DISPEPSIA
DISPEPSIA
FUNGSIONAL
FUNGSIONAL
Oleh : dr. H. Arif Fadillah, SpPD
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Istilah dispepsia ini mulai gencar dikemukakan sejakIstilah dispepsia ini mulai gencar dikemukakan sejak akhir tahun 80-an, yang menggambarkan keluhan akhir tahun 80-an, yang menggambarkan keluhan atau kumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau kumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrum, mual, muntah, atau rasa tidak nyaman di epigastrum, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut penuh, kembung, cepat kenyang, rasa perut penuh, sendawa, regurgitasi dan rasa panas yang menjalar sendawa, regurgitasi dan rasa panas yang menjalar di dada.
di dada.
Sindrom atau keluhan ini dapat disebabkan atauSindrom atau keluhan ini dapat disebabkan atau didasari oleh berbagai penyakit, termasuk penyakit didasari oleh berbagai penyakit, termasuk penyakit pada lambung.
pada lambung.
Penyakit Penyakit hepato-pankreato-bilier hepato-pankreato-bilier (hepatitis,(hepatitis, pankreatitis kronik, kolesistitis kronik, dll) merupakan pankreatitis kronik, kolesistitis kronik, dll) merupakan penyakit tersering setelah penyakit yang melibatkan penyakit tersering setelah penyakit yang melibatkan
PENDAHULUAN
Beberapa penyakit di luar sistem gastrointestinal dapat
pula bermanifestasi dalam bentuk sindrom dispepsia, seperti gangguan kardiak (iskemia inferior/infark miokard), penyakit tiroid, obat-obatan dan sebagainya.
Secara garis besar penyebab sindrom dispepsia ini dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok penyakit organik (seperti tukak peptik, gastritis, batu kandung empedu, dll) dan kelompok dimana sarana penunjang diagnostik yang konvensional atau baku (radiologi, endoskopi, laboratorium) tidak dapat memperlihatkan adanya gangguan patologis struktural atau biokimiawi atau dengan kata lain, kelompok terakhir ini disebut sebagai
PENDAHULUAN
Tabel 1. Penyebab Dispepsia
Esofago-gastro-duodenal
Obat-obatan
Hepato-bilier
Pankreas
Penyakit sistemik lain
Gangguan fungsional
Tukak peptik, gastritis kronik, gastritis NSAID, keganasan
Antiinflamasi non-steroid, teofilin, digitalis, antibiotik
Hepatitis, kolesistitis, kolelitiasis, keganasan, disfungsi sfingter Odii
Pankreatitis, keganasan
Diabetes melitus, penyakit tiroid, gagal ginjal, kehamilan, penyakit jantung koroner/iskemik
Dispepsia fungsional, irritable bowel syndrome
D E F I N I S I
Dalam konsensus Roma II tahun 2000, disepakati
bahwa definisi dispepsia sebagai dyspepsia refers to pain or discomfort centered in the upper abdomen.
dalam konsensus Roma II yang khusus
membicarakan tentang kelainan gastrointestinal fungsional, dispepsia fungsional didefinisikan sebagai dispepsia yang berlangsung :
at least 12 weeks, wich need not be consecutive, in the preceding 12 months of :
1) persistent or recurrent dyspepsia (pain or discomfort centered in the upper abdomen);
D E F I N I S I
2) no evidence of organic disease (including at upper
endoscopy) that is likely to explain the symptoms, and
3) no evidence that dyspepsia is exclusively relieved by defecation or associated with the onset of a change in stool frequency or stool form (i.e. not irritable bowel).
D E F I N I S I
Sebagai usaha untuk membuat praktis pengobatan,
dispepsia fungsional dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
1) Dispepsia tipe seperti ulkus, yang dominan adalah nyeri epigastrik
2) Dispepsia tipe seperti dismobilitas, yang lebih dominan adalah keluhan kembung, mual, muntah, rasa penuh, cepat kenyang
3) Dispepsia tipe non-spesifik, tidak ada keluhan yang dominan
D E F I N I S I
Sebelum era konsensus Roma II, ada dispepsia tipe
refluks dalam alur penanganan dispepsia, tapi saat ini kasus dengan keluhan tipikal refluks, seperti adanya heatburn atau regurgitasi, langsung dimasukkan dalam alur/algoritme penyakit gastroesofageal refluks.
Hal ini disebabkan tingginya sensitivitas dan
spesivitas keluhan itu untuk adanya proses refluks gastroesofageal.
SINDROM TUMPANG TINDIH
(
OVERLAP SYNDROMES
)
Hal ini menjadi penting dalam klinis praktik karena
adanya keluhan yang tumpang tindih antara kasus dispepsia, kasus refluks gastroesofageal (keduanya berasal dari saluran cerna bagian atas) dan kasus irritable bowel syndrome.
Ketiga penyakit tersebut memiliki kecenderungan
gejala yang tumpang tindih sehingga perlu dicermati (terutama dalam anamnesis) karena akan berdampak pada pengobatan yang berbeda.
PATOFISIOLOGI
Proses patofisiologi yang paling banyak dibicarakan dan potensial berhubungan dengan dispepsia fungsional adalah hipersekresi asam lambung, infeksi helicobacter pylori , dismotilitas gastrointestinal dan hipersensitivitas viseral.
Sekresi asam lambung
Kasus dengan dispepsia fungsional umumnya mempunyai tingkat sekresi asam lambung, baik sekresi basal maupun dengan stimulasi pentagastrin.
PATOFISIOLOGI
Helicobacter pylori (Hp)
Dari berbagai laporan, kekerapan Hp pada dispepsia fungsional sekitar 50% dan tidak berbeda bermakna dengan angka kekerapan Hp pada kelompok orang sehat. Mulai ada kecenderungan melakukan eradikasi Hp pada dispepsia fungsional dengan Hp positif yang gagal dengan pengobatan konservatif baku.
Dismotilitas Gastrointernal
Hingga 50% kasus melaporkan bahwa pada dispepsia fungsional terjadi perlambatan pengosongan lambung dan adanya hipomotilitas antrum. Namun proses motilitas gastrointernal merupakan proses yang sangat kompleks
PATOFISIOLOGI
Ambang Rangsang Persepsi
Dinding usus mempunyai berbagai reseptor, termasuk reseptor kimiawi, reseptor mekanik dan nociceptor . Berdasarkan studi, tampaknya kasus dispepsia ini mempunyai hipersensitivitas viseral terhadap distensi balon di gaster atau duodenum.
Disfungsi Autonom
Disfungsi persarafan vagal diduga berperan dalam hipersensitivitas gastrointestinal pada kasus dispepsia fungsional. Adanya neuropati vagal juga diduga berperan dalam kegagalan relaksasi bagian proksimal lambung sewaktu menerima makanan, sehingga menimbulkan
PATOFISIOLOGI
Aktivitas Mioelektrik Lambung
Adanya disritmia mioelektrik lambung pada pemeriksaan elektrogastrografi dilaporkan terjadi pada beberapa kasus dispepsia fungsional, tapi hal ini bersifat inkonsisten.
Hormonal
Peran hormonal belum jelas dalam patogenesis dispepsia fungsional. Dilaporkan adanya penurunan kadar hormon motilin yang menyebabkan gangguan motilitas antroduodenal. Dalam beberapa percobaan, progesteron, estradiol, dan prolaktin mempengaruhi
PATOFISIOLOGI
Diet dan Faktor Lingkungan
Adanya intoleransi makanan dilaporkan lebih sering terjadi pada kasus dispepsia fungsional dibandingkan kasus kontrol.
Psikologis
Dilaporkan adanya penurunan kontraktilitas lambung yang mendahului keluhan mual setelah stimulus stres sentral. Korelasi antara faktor psikologis stres kehidupan, fungsi autonom dan mobilitas tetap masih kontroversial. Tidak didapatkan kepribadian yang karakteristik untuk kelompok dispepsia fungsional ini dibandingkan kelompok kontrol, walaupun dilaporkan dalam studi
GAMBARAN KLINIS
Bila nyeri ulu hati yang dominan dan disertai nyeri
pada malam hari dikategorikan sebagai dispepsia fungsional tipe seperti ulkus (ulcer like dyspepsia )
Bila kembung, mual, cepat kenyang merupakan
keluhan yang paling sering dikemukakan, dikategorikan sebagai dispepsia fungsional tipe seperti dismotilitas (dismotility like dyspepsia )
Bila tidak ada keluhan yang bersifat dominan,
PENUNJANG DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium (gula darah, fungsi tiroid,
fungsi pankreas, dsb), radiologi (barium meal , USG) dan endoskopi merupakan langkah yang paling penting untuk eksklusi penyebab organik ataupun biokimiawi.
Untuk menilai patofisiologinya, dalam rangka mencari
dasar terapi yang lebih kausatif, berbagai pemeriksaan dapat dilakukan, walaupun aplikasi klinisnya tidak jarang dinilai masih kontroversial.
T E R A P I
DISPEPS IA INVESTIGA SI Kelainan Organik -Biokimiawi Penyakit organik (gastritis, dll) Dispepsia FungsionalT E R A P I
Penjelasan dan reassurance kepada pasien
mengenai latar belakang keluhan yang dialaminya, merupakan langkah awal yang penting.
Diagnosis klinis dan evaluasi bahwa tidak ada
penyakit serius atau fatal yang mengancam dilakukan.
Perlu dijelaskan sejauh mungkin tentang patogenesis
penyakit yang dideritanya.
Latar belakang faktor psikologis perlu dievaluasi.
Pasien dinasehati untuk menghindari makanan yang
D I E T E T I K
Tidak ada dietetik baku yang menghasilkan
penyembuhan keluhan secara bermakna.
Prinsip dasar menghindari makanan pencetus
serangan merupakan pegangan yang lebih bermanfaat.
Makanan yang merangsang seperti pedas, asam,
tinggi lemak, sebaiknya dipakai sebagai pegangan umum secara proporsional dan jangan sampai menurunkan atau mempengaruhi kualitas hidup pasien.
MEDIKAMENTOSA
Antasida
Penyekat H2 Reseptor
Penghambat Pompa Proton Sitoproteksi Metoklopramid Domperidon Cisapride Agonis Motilin Obat lain-lain
MEDIKAMENTOSA
Psikoterapi
Dalam beberapa studi terbatas, tampaknya behavioral therapy memperlihatkan manfaatnya pada kasus dispepsia fungsional dibandingkan terapi baku.
Modalitas pengobatan lain seperti acupunture,
acupressure, acustimulation, gastric electrical stimulation pernah dicoba untuk kasus dispepsia walaupun belum sistematis untuk dispepsia fungsional.