyesuaikan. 5, 13, 19, 31,. 10, 11, 14,. diri. 35. 34, 38,. 3, 4, 9, 21,. 1, 20, 23,. 36. 24, 40. Kesepakatan. Taat pada 3. Ketaatan. aturan/tuntutan yang ada. Jumlah. 16 (50%). 16 (50%). 2. Seleksi Aitem Uji coba pertama dilakukan pada tanggal 13 November 2017 hingga 18 November dilakukan secara online dengan google form dan pembagian skala secara langsung. Setelah memilah skala, terdapat beberapa skala yang tidak dapat digunakan karena subjek yang tidak sesuai kriteria dan subjek yang tidak mengisi skala dengan lengkap. Setelah memilah, terdapat 47 skala yang digunakan..

Gambar

Tabel 4.8 Uji Normalitas Data Persepsi Pola Asuh Permissive ..........................
Gambar  2.1  Skema  Hubungan  Persepsi  Pola  Asuh  Authoritative  dengan  Konformitas ................................................................................
Tabel 2.1 Klasifikasi Jenis Pola Asuh Orangtua
Gambar 2.1 . Skema Hubungan Persepsi Pola Asuh Authoritative dengan  Konformitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem irigasi tanaman jagung yang ada di Kabupaten Kediri belum mampu mendukung peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri pakan ternak di Jawa Timur.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa variabel cash holdings sebesar 0,829 Nilai ini lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati (2008), yang dimana hasil kesimpulan penelitiannya menemukan bahwa ada pengaruh

Maka kalimat pertama pada email pemberitahuan itu perlu saya lengkapi dan koreksi menjadi begini saja : Pak Chan CT yth, sebenarnya saya tidak peduli saya dianggap warga

Untuk mengatasi hal ini, pegawai pajak (fiskus) diharap dapat lebih proaktif mendekatkan diri dengan melakukan sosialisasi yang lebih intens kepada pedagang khususnya

Penelitian ini dilakukan dengan melihat dan mengeksplor tanggapan mengenai praktik kartu kredit syariah dalam hal ini aplikasi iB Hasanah Card dari berbagai sudut

Dalam sebuah penelitian yang di lakukan oleh Irwanto dkk (2013) tentang “Analisis Pengaruh Kualitas Produk dan Strategi Harga terhadap Kepuasan Pelanggan, dan Pengaruhnya