RENDY SUEZTRA CANALDHY, S.IP., MPA
1.
Landasan dan Tujuan Pendidikan Pancasila
1.1 Mengetahui latar belakang Pend. Pancasila dari tinjauan
historis, kultural, yuridis, dan filosofis
1.2 Mendeskripsikan tujuan Pend. Pancasila
1.3 Mendeskripsikan ruang lingkup Pend. Pancasila
2. Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa
Indonesia
2.1 Menjelaskan pengertian sejarah perjuangan bangsa
2.2 Mendeskripsikan sejarah masuknya agama-agama ke
Indonesia
3. Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa
Indonesia
3.1 Mendeskripsikan kedatangan penjajah Belanda: VOC, tanam
paksa dan akibat bagi rakyat Indonesia, politik etis
3.2 Mendeskripsikan Kebangkitan Nasional
4. Pancasila sebagai Filsafat Hidup Bangsa Indonesia
dan Dasar Negara Republik Indonesia
4.1 Penjajahan Jepang dan perumusan Pancasila (Mr. M. Yamin, Ir.
Soekarno, Piagam Jakarta, Pancasila resmi sebagai Dasar
Negara 18 Agustus 1945 pada pembukaan UUD 1945)
4.2 Menjelaskan secara singkat Pancasila sebagai Filsafat Hidup
bangsa Indonesia dan Dasar Negara Republik Indonesia
5. Pancasila sebagai Filsafat Hidup Bangsa
Indonesia
5.1 Menjelaskan pengertian sistem dalam kaitan Filsafat
Pancasila
5.2 Menjelaskan penghayatan dan pengamalan dari
nilai-nilai yang terkandung pada setiap sila dari Pancasila
5.3 Menganalisis dari suatu kasus (peristiwa) yang sesuai
atau bertentangan dengan nilai yang terkandung pada
setiap sila dari Pancasila
6. Pancasila sebagai Sistem Filsafat
6.1 Menjelaskan pengertian sistem dalam kaitan filsafat
Pancasila.
6.2 Menjelaskan Pacasila yang sila-silanya tersusun secara
sistematis, hirarkis logis, adalah Filsafat
7. Pancasila sebagai Ideologi Nasional
Menjelaskan Pancasila sebagai ideologi nasional dan
penerapannya
Menjelaskan ideologi kapitalisme yang lahir dari
Idealisme dan Komunisme yang lahir dari Materialisme
Pandangan Pancasila sebagai ideologi Nasional terhadap
Susunlah paper berdasarkan review artikel (tiga artikel) yang
berkaitan dengan topik bahasan dalam perkuliahan
Pendidikan Pancasila. Kajilah permasalahan tersebut dan
gunakan literatur teoritis sebagai pendukungnya. Tulis dalam
kertas A4, format 1,5 spasi dan maksimal 15 halaman.
Tugas Kelompok
Tema sesuai silabus sub-pokok bahasan perkuliahan,
dipresentasikan secara periodik perpertemuan. Jumlah
satu tim maksimal lima orang.
Tugas Individu
Tema ditentukan (lihat tabel di bawah), tugas ini dikumpul
dua minggu sebelum ujian akhir semester.
NIM TEMA 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Upaya mewujudkan tujuan Pendidikan Pancasila
Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan Bangsa Indonesia Sejarah Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara
Pancasila sebagai sitem filsafat Pancasila sebagai etika politik
Pancasila sebagai ideologi Nasional
Pancasila dalam konteks ketetanegaraan Republik Indonesia
Pancasila sebagai paradigma dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Era reformasi dan Pancasila
Amandemen Undang-undang Dasar 1945
TEMA MAKALAH INDIVIDU SESUAI NOMOR
AKHIR NIM
a.
Cover (i)
b.
Kata Pengantar (ii)
c.Daftar Isi (iii)
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Bab II Pembahasan
2.1 Landasan Teoritis Persoalan
2.2 Temukan tiga artikel di media masa terkait
pokok bahasan dan analisis itu memakai teori
yang ada
Bab III Kesimpulan
3.1 Simpulan dan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
Komponen Penilaian Bobot o Tugas paper & presentasi kelompok
o Tugas paper individu o Keaktifan di kelas o Quis o UTS o UAS 15 % 15 % 10 % 10 % 25 % 25 % Angka Mutu (Skala 0-10) Angka Mutu (Skala 0-4) Huruf Mutu (Skala Kualitatif) 8,0 - 10,0 6,5 - 7,9 5,6 - 6,4 4,5 - 5,4 0,0 - 4,4 4 3 2 1 0 A B C D E
Setiap bangsa di dunia memiliki suatu pandangan hidup, filsafat
hidup dan pegangan hidup dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (civic education). Pancasila merupakan dasar negara, pandangan hidup, ideologi, dan kepribadian bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia tercantum
dalam UUD 1945, diundangkan dalam Berita republik Indonesia tahun II No. 7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945. Disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945
Sejarah mencatat upaya-upaya penyimpangan yang berlindung di
balik legitimasi ideologi negara Pancasila. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998 Pencabutan P-4 dan sekaligus pencabutan Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi orsospol di Indonesia
Pendidikan Tinggi bertugas mengkaji dan memberikan
pengetahuan kepada mahasiswa untuk benar-benar mampu memahami Pancasila secara ilmiah dan Objektif ke arah cita-cita bersama bangsa Indonesia dalam hidup bernegara
1.1 Landasan Historis
Proses sejarah pembentukan bangsa Indonesia (Prasejarah,
Kerajaan Kuno, Kerajaan Islam, penjajahan, perjuangan
kemerdekaan, kemerdekaan dstnya)
Sejarah Perumusan Pancasila sebagai dasar negara (sejak
sidang BPUPKI I hingga sekarang)
1.2 Landasan Kultural
Fakta budaya dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang
merupakan suatu pandangan hidup, tujuan hidup bersama
dalam suatu negara, yang setiap bangsa memiliki ciri khas
tersendiri.
1.3 Landasan Yuridis
Perkuliahan Pendidikan Pancasila diatur dalam Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional. Pasal 1 ayat 2
disebutkan bahwa sistem pendidikan nasional berdasarkan Pancasila. Meskipun tidak disebutkan secara eksplisit pada pasal 37 bahwa kurikulum pendidikan tinggi memuat: pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, dan pendidikan bahasa.
SK Dirjen Dikti No. 43/DIKTI/KEP/2006, dijelaskan bahwa misi
Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk memantapkan kepribadian mahasiswa agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1.4 Landasan Filosofis
Pancasila sebagai dasar negara serta sebagai filsafat hidup bangsa
Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis; suatu kesatuan bagian-bagian, setiap bagian memiliki fungsi tersendiri, saling berhubungan erat, memiliki satu tujuan, dan terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Landasan Pancasila-1
Mengarahkan
perhatian
pada
moral
yang
diharapkan terwujud dalam kehidupan
sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan
taqwa terhadap Tuhan YME dalam masyarakat
yang terdiri atas berbagai golongan agama
kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan,
perilaku yang mendukung kerakyatan yang
mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan perorangan dan golongan sehingga
perbedaan pemikiran, diarahkan pada perilaku
yang mendukung upaya mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia(SK Ditjen
Dikti No. 265/DIKTI/Kep./200)
Pendidikan Pancasila bertujuan menghasilkan
peserta didik bersikap dan berperilaku:
1.
Beriman dan bertaqwa kepada tuhan YME
2.Berperikemanusian yang adil dan beradab
3.Mendukung persatuan bangsa
4.
Mendukung kerakyatan yang mengutamakan
kepentingan bersama di atas kepentingan
individu maupun golongan
5.
Mendukung upaya untuk mewujudkan suatu
keadilan sosial dalam masyarakat
Kompetensi Pendidikan Pancasaila bertujuan :
1. Mampu mengambil sikap bertanggung jawab sebagai Warga
negara yang baik (good citizen) sesuai dengan hati nuraninya
2. Mampu memaknai kebenaran ilmiah-filsafati yang terdapat di
dalam Pancasila
3. Mampu memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya
bangsa untuk menggalang persatuan Indonesia
4. Mampu berpikir integral komprehensif tentang
persoalan-persoalan hidup berbangsa dan bernegara
5. Mampu memecahkan persoalan sosial politik dan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dari perspektif yuridis
6. Mampu memecahkan persoalan sosial politik dan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan paradigma Pancasila
3.1 Syarat-syarat pengetahuan ilmiah
(1) Berobjek; (2) Bermetode; (3) Bersistem; (3) Bersifat Universal Ad 1. Berobjek
Objek forma yaitu pengkajian Pancasila dalam sudut pandang
bidang ilmu tertentu, misalnya bidang kajian moral disebut moral Pancasila, bidang hukum dan kenegaraan disebut Pancasila yuridis kenegaraan, dsb.
Objek materia yaitu suatu objek sasaran pembahasan dan
pengkajian Pancasila baik yang bersifat empiris maupun nonempiris.
Empiris: lembaran sejarah, bukti sejarah, benda sejarah,
benda budaya, lembaran negara, lembaran hukum maupun naskah kenegaraan lainnya, adat-istiadat bangsa Indonesia. Nonempiris: nilai budaya, moral, religius, sifat, karakter dan pola budaya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Ad 2. Bermetode
Metode: seperangkat cara atau sistem pendekatan dalam rangka
pembahasan Pancasila untuk mendapatkan suatu kebenaran yang bersifat objektif. Memilih metode berdasar pada objek forma ataupun materia, seperti metode analitico syntetic yaitu suatu perpaduan pendekatan analisis dan sintesis. Pembahasan Pancasila lasim memakai metode ‘hermeneutika’ yaitu suatu pendekatan koherensi historis, serta pemahaman, penafsiran dan interpretasi untuk menemukan makna dibalik objek. Metode-metode tersebut memakai dasar hukum-hukum logika dalam menarik suatu kesimpulan.
Ad 3. Bersistem
Pengetahuan ilmiah harus merupakan suatu yang bulat dan utuh,
dimana bagian-bagiannya saling menunjukkan keterkaitan dan ketergantungan (interdependensi). Dalam lima sila Pancasila baik rumusan, inti dan isinya merupakan satu kesatuan yang sistematik.
Pembahasan Ps. Ilmiah-2
Ad 4. Bersifat Universal
Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah harus
bersifat universal, artinya kebenarannya
tidak terbatas oleh waktu, ruang, keadaan,
situasi, kondisi maupun jumlah tertentu.
Hakikat ontologis (intisari, esensi atau
makna) nilai-nilai Pancasila adalah bersifat
universal.
Pembahasan Ps. Ilmiah-3
3.2 Tingkatan Pengetahuan Ilmiah
Bagaimana ..?
Pengetahuan Deskriptif
Mengapa ..?
Pengetahuan Kausal
Kemana ..?
Pengetahuan Normatif
Apa ..?
Pengetahuan Essensial
Untuk mengetahui lingkup kajian Pancasila serta
kompetensi
pengetahuan
dalam
membahas
Pancasila secara ilmiah, maka perlu diketahui
tingkatan pengetahuan ilmiah sebagai panduan
dalam menjawab pertanyaan di atas.
Pembahasan Ps. Ilmiah-4
1. Pengetahuan Deskriptif (bagaimana)
Yaitu suatu jenis pengetahuan yang memberikan suatu keterangan, penjelasan yang objektif tentang Pancasila sebagai hasil budaya bangsa Indonesia. Mencakup kajian sejarah perumusan, nilai-nilai serta kedudukan dan fungsi Pancasila. Misalnya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, dasar negara, ideologi bangsa, dsb.
2. Pengetahuan Kausal (mengapa)
Yaitu suatu pengetahuan yang memberikan jawaban tentang sebab dan akibat. Proses kausalitas terjadinya Pancasila memiliki empat kausa: kausa materialis, kausa formalis, kausa effisien dan kausa finalis. Selain itu berkaitan dengan Pancasila sebagai sumber nilai yaitu sumber norma dalam negara sehingga konsekuensi dalam segala realisasi dan penjabarannya senantiasa berkaitan dengan hukum kausalitas.
Pembahasan Ps. Ilmiah-5
3. Pengetahuan normatif (kemana)
Yaitu suatu jenis pengetahuan yang memberikan suatu ukuran, parameter, serta norma-norma yang konkrit tentang realisasi pengamalan Pancasila. Kajian ini dapat membedakan secara normatif realisasi atau pengamalan Pancasila yang seharusnya dilakukan “das sollen” dan kenyataan faktual “das sein” dalam kehidupan yang dinamis .
4. Pengetahuan Essensial (apa)
Yaitu suatu pengetahuan yang memberikan jawaban tentang hakikat segala sesuatu untuk menemukan intisari dan makna yang terdalam dari sila-sila pancasila (kajian ilmu filsafat). Misalnya, Pancasila yuridis kenegaraan sebagai dasar negara mengkaji baik hukum dan moral realisasi penerapannya dalam segala aspek bernegara.
Pembahasan Ps. Ilmiah-6
Pengertian Pancasila berdasarkan:
1.
Etimologis
Pancasila terdiri dari dua arti leksikal dalam bahasa
Sansekerta:
Panca artinya lima
Syila (vokal i pendek) artinya batu sendi, alas,
atau dasar
Syiila (vokal ii panjang) artinya peraturan
tingkah laku yang baik
Makna Pancasila secara arfiah adalah dasar yang
memiliki lima unsur.
29 April 1945. Jepang membentuk Dokuritsu Junbi Cosakai
dilafalkan
Dokuritsu
Zyunbi
Tyoosakai
atau
Badan
Penyelidik
Usaha
Persiapan
Kemerdekaan
Indonesia
bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito.
Tujuannya,
memeroleh
dukungan
bangsa
Indonesia
dengan menjanjikan bahwa Jepang akan membantu proses
kemerdekaan Indonesia.
BPUPKI beranggotakan 63 orang yang diketuai oleh
Radjiman Wedyodiningrat dengan wakil ketua Hibangase
Yosio (orang Jepang) dan R.P. Soeroso.
BPUPKI bersidang dua kali. Rapat I (28 Mei – 1 Juni 1945)
membahas tema dasar negara. Rapat II (10-17 Juli 1945)
tema pembahasan bentuk negara, wilayah negara,
kewarganegaraan,
rancangan
Undang-Undang
Dasar,
ekonomi dan keuangan, pembelaan negara, pendidikan
dan pengajaran.
Rapat Pertama
28 Mei 1945. Rapat resmi dibuka pembahasan dimulai
keesokan harinya dengan tema dasar negara. Pada rapat
pertama ini terdapat 3 orang yang mengajukan
pendapatnya tentang dasar negara.
29 Mei 1945. Muhammad Yamin mengemukakan lima
asas dasar negara Indonesia Merdeka yang dicita-citakan:
1.
Peri Kebangsaan
2.
Peri Kemanusiaan
3.
Peri Ketuhanan
4.
Peri Kerakyatan
5.
Kesejahteraan Rakyat
Historis Pancasila-2
31 Mei 1945. Prof. Dr. Mr. Soepomo mengusulkan lima
asas dasar negara:
1. Persatuan
2. Mufakat dan Demokrasi
3. Keadilan Sosial
4. Kekeluargaan
5. Musyawarah
Historis Pancasila-3
1 Juni 1945. Ir. Soekarno
Mengemukakan lima asas sebagai dasar
negara Indonesia yang disebut Pancasila:
1.
Nasionalisme atau Kebangsaan
Indonesia
2.
Internasionalisme atau
Perikemanusiaan
3.
Mufakat atau Demokrasi
4.
Kesejahteraan Sosial
5.
Ketuhanan Yang Berkebudayaan
Historis Pancasila-4
Soekarno menjelaskan lebih lanjut kelima sila
tersebut dapat diperas menjadi “Tri Sila”:
1.
Sosio Nasional, yaitu: Nasionalisme dan
Internasionalisme
2.
Sosio Demokrasi, yaitu: Demokrasi dengan
kesejahteraan”
3.
Ketuhanan Yang Maha Esa
Adapun “Tri Sila” tersebut masih diperas lagi
menjadi “Eka Sila” atau satu sila yang intinya
adalah “gotong royong”
Historis Pancasila-5
Masa antara Rapat Pertama dan Kedua
Dalam masa reses (masa istirahat) antara Sidang I BPUPKI dengan Sidang II BPUPKI, masih belum ditemukan kesepakatan untuk perumusan dasar negara, sehingga akhirnya dibentuklah panitia
kecil untuk menggodok berbagai masukan. Panitia kecil
beranggotakan 9 orang dan dikenal pula sebagai Panitia Sembilan dengan susunan sebagai berikut:
1. Ir. Soekarno (ketua) ketua 2. Drs. Moh. Hatta (wakil ketua) 3. Mr. Achmad Soebardjo (anggota) 4. Mr. Muhammad Yamin (anggota) 5. KH. Wachid Hasyim (anggota) 6. Abdul Kahar Muzakir (anggota)
7. Abikoesno Tjokrosoejoso (anggota) 8. H. Agus Salim (anggota)
9. Mr. A.A. Maramis (anggota)
Historis Pancasila-6
22 Juni 1945. Setelah melakukan kompromi antara 4
orang dari kaum kebangsaan (nasionalis) dan 4 orang dari
pihak Islam, Panitia Sembilan kembali bertemu dan
menghasilkan rumusan dasar negara yang dikenal dengan
Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang berisikan:
1.
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2.
Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.
Persatuan Indonesia
4.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan
5.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Historis Pancasila-7
Rapat Kedua
10-17 Juli 1945. Mengangkat tema bahasan
bentuk
negara,
wilayah
negara,
kewarganegaraan, rancangan Undang-Undang
Dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan
negara, pendidikan dan pengajaran.
Dalam rapat ini dibentuk Panitia Perancang
Undang-Undang Dasar beranggotakan 19 orang
dengan ketua Ir. Soekarno, Panitia Pembelaan
Tanah
Air
dengan
ketua
Abikoesno
Tjokrosoejoso
dan
Panitia
Ekonomi
dan
Keuangan diketuai Mohamad Hatta.
Historis Pancasila-8
11 Juli 1945. Panitia Perancang UUD membentuk lagi
panitia kecil beranggotakan 7 orang: Soepomo (ketua
merangkap anggota), Wongsonegoro, Achmad Soebardjo,
A.A. Maramis, R.P. Singgih, H. Agus Salim, Dr. Soekiman
13 Juli 1945. Panitia Perancang UUD mengadakan sidang
untuk membahas hasil kerja panitia kecil perancang UUD
tersebut.
14 Juli 1945. Rapat pleno BPUPKI menerima laporan
Panitia Perancang UUD yang dibacakan oleh Ir. Soekarno.
Dalam laporan tersebut tercantum tiga masalah pokok
yaitu: 1) pernyataan Indonesia merdeka, 2) pembukaan
UUD, 3) batang tubuh UUD
Konsep proklamasi kemerdekaan rencananya akan disusun
dengan mengambil tiga alenia pertama Piagam Jakarta.
Sedangkan konsep Undang-Undang Dasar hampir
seluruhnya diambil dari alinea keempat Piagam Jakarta.
Historis Pancasila-9
17 Agustus 1945. Proklamasi sebagai pernyataan resmi
deklarasi kelahiran negara Republik Indonesia.
18 Agustus 1945. PPKI mengadakan sidang pertama
sekaligus mengesahkan UUD 1945.
UUD 1945 terdiri dari dua bagian yaitu Pembukaan UUD
1945 dan 37 pasal, 1 aturan peralihan terdiri atas 4 pasal,
dan 1 Aturan Tambahan terdiri atas 2 ayat.
Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat tercantum
rumusan Pancasila yang sah secara konstitusional. Tap
No.XX/MPRS/1966 dan Inpres No.12 Tanggal 13 April
1968 menegaskan pengucapan, penulisan, dan rumusan
Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia yang sah dan
benar adalah sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945.
Rumusan-rumusan Pancasila yang berbeda dari
Pembukaan UUD 1945: