• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

Kode / Nama Bidang Ilmu: 699/KEPARIWISATAAN

LAPORAN AKHIR

HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA

STRATEGI MENJADIKAN RUMPUT LAUT SEBAGAI BRANDING KULINER DI PANTAI PANDAWA, DESA KUTUH, KABUPATEN BADUNG

TIM PENELITI

1. Ketua : Ni Nyoman Sri Aryanti, SST.Par., M.Par (NIDN: 0005097905) 2. I Nyoman Tri Sutaguna, SST.Par., M.Par (NIDN:9908419702)

PROGRAM STUDI DIPLOMA VI PARIWISATA

FAKULTAS PARIWISTA

UNIVERSITAS UDAYANA

2015

(2)

2

HALAMAN PENGESAHAN HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA

--- 1. Judul Penelitian : Strategi Menjadikan Rumput Laut Sebagai Branding Kuliner

di Pantai Pandawa, Desa Kutuh, Kabupaten Badung.

--- 2. Ketua Pelaksana

2.1 Nama lengkap dengan gelar : Ni Nyoman Sri Aryanti, SST. Par., M.Par

2.2 NIP / NIDN : 197609052006042001 / 0005097905

2.3 Pangkat/Gol/ : Penata Muda / III/a

2.4 Jabatan : Asisten Ahli /

2.5 Alamat Rumah / HP

Rumah : Jl. Gn. Soputan 1 no 51 Denpasar

Kantor : Jl. Dr. R Goris no 7 Denpasar

Tlp / E-mail : 081916299604 / sriaryanti@yahoo.com --- 3. Personalia

3.1 Jumlah Anggota Pelaksana : 1 orang

3.2 Jumlah Personalia : 2 Orang

---

4. Jangka waktu kegiatan : 9 bulan

---

5. Bentuk Kegiatan : Penelitian

--- 6. Tempat Kegiatan : Pantai Pendawa, Desa Kutuh, Kabupaten Badung --- 8. Biaya Penelitian : Rp 10.000.000,-(Sepuluh Juta Rupiah)

----Mengetahui Denpasara, 30 November 2015

Ketua Jurusan Ketua Peneliti

(Ni Made Ariani, SE., M.Par) (Ni Nyoman Sri Aryanti,SST.Par., M.Par)

(3)

3

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN SAMPUL ... 1 HALAMAN PENGESAHAN ... 2 DAFTAR ISI ... 3 DAFTAR GAMBAR ... 4 DAFTAR TABEL ... 5 RINGKASAN ... 6 BAB I PENDAHULUAN ... 7 1.1 Latar Belakang ... 7 1.2 Rumusan Masalah ... 8 1.3 Tujuan penelitian ... 8 1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Tinjauan tentang Gastronomi ... 10

2.2 Tinjauan tentang Branding ... 10

2.3 Kajian tentang Wisata Kuliner ... 12

BAB III METODE PENELITIAN ... 13

3.1 Lokasi Penelitian ... 13

3.2 Rancangan Penelitian dan Identifikasi Variabel ... 13

3.3 Jenis dan sumber data ... 14

3.4 Instrumen Penelitian ... 14

3.5 Teknik pengumpulan data ... 14

3.6 Teknik Penentuan Informan ... 15

3.7 Teknik Analisis Data ... 15

3.8 Cara Penyajian Hasil analisis data ... 15

BAB IV. PEMBAHASAN ... 16

4.1 Gambaran Umum Daerah penelitian ... 16

4.2 Sajian Kuliner di Pantai Pandawa ... 19

4.3 Persepsi Pengunjung Pantai Pandawa Terhadap Sajian kuliner Berbahan Dasar Rumput Laut ... 21

4.4 Strategi Menjadikan Sajian yang Berbahan Dasar Rumput Laut sebagai Branding Kuliner Pantai Pandawa ... 25

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 28

5.1 Simpulan ... 28

5.2 Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 30

LAMPIRAN Lampiran 1. Loog Book dan Penggunaan Dana ... 31

(4)

4

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Peta Wilayah Desa Kutuh ... 17

Gambar 4.2 kelompok nelayan di Pantai Pandawa ... 18

Gambar 4.3 Warung-Warung dan Pedestrian di Pantai Pandawa ... 19

(5)

5

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Usia dan Pekerjaan ... 22 Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Asal Negara atau Kota ... 22 Tabel 4.3 Motivasi Responden untuk Berkunjung ke Pantai Pandawa ... 23 Tabel 4.4 Persepsi Responden terhadap Sajian Kuliner Berbahan Dasar Rumput Laut .. 24

(6)

6

RINGKASAN

Pantai pandawa merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang baru diresmikan pada tahun 20012 yang terletak di desa Kutuh, kabupaten Badung yang menawarkan atraksi wisata pantai yang sama seperti daerah-daerah tujuan wisata pantai di sekitarnya seperti Nusa Dua, Tanjung Benoa, Jimbaran ataupun Pecatu. Menjadi penting bagi daerah tujuan wisata Pantai Pandawa untuk memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh daerah tujuan wisata pantai lainnya. Sebelum dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata Pantai Pandawa merupakan salah satu sentra penghasil rumput laut yang ada di Bali. Tersedianya bahan baku rumput laut yang dibudidayakan oleh masyarakat setempat di kawasan pantai pandawa tersebut merupakan potensi yang sangat potensial untuk mengembangkan wisata kuliner. Menghadirkan sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut di pantai pandawa tentu akan memberikan keunikan dan kesan tersendiri bagi pengunjung di Pantai Pandawa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pengnjung pantai Pandawa terhadap sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut dan juga strategi yang dapat dilakukan untuk dapat menjadikan sajian rumput laut menjadi branding kuliner di pantai pandawa. Kajian-kajian dan teori tentang kuliner, gastronomi dan juga branding akan digunakan sebagai landasan untuk membahas permasalahan yang akan diteliti. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif yang didukung dengan data kuantitatif sehingga dapat memberikan gambaran tentang permasalahan yang akan dibahas.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa pengunjung pantai pandawa menyukai sajian berbahan dasar rumput laut dan sangat ingin menikmati sajian kuliner ini saat berkunjung ke pantai pandawa. Sajian berbahan rumput laut yang sangat ingin dinikmati pertama adalah keripik rumput laut, agar-agar kemudian es/jus rumput laut. Harga yang bersedia dibayar mayoritas pada kisaran harga 10-25 ribu rupiah per porsi sajian berbahan dasar ruput laut. Strategi untuk menjadikan sajian kuliner berbahan dasar rumputlaut sebai branding kuliner yaitu melakukan analisis pasar salahsatunya mengetahui persepsi pengunjung terhadap sajian kuliner ini, menetapkan image atau branding yang diharapkan dari sajian kuliner ini, memperkenalkan dan menyebarluaskan informasi tentang sajian berbahan dasar rumput laut ini dan mengimplementasikan branding ini dengan melakukan kerjasama antar pihak-pihak yang terkait.

(7)

7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang memiliki berbagai atraksi wisata yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir dan pada akhir tahun 2014 telah mencapai 3.7 juta wisatawan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan pariwisata telah memberikan dampak positif pada masyarakat Bali setidaknya dari sudut ekonomi. Penghasil devisa bagi Negara, Peningkatan pendapatan daerah, dan tersedianya lapangan pekerjaan merupakan contoh dampak positif dari segi ekonomi. Hal ini mengakibatkan daerah-daerah yang memiliki potensi dan daya tarik wisata berlomba- lomba melakukan pembangunan disektor pariwisata guna dapat meraih keuntungan ekonomi yang pada akhirnya juga memunculkan persaingan baik pada industry pariwisata maupun bagi daerah tujuan wisata dengan daerah tujuan wisata lainnya

Persaingan yang muncul di daerah tujuan wisata menjadikan sumber budaya lokal yang memiliki kekhasan tersendiri menjadi sangat penting untuk ditonjolkan sehingga dapat menjadi penciri suatu daerah tujuan wisata dengan daerah tujuan wisata lainnya. Tidak terkecuali dengan budaya kuliner lokal yang merupakan bagian dari budaya masyarakat.

Kuliner baik yang berupa makanan maupun minuman merupakan kebutuhan dasar umat manusia yang tidak dapat terlepas dari kegiatan apapun termasuk dalam berwisata. Pentingnya posisi kuliner dalam dunia pariwisata tidak saja hanya untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, namun kuliner khas suatu daerah juga dapat menjadi

branding daerah tersebut. Sebagai contoh Pantai Jimbaran yang identik dengan ikan bakar

atau sea food, sajian babi guling dan ayam betutu dari kota Gianyar dan Ubud, sate languan yang identik dengan Pantai Lebih Gianyar, Siobak sebagai sajian khas dari daerah Buleleng, dan daerah Kintamani yang terkenal dengan ikan mujairnya.

Pantai pandawa merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang baru diresmikan pada tahun 20012 yang terletak di desa Kutuh, kabupaten Badung. Sebagai daerah tujuan

(8)

8

wisata Pantai Pandawa menawarkan atraksi wisata pantai dengan beberapa kegiatan wisata tirta sama halnya seperti daerah-daerah tujuan wisata pantai di sekitarnya seperti Nusa Dua, Tanjung Benoa, Jimbaran ataupun Pecatu. Mengingat banyaknya daya tarik wisata pantai yang dekat dengan Pantai Pandawa, menjadi penting bagi daerah tujuan wisata Pantai Pandawa untuk memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh daerah tujuan wisata pantai lainnya.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan keunikan atau kekhasan Pantai Pandawa adalah melalui sajian atau wisata kuliner yang dapat ditawarkan kepada wisatawan. Sebelum dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata, Pantai Pandawa merupakan salah satu sentra penghasil rumput laut yang ada di Bali. Sebagian besar penduduknya merupakan petani rumput laut yang hingga kini masih dilakoni meskipun beberapa diantaranya telah beralih profesi sejak dibukanya Pantai Pandawa sebagai daerah tujuan wisata. Tersedianya bahan baku rumput laut yang dibudidayakan oleh masyarakat setempat di kawasan pantai pandawa tersebut merupakan potensi yang sangat potensial untuk mengembangkan wisata kuliner sehingga akan memberikan nilai tambah pada citra pantai pandawa sebagai daerah tujuan wisata dan juga bagi masyarakat di wilayah tersebut khususnya para petani rumput laut.

Menghadirkan sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut di pantai pandawa tentu akan dapat memberikan kesan yang lebih bagi pengunjung Pantai Pandawa, tidak hanya terkesan dengan keindahan pantainya namun juga kuliner yang dapat dinikmati di pantai tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas menarik untuk diteliti :

1. Bagaimana persepsi pengunjung Pantai Pandawa terhadap sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut

2. Bagaimana strategi yang dapat dilakukan untuk menjadikan sajian yang berbahan dasar rumput laut sebagai branding kuliner pantai Pandawa ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu

1. Untuk mengetahui bagaimana persepsi pengnjung pantai Pandawa terhadap sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut

(9)

9

2. Untuk mengetahui bagaimana strategi yang dapat dilakukan untuk menjadikan sajian yang berbahan dasar rumput laut sebagai branding kuliner pantai Pandawa

1.4 Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dibidang pariwisata khususnya yang berkaitan dengan pengetahuan tentang branding destinasi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi peneliti di masa datang khususnya dibidang branding destinasi.

b. Manfaat Praktis

Dengan mengetahui strategi branding kuliner di Pantai Pandawa Desa Kutuh diharapkan nantinya dapat dijadikan masukan dan bahan evaluasi baik bagi pemerintah maupun pihak-pihak yang berkepentingan untuk menyusun program-program pembangunan yang berkaitan dengan branding sebuah destinasi sehingga akan terwujud pembangunan yang berkelanjutan serta memberikan kesejahteraan yang merata bagi masyarakat.

Bagi daerah-daerah pesisir lainnya yang ingin mengembangkan pembangunan pariwisata di daerahnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber referensi di dalam merencanakan pembangunan pariwisata guna mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya.

(10)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Gastronomi

Dalam pariwisata istilah gastronomi seringkali disamakan dengan istilah-istilah wisata kuliner (culinary tourism) ataupun food tourism. Istilah wisata gastronomi memiliki cakupan yang lebih luas, tidak terbatas hanya pada pengolahan dan penyajian makanan saja namun dapat mencakup kunjungan ke tempat bahan baku makanan tersebut dihasilkan serta proses untuk memperoleh bahan baku tersebut (Sunada, 2013).

Briliilat-Savarin (2009) mendifinisikan gastronomy is the intelligent knowledge of

whatever concern mans nourishment” sebagai ilmu yang berhubungan dengan segala

sesuatu yang terkait dengan makanan manusia. Tidak terbatas hanya pada sesuatu yang dapat dimakan atau dinikmati saja namun lebih jauh gastronomy juga mencakup di mana dan bagaimana bahan makanan diperoleh dan diolah, didistribusikan dan cara menikmati makanan tersebut.

Gastronomi merupakan hasil budidaya dari kegiatan pertanian sehingga warna, rasa, aroma dan cara penyajian dari suatu makanan dapat ditelusuri melalui asal-usul dimana lingkungan bahan baku makanan tersebut dihasilkan (Gillesoie C dalam Wikipedia). Perbedaan sumber daya alam serta keahlian lokal dalam mengolah hasil pertanian akan menciptakan makanan lokal yang unik yang tentu saja dapat memberikan kontribusi terhadap identitas budaya masyarakat pengusungnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gastronomi juga dapat menjadi sebuah identitas budaya dari sebuah masyarakat tertentu atau daerah tertentu yang terkait dengan perilaku masyarakat tersebut terhadap makanan dan minuman.

2.2 Tinjauan tentang Branding

Merek (Brand) merupakan nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya (membedakan) dari barang atau jasa pesaing. Dengan demikian, sebuah merek adalah produk atau jasa penambah dimensi yang dengan cara tertentu mendifrensiasikannya dari produk atau jasa lain yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama (Kotler, 2009).

(11)

11

Istilah branding tidak hanya dapat diterapkan pada barang manufaktur atau jasa namun lebih jauh branding juga dapat diterapkan pada suatu wilayah tujuan wisata atau sebuah destinasi wisata. Seperti yang dikemukakan oleh Goeldner dkk dalam Iliachenko ( 2005) yang mendefinisikan destination branding sebagai seperangkat asosiasi merek yang dapat menjadi tanda pengenal atau pembeda suatu lokasi dengan menawarkan pengalaman berwisata yang mengesankan pada lokasi tersebut. Sementara Kaplanidou (2003, h. 2) berpendapat bahwa hakikat destination branding adalah kombinasi atribut sebuah daerah yang diwujudkan dalam satu konsep yang dapat menyampaikan identitas unik dan kerakteristik lokasi yang berbeda dari kompetitornya.

Menurut Morgan & Pritchard (dalam Murfianti, 2012, h. 75-76) menyarankan lima tahapan untuk melakukan destination branding dalam merubah image sebuah daerah, yakni sebagai berikut:

1. Market investigation, analysis and strategic recommendations. Tahapan ini menurut Murfianti (2012, h. 75) dilakukan kegiatan riset pemetaan potensi pasar, hal-hal apa saja yang dapat dikembangkan serta menyusun strategi. Hal tersebut menunjukan bahwa fungsi dari kegiatan market investigation, analysis and strategic recommendation adalah untuk menemukan dan menyusun strategi apa saja yang dapat dikembangkan oleh destinasi.

2. Brand identity development. Brand identity development dibentuk berdasarkan visi, misi dan image yang ingin dibentuk daerah tersebut. . Konsep tersebut menunjukan bahwa tahap brand identity development adalah tahap menentukan identitas daerah yang bersifat intangible yang diperkenalkan kepada publik, untuk menggambarkan daerah tersebut.

3. Brand launch and introduction: communicating the vision. Langkah selanjutnya setelah tagline dibuat adalah memperkenalkan brand. Tahapan ini merupakan tahap mengkomunikasikan brand melalui berbagai media yang tersedia.

4. Brand implementation. merupakan sutau usaha untuk mengintegrasikan semua pihak yang terlibat dalam pembentukan merek, sehinggadestination branding dapat berhasil.

5. Monitoring, evaluation and review. Tahap ini sebagai sebuah usaha untuk monitoring apakah ada penyimpangan, kekurangan dan sebagainya. Hasil monitoring tersebut kemudian dievaluasi dan direview untuk perbaikan selanjutnya.

(12)

12 2.3 Kajian tentang Wisata Kuliner

Beberapa penelitian tentang wisata kuliner telah banyak dilakukan oleh para peneliti dunia. Karim dan Chi, 2010 (dalam Darma Putra, 2014)dalam artikelnya yang berjudul “Cullinary Tourism as a destination’s Food Image” mengulas tentang peranan kuliner sebagai daya tarik wisata di tiga kota besar yaitu Paris, Italia dan Bangkok yang menyimpulkan bahwa italia memiliki citra paling favorit dalam hal makanan dan dilain pihak menyebarnya restoran Thailand di seluruh dunia menjadikannya sebuah identitas global Negara Thailand dan sekaligus merupakan ikon promosi bagi pariwisatanya.

(13)

13 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Pantai Pandawa, Desa Kutuh, Kabupaten Badung. Dipilihnya lokasi ini karena di pantai Pendawa ini merupakan ladang rumput laut masyarakat setempat yang hingga saat ini masih berproduksi. Meskipun menjadi salah satu penghasil rumput laut namun olahan rumput laut belum menjadi kuliner yang dapat dinikmati oleh pengunjung Pantai Pandawa.

3.2 Rancangan Penelitian dan Identifikasi Variabel

Strategi menjadikan rumput laut sebagai branding kuliner di Pantai Pandawa akan dianalisis dengan berpedoman pada teori destination branding dimana disebutkan terdapat lima tahapan dalam melakukan destination branding yang sekaligus menjadi variabel dalam penelitian ini yaitu :

1. Market investigation, analysis and strategic recommendations yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha untuk menganalisis kondisi pasar dalam hal ini adalah pengunjung Pantai Pandawa sehingga pada tahap ini akan disebarkan kuesioner untuk mengetahui persepsi pengunjung pantai pandawa sebagai konsumen terhadap sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut.

2. Brand identity development yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bentuk dari brand yang ingin diwujudkan di benak pengunjung sehingg pada tahap ini pengumpulan data akan difokuskan pada wawancara baik dengan masyarakat setempat maupun perangkat desa Kutuh, Kabupaten Badung sebagai pemangku kepentingan di Pantai Pandawa.

3. Brand launch and introduction yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk memperkenalkan sajian berbahan dasar rumput laut yang akan menjadi brand / merek kuliner dari Pantai Pandawa.

4. Brand implementation yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mewujudkan rumput laut sebagai branding kuliner di Pantai Pandawa.

(14)

14 3.3 Jenis dan Sumber Data

a. Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Data kualitatif, merupakan data yang berupa penjabaran ataupun pengambaran dalam bentuk kalimat yang dapat menjelaskan materi penelitian.

2. Data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka yang dapat dihitung, baik data primer maupun data sekunder.

b. Sumber data

1. Data primer yaitu informasi-informasi data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung di lapangan seperti informasi dari hasil dari wawancara dengan masyarakat maupun gambar-gambar yang diambil langsung dari lokasi penelitian.

2. Data sekunder yaitu data telah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain dalam bentuk data jadi, yang dapat berupa dokumen dan laporan ilmiah maupun buku-buku yang dipakai sebagai pendukung dan penunjang dalam proses analisis.

3.4 Instrumen Penelitian

Alat alat yang digunakan untuk membantu proses pengumpulan data di lapangan antara lain kamera digital dan tape recorder untuk merekam informasi- informasi yang dikumpulkan dilapangan sehingga mempermudah proses analisis data selanjutnya. Selain itu digunakan juga pedoman wawancara terstruktur (interview guideline dan kuesioner), dengan tujuan agar dalam proses pengumpulan data dapat diperoleh informasi-informasi yang tidak jauh menyimpang dari tujuan akhir penelitian, dalam proses pengumpulan data dipergunakan pula alat tulis untuk mencatat hasil penelitian di lapangan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Observasi yaitu pengumpulan data dengan melaksanakan pengamatan langsung di

lokasi penelitian untuk memperoleh gambaran mengenai pembangunan pariwisata di Desa Kutuh khususnya di Pantai Pendawa yang dibantu dengan catatan kecil dan pemotretan.

2) Wawancara berstruktur dilakukan dengan menggunakan instrumen daftar pertanyaan atau kuesioner yang diberikan kepada pengunjung Pantai Pandawa dan

(15)

15

juga dilakukan wawancara mendalam (depth interview) untuk mengetahui secara lebih rinci data primer yang dicari.

3) Studi kepustakaan, data kepustakaan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas buku, jurnal ilmiah, dokumen organisasi, berita atau liputan media massa, internet, dan lain-lain. Bahan-bahan pustaka tersebut diperoleh di berbagai lembaga dan instansi, baik lembaga formal pemerintah maupun lembaga non pemerintah

3.6 Teknik Penentuan Informan

Berikut kriteria dalam penentuan informan yang dikutip dari Silalahi, (2009:316) 1. Menguasai informasi yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti

2. Mampu mengungkapkan pikiran – pikirannya dalam bahasa dan makna yang mudah dimengerti.

3. Sehat jasmani dan rohani saat wawancara berlangsung.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka informan dalam penelitian ini adalah masyarakat dan perangkat Desa Kutuh Kabupaten Badung.

3.7 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan studi pustaka akan dianalisis secara kualitatif yang kemudian dideskripsikan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan makna dan gambaran yang jelas untuk menjawab permasalahan yang tersebut diatas.

Analisis kuantitatif akan digunakan untuk mengolah data yang diperoleh dari kuesioner sehingga dapat mendukung analisis kualitatif guna mendapatkan gambaran yang jelas tentang permasalahan yang dibahas.

Analisis kualitatif akan digunakan untuk mereduksi data data yang dikumpulkan, sehingga memperoleh gambaran tentang strategi branding kuliner Pantai Pendawa di desa Kutuh Kabupaten Badung

3.8 Cara Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil analisis data penelitian akan disajikan secara formal yakni penyajian data dalam bentuk tabel-tabel atau bagan dan penyajian secara informal di mana hasil penelitian dipaparkan dalam bentuk naratif sehingga kedua bentuk penyajian data ini dapat memberikan suatu gambaran lengkap dari permasalahan yang akan dibahas.

(16)

16 BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Sejarah Desa Kutuh

Diceritakan bahwa sejarah Desa Kutuh berawal dari perjalanan seorang wanita yang bernama Ni Randu Kuning yang merupakan istri dari Raja Badung yaitu Ida Cokorda III yang bergelar Kyai Anglurah Pemecutan III. Ni Randu Kuning awalnya merupakan penghuni hutan keramat di wilayah kaki pulau Bali di bagian selatan yang sangat cantik sehingga memikat hati Raja Badung yang sedang melakukan perjalanan ke dalam hutan keramat tersebut. Mereka pun akhirnya menikah dan memiliki putra yang bernama I Gusti Ngurah Ungasan.

Sang raja pada suatu saat kembali ke Puri Pemecutan dengan meninggalkan Ni Randu Kuning beserta putranya di tengah hutan dan tidak pernah kembali lagi. Ni Randu Kuning kemudian melakukan perjalanan ke arah Timur hingga sampai di suatu daerah yang banyak ditumbuhi pohon Kayu Kutuh dan tinggal disana. Karena banyak pohon kayu Kutuh akhirnya masyarakat yang tinggal disana menyebut daerah tersebut Desa Kutuh.

Sebelum Desa Kutuh ditetapkan sebagai desa depenitif pada tanggal 12 Maret 2002 yang diresmikan oleh Bupati Badung Anak Agung Oka Ratmadi, SH., Desa Kutuh merupakan desa perbekelan yang ditetapkan pada jaman Belanda dan kemudian bergabung dengan Desa Ungasan sebelum akhirnya memisahkan diri menjadi desa depenitif hingga saat ini.

4.1.2. Kondisi Geografis Desa Kutuh

Desa Kutuh merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Kuta selatan, Kabupaten Badung, Privinsi Bali yang berbatasan langsung dengan Kelurahan Jimbaran di sebelah utara, Keluraha benoa disisi sebelah timur Samudera Indonesia di bagian selatan dan Desa Ungasan di sebelah barat. Ketinggian Desa Kutuh berada pada rata-rata 180 meter diatas permukaan air laut.

Iklim Desa Kutuh merupakan iklim tropis dengan suhu minimum rata-rata 24o C dan maksimum 32oC, dimana musim kemarau umumnya sedikit lebih panjang dari musim

(17)

17

hujan yang hanya 5 bulan setiap tahunnya dengan rata-rata curah hujan 1000 s/d 2000 mm pertahun.

Kurang lebih 5.000 Ha wilayah desa Kutuh bagian selatan merupakan wilayah pesisir yang berpasir Putih dari total luas wilayah desa 976.800 Ha yang merupakan wilayah yang berbukit-bukit.

Gambar 4.1

Peta Wilayah Desa Kutuh

(18)

18 4.1.3 Gambaran Umum Pantai Pandawa

Pantai Pandawa merupakan wilayah pesisir desa Kutuh yang dulunya disebut pantai melasti oleh masyarakat desa kutuh dan juga sempat dijuluki “secret beach” oleh para wisatawan asing yang berkunjung kesana sebelum berubah nama menjadi pantai Pandawa.

Sebelum diresmikan sebagai daerah tujuan wisata pada tahun 2012, pantai Pandawa merupakan salah satu sentra penghasil rumput laut. Pada tahun 2012 tercatat terdapat lima kelompok nelayan dan rumput laut yang ada di desa kutuh dan menyebar disepanjang pantai Pandawa . Namun seiring dengan semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke pantai Pandawa kegiatan kelompok nelayan dan petani rumput laut semakin berkurang. Menurut keterangan Bapak Waya Kasim data terakhir jumlah nelayan yang masih bertani rumput laut sekitar 12 orang saja.

Gambar 4.2

Kelompok Nelayan di Pantai Pandawa

Selain kelompok nelayan juga terdapat kelompok wanita tani (KWT) yang anggotanya merupakan para istri nelayan di Pantai Pandawa. Awal mulanya KWT dibentuk untuk mengakomodir kegiatan para ibu-ibu dalam mengolah hasil tangkapan serta rumput laut yang dihasilkan oleh kelompok nelayan sehingga memberikan nilai tambah terhadap hasil tangkapan maupun rumput laut yang dihasilkan. Seperti halnya kelompok nelayan yang ada di Pantai Pandawa, kelompok wanita tani ini pun mengalami hal yang sama karena kegiatan para ibu-ibu nelayan telah beralih profesi ke bidang pariwisata seperti pedagang dan tukang pijat bagi wisatawan.

(19)

19

Penataan pantai Pandawa terus dilakukan oleh Badan Pengelola Kawasan wisata Pantai Pandawa yang berada dibawah pemerintah Desa Kutuh kabupaten Badung. Gudang-gudang bekas penyimpanan hasil rumput laut yang tersebar di sepanjang pantai ditata kembali menjadi warung-warung yang menjual berbagai makanan dan minuman serta souvenir. Lapangan parkir serta pedestrian sepanjang pantai juga dibangun untuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung saat datang menikmati pemandangan pantai pandawa.

Gambar 4.3

Warung-warung dan Pedestrian di Pantai Pandawa

Seiring bertambahnya jumlah pengunjung ke pantai Pandawa, jumlah pedagang maupun penjual jasa di pantai pandawa juga semakin bertambah. Menurut bapak Wayan Kasim saat ini jumlah pedagang yang mencari nafkah dari kedatangan wisatawan di pantai pandawa mencapai 150 orang dimana 80 persennya merupakan bekas nelayan maupun petani rumput laut yang dulu beroperasi di pantai pandawa (wawancara tgl 15 september 2015).

4.2 Sajian Kuliner di Pantai pandawa

Sebagai daerah tujuan wisata kehadiran pedagang makanan dan minuman merupakan salah satu sarana yang cukup penting mengingat makan dan minum merupakan kebutuhan dasar setiap manusia sehingga wisatawanpun membutuhkan makanan dan minuman saat berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Demikian pula

(20)

20

halnya di Pantai pandawa, dari berbagai usaha dagang yang ada di sepanjang pantai pandawa, pedagang makanan dan minuman lebih mendominasi selain penjual baju dan souvenir.

Selain untuk memenuhi kebutuhan dasar wisatawan akan makanan dan minuman, sajian kuliner di suatu daerah tujuan wisata juga dapat memberikan ciri khas tempat tersebut sehingga sajian kuliner dapat menjadi suatu motivasi bagi wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah. Beberapa daerah tujuan wisata di Bali bahkan lebih dikenal karena sajian kulinernya yang khas seperti misalnya pantai Jimbaran yang terkenal karena sajian seafoodnya, daerah Gianyar dengan ayam betutu dan babi gulingnya ataupun pantai Lebih Gianyar yang terkenal sebagai sentra penjual sate ikan (languan).

Seiring dengan banyak kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara, penjual makanan dan minuman juga semakin bertambah jumlahnya. Namun jenis makanan dan minuman ataupun sajian kuliner yang dijual hampir mirip antara pedagang satu dengan lainnya seperti misalnya jagung bakar, es kelapa muda, mie, nasi goreng, ikan bakar, sandwich, kentang goreng dan bakso ayam atau sapi. Para pedagang makanan dan minuman di pantai pandawa lebih memilih menjual sajian kuliner yang praktis dan mudah baik dalam penyajian maupun pembuatannya.

Jika dikaitkan dengan sejarah dan latar belakang pantai pandawa yang merupakan sentra penghasil rumput laut dan juga desa nelayan sebelum menjadi daerah tujuan wisata, akan sangat ideal bila sajian kuliner yang dijual ataupun disediakan oleh pedagang di pantai pandawa dapat berbahan dasar rumput laut ataupun ikan sehingga dapat memberikan ciri khas dibandingkan dengan daerah tujuan wisata pantai lainnya. Selain itu ibu-ibu yang sekarang menjadi pedagang makanan dan minuman merupakan anggota KWT yang pernah mendapat pelatihan dalam pengolahan rumput laut menjadi produk-produk makanan seperti kerupuk, keripik, sirop dan jus. Namun sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut justru tidak banyak dijual di pantai Pandawa. Menurut bapak Wayan Letra seorang pengurus pengelolaan pantai pandawa, hal ini disebabkan karena produk-produk berbahan dasar rumput laut yang dihasilkan oleh ibu-ibu KWT kalah bersaing dengan produk-produk berbahan dasar rumput laut dalam kemasan yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan besar, baik dari segi rasa maupun kemasan.

(21)

21

Gambar 4.4

Berbagai hasil olahan rumput laut hasil produksi KWT

4.3 Persepsi Pengunjung Pantai pandawa terhadap Sajian Berbahan Dasar Rumput Laut

Untuk mengetahui persepsi pengunjung terhadap sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut, kuesioner disebarkan kepada 100 orang pengunjung yang datang ke pantai pandawa. Pengunjung yang dijadikan sample pada penelitian ini dipilih secara acak namun memiliki kemampuan untuk membaca dan menulis serta telah cukup dewasa untuk dapat memberikan pendapat.

Penyebaran kuesioner dibantu oleh mahasiswa programstudi Diploma IV Pariwisata universitas udayana sebanyak 5 orang. Pengunjung yang diminta mengisi kuesioner diberikan souvenir berupa contoh makanan yang berbahan dasar rumput laut seperti pudding, rujak, jus , dan keripik rumput laut yang dibuat ibu ni Nyoman Rupini salah mantan anggota kelompok tani wanita yang kini berprofesi sebagai pedagang makanan di pantai pandawa. Data diolah dengan menggunakan statistic deskriptif dan dengan program excel for windowsXP.

(22)

22 4.3.1 Karakteris responden

Karakteristik responden dilihat berdasarkan usia, pekerjaan, dan kota asal dapat dilihat pada table 4.1 dan Tabel 4.2.

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Pekerjaan

Usia Jumlah Pekerjaan Jumlah

< 20 thn 35 PNS 2 20-30 thn 33 Pengusaha / Pedagang 19 31-40 thn 12 Karyawan swasta 22 41-50 thn 11 Pelajar 30 >50 thn 9 Lainnya 27 TOTAL 100 TOTAL 100

Responden yang berkunjung ke Pantai pandawa sebagian besar berusia remaja atau <20 tahun (35%) dan berusia antara 20-30 tahun (33%) yang sebagian besar masih merupakan pelajar (30%). 22% responden merupakan karyawan swasta, 19% adalah pengusaha atau pedagang dan 29% sisanya ada yang menjadi pegawai negeri sipil, petani, tour guide, guru dan lainnya.

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Negara atau Kota

Negara / Kota Jumlah Keterangan

Perancis 11 EROPA Belanda 2 Cheznya 1 Portugal 1 Hongkong 1 ASIA Australia 5 AUSTRALIA Amerika 1 AMERIKA

Bali (Badung, Denpasar, Tabanan, Buleleng,Gianyar) 21

DOMESTIK Sumatera (Lampung, Palembang, Sibolga) 4

Sulawesi (Manado) 3

Lombok (NTB) 1

Jakarta 2

Jawa Barat ( Bandung, Cianjur) 4 Jawa Tengah (Solo, Yogyakarta, Cilacap) 18 Jawa Timur (Surabaya, Banyuwangi, Jember,

Tulungagung) 20

tidak menjawab 5 -

(23)

23

Negara ataupun kota asal responden yang berkunjung ke pantai pandawa antara lain 22% merupakan pengunjung mancanegara yang sebagian besar berasal dari negara-negara di benua eropa seperti Perancis, Belanda, Portugal dan Cheznya sisanya dari Australia, Amerika dan Hongkong. Sedangkan 73 % responden berasal dari berbagai kota di Indonesia dan 5% tidak mencantumkan kota asalnya. Responden yang merupakan pengunjung domestic sebagian besar berasal dari berbagai Kota di Bali, jawa Timur dan Jawa Tengah.

Motivasi responden untuk datang berkunjung ke Pantai Pandawa sebagian besar untuk menikmati pemandangan (56%), 21 % ingin menikmati kegiatan pantai seperti berenang, dan bermain kano dan 19 % karena ingin tahu dan hal ini juga karena 55% responden yang datang melakukan kunjungan ke pantai Pandawa untuk yang pertama kalinya. Hanya 3 % responden termotivasi karena ingin menikmati sajian kuliner di pantai Pandawa (Table 4.3).

Tabel 4.3

Motivasi Responden untuk Berkunjung ke Pantai Pandawa

Motivasi Jumlah

Ingin Tahu 19

Menikmati Pemandangan 56

Menikmati Kegiatan Pantai 21

Menikmati Kuliner 3

Lainnya 1

TOTAL 100

4.3.2 Persepsi Pengunjung Terhadap Sajian Kuliner Berbahan Dasar Rumput Laut Menjadikan sajian kuliner berbahan dasar rumput laut sebagai branding kuliner di Pantai Pandawa perlu dibentuk melalui penyususnan strategi yang baik. Untuk dapat menjadikan rumput laut sebagai sajian kuliner yang khas perlu diketahui terlebih dahulu bagaimana persepsi pengunjung pantai Pandawa tentang sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut sehingga strategi untuk menjadikan sajian kuliner berbahan dasar rumput laut ini dapat dilakukan sesuai dengan persepsi dan harapan pengunjung pantai Pandawa. Persepsi responden pengunjung Pantai Pandawa terhadap beberapa penyataan dapat dilihat pada Table 4.4.

(24)

24 Tabel 4.4

Persepsi Responden Terhadap Sajian Kuliner Berbahan Dasar Rumput Laut

NO PERNYATAAN JAWABAN RESPONDEN JUMLAH

1 Apakah menyukai sajian berbahan rumput laut sebelumnya ?

ya 80

tidak 20

TOTAL 100

2 Sajian manakah yang paling disukai ?

agar-agar / puding 17

Jus / es rumput laut segar 18

keripik / kerupuk rumput

laut 54

rujak rumput laut 9

lainnya 2

TOTAL 100

3 Apakah ingin menikmati sajian kuliner rumput laut saat

berkunjung ke Pantai Pandawa

ya 91

tidak 9

TOTAL 100

4 Sajian rumput laut yang paling ingin dinikmati saat berkunjung ke Pantai Pandawa

agar-agar / puding 21

Jus / es rumput laut segar 15

keripik / kerupuk rumput

laut 49

rujak rumput laut 8

lainnya 2

tidak menjawab 5

TOTAL 100

5 Harga yang bersedia dibayarka untuk sajian berbahan dasar rumput laut < 10.000,- 31 10.000 - 25.000,- 44 26.000 - 50.000,- 10 51.000-75.000,- 7 >75.000 3 tidak menjawab 5 TOTAL 100

6 Apakah Ingin melihat pengolahan rumput laut menjadi sajian kuliner?

ya 75

tidak 21

tidak menjawab 4

TOTAL 100

Sumber: Data olahan penelitian tahun 2015

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan kepada 100 orang pengunjung pantai Pandawa, 80 % menyatakan menyukai sajian makanan atau kuliner yang berbahan dasar rumput laut. Dari pilihan sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut 54 orang pengunjung lebih menyukai dalam bentuk keripik atau kerupuk rumput laut, 18 orang menyukai jus atau es rumput laut, 17 orang memilih olahan agar-agar atau pudding.

(25)

25

Pilihan bentuk sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut yang meliputi agar-agar atau pudding, jus atau es, keripikatau kerupuk dan rujak ini di buat atau dipilih dengan pertimbangan sajian ini telah umum diketahui oleh masyarakat luas dan para pedagang yang sebagaian besar merupakan mantan anggota kelompok wanita tani juga mampu membuat sajian ini.

Sebagian besar pengunjung pantai pandawa juga sangat ingin menikmati sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut. Hal ini ditunjukkan oleh jawaban responden yang mencapai 91% ingin menikmati sajian tersebut. Dari kelima pilihan sajian yang berbahan dasar rumput laut ini pengunjung lebih memilih keripik atau kerupuk sebagai sajian pertama yang sangat ingin untuk dinikmati di pantai pandawa, disusul kemudian oleh olahan agar-agar atau pudding baru kemudian es atau jus rumput laut sebagai hidangan yang sangat ingin dinikmati di pantai pandawa. Hal ini sejalan dengan bentuk sajian yang sangat disukai oleh responden.

Dari sisi harga yang rela mereka bayarkan untuk sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut ini, 44 orang responden bersedia membayar seharga 10.000,- sampai dengan 25.000,- rupiah, 31 responden hanya bersedia membayar dibawah harga 10 ribu rupiah.

Selain menikmati sajian rumput laut 75% responden pengunjung pantai pandawa juga menyatakan ingin melihat proses pembuatan rumput laut menjadi sajian kuliner. Tanggapan responden ini dapat dilihat pada table 4.4 diatas.

Saat responden dimintai tanggapan tentang sajian kuliner yang menurutnya dapat menjadi penciri dan ingin dinikmati di pantai pandawa selain sajian yang berbahan dasar rumput laut dari 41 orang responden yang memberikan tanggapan, masing masing tujuh orang memilih es kelapa muda dan keripik, selebihnya menyebutkan makanan lain seperti rujak, ayam/bebek betutu, seafood, onde-onde, jagung bakar, sate dan makanan lainnya.

4.4 Strategi menjadikan sajian yang berbahan dasar rumput laut sebagai branding kuliner Pantai Pandawa

Branding kuliner merupakan salah satu kombinasi atribut suatu daerah tujuan wisata yang dapat menyampaikan keunikan dan karakteristik lokasi atau daerah tujuan

(26)

26

wisata yang berbeda dari kompetitornya. Untuk menjadikan sajian berbahan dasar rumput laut sebagai branding kuliner Pantai pandawa memerlukan usaha dan waktu yang cukup panjang. Menurut Morgan & Pritchard (dalam Murfianti, 2012, h. 75-76) ada beberapa tahapan untuk dapat membentuk sebuah branding suatu daerah yaitu ; (1) Market

investigation, analysis and strategic recommendations, (2) Brand identity development,

(3)Brand launch and introduction, (4) Brand implementation dan (5) Monitoring, evaluation and review.

Berdasarkan tahapan branding yang disampaikan oleh Morgan & Pritchard, usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menjadikan sajian kuliner berbahan dasar rumput laut sebagai branding kuliner Pantai Pandawa antara lain :

Tahap Brand implementation. Pada tahap ini dilakukan riset pemetaan potensi

pasar. Jika dilihat dari hasil persepsi pengunjung terhadap sajian kuliner berbahan dasar rumput laut tampak bahwa sajian kuliner ini memiliki potensi pasar yang cukup baik mengingat sajian kuliner berbahan dasar rumput laut sudah dikenal oleh masyarakat luas dan sebagian besar pengunjung menginginkan sajian kuliner ini tersedia di pantai Pandawa.

Tahap Brand identity development. Pada tahap ini penting untuk menentukan identitas / brand yang ingin diwujudkan di benak pengunjung terhadap sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut ini. Berdasarkan wawancara dengan pengelola Pantai Pandawa bapak Wayan Kasim, pihak pengelola belum menjadikan sajian kuliner sebagai prioritas utama untuk membentuk branding pantai Pandawa. Branding Pantai pandawa yang ingin dibentuk pada awalnya adalah pemandangan tebing dengan patung-patung para tokoh pandawa dalam epos Mahabrata serta budaya kehidupan nelayan dengan budidaya rumput lautnya. Meskipun belum menjadi prioritas utama untuk menjadikan sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut ini sebagai branding Pantai Pandawa, namun usaha-usaha kearah tersebut telah dilakukan antara lain dengan memberikan pelatihan pengolahan dan pengemasan rumput laut sebagai sajian kuliner. Hal ini sejalan dengan usaha untuk meningkatkan nilai tambah hasil budidaya rumput laut yang dihasilkan.

Namun saat penelitian ini dilakukan tampaknya usaha budidaya rumput laut sudah mulai ditinggalkan oleh para nelayan. Menurut bapak Wayan Kasim dan ibu Nyoman

(27)

27

Rupini hal ini disebabkan antara lain karena jatuhnya harga rumput laut dipasaran, faktor alam yang tidak lagi memungkinkan untuk ditanami rumput laut karena maraknya aktivitas pariwisata serta para nelayan sendiri yang mulai beralih profesi ke sector pariwisata. Namun demikian sajian kuliner berbahan dasar rumput laut ini masih dapat diusahakan meskipun tidak saja hanya sebagai sajian kuliner semata namun juga dapat menjadi sarana untuk mengingatkan sejarah pantai pandawa sebagai salah satu sentra penghasil rumput laut. Tentu saja konsekuensinya akan terkendala pada bahan baku sajian kuliner ini yang harus didatangkan dari luar kawasan pantai pandawa.

Tahap Brand launch and introduction. Pada tahap ini merupakan usaha untuk

mengkomunikasikan brand kepada pengunjung Pantai Pandawa. Setelah menetapkan branding sajian kuliner yang ingin disematkan di benak pengunjung pantai pandawa, perlu dilakukan usaha-usaha yang memudahkan pengunjung untuk mengenali dan menemukan sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut ini. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan mengajak semua pedagang makanan dan minuman di Pantai Pandawa untuk menyediakan sajian kuliner yang dimaksud dan memasang poster-poster tentang informasi sajian kuliner yang dimaksud.

Tahap brand implementation. Pada tahap ini perlu adanya kerjasama yang baik antar pihak-pihak yang terkait seperti pihak pengelola Pantai Pandawa, masyarakat di kawasan pantai pandawa pada khususnya dan masyarakat desa Kutuh pada umumnya, pemerintah desa Kutuh dan juga kelompok-kelompok masyarakat lainnya untuk dapat mewujudkan sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut ini sebagai branding kuliner di Pantai Pandawa. Mengaktifkan kembali kelompok wanita tani sebagai generator penggerak untuk menyediakan sajian-sajian yang berbahan dasar rumput laut, mendorong kembali nelayan untuk membudidayakan rumput laut meskipun dalam jumlah yang terbatas serta membangun kesadaran masyarakat khusunya di kawasan pantai Pandawa akan pentingnya pembentukan branding kuliner sebagai salah satu identitas Pantai Pandawa yang dapat menari lebih banyak pengunjung.

(28)

28 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Persepsi pengunjung pantai pandawa terhadap sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut dapat disimpulkan dari jawaban 100orang responden bahwa 80%pengunjung pantai pandawa pernah dan menyukai sajian yang berbahan dasar rumput laut dan 54% menyukai sajian yang berbentuk keripik atau kerupuk rumput laut. Sebilan puluh satu persen responden menginginkan sajian kuliner berbahan dasar rumput laut ini dinikmati saat berkunjung ke Pantai pandawa sedangkan bentuk sajian yang ingin dinikmati secara berurut adalah kerupuk atau keripik rumput laut sebanyak 49%, agar-agar 21%, jus/es rumput laut sebanyak 15% sedangkan sisanya berupa rujak dan sajian lainnya. Harga yang rela mereka bayarkan untuk sajian kulner berbahan dasar rumput laut ini berkisar antara 10.000 -25.000 rupiah sebanyak 44% dan 31% bersedia membayar dengan harga kurang dari 10.000,- rupiah. Selain ingin menikmati sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut 75% responden juga ingin melihat proses pengolahan rumput laut menjadi sajian kuliner.

Strategi untuk menjadikan rumput laut sebagai branding kuliner di pantai pandawa dapat dilakukan melalui 4 tahap yaitu (1)Market investigation, analysis and strategic

recommendations, (2) Brand identity development, (3)Brand launch and introduction, (4) Brand implementation. Dari keempat tahap tersebut dapat disimpulkan bahwa branding

ini sangat besar peluangnya untuk dibentuk mengingat sebagian besar pengunjung menginginkan adanya sajian yang berbahan dasar rumput laut ini tersedia di Pantai pandawa. Perlu ditentukan image yang ingin dibentuk melalui sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut ini. Memperkenalkan image atau kesan dari sajian kuliner ini kepada masyarakat luas khususnya kepada pengunjung maupun calon pengunjung Pantai Pandawa. Usaha untuk mewujudkan sajian kuliner berbahan dasar rumput laut sebagai branding kuliner perlu kerjasama dan usaha yang baik antar pihak yang terkait.

5.2 Saran

Menciptakan branding atau kesan terhadap suatu daerah tujuan memerlukan usaha yang terus berkelanjutan dan tidak terputus dan waktu yang panjang. Menjadikan sajian kuliner berbahan dasar rumput laut sebagai branding kuliner di pantai Pandawa harus

(29)

29

dimulai dari penyediaan bahan baku pembuatan sajian kuliner tersebut. Pembagian zona pemanfaatan wilayah pesisir pantai pandawa yang pernah direncanakan sebaiknya diimplementasikan secara lebih serius sehingga kegiatan pembudidayaan rumput laut masih dapat dipertahankan. Dengan demikian akan lebih memudahkan image sajian kuliner berbahan dasar rumput laut dari pantai Pandawa lebih mudah dibentuk karena sekaligus pantai pandawa dikenal sebagai penghasil rumput laut.

Pembangunan pariwisata di pantai pandawa sebaiknya berbasis pada asset dasar yang dimiliki dalam hal ini asset fisik yang berupa pantai yang berpasir putih dan juga asset non fisik yang berupa budaya masyarakat nelayan yang juga membudidayakan rumput laut. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa budaya masyarakat nelayan dan pembudidaya rumput laut seharusnya tetap menjadi perhatian yang utama dalam pembangunan sedangkan pembangunan pariwisata sedapat mungkin diarahkan untuk menguatkan dan mempertahankan asset dasar yang dimiliki tersebut mengingat bahwa industri pariwisata sangat sensitive terhadap berbagai isu sehingga sulit untuk tetap menjaga stabilitas keberlangsunganya.

(30)

30

DAFTAR PUSTAKA

Darma Putra, I Nyoman. 2014. Empat Srikandi Kuliner Bali: Peran Perempuan dalam Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan. Jurnal Master Pariwisata Vol. 01 No. 01 Juli 2014. Universitas Udayana

Gillesoie C, Cousin JA.2001.European Gastronomy Into the 21st Century dalam Wikipedia. Tta. Gastronomi. Diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Gastronomi pada tanggal 14 April 2014

Kaplanidou, Kiki. (2003). Destination Branding: Concept and measurement. Department of Park, Recreation and Tourism Resource. Machigan State University. Diakses pada 3 Juli 2013, dari http://www.travelmichigannews.org/mtr/ pdf/White paper_branding_final.

Murfianti, Fitri. (2012). Pencitraan Solo Melalui Event Karnaval Sebagai Upaya Destinations Branding Wisata Budaya. Proceeding Strategi Communications Branding Di Era Industri kreatif. Proceeding Dipresentasikan di Nation

Conference on Communication Branding Ilmu Komunikasi,Universitas Brawijaya: Malang

Savarin, Jean Anthelme Brillat. 2009. The Physiology of taste or Meditations on transcendental Gastronomy (Translated by M.F.K. Fisher). Random House LLC. Diunduh pada tanggal 14 April 2004 dari http://books.google.co.id/books?id= djEEAAAAYAAJ&printsec=frontcover&dq=gastronomy&hl=id&sa=X&ei=6FLU 8DQGeT40gHbqoDAAw&redir_esc=y#v=onepage&q=gastronomy&f=false. Sunada, I Nyoman. 2013. Potensi Makanan Tradisional Bali Berbasis Masyarakat sebagai

Daya Tarik Wisata di Pasar Umum Gianyar. Jurnal Kepariwisataan, Vol 12,No 2 : 118-136

(31)

31 Lampiran 1. Log book dan Penggunaan Dana

LOOG BOOK DAN PENGGUNAAN DANA KEGIATAN PENELITIAN DOSEN MUDA TAHUN 2015

Judul Penelitian : STRATEGI MENJADIKAN RUMPUT LAUT SEBAGAI BRANDING KULINER DI PANTAI PANDAWA, DESA KUTUH, KABUPATEN BADUNG

Jumlah Dana100%: Rp.10.000.000,- (Sepuluh Juta rupiah)

Tanggal Uraian Kegiatan Keterangan Jumlah (Rp.) 5 juni 2015 Persiapan Penelitian kertas 190,000

Persiapan Penelitian Tinta Printer 215,000 29 juni 2015 Survey lapangan Bensin 150,000 Konsumsi makan siang 122,000 Pulsa data 55,000 sewa kendaraan 300,000 16 Juli 2015 Persiapan survey Penelitian Pulsa 25,000 23 juli 2015 Survey lapangan Bensin 150,000 Minum dan kue 42,850 Konsumsi makan siang 123,000 ATK (Baterai A3) 15,000 sewa kendaraan 300,000 sewa kamera 250,000 8 Agustus

2015

Mengumpulkan data tentang Desa Kutuh dari kantor kelapa Desa

Bensin 100,000 Konsumsi makan siang 100,000

22 Agustus Ijin untuk menyebarkan kuesioner di Pantai Pandawa Bensin 100,000 Konsumsi Makan siang 100,000 5-Sep-15

Koordinasi untuk penyebaran kuesioner dengan pihak pengelola Pantai pandawa

Bensin 100,000 Konsumsi Makan siang 105,000 7-Sep-15 Monev internal laporan kemajuan bensin 100,000 15-Sep-15 wawancara dengan bapak I

wayan Kasim selaku ketua Badan Pengelola Pantai Pandawa

Bensin 100,000 Makan siang 203,650 biaya sewa tape recorder 150,000 22-Sep-15 Orientasi surveyor Bensin 100,000 bensin 5 org surveyor 375,000 Makan siang 417,000 23-Sep-15 persiapan penyebaran kuesioner fotocopy kuesioner 100,000 ATK (map + Pulpen) 37,500 biaya pulsa untuk surveyor 250,000 24-Sep-15 Menyebarkan kuesioner bensin 500,000 Konsumsi makan siang 500,000 souvenir untuk responden 505,000 tisue, gelas plastik dll 54,000 tiket masuk 10,000

(32)

32

25-Sep-15 Menyebarkan kuesioner bensin 500,000 Konsumsi makan siang 500,000 souvenir untuk responden 455,000 tiket masuk 10,000 30-Sep-15 Mengolah data ATK (tinta printer) 125,000 Makan siang 250,000 Bensin 100,000 31-Oct-15 Honor Peneliti honor 1,425,000 pajak 75,000 25-Nov-15 Laporan akhir Tinta Printer 125,000 Service Komputer 100,000 kertas 190,000 fotocopy & penjilidan 100,000 bensin 100,000

(33)

33 Lampiran 2. Instrumen Penelitian

ANGKET / KUISIONER

STRATEGI MENJADIKAN RUMPUT LAUT SEBAGAI BRANDING KULINER DI PANTAI PANDAWA, DESA KUTUH, KABUPATEN BADUNG

Bapak/Ibu/Saudara yang terhormat, “Om Swastiastu”

Dalam rangka memenuhi kewajiban tri dharma perguruan tinggi di Universitas Udayana, khususnya bidang penelitian bersama ini saya:

Nama : Ni Nyoman Sri Aryanti

Nip : 197609052006042001

sedang melakukan penelitian tentang Strategi menjadikan rumput laut sebagai branding kuliner di Pantai Pandawa, Desa Kutuh Kabupaten Badung. Untuk itu saya mohon bantuan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk berkenan mengisi kuisioner ini dengan lengkap, jujur dan tanpa dipengaruhi oleh siapapun.

Penelitian ini semata-mata untuk kepentingan ilmiah dan tidak untuk hal hal diluar kepentingan pendidikan akademis . Maka dari itu saya akan mempertanggung jawabkan kerahasiaannya.

Atas bantuan Bapak/Ibu/Saudara/i saya ucapkan terimakasih Hormat saya

Ni Nyoman Sri Aryanti

DATA RESPONDEN*

1. Nama :………...Jenis Kelamin : L / P

2. Usia : a. < 20 th b. 20-30 th c. 31-40 th d. 41-50 th e. > 50 th

3. Pekerjaan : a. PNS b. Pengusaha/Pedagang c. Karyawan Swasta

e. Lainya………..

4. Kota Asal :………

5. Kunjungan ke Pantai Pandawa : a. Pertama b. Kedua kali c. > 2 kali 6. Motivasi Utama Kunjungan ke Pantai Pandawa

a. Ingin Tahu

b. Menikmati pemandangan c. Menikmati kegiatan pantai

d. Menikmati Kuliner

e.Lainnya………

7. Dari mana anda mengetahui informasi tentang Pantai Pandawa ?

a. Televisi b. Internet c. Majalah/media cetak lainnya

(34)

34

1 2 3 4 5 6

Survey Persepsi Pengunjung terhadap sajian kuliner berbahan dasar rumput laut

Sebelum dikenal dan dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata, Pantai Pandawa sebelumnya adalah sentra penghasil rumput laut khususnya di wilayah Bali Selatan. Survey ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pengunjung tentang sajian kuliner yang berbahan dasar rumput laut sehingga dapat menjadin masukan didalam menyusun strategi pengembangan sajian tersebut sebagai branding kuliner di Pantai Pandawa

Dalam satu p ertan yaan mo hon lingkari satu jawab an s aja

1. Apakah anda menyukai sajian makanan yang berbahan dasar rumput laut sebelumnya ?

a. Ya b. Tidak

2. Dari sajian makanan yang berbahan dasar rumput laut dibawah ini yang manakah yang paling anda sukai ?

a. Agar-agar / pudding b. Jus / es rumput laut segar c. Keripik / kerupuk rumput laut d. Rujak rumput laut

e. Lainnya………(mohon diisi)

3. Apakah anda ingin menikmati sajian kuliner berbahan dasar rumput laut saat berkunjung ke Pantai Pandawa ?

a. Ya b. Tidak

4. Jika ya, dari sajian yang disebutkan dibawah ini mohon diurut sajian mana yang sangat ingin anda nikmati ?

a. Agar-agar / pudding b. Jus / es rumput laut segar c. Keripik / kerupuk rumput laut d. Rujak rumput laut

e. Minuman rumput laut kemasan botol

f. Lainnya………(mohon diisi)

5. Berapa harga tertinggi yang akan anda bayarkan untuk satu porsi makanan yang berbahan dasar rumput laut ? (harga dalam satuan rupiah)

a. <10 ribu b. 10-25 ribu

c. 26-50 ribu d. 51-75 ribu

e. > 75 ribu 6. Apakah anda ingin melihat pengolahan rumput laut menjadi sajian kuliner ?

a. Ya b. Tidak

7. Selain sajian kuliner berbahan rumput laut, sajian kuliner apakah yang menurut anda dapat menjadi penciri dan ingin anda nikmati di Pantai Pendawa ? (sebutkan)

Sajian Kuliner………..

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis regresi linear berganda diperoleh kesimpulan bahwa semua variabel independen yaitu produk, personil dan promosi mempunyai pengaruh positif terhadap

Sistem tersebut dikenal dengan istilah sistem informasi akademik. Sistem informasi akademik itu sendiri merupakan sebuah sistem informasi yang dibangun melalui

(2) Untuk mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar peserta didik melalui metode Index Card Match pada mata pelajaran matematika pokok bahasan perkalian pada

dipastikan tidak akan mengujudkan kesan sampingan seperti hakisan tanah, lumpur (siltation) dan ombak (vibration). d) Sekiranya kerja-kerja penyelenggaraan utiliti perlu

Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan Bangsa Indonesia Sejarah Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara.. Pancasila sebagai sitem filsafat Pancasila sebagai

Membangun jaringan bisnis ekonomi kreatif yang berupa sen- dratari Rara Jonggrang sebagai ikon baru atraksi budaya di candi Prambanan adalah destinasi wisata terbarukan yang hidup

saham, dividen satu peringkat pertama dan terakhir sebanyak 4.50 sen untuk setiap saham biasa bagi tahun kewangan berakhir 31 Disember 2016 akan dibayar pada 27

Perlawanan akan diadakan secara liga dan setiap pasukan akan bermain selama 5 minit setiap separuh masa dan akan diberi rehat selama 1 minit.. Pusingan kedua akan diadakan secara