• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS. Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajad Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh : SLAMET SUWONDO NIM. S.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TESIS. Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajad Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh : SLAMET SUWONDO NIM. S."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DAN PANJANG

LENGAN DENGAN KEMAMPUAN SERVIS ATAS DALAM

PERMAINAN BOLA VOLI SISWA PUTRA KELAS IX

SMP NEGERI 1 BRINGIN KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2008/2009

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajad Magister Program Studi Teknologi Pendidikan

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

TESIS

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DAN PANJANG

LENGAN DENGAN KEMAMPUAN SERVIS ATAS DALAM

PERMAINAN BOLA VOLI SISWA PUTRA KELAS IX

SMP NEGERI 1 BRINGIN KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Oleh :

SLAMET SUWONDO NIM. S.810908318

Tesis ini disetujui dan disyahkan oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Sunarwan Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd

NIP.130259813 NIP. 19430712 197301 1 001

Mengetahui :

(3)
(4)

PERNYATAAN

Nama : Slamet Suwondo

NIM : S.810908318

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Hubungan Kekuatan

Otot Lengan dan Panjang Lengan Dengan Kemampuan Servis Atas Dalam Permainan Bola Voli Siswa Putra Kelas IX SMP Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2008/2009 betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang

bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik yang berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, September 2009 Yang membuat pernyataan,

(5)

MOTTO

· Orang beriman yang memiliki kondisi jasmani dan rokhani yang kuat adalah lebih baik dan lebih disenangi Allah daripada orang beriman yang berkondisi jasmani dan rokhani yang lemah, dan di dalam setiap kebaikan. (HR. Muslim)

(6)

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada: · Ibu tercinta

· Istri dan anak-anakku tercinta · Almamater

(7)

ABSTRAK

Slamet Suwondo. 2009. Hubungan Kekuatan Otot Lengan dan Panjang Lengan

Dengan Kemampuan Servis Atas Dalam Permainan Bola Voli Siswa Putra Kelas IX SMP Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

2008/2009. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Hubungan antara kekuatan otot lengan dengan kemampuan servis atas dalam permainan bola voli siswa putra kelas IX SMPN 1 Bringin Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2008/ 2009. (2) Hubungan antara panjang lengan dengan kemampuan servis atas dalam permainan bola voli siswa putra kelas IX SMPN 1 Bringin Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2008/ 2009. (3) Hubungan antara kekuatan otot lengan dan panjang lengan dengan kemampuan servis atas dalam permainan bola voli siswa putra kelas IX SMPN 1 Bringin Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2008/ 2009.

Lokasi penelitian yang diambil adalah di SMP Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang. Populasi sebesar 115 siswa dengan sampel 40 siswa. Teknik analisis data dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dan uji prasyarat yang digunakan adalah normalitas, homogenitas, dan linearitas.

Hasil penelitian ini adalah (1) Kekuatan Otot Lengan berhubungan dengan Kemampuan Servis Atas. Hasil koefisien korelasi untuk hubungan kedua variabel ini adalah sebesar 0,512, kemudian dari angka korelasi ini dapat ditaksir dalam koefisien determinasi sebesar 0,262. Angka ini dapat diinterhasilkan bahwa 26,2% variasi yang ada pada variabel kemampuan servis atas dapat diprediksikan oleh variabel kekuatan otot lengan. Hasil nilai t hitung sebesar 3,675 > 1,684 maka Ho ditolak yang berarti terdapat hubungan positif variabel kekuatan otot lengan dengan variabel kemampuan servis atas teruji kebenarannya. (2) Panjang Lengan berhubungan dengan Kemampuan Servis Atas. Hasil koefisien korelasi untuk hubungan kedua variabel ini adalah sebesar 0,484, kemudian dari angka korelasi ini dapat ditaksir dalam koefisien determinasi sebesar 0,234. Angka ini dapat diinterhasilkan bahwa 23,4% variasi yang ada pada variabel kemampuan servis atas dapat diprediksikan oleh variabel panjang lengan. Hasil nilai t hitung sebesar 3,409 > 1,684 maka Ho ditolak yang berarti terdapat hubungan positif variabel panjang lengan dengan variabel kemampuan servis atas teruji kebenarannya. Hal ini berarti semakin tinggi panjang lengan, akan semakin tinggi pula kemampuan servis atas. (3) Kekuatan Otot Lengan dan Panjang Lengan

(8)

ABSTRACT

Slamet Swondo. The Correlation Between the Arm Muscle Strength and Arm

Length with the Upper Service Ability in the Volley Ball Game of the Male Students in Grade IX of State Junior Secondary School 1 of Bringin, Semarang regency, in the academic year 2008/2009. Thesis: Graduate Program

in Educational Technology, Postgraduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta 2009.

The aims of this research are to find out: (1) the correlation between the arm muscle strength and the upper service ability in the volley ball game of the male students in Grade IX of State Junior Secondary School 1 of Bringin, Semarang Regency in the academic yea of 2008/2009, (2) the correlation between the arm length and the upper service ability in the volley ball game of the male students in Grade IX of State Junior Secondary School 1 of Bringin, Semarang Regency in the academic year of 2008/2009.

This research was conducted at State Junior Secondary School 1 of Bringin, Semarang Regency. Its population was 115 students and the number of its samples was 40 students. Its data were analyzed by using multiple linear regression analysis and the prerequisite tests used were normaly test, homogeneity test, and linearity test.

The results of the research are as follows. 1) The arm muscle strength has correlation with the upper service ability. The correlation coefficient of the two variables is 0.512, and based on the value of the correlation coefficient, the determination coefficient of the two variables is 0.262. Such as coefficient can be interpreted that 26.2% of the existing variations of the variable of the upper service ability can be interpredicted by the variable of the arm muscle strength. The result tcount is 3.675 > 1.684 so that Ho is unverified/ rejected meaning that there is a positive correlation between the variable of the arm muscle strength and the variable of the upper service ability. 2) The arm length has a correlation with the upper service ability. The correlation coefficient of the two variables is 0.484, and based on the value of the correlation coefficient, the determination coefficient of the two variables is 0.234. Such a coefficient can be interpreted that 23.4% of the existing variations of the variable of the upper service ability can be predicted by the variable of the arm length. The result tcount is 3.409 > 1.684 so that Ho is unverified/ rejected meaning that there is a positive correlation between the variable of the arm length and the variable of the upper service ability. This means that the bigger the arm length the higher the upper service ability is. (3) the arm

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN ... iv MOTTO ... v PERSEMBAHAN ... vi ABSTRAK ... vii ABSTRACT ... viii DAFTAR ISI ... ix DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

KATA PENGANTAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ... 10

A. Landasan Teori ... 10

(10)

C. Kerangka Berpikir ... 43

D. Hipotesis ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 46

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 46

B. Metode Penelitian ... 46

C. Populasi ... 47

D. Sampel dan Teknik Sampling ... 48

E. Variabel ... 49

F. Definisi Operasional Variabel ... 49

G. Teknik Pengumpulan Data ... 51

H. Pelaksanaan Penelitian ... 55

I. Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... . 61

A. Deskripsi Data Penelitian ... 61

B. Pengujian Hipotesis ... 67

C. Pembahasan ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Implikasi dan Implementasi ... 83

C. Saran-saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Statistik Kekuatan Otot Lengan ... 61

Tabel 2 Distribusi Skor Kekuatan Otot Lengan ... 62

Tabel 3 Statistik Panjang Lengan ... 63

Tabel 4 Distribusi Skor Panjang Lengan ... 64

Tabel 5 Statistik Kemampuan Servis Atas ... 65

Tabel 6 Distribusi Skor Kemampuan Servis Atas... 66

Tabel 7 Uji Normalitas ... 68

Tabel 8 Koefisien Regresi Kekuatan Otot Lengan Dengan Kemampuan Servis Atas ... 70

Tabel 9 Hubungan Kekuatan Otot Lengan Dengan Kemampuan Servis Atas 71

Tabel 10 Koefisien Regresi Panjang Lengan Dengan Kemampuan Servis Atas 72 Tabel 11 Hubungan Panjang Lengan Dengan Kemampuan Servis Atas ... 73

Tabel 12 Koefisien Regresi Jamak ... 74

Tabel 13 Analisis Variansi Regresi Linier Ganda ... 75

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Persiapan Servis Atas ... 39

Gambar 2 Eksekusi ... 39

Gambar 3 Gerakan Lanjutan ... 40

Gambar4 Kerangka Penelitian ... 44

Gambar5 Gerakan Push Up ... 52

Gambar6 Alat Anthropometer ... 54

Gambar7 Tes Service dari Laveage ... 54

Gambar8 Histogram Kekuatan Otot Lengan ... 63

Gambar9 Histogram Panjang Lengan ... 65

(13)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan tesis yang berjudul Hubungan Kekuatan Otot Lengan dan Panjang Lengan Dengan Kemampuan Servis Atas Dalam Permainan Bola Voli Siswa Putra Kelas IX SMP Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2008/2009.

Penulis juga mengucapkan banyak berterimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta;

2. Prof. Dr. H. Sunarwan, selaku dosen Pembimbing I, yang memberikan gambaran dan dorongan semangat untuk menyelesaikan tesis;

3. Prof. Dr. H. Mulyoto, M.Pd, selaku dosen Pembimbing II, yang selalu terinci, tertib dan disiplin dalam memberikan arahan penulisan tesis ini;

4. Seluruh Dosen Pascasarjana Program Studi Teknologi Pendidikan yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan;

5. Seluruh Staf dan Karyawan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu kelancaran administrasi;

(14)

Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran akan dapat menyempurnakan Tesis ini. Penulis berharap semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Surakarta, Desember 2009

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan kemajuan ilmu serta teknologi, kegiatan olahraga di Indonesia khususnya cabang bola voli mengalami perkembangan yang pesat. Semua ini tidak lepas dari perhatian pemerintah di bidang olahraga, hal ini terbukti dengan keikutsertaan Indonesia dalam pertandingan-pertandingan di tingkat regional, maupun internasional. Keikutsertaan tim bola voli Indonesia di tingkat internasional hingga saat ini memiliki prestasi yang kurang menggembirakan.

Dewasa ini Pemerintah Indonesia sedang giat melaksanakan berbagai program pembangunan, salah satu program pembangunan yang mendapat perhatian adalah pembangunan di bidang olahraga. Bentuk pembangunan olahraga yang dilakukan oleh pemerintah adalah upaya penyelenggaraan dan pembinaan atlet agar dapat berprestasi. Hal ini dapat terwujud karena adanya kerjasama yang baik antara lembaga-lembaga pemerintah, masyarakat, dan instansi terkait.

Berkaitan dengan hal tersebut, bola voli sebagai salah satu cabang olahraga permainan yang sangat digemari oleh masyarakat. Permainan dilakukan dengan jalan memantulkan bola sebelum bola jatuh ke tanah (volleying) (Barbara Viera, 2000 : 1). Bola voli menjadi cabang olahraga permainan yang menyenangkan karena dapat beradaptasi dengan berbagai kondisi yang mungkin timbul di

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dengan jumlah pemain 2 orang, dan permainan bola voli dengan jumlah 6 orang yang biasa dilaksanakan. Alasan lain yang menyenangkan adalah dapat dimainkan dan dinikmati berbagai usia dan tingkat kemampuan, dapat dimainkan di segala bentuk lapangan seperti rumput, kayu, pasir, ataupun permukaan lantai buatan, dapat dilakukan di dalam ataupun di luar gedung (Viera dan Fergusson, 1996: 1).

Banyaknya perkumpulan bola voli, diharapkan dapat menumbuhkan persaingan yang sehat untuk meraih prestasi. Hakekat permainan bola voli adalah kegiatan jasmani yang dilandasi semangat perjuangan melawan diri sendiri dan orang lain, yang jika dipertandingkan harus dilaksanakan secara kesatria sehingga merupakan sarana pendidikan pribadi yang ampuh menuju peningkatan kualitas hidup yang lebih luhur, dimaksudkan bahwa dalam kegiatan kesegaran jasmani seseorang atau atlet diharuskan memiliki rasa percaya diri, tanpa mengharapkan bantuan orang lain dan sportif sesuai dengan apa yang diperoleh dalam pertandingan.

Bermain bola voli harus mendatangkan kegembiraan, kesenangan dan kebahagiaan hidup bagi orang yang melakukannya, manusia hidup pada dasarnya mencari kebahagiaan lahir dan batin baik di dunia dan di akherat. Takaran kebahagiaan di alam fana sangatlah subyektif, lewat bermain bola voli pun manusia dapat mencari kepuasan lahir dan batin. Permainan bola voli adalah suatu sarana untuk mendidik manusia dalam usahanya menyempurnakan kualitas diri sebagai khalifah Allah di bumi. Diharapkan seorang pemain bola voli dapat

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tumbuh dan berkembang selaras, serasi dan seimbang antara fisik, fikir, sikap mental sesuai dengan cita-cita pendidikan nasional bangsa Indonesia.

Pembinaan serta pengembangan olahraga merupakan bagian dari usaha peningkatan kesehatan jasmani dan rohani. Pendidikan jasmani mempunyai tujuan yaitu untuk pembentukan watak, disiplin dan sportifitas dan pengembangan prestasi. Dengan olahraga dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional. Peningkatan prestasi olahraga untuk menuju pencapaian sasaran yang diharapkan dalam pembinaan diperlukan proses dan waktu yang lama.

Di SMP Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang permainan bola voli dilaksanakan pada kegiatan belajar mengajar dan dilakukan sebagai suatu kegiatan ekstrakurikuler, kini bola voli tidak hanya sebagai rekreasi, namun sudah menjadi bagian dari olahraga pendidikan. Sebagai olahraga pendidikan selain sebagai sarana pencapaian tujuan pendidikan, hal yang utama adalah sebagai penunjang pembinaan dan pemeliharaan kesegaran jasmani, dan berperan dalam pembentukan kerjasama pada anak, serta pembinaan sportifitas dan pengembangan sifat-sifat lainnya. Semangat bertanding dan pembentukan mental dapat dikembangkan melalui pertandingan antar kelompok, antar kelas dan antar sekolah. Sekolah juga dilengkapi dengan kurikulum pendidikan jasmani di dalamnya memuat pembelajaran olahraga bola voli sebagai kurikulum wajib.

Faktor-faktor kelengkapan yang harus dimiliki seseorang bila ingin mencapai prestasi yang optimal yaitu : 1) pengembangan fisik, 2) pengembangan teknik, 3) pengembangan mental, dan 4) kematangan juara (M. Sajoto, 1995:7). Kemudian faktor-faktor penentu pencapaian prestasi olahraga meliputi aspek

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

biologis terdiri dari : 1) potensi atau kemampuan dasar tubuh yang meliputi kekuatan, kecepatan kelincahan tenaga, daya tahan otot, daya kerja jantung dan paru-paru, kelentukan, keseimbangan, ketepatan dan kesehatan olahraga, 2) fungsi organ tubuh yang meliputi daya kerja jantung, daya kerja pernafasan, daya kerja panca indera, 3) struktur dan postur tubuh yang meliputi ukuran tinggi dan panjang tubuh, ukuran besar, lebar dan bentuk tubuh, dan 4) gizi yang meliputi jumlah makanan yang cukup, nilai makanan yang memenuhi kebutuhan, variasi makanan (M. Sajoto, 1995:1). Pembinaan yang dilakukan di SMP Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang dalam pelaksanaan latihan, dirasa kurang seimbang dalam pemberian materi antara ketrampilan teknik dasar bermain ataupun latihan kondisi fisik.

Diumpamakan jika kedua hal tersebut dibandingkan, perbandingan latihan yang tidak seimbang akan berpengaruh pada saat tampil dalam pertandingan maupun dalam hasil akhir program, sehingga harapan untuk meraih kemenangan kemungkinan kecil. Untuk itulah dalam upaya peningkatan prestasi olahraga perlu diusahakan pembinaan yang terarah dan berkelanjutan lewat pemanduan bakat, pembibitan, pendidikan serta pelatihan olahraga yang didasarkan pada ilmu pengetahuan secara efektif dan efisien sebagai sarana, mencapai prestasi optimal, sejak di sekolah dasar.

Berdasarkan pengamatan di lapangan siswa putra SMP Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang yang gemar mengikuti bola voli di sekolah, rata-rata memiliki postur tubuh yang lumayan tinggi, namun hingga saat ini belum mempunyai prestasi yang berarti, sehingga memunculkan ide bagi penulis sebagai

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bahan penelitian. Sejauh mana kemampuan siswa putra SMP Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang dalam melakukan servis atas bola voli dengan postur tubuh yang memadai. Perlu juga diupayakan langkah-langkah nyata mulai dari perbaikan metode latihan, peningkatan sarana prasarana, penggunaan peralatan yang baik dan standar, perhatian masalah gizi, tes dan pengukuran dalam olahraga sampai pada perhatian terhadap tim dokter dan psikolog yang diperlukan.

Kemampuan atlet bola voli perlu ditingkatkan. Unsur-unsur yang meliputi kondisi fisik, teknik, taktik, kematangan mental, kerjasama dan pengalaman dalam bertanding (M. Yunus) 1992:61). Sebagai faktor pendukung untuk mempercepat tercapainya tujuan permainan bola voli antara lain, faktor endogen dan pemain yang terdiri dari : 1) kesehatan fisik dan mental, 2) bentuk tubuh sesuai cabang olahraga yang diikuti, untuk cabang bola voli diharapkan yang tinggi dan atletis, 3) punya bakat untuk bermain bola voli yang meliputi kemampuan fisik, teknik, dan taktik, 4) dimiliki sikap mental yang baik seperti sosial, disiplin, tekun, kreatif bertanggung jawab dan berkemauan keras.

Menurut Harsono (1988:176) kekuatan otot lengan atau strength adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Panjang lengan merupakan bagian tubuh sepanjang lengan atas, lengan bawah, telapak tangan dan berakhir pada ujung jari tengah. Menurut Beutelstahl (2005:8) servis adalah sentuhan pertama dengan bola. Dalam penelitian ini faktor kondisi fisik yang akan dikaji adalah kekuatan otot lengan dan panjang lengan. Sebab kekuatan otot lengan dan panjang lengan seorang pemin bola voli dapat melakukan servis dengan baik. Namun tingkat kondisi fisik dan anatomis seseorang berbeda-beda.

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sedangkan untuk memperoleh bibit pemain bola voli yang baik perlu diketahui seberapa besar hubungan faktor-faktor tersebut di atas ikut berpengaruh terhadap hasil permainan bola voli khususnya dalam pelaksanaan servis atas.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Permainan bola voli merupakan olahraga pendidikan yang diajarkan di sekolah, maka teknik dasar yang hars dipelajari adalah servis, passing, smash dan blocking.

2. Terdapat beberapa teknik servis yang dapat dilakukan dalam permainan bola voli.

3. Teknik servis atas adalah salah satu faktor penting dalam permainan bola voli yang berfungsi untuk pukulan pertama dimulainya permainan dan serangan awal bagi suatu regu

4. Kemampuan servis atas dalam permainan bola voli dapat dipengaruhi oleh kekuatan otot lengan.

5. Kemampuan servis atas dalam permainan bola voli dapat dipengaruhi oleh panjang lengan.

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas, maka permasalahan dalam penelitian ini terbatas pada:

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Kemampuan servis atas dalam permainan bola voli dapat dipengaruhi oleh kekuatan otot lengan.

2. Kemampuan servis atas dalam permainan bola voli dapat dipengaruhi oleh panjang lengan.

3. Hubungan antara kekuatan otot lengan dan panjang lengan dengan kemampuan servis atas dalam permainan bola voli pada siswa putra kelas IX SMP Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2008/ 2009

D. Rumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan karena tertarik dengan permasalahan yang ada dalam cabang olahraga bola voli khususnya pada siswa putra SMP Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang. Sehubungan dengan hal tersebut, maka permasalahan yang akan diungkap pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah ada hubungan antara kekuatan otot lengan dengan kemampuan servis

atas dalam permainan bola voli pada siswa putra kelas IX SMP Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2008/ 2009?

2. Apakah ada hubungan antara panjang lengan dengan kemampuan servis atas dalam permainan bola voli pada siswa putra kelas IX SMP Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2008/ 2009?

3. Apakah ada hubungan antara kekuatan otot lengan dan panjang lengan dengan kemampuan servis atas dalam permainan bola voli pada siswa putra kelas IX SMP Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2008/ 2009?

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id E. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan hasil penelitian yang akan dicapai, maka tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Hubungan antara kekuatan otot lengan dengan kemampuan servis atas dalam permainan bola voli siswa putra kelas IX SMPN 1 Bringin Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2008/ 2009.

2. Hubungan antara panjang lengan dengan kemampuan servis atas dalam permainan bola voli siswa putra kelas IX SMPN 1 Bringin Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2008/ 2009.

3. Hubungan antara kekuatan otot lengan dan panjang lengan dengan kemampuan servis atas dalam permainan bola voli siswa putra kelas IX SMPN 1 Bringin Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2008/ 2009.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

Dengan diketahuinya hubungan kekuatan otot lengan dan panjang lengan terhadap kemampuan servis atas dalam permainan bola voli siswa putra kelas IX SMP negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2008/ 2009, bermanfaat sebagai bahan masukan bagi guru pendidikan jasmani, pelatih, dan atlet dalam usaha meningkatkan teknik servis atas. Selain hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan sumbangan positif bagi pelatihan bola voli baik dalam memilih atlit, pengembangan pola latihan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan dasar permainan bola voli, agar latihan dapat berjalan secara efektif dan efisien.

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Manfaat Teoritis

Secara teoritis manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai informasi ilmiah dalam pelatihan cabang olahraga bola voli, dan sebagai tambahan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam cabang olahraga permainan bola voli.

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Kekuatan Otot Lengan

Kekuatan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam unjuk kerja dan sangat menentukan kualitas kondisi fisik seseorang. Kekuatan adalah kemampuan dari otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan atau beban dalam menjalankan aktivitasnya (Suharno, HP., 1985:24).

M. Sajoto (1995:8) memberikan definisi tentang kekuatan yaitu komponen kondisi fisik seseorang yang berkaitan dengan kemampuan mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja. Kekuatan merupakan salah satu unsur kondisi fisik yang sangat dominan dan sangat dibutuhkan di hampir semua cabang olahraga. Pelaksanaan berbagai macam keterampilan atau aktivitas gerak khususnya dalam bermain bola voli, seorang pemain harus terlebih dahulu memiliki dasar kekuatan yang baik.

Dasar kekuatan yang baik akan memudahkan pelaksanaan gerak baik dalam memukul maupun didalam menyongsong bola, melangkah dan atau meloncat, dan gerakan lain yang diperlukan dalam permainan bola voli. Hal ini semakin tampak jelas dengan manfaat yang diperoleh dari kekuatan yang baik yaitu untuk mempermudah mempelajari teknik serta mencegah kemungkinan terjadinya cedera.

Kekuatan (tenaga) menurut hukum Newton ke-2 dinyatakan sebanding dengan massa atau berat (m) waktu percepatan atau akselerasi (a) : F = m.a

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(Bompa, 1983: 216). Konsekuensinya untuk meningkatkan kekuatan otot dapat dilakukan dengan mengatur atau memanipulasi salah satu atau kedua faktor penunjang tenaga (m / a atau m dengan a).

Menurut Ucup Yusup (2000: 40), kekuatan otot yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan otot lengan yang membangkitkan tegangan terhadap suatu beban. Sedangkan panjang lengan dilakukan dari sendi bahu sampai ke ujung jari tengah panjang lengan merupakan bagian tubuh sepanjang lengan atas, lengan bawah, telapak tangan dan berakhir pada ujung jari tengah.

Bompa (1994 : 203) mengatakan bahwa kekuatan merupakan salah satu unsur yang harus dimiliki oleh seorang atlet, karena setiap kinerja dalam olahraga selalu memerlukan kekuatan. Harsono (1988: 176) menyatakan bahwa kekuatan adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap sesuatu tahanan. Kekuatan otot merupakan komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena 1) kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik; 2) kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi atlet / orang dari kemungkinan cidera; dan 3) kekuatan dapat mendukung kemampuan kondisi fisik yang lebih efisien. Meskipun banyak aktivitas olahraga yang lebih memerlukan kelincahan, kelentukan atau fleksibilitas, kecepatan, daya ledak dan sebagainya, namun faktor-faktor tersebut tetap dikombinasikan dengan faktor kekuatan agar diperoleh hasil yang baik. Menurut M. Sajoto (1995: 8) mengatakan bahwa kekuatan adalah komponen konfisi fisik

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja.

Berorientasi pada manfaat yang diberikan oleh kekuatan, para ahli memberikan definisi tentang kekuatan sebagai berikut: Annarino (1976:1) mengemukakan bahwa kekuatan diartikan sebagai kemampuan maksimum yang digunakan oleh otot atau sekelompok otot. Pate, dkk. (1984: 299) menyatakan bahwa kekuatan otot didefinisikan sebagai tenaga yang dikerahkan sekelompok otot pada usaha tunggal yang maksimal. Selanjutnya kekuatan diartikan sebagai kemampuan otot untuk dapat mengatasi tahanan atau beban dalam menjalankan aktivitas seperti gerakan menahan atau memindahkan beban (Fox, dkk., 1986 : 237).

Bompa (1994 : 264) mengatakan bahwa kekuatan adalah kemampuan neuromuskuler untuk mengatasi tekanan eksternal dan internal. Willmore dan Costill (1994:68) mengemukakan bahwa kekuatan otot adalah kemampuan maksimal otot atau sekelompok otot untuk membangkitkan suatu tenaga terhadap suatu tahanan. Berdasar pendapat-pendapat sebelumnya. Adapun definisi kekuatan dalam Dictionary of Sport dibedakan menjadi dua yaitu kekuatan sebagai karakteristik gerak dan kekuatan sebagai kuantitas fisik (force).

Sebagai karakteristik gerak pengertian kekuatan adalah kapasitas otot untuk berkontraksi tanpa mengalami perubahan posisi (isometric contraction), berkontraksi melalui pemendekan otot (concentric contraction), dan bereaksi melalui penguluran atau pemanjangan otot (eccentric contraction) (Willmore

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dan Costille, 1994:218). Selanjutnya mengenai kuantitas fisik, pengertian kekuatan adalah ukuran mekanika gerak tubuh. Willmore dan Costill (1988:113) mendefinisikan kekuatan sebagai kemampuan maksimal untuk menggunakan atau menahan daya. Menurut M. Sajoto (995:8) dikatakan bahwa kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang yang berkaitan dengan kemampuannya mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja.

Berorientasi pada berbagai macam pengertian kekuatan otot tersebut di atas, kekuatan adalah tenaga yang dipakai untuk mengubah keadaan suatu gerakan atau gerakan dari suatu benda. Gerakan mendorong atau menarik dapat rnengakibatkan suatu benda bergerak atau berubah arah, bergantung pada sifat fisik benda, besarnya kekuatan fisik tumpuan, dan arah kekuatan. Sebagian besar penampilan suatu keterampilan dalam olahraga melibatkan gerakan-gerakan yang disebabkan oleh kekuatan yang dihasilkan oleh kontraksi otot, kekuatan gaya berat/atau kekuatan yang digunakan oleh sesuatu dari luar atau dari orang lain (Pate, 1984:181).

Pengertian istilah kekuatan dalarn aktivitas olahraga, dibedakan atas dua macam bentuk yaitu kekuatan dinamis dan kekuatan statis. Kekuatan dinamis adalah kekuatan otot yang dapat dilakukan dalam bentuk kerja yang jelas (nyata) seperti mengangkat beban. Kekuatan statis adalah kekuatan otot yang digunakan dalam gerakan yang tidak tampak nyata (Bompa, 1994 : 17).

Nossek (1988: 31) membedakan jenis kekuatan menjadi dua macam yaitu kekuatan absolut dan kekuatan relatif. Kekuatan absolut menunjukkan

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pada berat maksimum yang dapat diangkat seorang atlet, sedangkan kekuatan relatif adalah kekuatan maksimal yang mampu dilakukan namun dikaitkan dengan 1 KP (kilo pound) dari berat badan. Kekuatan relatif menurut Nossek (1982: 31) dinyatakan dengan perhitungan rumus sebagai berikut:

Kekuatan maksimum

Kekuatan relatif =

Berat badan

Rumus Kekuatan Relatif (Nossek, 1988: 31)

Adapun beberapa manfaat dan kinerja otot dalam berkontraksi, sebagai berikut:

a. Tipe Kontraksi Otot pada Kekuatan

Tenaga maksimal yang dikerahkan oleh otot atau sekelompok otot sebagian besar bergantung pada jenis kontraksi otot yang digunakan. Nossek (1982 : 42) kerja otot-otot pada saat terjadi proses kekuatan diklasifikasikan menjadi dua yaitu kerja dinamis dan kerja statis. Janssen dan Fisher (1990:141); Fox dan Bowers (1992:112) dan Bompa (1993:21) membagi tentang kerja otot dalam proses kekuatan menjadi tiga macam kontraksi, yaitu kontraksi isotonik, kontraksi isometrik, dan kontraksi isokinetik.

b. Kerja otot dinamis (kontraksi isotonik)

Kerja otot dinamis merupakan bentuk dari kontraksi isotonik, yaitu kerja yang bersifat aktif dan dilakukan dengan memendekkan atau memanjangkan Bompa (1994:17) mengatakan bahwa kontraksi isotonik

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

adalah pemendekan pemanjangan serat-serat otot dalam seluruh range gerakan. Lebih lanjutan bahwa suatu kontraksi isotonik tidak pernah mencakup serat-serat otot yang persis sama dalam seluruh gerakan.

Pada kontraksi isotonik terjadi dua mekanisme kontraksi yang berbeda, namun tetap dalam kesatuan suatu proses gerakan isotonik yaitu konsentrik dan eksentrik. Menurut Nossek (1982:42) kontraksi konsentrik adalah terjadinya proses dimana otot-otot memendek dengan cara-cara yang positif, sedangkan dalam kontraksi eksentrik otot-otot memanjang. Bompa (1994:21) menjelaskan bagaimana kontraksi konsentrik terjadi, yaitu gerakan dimana otot mengembangkan tegangan (tension) sambil mernendek (kerja positif). Kontraksi eksentrik adalah suatu gerakan dimana otot mengembangkan tegangan sarnbil memanjang (kerja negatif). c. Kerja otot statis (kontraksi isometrik)

Kerja otot statis adalah bentuk dari kontraksi isometrik, yaitu kontraksi dimana pada saat dipakai panjang otot tetap (Pate, 1984:300). Janssen dan Fisher (1990:14); Bompa (1994:17) mengemukakan bahwa kontraksi isornetrik adalah kontraksi yang diselesaikan dalam kondisi statis. Oleh karena itu tidak menimbulkan perubahan panjang otot atau sudut persendian disaat kontraksi terjadi atau berlangsung.

d. Kerja otot isokinetik (kontraksi isokinetik)

Fox dan Bowers (1992:112) menyatakan bahwa kontraksi isokinetik adalah otot memendek bersamaan dengan tegangan maksimal bertambah pada seluruh tingkat gerakan dalam kekuatan yang tetap

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(konstan). Kerja otot isokinetik mencakup resistensi yang sama dalam seluruh range gerakan. Namun demikian resistensi akan bervariasi bergantung pada sudut dorongan dan tingkat kelelahan (Bompa, 1994:17). Mengkaji pada manfaat dan kinerja otot dalam berkontraksi, maka kekuatan otot adalah salah satu komponen yang sangat penting untuk meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan, karena kekuatan merupakan daya penggerak utama setiap aktivitas fisik. Kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi atlet dari kemungkinan cidera, demikian pula kekuatan dapat membantu memperkuat stabilitas sendi-sendi.

Meskipun banyak aktivitas olahraga yang memerlukan komponen kelincahan, kelentukan, kecepatan, keseimbangan, koordinasi dan sebaginya, akan tetapi komponen-komponen tersebut masih harus dikombinasikan dengan komponen kekuatan. Jadi kekuatan merupakan basis dari semua komponen kondisi fisik.

Gerak pukulan bola voli ketika mclakukan servis atas adalah hasil dari kontraksi otot sehingga berakibat adanya suatu tarikan pada tulang yang menghasilkan gerakan yang berbeda-beda. Pemendekan otot akan ditarik sehingga timbul suatu gerakan. Menurut pendapat Suharno, HP (1985 : 13), kekuatan adalah kemampuan dari otot untuk dapat suatu tekanan atau beban dalam pelaksanaan aktifitas.

Servis bola voli termasuk gerak dasar ketrampilan untuk pengaturan benda (bola) dengan diberi tenaga gerak dengan cara pukulan ke arah bola tersebut. Hal ini merupakan kombinasi gerak otot bahu. Gerak merupakan

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

unsur utama pada sebagian besar dalam olahraga. Sebuah benda akan bergerak apabila ada tenaga yang bekerja pada benda tersebut. Untuk dapat digerakkan maka tenaga yang bekerja pada benda harus lebih besar dari tenaga yang dimiliki oleh benda tersebut. Seperti halnya ketika melakukan pukulan servis bola voli, otot-otot tangan, lengan dan bahu perlu dilatih artinya ikut dipersiapkan dan dimiliki bagi pemain bola voli.

Menurut Sukadiyanto (1997: 26) mengatakan bahwa macam kekuatan ada empat yaitu:

a. Kekuatan maksimal adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melawan beban secara maksimal dalam satu kali kerja.

b. Kekuatan kecepatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot mengatasi beban dalam waktu yang sesingkat mungkin.

c. Kekuatan ketahanan adalah kemampuan peralatan organ tubuh untuk melawan kelelahan selama aktivitas berlangsung yang memerlukan kekuatan otot.

d. Kekuatan relatif adalah hasil dari kekuatan maksimal dibagi berat badan. Nossek (1982: 42) mengatakan bahwa macam kekuatan ada dua yaitu: (a) kekuatan absolut adalah menunjuk pada berat maksimal olahragawan yang dapat pindah bebas dari berat tubuhnya, (b) kekuatan relatif adalah selalu dihubungkan dengan 1 kp dari berat badan.

Menurut M. Sajoto (1988: 64) faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan otot yaitu:

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Faktor umur

Kekuatan pria dan wanita diperoleh melalui proses kematangan atau kedewasaan. Apabila tidak berlatih dengan beban, maka pada usia 25 tahun, kekuatan akan mengalami penurunan. Terdapat perbandingan yang tetap antara kekuatan dengan besanya otot, pada anak laki-laki usia antara 8-18 tahun. Anak laki-laki pada usia muda lebih berhasil membawa berat badannya sendiri pada waktu memanjat, dibandingkan anak-anak yang lebih dewasa.

b. Faktor jenis kelamin

Pada akhir masa puber, anak laki-laki mulai memiliki ukuran otot lebih besar dibanding wanita. Latihan-latihan kekuatan akan memberi keuntungan lebih baik bagi anak laki-laki dibanding bagi wanita.

c. Faktor Ukuran

Besar kecilnya otot, berpengaruh terhadap kekuatan otot tersebut. Makin besar ukuran serabut-serabut otot seseorang, makin kuat otot tersebut dan makin panjang ukuran otot seseorang, makin kuat pula otot tersebut. Besar kecilnya otot maupun panjang pendeknya otot dipengaruhi oleh faktor keturunan atau pembawaan.

d. Faktor biomekanik

Dua orang yang mempunyai jumlah tegangan otot yang sama, akan tidak sama dalam kemampuan mengangkat beban. Kemampuan kekuatan ini akan tergantung pada keadaan biomekanika yang terjadi pada saat tersebut.

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

e. Faktor pengungkit

Gaya yang ada hubungannya dengan pengungkit dapat dihitung secara mekanika, sehingga letak gaya yang berbeda akan menghasilkan kekuatan angkatan yang berbeda pula. Hal ini perlu diketahui oleh para pelatih, agar di dalam memberikan latihan, mereka memperhitungkan letak beban secara mekanika yang tepat dan benar.

Dalam olahraga, khususnya olahraga prestasi peranan kondisi fisik merupakan hal yang sangat pokok di samping penguasaan teknik. Kondisi fisik adalah salah satu syarat utama dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet atau pemain. Karena tanpa kondisi fisik yang baik tak mungkin dapat menguasai teknik yang sempurna. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh M Sajoto (1990: 16) sebagai berikut: ”Kondisi fisik adalah satu prasyarat yang diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai dasar landasan tilik tolak suatu awalan olahraga prestasi”.

Dalam meningkatkan kondisi fisik tidak terlepas dari komponen- komponen kondisi fisik. Artinya bahwa setiap usaha peningkatan kondisi fisik, maka harus mengembangkan komponen dalam kondisi fisik tersebut. Menurut M Sajoto (1990: 16-18) kondisi fisik terdiri dari sepuluh macam komponen, sebagai berikut:

a. Kekuatan (strength) adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja.

b. Daya tahan (endurance) dalam hal ini dibedakan dua macam daya tahan, yaitu:

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1). daya tahan umum adalah kemampuan seseorang dalam

mempergunakan sistem jantung, pernafasan dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama.

2). Daya tahan otot setempat adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan suatu kelompok ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama dengan beban tertentu. c. Daya ledak otot (muscular power) adalah kemampuan seseorang untuk

melakukan kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam waktu yang sependek- pendeknya.

d. Kecepatan (speed) adalah kemampuan seeorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dan dalam waktu yang sesingkat- singkatnya.

e. Kelentukan (flexibility) adalah keefektifan seseorang dalam menyesuaikan diri untuk melakukan segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang seluas-luasnya.

f. Kelincahan (agility) adalah kemampuan seseorang untuk merubah arah, dalam posisi di arena tertentu.

g. Koordinasi (coordination) adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan gerakan yang berada ke dalam pola gerakan tunggal secara efektif.

h. Keseimbangan (balance) adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf ototnya, selama melakukan gerakan- gerakan yang cepat dengan perubahan letak titik berat badan yang cepat pula, baik dalam keadaan statis maupun dalam keadaan dinamis.

i. Ketepatan (accuracy) adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. Sasaran ini dapat berupa suatu jarak atau mungkin suatu obyek langsung yang harus dikenai.

j. Reaksi (reaction) adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menghadapi rangsangan yang didatangkan lewat indera, syaraf atau feeling.

Permainan bola voli dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor teknik, fisik maupun faktor psikologis dari atlet. Menurut Mulyono B (1993: 1-2) latihan kondisi fisik ada tiga macam: ”1) Latihan program aerobik (endurance); 2) Latihan program anaerobik; dan 3) Program latihan beban”. Jenis latihan ini harus dilakkan dengan teratur dan sistematis, sesuai dengan cabang olahraga yang ditekuni. Adapun bentuk latihan berbeban menurut M. Sajoto (1990: 52) adalah sebagai berikut:

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Forward Raise, dumble

1). Posisi awal. Dengan melakukan pegangan pronated dan lengan tergantung pada setiap posisi tubuh.

2). Gerakan. Secara berseling angkat tangan keluar di depan tubuh dan kembali ke atas, ke arah posisi di atas kepala kemudian kembali pada posisi awal.

3). Ketentuan:

Beban awal : 20%-30%

Ulangan : 10-12

Recovery : 2 menit

Kenaikan beban : 10% dari beban awal 4). Otot yang terlatih

a). Deltoids (anterior & middle) – PM b). Pectoralis mayor (upper) – PM c). Serratur anterior – Asst. d). Trapezius -Asst

2. Panjang Lengan

Menurut Suharno HP (1985 : 9), pemain bola voli yang baik harus memiliki antara lain anatomis yang baik, tinggi badan 180 cm ke atas untuk putra dan 160 cm ke atas untuk putri. Pendapat tersebut dipertegas oleh M. Yunus (1992 : 12). Penjelasan di atas mempunyai pemikiran bahwa ukuran lengan seseorang menyesuaikan keadaan tinggi badan. Semakin tinggi badan

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HP (1985 : 9), menjelaskan bahwa tangan panjang ramping tetapi harus memiliki daya ledak yang tinggi untuk pukulan bola voli.

Keadaan mengenai ukuran tubuh berupa panjang lengan akan beruntung untuk memperoleh kecepatan gerak lengan. Bahwa tulang merupakan lengan dengan tuas panjang. Kemudian otot yang panjang dan langsing akan memungkinkan terjadi gerakan yang cepat dan luas. Karena lengan dengan tuas yang panjang dipengaruhi kecepatan gerakan dan kecepatan gerakan itu sebanding dengan besarnya radius yaitu lengan seseorang. Jadi makin panjang radiusnya makin besar pula kecepatan yang diperoleh. Sehingga dengan lengan yang panjang diperoleh sumbangan dalam pelaksanaan pukulan bola servis.

Lengan yang berukuran panjang dapat berpengaruh terhadap kecepatan gerakan pukulan dan kecepatan itu sebanding dengan besarnya radius yaitu panjang lengan seseorang. Jadi makin panjang radiusnya makin besar pula kecepatan yang diperolehnya sehingga laju bola bertambah cepat, serta pukulan awal tersebut dapat seagai serangan awal yang baik dari garis belakang (Suhamo HP, 1979: 7).

Panjang menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah : 1) tidak pendek, lanjut; 2) selama, seluruh; 3) menurut (Poerwadarminta, 1976:708). Lengan adalah anggota badan dari pergelangan sampai ke bahu (Poerwadarminta, 1976:585). Berdasar pada pengertian tersebut panjang lengan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah keberadaan panjang lengan yang diukur dari ujung jari tangan sampai dengan pangkal bahu.

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. Servis Atas Dalam Permainan Bola Voli

Berdasar pada landasan teori, tinjauan kinesiologi dan mekanika pelaksanaan gerakan servis atas tersebut, dapat di analisis bahwa dalam pelaksanaan servis atas dalam permainan bola voli dibedakan dalam 3 (tiga) aspek utama gerakan yaitu : 1) sikap permulaan, 2) sikap saat memukul, dan 3) sikap akhir setelah memukul.

4. Teknik Permainan Bola Voli

Menurut Suharno HP (1985: 1), permainan bola voli adalah cabang olahraga beregu yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing regu terdiri dari 6 orang pemain dan di setiap lapangan dipisahkan oleh net. Pantulan bola yang dimainkan boleh menggunakan seluruh anggota badan. Maksud dan tujuan dari permainan ini adalah menjatuhkan bola di lapangan lawan melewai atas net dengan syarat pantulan sempurna dan bersih sesuai dengan peraturan. Permainan dimulai dengan pukulan bola servis. Bola harus dipukul dengan satu tangan ke arah lapangan lawan melewati net. Setiap regu dapat memainkan bola sampai tiga kali pantulan untuk dikembalikan (kecuali perkenaan bola saat membendung). Dalam permainan bola voli hanya regu yang menang satu rally permainan memperoleh satu angka, hingga salah satu regu menang dalampertandingan dengan terlebih dahulu mengumpulkan minimal dua puluh lima angka dan untuk set penentuan lima belas angka (Suharno HP, 1985 : 1).

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dengan maksud dapat menjatuhkan bola di dalam petak lapangan lawan untuk mencari kemenangan. Memvoli dan memantulkan bola ke udara dapat mempergunakan bagian tubuh mana saja asalkan perkenaannya harus sempurna (tidak ganda/double). Permainan bola voli dimainkan dua regu, yang masing-masing regu terdiri dari enam orang pemain.

Menurut M. Yunus (1992: 68), Teknik adalah cara melakukan atau melaksanakan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu secara efisien dan efektif. Teknik dalam permainan bola voli dapat diartikan sebagai cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam bola voli untuk mencapai hasil yang optimal. Sedangkan menurut Suharno HP (1979: 11), Teknik adalah sualu proses melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian suatu praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang permainan bola voli. Untuk meningkatkan prestasi bola voli, teknik ini erat sekali hubungannya dengan gerak, kondisi fisik, taktik dan mental. Teknik dasar bola voli harus betul-betul dikuasai terlebih dahulu guna dapat mengembangkan mutu prestasi permainan bola voli. Penguasaan teknik dasar merupakan salah satu unsur yang ikut menentukan rnenang atau kalahnya suatu regu dalam suatu pertandingan di samping unsur-unsur kondisi fisik, taktik dan mental.

Menurut Suharno HP (1979: 11), Syarat penting dalam penguasaan teknik dasar bola voli mengingat hal-hal sebagai berikut:

a. Hukuman terhadap pelanggaran permainan yang berhubungan dengan kesalahan dalam melakukan teknik.

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Karena terpisahnya tempat antara regu yang satu dengan yang lainnya, sehingga tidak ada terjadinya sentuhan badan dari permainan lawan, maka pengawasan wasit terhadap kesalahan teknik ini lebih seksama.

c. Banyaknya unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan teknik ini antara lain: membawa bola, menyenduk bola, mendorong bola, mengangkat bola, pukulan rangkap dan bola tertahan. d. Permainan bola voli adalah permainan cepat, artinya waktu untuk

memainkan bola sangat terbatas, sehingga penguasaan teknik yang tidak sempurna akan memungkinkan timbulnya kesalahan-kesalahan teknik yang lebih besar.

e. Penggunaan taktik-taktik yang tinggi hanya dimungkinkan kalau penguasaan teknik dasar yang tinggi dalam permainan bola voli sudah cukup sempurna.

Berdasarkan syarat penguasaan teknik dasar bola voli, maka teknik - teknik dasar permainan bola voli dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Servis

Menurut M. Yunus (1992: 69), servis merupakan pukulan pembukaan untuk memulai suatu permainan sesuai dengan kemajuan permainan, teknik saat ini hanya sebagai permulaan permainan, tapi jika ditinjau dari sudut taktik sudah merupakan suatu serangan awal untuk mendapat nilai agar suatu regu berhasil meraih kemenangan. Dieter Beutelstahl (2005: 8) servis adalah sentuhan pertama dengan bola. Mula-mula servis ini hanya dianggap sebagai pukulan perMula-mulaan saja, cara

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

melempar bola untuk memulai permainan. Tetapi servis ini kemudian berkembang menjadi suatu senjata yang ampuh untuk menyerang. Adapun macam servis ada tiga yaitu : a) servis bawah, b) servis samping, c) servis atas. Jadi teknik dasar ini tak boleh kita abaikan, dan harus kita latih dengan baik secara terus menerus.

Menurut Muhajir (2007: 15) servis adalah pukulan bola yang dilakukan oleh seorang pemain belakang kanan yang dilakukan dari daerah servis langsung ke lapangan lawan. Keberhasilan suatu servis bergantung pada kecepatan bola, jalan, dan perputaran bola, serta penempatan bola ke tempat kosong di daerah permainan lawan.

Leo Rolex (2001: 24) servis adalah suatu upaya memukul bola ke dalam permainan oleh pemain belakang kanan, yang berada di daerah servis. Hal-hal yang berhubungan dengan servis adalah sebagai berikut: 1). Servis Pertama Dalam Satu Set

a). Servis pertama pada set pertama, begitu juga set penentuan (set ke-5) dilakukan oleh regu adalah ditentukan dengan undian (toss). b). Set yang lainnya akan dimulai oleh regu yang tidak melakukan

servis pertama pada set terdahulu. 2). Giliran Servis

a). Pemain harus menurut giliran servis seperti terdapat pada daftar posisi.

b). Sesudah servis pertama dalam satu set, pemain yang melakukan servis berikutnya ditentukan sebagai berikut:

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(1) Apabila regu yang melakukan servis memenangkan permainan (rally), pemain (atau penggantinya) yang servis sebelumnya, melakukan servis lagi.

(2) Apabila regu penerima yang memenangkan permainan (rally), akan berhak mendapatkan giliran servis dan melakukan rotasi sebelum servis sebenarnya. Pemain yang bergerak adalah dari posisi kanan depan ke posisi kanan belakang.

3). Kewenangan untuk melakukan servis

Wasit pertama (1) mengijinkan untuk melakukan servis sesudah mengecek bahwa kedua regu telah bermain dan juga servis dalam posisi memegan bola.

4). Waktu (saat) melakukan servis

a). Bola harus dipukul dengan satu tangan atau salah satu bagian dari lengan sesudah dilambungkan atau terlepas dari tangan (tangan-tangan), dan sebelum menyentuh salah satu bagian dari badannya atau permukaan lapangan permainan.

b). Pada saat melakukan servis atau melakukan servis sambil meloncat server tersebut tidak boleh menyentuh lapangan (termasuk garis akhir) atau lantai diluar batas daerah servis. Sesudah melakukan servis, ia boleh menginjak atau mendarat diluar batas servis, atau di dalam lapangan.

c). Server harus memukul bola dalam 8 detik sesudah wasit I (pertama) meniup peluitnya untuk melakukan servis.

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d). Melakukan servis sebelum wasit meniup peluit, servis tersebut dibatalkan dan diulangi lagi.

5). Pentabiran (menutup pandangan)

a). Para pemain dari regu yang melakukan servis tidak boleh menghalangi lawan, melalui pentabiran (menutupi pandangan) dari pandangan server atau arah datangnya bola.

b). Pentabiran perorangan. Seorang pemain dari regu giliran servis melakukan pentabiran perorangan jika ia membuat gerakan tangannya, melompat atau bergerak ke samping dan lain sebagainya. Apabila bola telah dipukul dan bola yang telah dipukul tersebut melewati di atasnya.

c). Pentabiran berkelompok. Satu regu melakukan pentabiran berkelompok apabila server memukul bola di belakang satu kelompok 2 (dua) orang atau lebih dari regu tersebut dan bola yang diservis tersebut melewati di atas mereka.

6). Kesalahan Servis

a). Kesalahan servis. Kesalahan tersebut harus perpindahan servis, walaupun lawan tidak pada posisinya (kesalahan posisi), server tersebut adalah:

(1) Menyalahi posisi (salah rotasi)

(2) Tidak melakukan servis yang sebenarnya (tidak berada di daerah servis).

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b). Kesalahan servis setelah bola dipukul. Sesudah bola dipukul secara sempurna servis dianggap salah (kecuali kalau seorang pemain salah posisi) jika bola tersebut:

(1) Menyentuh pemain sendiri yang melakukan servis atau gagal melewati bidang tegak lurus dari net.

(2) Bola keluar

(3) Melewati di atas pentabiran perorangan atau berkelompok. 7). Kesalahan servis dan kesalahan posisi

a). Apabila server melakukan kesalahan servis (tidak tepat pelaksanaannya, kesalahan posisi rotasi dan lain sebagainya), dan lawan adalah salah posisi, adalah kesalahan servis dikenakan sanksi.

b). Malahan jika pelaksanaan servis adalah benar, tetapi sesudah kemudian servis tersebut menjadi salah (keluar, pentabiran dan lain sebagainya), kesalahan posisi tersebut yang diutamakan dan adalah dikenakan sanksi.

Teknik dasar dalam melakukan servis bawah adalah sebagai berikut (Muhajir, 2007:15):

1). Sikap permulaan

a). Pemain yang akan melakukan servis berdiri di luar garis belakang lapangan dengan kaki kiri agak lebih ke depan daripada kaki kanan (bagi yang tidak kidal). Bola dipegang dengan tangan kiri.

(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b). Lambungkan bola ke atas tidak terlalu tinggi. Pada saat itu pula, lengan kanan ditarik ke bawah belakang.

c). Ketika bola berada pada ketinggiaan pinggang, pada saat itu lengan kanan diayunkan dari arah belakang ke depan atas untuk memukul bola.

2). Sikap saat perkenaan

a). Perkenaan dengan bola adalah pada tangan

b). Telapak tangan menghadap bola dan pada saat perkenaan dengan bola, telapak tangan dalam keadaan ditegangkan agar terjadi pantulan sempurna. Selain itu, dapat pula ditambah dengan gerakan tangan secara eksplosif.

3). Sikap akhir

Setelah memukul bola, langkahkan kaki kanan ke depan dan terus memasuki lapangan permainan serta mengambil sikap siap normal.

Bentuk-bentuk latihan teknik servis bawah adalah sebagai berikut (Muhajir, 2007: 16):

1). Latihan menyempurnakan kemampuan mengarahkan bola. Seluruh

siswa diberi kesempatan melakukan servis bawah dengan

mengarahkan bola ke sasaran yang telah ditetapkan, yaitu membagi lapangan menjadi enam kotak sasaran.

2). Latihan menambah ketahanan bergerak cepat dan menyempurnakan teknik servis. Siswa dibagi dua regu saling berhadapan dan dibatasi oleh net. Pemain 1 melakukan servis bawah ke arah pemain 2,

(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kemudian cepat berlari ke lapangan seberang. Pemain 2 setelah menerima bola dilanjutkan dengan melakukan servis bawah ke arah pemain 3, lalu cepat berlari ke lapangan seberang dan seterusnya. b. Passing

Menurut M. Yunus (1992: 79), passing adalah mengoperkan bola kepada teman sendiri dalam satu regu dengan suatu teknik tertentu, sebagai langkah awal untuk menyusun pola serangan kepada regu lawan. Passing menurut M. Yunus (1992:122) adalah pengoperan bola kepada teman sendiri dalam satu regu dengan suatu teknik tertentu sebagai langkah awal untuk menyusun pola serangan kepada regu lawan.

Menurut Muhajir (2007: 11) passing dalam permainan bola voli adalah usaha atau upaya seorang pemaing dengan menggunakan suatu teknik tertentu untuk mengoperkan bola yang dimainkannya kepada teman seregunya agar dimainkan di lapagan sendiri. Bentuk-bentuk passing beserta tekniknya antara lain sebagai berikut:

1). Latihan teknik passing bawah normal Cara melakukannya sebagai berikut: a). Sikap permulaan

(1) Ambil sikap normal, yaitu kedua lutut ditekuk dengan badan sedikit dibengkokkan ke depan. Berat badan menumpu pada telapak kaki bagian depan untuk mendapatkan keseimbangan agar dapat lebih cepat bergerak ke segala arah.

(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(2) Kedua tangan saling berpegangan yaitu punggung tangan kanan diletakkan di atas telapak tangan kiri, kemudian saling berpegangan.

b). Gerak Pelaksanaan

(1) ayunkan kedua lengan ke arah bola dengan sumbu gerak pada persendian bahu dengan siku betul-betul dengan keadaan lurus (2) perkenaan bola pada bagian proksimal lengan, yaitu di atas

pergelangan tangan. Pada waktu lengan membentuk sudut sekitar 450 dengan badan, lengan diayunkan, dan diangkat hampir lurus.

c). Gerak Lanjutan

Setelah ayunan lengan mengenai bola, maka kaki belakang melangkah ke depan untuk mengambil posisi siap kembali. Ayunan lengan untuk pass bawah ke depan tidak melebihi sudut 900 dengan bahu/badan.

2). Bentuk-Bentuk Latihan Teknik Passing Bawah

a). Latihan menambah kepekaan mengendalikan bola. Dua pemain saling mengoperkan bola dengan teknik passing bawah. Bola yang dioperkan harus melambung tinggi.

b). Latihan passing bawah tanpa melewati garis batas. Pemain 1 melemparkan bola ke depan net. Pemain 2, berlari ke depan lalu melakukan passing bawah untuk mengembalikan bola ke pemain

(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1 tetapi tanpa menyentuh net dan tanpa menginjak lapangan seberang.

c). Latihan passing bawah dengan perubahan arah. Tiga pemain membentuk segitiga, kemudian saling mengoperkan bola dengan teknik passing bawah.

d). Latihan penyempurnaan teknik passing bawah satu tangan. Pemain 1 melemparkan bola silih berganti ke sisi kiri dan kanan kotak. Pemain 2 bergerak ke sisi kiri dan kanan di belakang kotak sambil mengembalikan bola ke pemain 1 dengan teknik passing bawah satu tangan.

e). Latihan menambah ketahanan bergerak cepat. Pemain 1 memukul bola ke depan pemain 2. Pemain 2 berlari ke depan dan berusaha untuk mengembalikan bola dengan passing bawah, serta posisi badan agak jongkok.

f). Latihan passing bawah dengan melewati net. Pemain membentuk dua baris berhadap-hadapan dengan jarak 5 meter. Setiap pasangan menggunakan satu bola. Bola dilambungkan ke tempat sekitar 2 meter di depan pemain yang sedang berlatih. Pemain ini harus berlari menempati posisi yang tepat, melakukan passing bawah ke pelempar, lalu mundur lagi beberapa langkah.

3). Passing Atas Normal

Cara melakukannya sebagai berikut: a). Sikap permulaan

(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(1) Ambil posisi sikap siap normal, yaitu kedua kaki bediri selebar dada, berat badan menumpu pada telapak kaki bagian depan, dan lutut ditekuk sehingga badan merendah.

(2) Tempatkan badan secepat mungkin di bawah bola dengan kedua tangan diangkat lebih tinggi dari dahi dan jari-jari tangan terbuka lebar membentuk cekungan seperti setengah lingkaran bola.

b). Gerak Pelaksanaan

(1) Pada saat bola tepat berada di atas dan sedikit di depan dahi, lengan diluruskan dengan gerakan agak eksplosif untuk mendorong bola.

(2) Perkenaan bola pada permukaan jari-jari ruas pertama dan kedua, serta yang dominan mendorong bola adalah ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah.

(3) Pada waktu perkenaan dengan bola, jari-jari agak ditegangkan. Kemudian diikuti dengan gerakan pergelangan tangan agar bola dapat memantul dengan baik.

c). Gerakan lanjutan

Setelah bola memantul dengan baik, maka dilanjutkan dengan meluruskan lengan ke depan atas sebagai suatu gerakan lanjutan. 4). Bentuk-Bentuk Latihan passing Atas

(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a). Latihan menambah kepekaan mengendalikan bola. Dua pemain saling mengoperkan bola dengan teknik passing atas. Bola yang dioperkan harus melambung tinggi.

b). Latihan menyempurnakan pengoperan bola dengan tepat. Tiga pemain membentuk segitiga, kemudian saling mengoperkan bola dengan teknik passing atas, dan mengarahkan bola dengan teman silih berganti.

c). Latihan menyempurnakan kemampuan mengarahkan bola. Bola saling dioperkan dengan passing atas melalui ring atau ban sepeda yang terpasang di antara kedua teman yang melakukan latihan.

d). Latihan menyempurnakan urutan gerak lari, berdiri,dan

melambungkan bola. Pemain 1 memantulkan bola ke lantai. Pemain 2 dengan cepat berlari ke arah bola, kemudian berdiri untuk menerima bola dengan teknik passing atas.

c. Umpan (Set Up)

Menurut M. Yunus (1992: 101), umpan adalah menyajikan bola kepada teman dalam satu regu, yang kemudian diharapkan bola tersebut dapat diserangkan ke daerah lawan dalam bentuk smash.

d. Smash

Smash adalah pukulan yang utama dalam penyerangan dalam usaha mencapai kemenangan (M. Yunus, 1992 : 108). Sedangkan menurut Bonnie Robinson (1993 : 28), smash atau spike adalah memukul bola ke bawah dengan kekuatan yang besar. Ada empat macam smash yaitu : a)

(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

frontal smash atau smash depan, b) frontal smash dengan twist atau smash depan dengan memutar, c) smash dari pergelangan tangan, d) dump atau smash tipuan.

e. Bendungan (Block)

Block merupakan benteng pertahanan yang utama untuk menangkis serangan lawan (M. Yunus, 1992 : 119). Menang atau kalah pada pertandingan volley sesungguhnya tergantung pada baik tidaknya basic

skill atau kemampuan dasar pemain itu sendiri. Basic skill block atau

pertahanan merupakan inti dari seluruh sistem pertahanan. Hanya dengan pertahanan yang kuat pemain dapat melindungi pukulan-pukulan smash lawan (Dieter Beautelstahl, 2005 : 30).

Berdasar pada berbagai macam teknik dasar permainan bola voli tersebut, pukulan servis merupakan upaya pukulan bola ke dalam permainan oleh pemain belakang kanan yang berada di daerah servis. Servis dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Servis pertama pada set pertama, begitu juga pada set penentuan dilakukan oleh suatu regu yang ditentukan dengan undian.

b. Set yang lainnya akan dimulai oleh regu yang tidak giliran servis pertama pada set terdahulu.

c. Apabila regu yang menang dalarn permainan (rally) akan berhak mendapatkan angka dan berhak mendapatkan giliran servis dengan melakukan rotasi letak permainan bergerak dari posisi kanan depan ke posisi kanan belakang.

(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Wasit pertama mengijinkan untuk dilakukan servis sesudah dicek bahwa kedua regu telah siap dimainkan dan juga server berada dalam posisi pegang bola.

e. Waktu melakukan servis bola harus dipukul dengan satu tangan atau salah satu bagian dari lengan sesudah bola dilambungkan dari tangan.

f. Pada saat melakukan scrvis, server tidak boleh terkena lapangan (termasuk garis akhir) atau lantai di luar batas daerah servis.

g. Server harus memukul bola dalam 5 detik sesudah wasit pertama meniup peluitya untuk dilakukan servis.

h. Apabila servis dilakukan sebelum wasit meniup peluit, servis tersebut dibatalkan dan diulangi lagi.

i. Apabila sesudah bola dilambungkan atau terlepas, server membiarkan jatuh di lapangan tanpa tersentuh bola tersebut, itu sebagai satu persiapanservis.

j. Sesudah satu kali dilakukan persiapan servis, wasit memberikan hak kembali dilakukan servis tanpa menunda waktu, dan server harus melakukan selama tiga detik berikutnya.

k. Hanya satu kali persiapan servis yang diperkenankan untuk setiap melaksanakan servis

l. Pemain dari regu yang melaksanakan servis tidak boleh menghalangi, melalui pentabiran (menutupi pandangan) dari pandangan server atau arah datangnya bola.

(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

m. Merupakan kesalahan servis apabila : 1). Kesalahan posisi servis (salah rotasi)

2). Servis tidak dilakukan secara benar (tidak bcrada di daerah scrvis) 3). Pelanggaran peraturan tentang persiapan servis

n. Merupakan kesalahan servis setelah bola dipukul apabila :

1). Bola disentuh pemain sendiri ketika dilakukan servis atau gagal melewati bidang tegak lurus dari net

2). Bola keluar

3). Terlintas di atas pentabiran perorangan atau berkelompok

o. Bila server salah servis dan lawan salah posisi adalah kesalahan servis dikenakan sangsi.

p. Jika pelaksanaan servis benar, tetapi setelah kemudian servis tersebut menjadi salah (keluar dan sebagainya) kesalahan posisi tersebut yang diutamakan dan adalah dikenakan sangsi.

5. Jenis - Jenis Servis

a. Servis Bawah

Servis bawah adalah servis yang dilakukan dengan cara memukul bola dari bawah.

b. Servis Samping

Servis samping adalah servis yang dilakukan dengan cara memukul bola dari samping badan.

(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Servis Atas

Servis atas adalah servis yang dilakukan dengan cara bola dipukul di atas kepala

Menurut Suharno HP, (1985 : 19), servis adalah sebagai tanda dimulainya peraminan dan sebagai suatu serangan yang pertama kali bagi suatu regu. Mengenai pelaksanaan servis atas bola voli dapat dilihat pada gambar 1, gambar 2, gambar 3 di bawah ini.

Gambar 1 Persiapan servis atas

(Barbara L, Viera Bonnie, Jill Fergusson, 2000 : 30) Keterangan:

1. Kaki dalam posisi melangkah dengan santai 2. Berat badan terbagi seimbang

3. Bahu sejajar net

4. Kaki dan tangan yang tidak memukul berada di depan 5. Gunakan telapak tangan terbuka

6. Pandangan ke arah bola

Gambar 2

(54)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Keterangan :

1. Pukul bola di depan bahu lengan yang memukul 2. Pukul bola tanpa atau dengan sedikit spin 3. Pukul bola dengan 1 tangan

4. Pukul bola dekat dengan tubuh

5. Ayunkan lengan ke belakang dengan sikut ke atas 6. Letakkan tangan di dekat telinga

7. Pukul bola dengan tumit telapak tangan terbuka

8. Pertahankan lengan pada posisi menjangkau sejauh mungkin 9. Awasi bola pada saat hendak memukul

10. Pindahkan berat badan ke depan

Gambar 3 Gerakan Lanjutan

(Barbara L, Viera, Bonni, Jill Regusson, 2000 : 30) Keterangan :

1. Teruskan pemindahan berat badan ke depan 2. Jatuhkan lengan dengan perlahan sebagai lanjutan 3. Bergerak ke lapangan

Jenis servis yang paling umum (Dieter Beutelstahl, 2007: 8) adalah: a. Under-arm service atau servis lengan bawah

Under-arm service merupakan servis yang paling populer dan paling sering dipakai terutama pada pertandingan-pertandingan tingkat rendah. Hal ini dimungkinkan karena servis ini memang merupakan servis yang paling mudah. Terutama bagi para pemain wanita. Dengan servis ini, mereka dapat menguasai atau mengontrol bola dengan lebih teliti.

Gambar

Gambar 1  Persiapan servis atas
Gambar 3  Gerakan Lanjutan
Gambar 5  Gerakan Push Up
Gambar 7: Tes service dari Laveage.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana teks atau isi berita untuk melihat ideologi, makna yang terkandung, serta proses pembingkaian dalam pemberitaan

Kemudian, adab yang harus dimiliki oleh seorang pengajar adalah ia tidak melarang seseorang untuk mencari ilmu, tidak membuat takut, dan tidak membuat putus asa orang

Dari data diatas dapat dilihat bahawa implementasi peraturan daerah no 5 tahun 2008 tentang kawasan terbatas merokok di pusat perbelanjaan ITC Mega Grosir Surabaya

Tujuan Penelitian ini untuk menentukan Gaya, Usaha, Energi, dan Kinetik yang terjadi pada berbagai kendaraan.. Pelaksanaan praktikum ini dilakukan di berbagai tempat di

Hasil penelitian tersebut menunjukkan Implementasi Sistem Kenaikan pangkat Online melalui aplikasi SIAGUS di Dinas Pendidikan Kota Surabaya sudah cukup baik yang dipengaruhi

Setelah membaca data dari push button, maka mikrokontroler memberikan perintah untuk menggerakkan motor servo pertama agar mengeluarkan minuman sesuai dengan perintah yang

Gambar 5a, 5b dan 5c memperlihatkan hasil foto mikrostruktur dengan peralatan SEM terhadap bahan serbuk barium heksaferit sebelum dan setelah proses milling selama 30 jam. Dari

Menurut Henry Simamora (2005:21) bagi perusahaan, kinerja sopir dan kernet diharapkan selalu meningkat, karena kinerja sopir dan kernet menunjukkan adanya kaitan antara