• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Asertif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Komunikasi Asertif"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Komunikasi Asertif BERBICARA ASERTIF.

Apakah kalimat asertif itu? Kalimat asertif adalah cara

berkomunikasi yang tidak menyerang lawan bicara. Inti kalimat

terletak pada pengungkapan perasaan kita dengan terus terang, sopan, dan apa adanya.Manusia punya cenderungan mempertahankan diri bila diserang. Demikian pula bila ia merasa disalahkan, direndahkan, atau tidak dihargai. Sebab itu penting sekali memperlihatkan sikap

positif dalam berkomunikasi, bagaimanapun sebalnya kita pada lawan bicara kita. Ini tidak mudah, perlu berpikir sebelum berkata, dan berlatih melakukannya.Sebuah pesan akan sampai dengan baik jika disampaikan pada waktu, tempat dan cara yang tepat. Masalahnya, kita kadang-kadang ingin langsung saja. Kalau caranya kurang pas, orang yang kita ajak bicara jadi tidak senang. Akhirnya pesan kita tidak sampai dengan baik. Bahkan bisa menimbulkan salah pengertian.

BEBERAPA CONTOH

Berikut ini beberapa contoh kalimat yang menyerang: Percakapan Dimas (6 tahun) dan papanya, "Dimas, kamu ini bagaimana? Makin besar makin malas bangun pagi! Lihat, sudah 2. Percakapan Kevin (8 tahun) dan mamanya, "Mengapa kamu tidak beritahu Mama kalau sepatumu sudah robek? Bikin malu aja!" 3. Ibunya Ina (10 tahun) memarahi anaknya pada suatu pagi, "Nah, kamu lupa bikin PR lagi, kan? Tadi malam mama sudah

4. Mirza (11 tahun) berbicara dengan saya, "Ma, tiap kali aku

ngajak ngomong, Mama nggak perhatikan aku dengan baik. Muka mama 5. Daud (10 tahun) dan abangnya Januar (14 tahun), "Mengapa sih kamu begitu, Bang? Aku enggak suka kamu terus melecehkan

Sekarang mari perhatikan kali-mat asertif dari peristiwa di atas: 1. "Dimas, rasanya tiap pagi Papa merasa tegang. Papa takut kamu ter-lambat. Bagaimana kalau nanti malam kamu tidur lebih

2. "Sepatumu robek? Maaf, Mama kurang memperhatikan kamu. Pulang sekolah nanti kita ke toko, ya." (kalimat ini tidak

3. "PR kamu belum selesai? Ada yang perlu Mama bantu?" (tidak perlu menyalahkan Ina, dia sudah tahu kesalahannya. Menyalahkan 4. "Aku boleh bicara dengan Mama ?" (ini adalah complain Mirza terhadap saya beberapa hari lalu. Sebagai ibu, saya mengerti 5. Januar senang menggoda adiknya. Sedangkan Daud tidak

(2)

TIDAK MUDAH, ANAK BUTUH TELADAN

Melakukan komunikasi asertif tidak-lah mudah. Ini membutuhkan energi ekstra karena kita dituntut berpikir sebelum berkata. Di samping itu pertama-tama kitalah yang harus memberi contoh dalam berkomunikasi asertif di rumah. Mari kita perhatikan cara berkomunikasi dengan pasangan, suami atau istri. Juga dengan pem-bantu, dan anggota keluarga lainnya di rumah. Tanpa contoh yang baik, sulit mengarahkan anak bersikap asertif. Anak adalah peniru yang baik.Belakangan ini saya SELALU berpikir dulu sebelum mengatakan sesuatu kepada anak- anak, suami, dan orang lain di sekitar saya, "Apakah isi pesan

(kalimat) saya akan diterima dengan baik?"

Motivasi saya adalah apa gunanya berbicara jika hanya menim-bulkan salah pengertian atau perteng-karan. Apalagi jika materi yang ingin saya sampaikan sebenarnya sudah dimengerti oleh lawan bicara saya. Atau lawan bicara saya tidak sedang dalam kondisi bisa diberi

nasehat. Saya teringat kalimat yang diucapkan Pak Charles Ingalls ke- pada putrinya, Laura dalam serial Rumah Kecil, "Kalau kita tidak bisa mengatakan hal-hal baik tentang seseorang, lebih baik jangan berbicara." Saya juga dikuatkan oleh ayat hafalan di Sekolah Minggu yang berbunyi, "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu!"Mari membantu anak-anak kita bertumbuh dengan emosi yang sehat.

JENIS / BENTUK KOMUNIKASI Komunikasi mempunyai 3 bentuk : 1. Aggressive Communication

Komunikasi ini dapat mengurangi hak orang lain dan cenderung untuk merendahkan / mengendalikan / menghukum orang lain. Komunikasi ini menenggelamkan hak orang lain. Contoh komunikasi agresif : "Lakukan saja!".

Ciri-cirinya adalah

- Ingin kemauan dan pendapatnya diikuti

- Memaksa orang untuk melakukan hal-hal yang tidak ingin dilakukan

(3)

- Menyerang secara fisik atau verbal - Interupsi

- Intimidasi

- Ingin menang dengan segala cara - Suka memakai kambing hitam - SUka memakai figur "Big Boss"

Komunikasi agresif memiliki satu buah sub yaitu Komunikasi Aggresif tidak Langsung yang berupaya untuk memaksa orang lain melakukan hal yang kita kehendaki tetapi mereka tidak menghendakinya.

Istilah "pisau dibalik topeng senyuman" mungkin cocok dengan komunikasi agresif tidak langsung karena cara-cara mereka umumnya sopan, tenang, manipulative/menjebak, merendahkan orang lain, dan sabotase.

Orang yang melakukan aggressive communication mungkin pada awalnya merasa puas, menang/superior dan cenderung untuk mengulangi

tindakannya. Tetapi untuk jangka panjangnya mereka dapat merasa bersalah (saat memikirkan tindakannya), malu, dan ditinggalkan teman. Pada akhirnya akan terus menyalahkan orang lain atau system. Balas dendam mungkin dapat dilakukan oleh orang lain yang sebelumnya disudutkan.

2. Passive Communication (Submissive)

Komunikasi ini merupakan lawan dari komunikasi aggressive dimana orang tersebut cenderung untuk mengalah dan tidak dapat

mempertahankan kepentingannya sendiri. Bahkan hak mereka cenderung dilanggar namum dibiarkan. Mereka cenderung untuk menolak secara pasif (dengan ngomel dibelakang misalnya).

Ciri-ciri komunikasi pasif ini adalah:

- Orang yang jarang mengungkapkan keinginan dan kebutuhan atau perasaan

- Mengikuti tuntutan dan kemauan orang lain, ingin menghindari konflik

- Tidak mampu mempertahankan hak dan pribadinya - Selalu mengedepankan orang lain

- Minta maaf berlebihan

- Marah kecewa, frustasi dipendam - Tidak tahu apa yang diinginkan - Tidak bisa ambil keputusan

- Selalu mencari-cari alasan atas tindakan

(4)

terhindar dari rasa bersalah, bangga, dan kasihan pada diri sendiri. Namun untuk jangka panjang dapat kehilangan percaya diri dan hormat pada diri sendiri.

3. Assertive Communication

Assertive Communication adalah komunikasi yang terbuka, menghargai diri sendiri dan orang lain. Komunikasi assertive tidak menaruh

perhatian hanya pada hasil akhir tapi juga hubungan perasaan antar manusia.

Ciri-ciri assertive communication adalah:

- Terbuka dan jujur terhadap pendapat diri dan orang lain - Mendengarkan pendapat orang lain dan memahami

- Menyatakan pendapat pribadi tanpa mengorbankan perasaan orang lain

- Mencari solusi bersama dan keputusan

- Menghargai diri sendiri dan orang lain, mengatasi konflik - Menyatakan perasaan pribadi, jujur tetapi hati-hati- Mempertahankan hak diri.

- he differences between Assertive, Aggressive and Passive body language.

Bahasa tubuh untuk tiga jenis komunikasi :

Assertive Aggressive Pasif Posture Tegak lurus Condong ke depan Agak mundur Head

Santai dan tidak kaku Mendongak ke atas Menunduk

Eyes :

Langsung, tidak melototi, pandangan bagus, biasa/santai Melototi seolah-olah akan mengamuk

(5)

Face :

Ekspresi sesuai kata-kata yang keluar Tegas

Tersenyum selalu bahkan sewaktu kesal

Voice :

Sesuai dengan kontak Keras

Ragu/lembut, cenderung berbicara setelah lawan selesai berbicara

Arms/hands :

Santai, bergerak bebas

Terkontrol, jari menunjuk menancap ke suatu objek, terkepal keras Diam… tidak bisa bergerak

Movement/ walking : Terukur, sesuai

Lambat dan keras atau cepat, bebas, Keras

Lambat dan ragu-ragu atau cepat tapi terkesan terburu-buru

Perilaku assertive memiliki manfaat:

- Meningkatkan self esteem dan percaya diri dalam mengekspresikan diri sendiri

- Dapat bernegosiasi lebih produktif dengan orang lain - Dapat merubah situasi kerja yang negatif menjadi positif - Meningkatkan hubungan antar manusia pada pekerjaan dan mengurangi kesalahpahaman

- Meningkatkan pengembangan diri dan kepuasan diri pada pekerjaan/karir sesuai dengan kebutuhan, gaya dan kemampuan - Mampu membuat keputusan dan lebih mempunyai peluang mendapatkan apa yang dicari dalam hidup

- Hambatan yang didapat saat mencoba untuk assertive: - Tindakan dan cara berpikir negatif yg membatasi peluang Anda

- Conflict - Takut menghadapi konflik sehingga menghindari tanggapan assertif dalam situasi yang menentukan

- Keterampilan komunikasi - Ketidakmampuan menanggapi

berbagai situasi mengakibatkan emosi, pikirkan dan kecemasan yang negatif

(6)

Unsur-unsur dalam komunikasi assertive:

1. Terbuka dan jelas - upayakan kamu mengkomunikasikan secara jelas dan spesifik. Misalnya: "saya kurang suka ini" , "Hm….saya menyukai rencana itu, hanya saja mungkin ada beberapa bagian yang bisa ditingkatkan (bahasa halus dari diperbaiki)", "saya punya

pendapat yang berbeda yaitu…."

2. Langsung – Berbicara langsung dengan orangnya, jangan membawa masalah ke orang lain yang tidak berhubungan. 3. Jujur – agar orang percaya kepada kamu

4. Tepat dalam bersikap, pastikan memperhitungkan nilai social

dalam berbicara. Terang-terangan mengajak kencan seorang wanita pada saat dia sedang di pesta pernikahannya tentu saja akan membawamu dalam masalah.

5. Tanyakan umpan balik. "Apakah sudah jelas? Atau ada

pertanyaan?". Menanyakan umpan balik menjadi bukti bahwa kamu lebih mengutarakan pendapat daripada perintah.

Ada 3 langkah untuk menjadi Assertive

1. Jadilah pendengar aktif, dan pastikan kamu menunjukan

kepada mereka kalau kamu mendengarkan dan paham (misalnya dengan membuat kontak mata). Jangan memanfaatkan waktu mendengar untuk mempersiapkan serangan balik.

2. Katakanlah apa yang sedang kamu pikirkan dan rasakan. Jangan terlalu memaksa ataupun terlalu meminta maaf. Pada saat berbicara perhatikan body language kamu, pastikan postur tubuh sesuai (seperti berdiri tegak), membuat kontak mata, ekspresi wajah yang sesuai, dan berbicara cukup keras untuk didengar. Nada suara jangan monoton agar orang lain mudah mengikuti-mu dan tidak merasa terganggu atau bosan.

3. Katakanlah apa yang kamu harapkan. Upayakan untuk berani mengatakan ya dan tidak saat kita inginkan, berani membuat sebuah permintaan, dan mengkomunikasi perasaan kita dengan cara terbuka dan langsung. Kita harus belajar untuk mengadaptasikan sifat kita pada beragam situasi kerja, menjaga jaringan pertemanan, dan membangun hubungan yang dekat.

Saat membuat pernyataan (langkah 2 dan langkah 3), pastikan: 1. Menggunakan pernyataan saya (statement) dan bukan Anda atau orang lain

2. Spesifik dan jangan umum

(7)

4. Tidak menilai orang lain saat tidak diperlukan (menilai bukan untuk tujuan konstruktif)

5. Tidak memperluas / membesar-besarkan masalah

Asertif Tapi Tak Agresif

"Asertivitas adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain. Dalam bersikap asertif, seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat dan kebutuhan secara proporsional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi, memanfaatkan atau pun merugikan pihak lainnya." (menurut e-psikologi)

Menurut kamus, asertive = tegas

PERBEDAAN ASERTIF DAN AGRESIF

Terkadang orang keliru menyamakan asertif dengan agresif. Kita sering melihat kedua hal ini sama saja. Kunci perbedaannya adalah sebagai berikut.

· Orang yang bersikap asertif akan mengekspresikan dirinya

dengan menghormati orang lain. Ia juga menginginkan yang terbaik bagi orang lain, menghormati dirinya sendiri, berpikir "menang- menang" dan mencari cara untuk mendapatkan kesepakatan yang adil tanpa merugikan siapa pun.

· Orang yang agresif cenderung menggunakan strategi yang manipulatif, mencari keuntungan diri sendiri dengan taktik yang mengecoh pihak lain, tak menghargai hak orang lain, kasar, kejam, menghina, yang mengakibatkan mereka kehilangan martabat. Mereka memiliki asumsi yang negatif terhadap motivasi orang lain, dan selalu berpikir untuk membalas. Mereka tidak berpikir dengan sudut pandang orang lain. Mereka menang dengan mengorbankan orang lain dan menciptakan konflik yang tidak perlu.

· Orang yang pasif tidak tahu bagaimana mengomunikasikan

perasaannya dengan tepat kepada orang lain. Mereka cenderung takut menghadapi konflik yang akan timbul bila mereka mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara terbuka. Mereka membiarkan kebutuhan mereka tak terpenuhi, hak nya dilanggar, dan menutupi perasaannya

(8)

agar "kedamaian terpelihara". Mereka membiarkan orang lain menang dan membiarkan dirinya kalah. Padahal kenyataannya semua pihak yang terlibat sebenarnya kalah, setidaknya sampai pada taraf tertentu.

APA SIH ASERTIF ITU? (untuk ORANG TUANYA)

Berikut ini adalah beberapa contoh skenario sehari-hari dengan berbagai gaya tanggapan:

Skenario A: Seseorang mendahului Anda dalam antrean di swalayan. Pemberi respons yang agresif akan berpikir bahwa orang yang

menyerobot antrean sengaja melakukannya. Dan dengan marah ia akan berkata, "Hei goblok, jangan menyerobot!" Seorang pemberi respons yang pasif hanya membiarkan orang tersebut berdiri di depannya, dengan hati kesal. Sedangkan seorang pemberi respons yang asertif akan berpikir bahwa orang itu tidak melihat bahwa ia sudah

mengantre. Dan dengan sopan ia berkata, "Maaf, saya sudah mengantre duluan."

Skenario B: Teman Anda yang senang bicara bertele-tele, menelepon untuk curhat tentang pengalaman buruk yang sedang dialaminya. Sayangnya, Anda sedang banyak tugas yang harus diselesaikan dalam waktu dekat dan Anda tidak punya banyak waktu untuk berbicara. Seorang pemberi respons negatif akan menjadi marah karena berpikir temannya tidak menghargai waktunya. Mereka akan berkata kepada temannya itu dengan kasar dan sarkastik, "Oh, apakah kamu tidak dapat menyelesaikannya sendiri?! Saya juga punya banyak masalah!" Seorang pemberi respons yang pasif akan membiarkan saja temannya curhat selama yang ia inginkan. Mereka berpikir temannya

membutuhkannya. Dengan menanggung akibat tugas yang terabaikan dan terlambat dari deadline. Seorang pemberi respons yang asertif akan

mendengarkan keluhan temannya dan memberikan waktunya sebentar saja (3-5 menit). Dengan penuh kasih berkata, "Wah, kamu mengalami

persoalan yang berat juga ya! Tapi saat ini saya sedang ada tugas untuk diselesaikan. Jadi saya tidak punya waktu untukmu sekarang. Bagaimana kalau kita ngobrol lagi nanti malam?"

APAKAH MANFAATNYA?

Sikap asertif memengaruhi banyak segi kehidupan kita. Orang yang asertif cenderung memiliki konflik yang lebih sedikit dengan orang lain, artinya stres dalam hidup mereka berkurang. Mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan dan juga menolong orang lain untuk

(9)

mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dengan memiliki hubungan yang saling mendukung, orang yang asertif memiliki orang-orang yang dapat ia andalkan. Hal ini menjauhkan mereka dari stres sehingga tubuh dan jiwa mereka juga menjadi lebih sehat.

Sebaliknya, sikap agresif cenderung mengasingkan orang lain dan menumbuhkan stres yang sebenarnya tidak perlu jika dapat dikendalikan dengan bersikap asertif. Seseorang dengan perilaku agresif selalu merasa diserang dan menghindari interaksi dengan orang yang ia anggap agresif.Seringkali, orang yang bersikap agresif memiliki hubungan yang retak dan sedikit dukungan sosial. Mereka tidak mengerti bahwa hal ini terjadi karena sikap mereka sendiri. Sebaliknya, mereka sendiri juga merasa sebagai korban.

Orang yang pasif selalu menghindari konflik dengan cara menghindar dari komunikasi untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan

kebutuhan mereka. Namun, sikap ini juga merusak suatu hubungan dalam jangka panjang. Mereka selalu merasa menjadi korban, tapi terus

menerus menghindari konfrontasi. Hingga mencapai puncak kemarahan, dan mereka akan melepaskan kemarahannya dengan agresif. Pihak lain yang membuatnya marah tidak mengetahui masalahnya, sampai orang yang pasif ini meledak dalam kemarahan. Peristiwa seperti ini memicu

hubungan yang buruk dan perasaan terluka.

MENGAPA HARUS ASERTIF?

Langkah pertama untuk menjadi orang yang asertif adalah jujur melihat ke Langkah pertama untuk menjadi orang yang asertif adalah jujur melihat ke dalam diri kita dan memerhatikan respons kita dalam menghadapi masalah. Hal ini untuk melihat sampai di mana kita saat ini, apakah kita cenderung agresif atau pasif. Untuk membantu menyimpulkan kecenderungan Anda saat ini, jawablah pertanyaan di bawah ini:

· Apakah Anda sulit menerima kritik yang membangun? · Apakah Anda menjawab "ya" pada permintaan seseorang, padahal dalam hati Anda ingin berkata "tidak"?

· Hal ini Anda lakukan agar tidak mengecewakan orang lain.

Apakah Anda mengalami kesulitan ketika berbeda pendapat dengan orang lain?

· Ketika Anda berbicara dengan seseorang dan Anda tidak

sependapat dengannya, apakah orang itu merasa Anda sudutkan? · Apakah Anda merasa diserang oleh orang yang berbeda

(10)

Jika Anda menjawab "ya" pada kebanyakan pertanyaan di atas, Anda akan mendapatkan keuntungan dari bagian II: Mempelajari Komunikasi Asertif.

TIPS:

1. Pastikan gerak dan sikap tubuh Anda percaya diri: berdiri tegap, tataplah mata orang lain yang sedang Anda ajak bicara, dan relaks.

2. Gunakanlah nada bicara yang tegas, namun tetap bersahabat. 3. Jangan berasumsi bahwa Anda mengetahui motivasi orang lain, apalagi bila Anda berpikir negatif tentangnya.

4. Ketika sedang berdiskusi, jangan lupa untuk mendengarkan

dan mengajukan pertanyaan! Karena sangatlah penting untuk memahami sudut pandang orang lain tentang permasalahan yang sedang dibahas. 5. Berpikirlah "menang-menang": perhatikan dan carilah cara

untuk mendapatkan perjanjian yang disetujui bersama. Tidak ada pihak yang merasa dirugikan, sehingga masing-masing pihak puas karena keinginannya terpenuhi.

Solusi Untuk Yang Asertif

Menurut situs CONECTIQUE pada bagian TrendTipsSolution diberikan solusi antara lain :

1. Pilah dengan jelas wilayah yang menjadi hak Anda dengan wilayah yang bukan hak Anda, tapi Anda menginginkannya. Orang asertif bukan orang serakah yang mencaplok wilayah hak orang lain. 2. Beranilah membicarakan sesuatu yang tak beres yang

berkaitan dengan diri Anda, meski untuk sesuatu yang sepele. Katakan selalu dengan nada datar dan bersahabat, bukan dengan nada emosi. 3. Tunjukkan citra diri yang positif. Orang yang memiliki

citra yang baik akan diterima dengan positif ketika ia menunjukan sikap asertif.

4. Pintar-pintarlah membaca keadaan. Perilaku asertif dapat dinilai agresif jika ditunjukan dalam kondisi yang salah. Pastikan suasana yang ada tidak dilingkupi perasaan emosional.

Referensi

Dokumen terkait

Lawrence Kincaid dalam Cangara (2006), komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang

• Komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara orang-orang dari kultur yang berbeda antara orang-orang yang memiliki kepercayaan, nilai atau cara berperilaku kultural

Lawrence Kincaid: Komunikasi interpersonal adalah “suatu proses dimana dua orang atau lebih memebentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang

Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan

Artinya, orang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan berupaya untuk melakukan hal yang terbaik yang dapat dilakukan dengan tidak melewatkannya satu

Sseorang melakukan komunikasi artinya seseorang berupaya untuk menyampaikan maksud yang ada di dalam pikirannya kepada orang atau beberapa orang lain.. Komunikasi

▫ Gaya komunikasi orang Arab, seperti gaya komunikasi orang-orang Timur Tengah umumnya, berbeda dengan pembicara orang-orang Barat (Amerika atau Jerman) yang berbicara langsung

Tidak semua orang dapat melakukan komunikasi dengan baik, seperti anak tunarungu wicara yang memiliki gangguan mendengarkan yang menyebabkan proses berbicara terhambat