FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRICE EARNING
RATIO SAHAM-SAHAM PERBANKAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Oleh
NURLELA
067019110/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
S
EK
O L A
H
P A
S C
A S A R JA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRICE EARNING
RATIO SAHAM-SAHAM PERBANKAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
NURLELA
067019110/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRICE
EARNING RATIO SAHAM-SAHAM PERBANKAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Nama Mahasiswa : Nurlela
Nomor Pokok : 067019110
Program Studi : Ilmu Manajemen
Menyetujui Komisi Pembimbing:
(Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Acc) Ketua
(Drs. Syahyunan, M.Si) Anggota
Ketua Program Studi
(Prof. Dr. Rismayani, MS)
Direktur
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)
Telah diuji pada:
Tanggal : 8 September 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Acc
Anggota : 1. Drs. Syahyunan, M.Si
2. Prof. Dr. Rismayani, MS
3. Dr. Muslich Lufti, MBA
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRICE EARNING RATIO
SAHAM-SAHAM PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA”
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh
siapapun sebelumnya.
Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, 8 September 2009 Yang membuat pernyataan,
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRICE EARNING RATIO SAHAM-SAHAM PERBANKAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Nurlela, Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Acc dan Drs. Syahyunan, M.Si
ABSTRAK
Dengan berkembang dan terintegrasinya pasar modal, maka analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio mempunyai arti penting bagi investor sebelum mengambil suatu keputusan berinvestasi saham-saham khususnya saham-saham perbankan. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Price Earning Ratio (PER) saham-saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio saham-saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Teori yang digunakan adalah Price Earning Ratio, analisis fundamental dan faktor-faktor kinerja perusahaan. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan Ex Post Facto dengan tingkat eksplanasi penelitian dikelompokkan dalam penelitian asosiatif.
Metode pengambilan sampel yaitu purposive sampling method. Dari populasi sebanyak tiga puluh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, diambil dua puluh perusahaan perbankan yang memenuhi kriteria sampel yaitu perusahaan perbankan yang dipilih adalah bank konvensional, perusahaan publik pada sektor perbankan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2003 hingga 2007 dan memiliki laporan keuangan lengkap dari tahun 2003 hingga 2007. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda (Multiple Linear Regression) pada tingkat kepercayaan 95% (á = 0,05).
dependen diperoleh sebesar 0,763 yang berarti kemampuan variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat sebesar 76,3% sisanya sebesar 23,8% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Price Book Value, dan Return on Equity berpengaruh secara signifikan terhadap Price Earning Ratio saham-saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
FACTORS INFLUENCING PRICE EARNING RATIO OF BANKING SHARES ENLISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
Nurlela, Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Acc and Drs. Syahyunan, M.Si
ABSTRACT
Expanding and integrating of capital market, analysis factors influencing Price Earning Ratio (PER) provide some essential and meaningful inputs for investors before taking investment decisions relating to banking shares. The hypothesis formulated in this research was: To what extend Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), Return On Equity (ROE), Operating Ratio (OR), and Loan to Deposit Ratio (LDR) give the influence towards Price Earning Ratio (PER) of banking shares enlisted in Indonesia Stock Exchange (Bursa Efek Indonesia). The purpose of this research was to know and analyze the factors influencing Price Earning Ratio (PER) of banking shares enlisted in Indonesia Stock Exchange.
The theories used for the research were Price Earning Ratio (PER), fundamental analysis, and company performance factors. The methodological research applied the approach of Ex Post Facto with the level of research enlisted in Indonesia Stock Exchange from 2003 till 2007 and had also possessed the complete financial statement. The analysis method applied was Multiple Linear Regression, with the level of significant 95% (á = 0,05).
The findind of this research concluded that Price Book Value and Return on Equity gave a significant effect on to Price Earning Ratio of banking shares enlisted in Indonesia Stock Exchange.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT serta shalawat dan
salam kepada Nabi Muhammad SAW. Karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penulisan tesis ini.
Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Magister Ilmu Manajemen
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang meneliti masalah keputusan
pembelian dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio
Saham-saham Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Selama menyelesaikan tesis ini maupun selama mengikuti proses perkuliahan,
penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tulus kepada:
1. Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Rismayani, MS., selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen dan
juga selaku Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan
4. Bapak Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Acc., selaku Ketua Komisi Pembimbing
yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Ilmu
Manajemen dan juga selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan dan pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.
6. Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA., dan Ibu Dr. Khaira Amalia, MBA., selaku
Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan
pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.
7. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang
bermanfaat bagi penulis.
8. Seluruh sahabat, teman-teman serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu yang telah membantu, memotivasi dan memberi semangat
dalam penyelesaian tesis ini.
9. Khususnya kepada orang tua saya tersayang Ima Abdullah dan Nursiah serta
kakak, adik dan abang saya tersayang serta kepada keponakan-keponakan saya
tersayang, serta saudara-saudara saya tersayang, terima kasih atas doa, motivasi,
dan dukungan baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat
melanjutkan dan menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Dua.
10. Yang teristimewa kepada suami saya yang tercinta Miqdar terima kasih atas doa,
melanjutkan dan menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Dua serta untuk
anak-anak saya tercinta Jaza Anil Awva, Talitha Shafiqah atas segala doa dan
pengertiannya selama mamanya menjalankan kuliah.
Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan dan perhatian kepada penulis baik
ketika masa kuliah maupun saat penulisan tesis. Penulis menyadari tesis ini belum
sempurna, namun demikian diharapkan nantinya dapat berguna bagi banyak pihak,
khususnya bagi penelitian di bidang keuangan.
Medan, Agustus 2009
Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Nurlela, lahir pada tanggal 11 April 1974 di Lhokseumawe, anak ketiga dari
enam bersaudara dari pasangan Bapak Ima Abdullah dan Ibu Nursiah. Menikah pada
tanggal 18 Mei 2002 dengan Miqdar Sulaiman dan telah dikaruniai dua orang puteri
bernama Jaza Anil Awva dan Talitha Shafiqah.
Pendidikan dimulai pada tahun 1980 di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 06
Lhokseumawe sampai dengan tahun 1986. Tahun 1986 melanjutkan ke Sekolah
Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Lhokseumawe, dan lulus tahun 1989.
Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Krueng Geukuh
Aceh Utara, lulus tahun 1992. Selanjutnya tahun 1995 melanjutkan ke jenjang
Perguruan Tinggi yaitu pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh (Unima)
di Lhokseumawe Jurusan Ekonomi Manajemen, lulus tahun 2000 dan tahun 2006
melanjutkan ke Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Sejak tahun 2002 sampai sekarang menjadi staf pengajar pada Fakultas
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ... iii
KATA PENGANTAR... v
RIWAYAT HIDUP... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1 Latar Belakang ... 1
I.2 Perumusan Masalah ... 5
I.3 Tujuan Penelitian ... 5
I.4 Manfaat Penelitian ... 5
I.5 Kerangka Berpikir ... 6
I.6 Hipotesis ... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14
II.1 Penelitian Terdahulu ... 14
II.2 Pengertian dan Jenis-jenis Saham ... 16
II.4 Analisis Fundamental ... 21
II.5 Pengertian Kinerja ... 23
II.6 Pengertian Price Earning Ratio ... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 31
III.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31
III.2 Metode Penelitian ... 31
III.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 32
III.4 Jenis dan Sumber Data... ... 33
III.5 Teknik Pengumpulan Data ... 34
III.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Variabel ... 34
III.6.1 Identifikasi Variabel ... 34
III.6.2 Definisi Operasional Variabel ... 35
III.7 Model Analisis Data ... 37
III.8 Pengujian Hipotesis ... 38
III.9 Pengujian Asumsi Klasik ... 40
III.9.1 Uji Normalitas ... 40
III.9.2 Uji Multikolinieritas ... 41
III.9.3 Uji Heteroskedastisitas ... 41
III.9.4 Uji Autokorelasi ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44
IV.1 Hasil Penelitian ... 44
IV.1.2 Deskripsi Data Penelitian ... 47
IV.1.3 Hasil Uji Asumsi Klasik Hipotesis ... 49
IV.1.3.1 Hasil uji normalitas ... 49
IV.1.3.2 Hasil uji multikolinieritas ... 51
IV.1.3.3 Hasil uji heteroskedastisitas ... 52
IV.1.3.4 Hasil uji autokorelasi... 54
IV.2 Pembahasan ... ... 55
IV.2.1 Pembahasan Hipotesis... ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
V.1 Kesimpulan ... 64
V.2 Saran ... 64
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
III.1 Daftar Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia (Sampel) ... 33
III.2 Definisi Operasional Variabel ... 36
IV.1 Deskripsi Data Penelitian ... 47
IV.2 Hasil Uji Normalitas... ... 51
IV.3 Hasil Uji Multikolonieritas... ... 52
IV.4 Hasil Uji Autokorelasi... 54
IV.5 Model Summary... 55
IV.6 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Serempak (Uji F)... 56
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
I.1 Kerangka Berpikir. ... 12
IV.1 Normal Plot... ... ... 49
IV.2 Grafik Histogram ... . 50
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Daftar Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia (Populasi).. ... 69
2. Daftar Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia (Sampel) ... 70
3. Data Price Earning Rasio Perusahaan Perbankan ... 71
4. Data Capital Adequacy Ratio Perusahaan Perbankan ... 72
5. Data Debt Equity Ratio Perusahaan Perbankan. ... 73
6. Data Price Book Value Perusahaan Perbankan... ... 74
7. Data Operating Ratio Perusahaan Perbankan... ... 75
8. Data Return on Equity Perusahaan Perbankan... 76
9. Data Loan to Deposit Ratio Perusahaan Perbankan... 77
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRICE EARNING RATIO SAHAM-SAHAM PERBANKAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Nurlela, Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Acc dan Drs. Syahyunan, M.Si
ABSTRAK
Dengan berkembang dan terintegrasinya pasar modal, maka analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio mempunyai arti penting bagi investor sebelum mengambil suatu keputusan berinvestasi saham-saham khususnya saham-saham perbankan. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Price Earning Ratio (PER) saham-saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio saham-saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Teori yang digunakan adalah Price Earning Ratio, analisis fundamental dan faktor-faktor kinerja perusahaan. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan Ex Post Facto dengan tingkat eksplanasi penelitian dikelompokkan dalam penelitian asosiatif.
Metode pengambilan sampel yaitu purposive sampling method. Dari populasi sebanyak tiga puluh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, diambil dua puluh perusahaan perbankan yang memenuhi kriteria sampel yaitu perusahaan perbankan yang dipilih adalah bank konvensional, perusahaan publik pada sektor perbankan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2003 hingga 2007 dan memiliki laporan keuangan lengkap dari tahun 2003 hingga 2007. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda (Multiple Linear Regression) pada tingkat kepercayaan 95% (á = 0,05).
dependen diperoleh sebesar 0,763 yang berarti kemampuan variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat sebesar 76,3% sisanya sebesar 23,8% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Price Book Value, dan Return on Equity berpengaruh secara signifikan terhadap Price Earning Ratio saham-saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
FACTORS INFLUENCING PRICE EARNING RATIO OF BANKING SHARES ENLISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
Nurlela, Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Acc and Drs. Syahyunan, M.Si
ABSTRACT
Expanding and integrating of capital market, analysis factors influencing Price Earning Ratio (PER) provide some essential and meaningful inputs for investors before taking investment decisions relating to banking shares. The hypothesis formulated in this research was: To what extend Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), Return On Equity (ROE), Operating Ratio (OR), and Loan to Deposit Ratio (LDR) give the influence towards Price Earning Ratio (PER) of banking shares enlisted in Indonesia Stock Exchange (Bursa Efek Indonesia). The purpose of this research was to know and analyze the factors influencing Price Earning Ratio (PER) of banking shares enlisted in Indonesia Stock Exchange.
The theories used for the research were Price Earning Ratio (PER), fundamental analysis, and company performance factors. The methodological research applied the approach of Ex Post Facto with the level of research enlisted in Indonesia Stock Exchange from 2003 till 2007 and had also possessed the complete financial statement. The analysis method applied was Multiple Linear Regression, with the level of significant 95% (á = 0,05).
The findind of this research concluded that Price Book Value and Return on Equity gave a significant effect on to Price Earning Ratio of banking shares enlisted in Indonesia Stock Exchange.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Krisis keuangan yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997
memberi dampak yang sangat buruk pada sektor perbankan. Kinerja industri
perbankan nasional pada waktu itu jauh lebih buruk dibandingkan kondisi perbankan
di beberapa Negara Asia yang juga mengalami krisis ekonomi, seperti Korea Selatan,
Malaysia, Philipina dan Thailand.
Di akhir 2007 terkait dengan kinerja perbankan adalah suatu kenyataan
bahwa sistem perbankan Indonesia pasca krisis telah jauh lebih baik dibandingkan
dengan sebelum krisis. Pencapaian tersebut terjadi sejalan dengan stabilnya kondisi
perekonomian dan didorong pula oleh berbagai kebijakan untuk memperkuat
ketahanan perbankan. Di sisi kelembagaan keuangan yang bukan bank, pasar modal
menunjukkan peningkatan kinerja yang signifikan yang ditunjukkan oleh peningkatan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sangat tajam.
Namun seiring terjadinya gejolak pasar global pada akhir 2008 yang
disebabkan oleh krisis keuangan sektor keuangan Amerika Serikat yang
menimbulkan perlambatan ekonomi dunia sehingga memberikan pengaruh negatif
terhadap Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari indeks bursa saham gabungan di Bursa
tipis 0,19 persen atau 3,978 poin pada 204,193 sektor perbankan menjadi penekan
indeks di jalur negatif (Bisnis Keuangan Kompas.com).
Perbankan merupakan salah satu sarana yang mempunyai peranan yang
strategis dalam kegiatan perekonomian, peran strategis tersebut terutama disebabkan
oleh fungsi utama perbankan sebagai financial intermediary, yaitu sebagai suatu
wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif
dan efisien. Salah satu alat untuk mengambil suatu kebijakan yang efektif dan efisien
tersebut adalah dengan menganalisis laporan keuangan. Laporan keuangan pada
perbankan dapat menunjukkan kinerja yang telah dicapai perbankan suatu waktu.
Kinerja keuangan tersebut dapat diketahui dengan menghitung rasio-rasio keuangan
sehingga dapat diukur prestasi suatu perbankan. Alat yang biasa digunakan untuk
mengetahui kinerja tersebut adalah dengan menggunakan analisis rasio, yakni rasio
likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan operasi/efisiensi. Oleh karena kegiatannya
menyangkut uang masyarakat dan kepercayaan yang diberikan, maka setiap lembaga
perbankan harus membuat laporan hasil kinerja keuangan berdasarkan
ketentuan-ketentuan dari Bank Indonesia selaku pengawas perbankan di Indonesia. Laporan
tersebut dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan antara
lain para investor.
Bagi para calon pemegang saham (investor) yang akan membeli saham
terlebih dahulu menganalisis kinerja dari perusahaan tersebut karena kinerja dari
perusahaan tersebut merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam
tajam dalam menganalisis setiap saham yang akan dibelinya. Agar keputusan
investasinya tidak salah, maka investor perlu melakukan penilaian terlebih dahulu
terhadap saham-saham yang dipilihnya, untuk selanjutnya menentukan apakah saham
tersebut akan memberikan tingkat imbal hasil (return) yang sesuai dengan tingkat
return yang diharapkannya.
Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu: nilai buku, nilai
pasar dan nilai intrinsik saham. Investor berkepentingan untuk mengetahui ketiga
nilai tersebut sebagai informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi yang
tepat. Dalam membeli atau menjual saham, investor akan membandingkan nilai
intrinsik dengan nilai pasar saham yang bersangkutan. Ada dua pendekatan dalam
menentukan nilai intrinsik saham berdasarkan analisis fundamental yaitu pendekatan
nilai sekarang (present value approach) dan pendekatan rasio harga terhadap earning
atau Price Earning Ratio/(PER).
Pendekatan nilai sekarang dilakukan dengan menghitung seluruh aliran kas
yang akan diterima pemegang saham dari suatu saham di masa yang akan datang, dan
kemudian didiskontokan dengan tingkat bunga diskonto (biasa besarnya tingkat
return yang disyaratkan). Sedangkan, pendekatan Price Earning Ratio (pendekatan
PER) atau disebut juga pendekatan multiplier, dalam penentuan nilai suatu saham
dilakukan dengan menghitung berapa rupiah uang yang diinvestasikan ke dalam suatu
saham untuk memperoleh satu rupiah pendapatan (earning) dari saham tersebut.
Dalam metode penilaian saham berdasarkan analisis fundamental pendekatan
kelebihan dari metode ini adalah kemudahan dan kepraktisan dalam penggunaan dan
adanya standar penilaian bagi industri yang sama. Para investor dalam menentukan
keputusan pembelian atau penjualan saham menggunakan Price Earning Ratio (PER)
yaitu untuk mengevaluasi harga saham yang beredar di bursa efek. Price Earning
Ratio merupakan perbandingan antara harga pasar saham per lembar dengan laba per
saham (earning per share). Jika PER tinggi, berarti harga saham tersebut terlalu
mahal atau dengan harga tertentu investor hanya memperoleh laba yang tinggi.
Dari informasi PER, diperoleh analisis rasional sebagai evaluasi terhadap
prospek antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain dengan menggunakan
standar yang sama yaitu PER satu perusahaan dengan PER perusahaan lainnya.
Perusahaan yang mempunyai kesempatan investasi yang paling menarik akan
memperoleh modal harga yang wajar, yaitu harga yang mencerminkan investasi yang
potensial.
Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk meneliti Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Price Earning Ratio Saham-saham Perbankan yang Terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia. Adapun faktor-faktornya seperti: Tingkat kecukupan modal
(Capital Adequacy Ratio), Debt Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV),
tingkat pengembalian modal (Return on Equity), Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasional (BOPO) dan tingkat likuiditas (Loan to Deposit Ratio) yang
mempengaruhi PER pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia selama
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai
berikut:
Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt Equity Ratio
(DER), Price Book Value (PBV), Return on Equity (ROE), Biaya Operasional dan
Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR), terhadap Price
Earning Ratio (PER) saham-saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia?
I.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt
Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), Return on Equity (ROE), Biaya
Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR),
terhadap Price Earning Ratio (PER) saham-saham perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
I.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan bagi para pelaku pasar modal (investor) dan emiten
dalam melakukan analisis investasi pada saham perusahaan perbankan yang
2. Sebagai sumber informasi tambahan bagi pihak akademis untuk menambah
khasanah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan investasi saham di pasar
modal.
3. Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam bidang ilmu
manajemen keuangan, khususnya mengenai investasi saham di pasar modal.
4. Sebagai bahan studi dan referensi bagi peneliti selanjutnya.
I.5. Kerangka Berpikir
Penilaian suatu efek sangat dipengaruhi dan tidak terlepas dari kondisi kinerja
perusahaan penerbitnya. Kinerja perusahaan merupakan informasi yang dibutuhkan
investor dalam menentukan keputusan investasinya. Kinerja keuangan perusahaan
dapat dilihat dari posisi keuangan perusahaan, yaitu dari informasi-informasi
mengenai likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Informasi-informasi ini dapat
diperoleh dengan melakukan analisis pada laporan keuangan. Laporan keuangan yang
tersedia dapat dianalisis untuk membuat suatu keputusan ekonomi dan bisnis oleh
investor.
Untuk melakukan interpretasi terhadap laporan keuangan, diperlukan suatu
ukuran tertentu sehingga besaran yang digunakan dapat mencerminkan kondisi yang
lebih berarti bagi pengambil keputusan. Ukuran yang sering digunakan untuk
menganalisis laporan keuangan adalah dalam bentuk rasio.
Rasio-rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabung-gabungkan
semacam itu diharapkan pengaruh perbedaan ukuran akan hilang. Rasio-rasio
keuangan menghilangkan pengaruh ukuran dan membuat ukuran bukan dalam angka
absolut, tetapi dalam angka relatif (Halim dan Hanafi, 2005).
Dalam melakukan analisis dan memilih saham, ada dua pendekatan yang
dilakukan, yaitu pendekatan fundamental dan pendekatan teknikal. Pendekatan
fundamental merupakan faktor-faktor yang diidentifikasikan dapat mempengaruhi
harga saham. Analisis fundamental adalah tehnik yang mencoba memperkirakan
harga saham di masa yang akan datang dengan cara yaitu:
a. Mengestimasi nilai faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham
di masa akan datang.
b. Menerapkan hubungan variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga
saham.
Ada dua pendekatan dalam menentukan nilai intrinsik saham berdasarkan
analisis fundamental yaitu pendekatan nilai sekarang (present value approach) dan
pendekatan rasio harga terhadap earning atau Price Earning Ratio (PER). Dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan price earning ratio.
Price Earning Ratio (PER) adalah rasio yang membandingkan harga pasar
dengan earning per share saham tersebut. Semakin tinggi price earning ratio
menunjukkan saham tersebut diminati oleh banyak investor dan layak dibeli,
sedangkan kalau nilai price earning ratio rendah maka saham tersebut kurang
diminati investor. Price earning ratio yang tinggi akan cenderung membuat harga
membuat harga saham turun atau stagnan. PER juga mengindikasikan kepada
masyarakat dan pihak investor khususnya tentang prestasi dan prospek perusahaan
yang bersangkutan. Menurut Halim (2005) Price earning ratio yaitu suatu ratio yang
menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap
rupiah perolehan laba perusahaan.
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio
telah banyak dilakukan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Adapun
penelitian yang berusaha memberikan penjelasan mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat PER suatu perusahaan antara lain Whitbeck-Kisor
(1963) dalam Husnan (1993) mereka melakukan penelitian dengan menggunakan tiga
variabel yang diduga mempunyai pengaruh terhadap PER yaitu tingkat pertumbuhan
laba, Dividend Payout Ratio (DPR), dan standar deviasi tingkat pertumbuhan. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat pertumbuhan dan DPR mempunyai
hubungan positif terhadap PER, sedangkan deviasi standar tingkat pertumbuhan
mempunyai hubungan negatif terhadap PER. Kurniawan (2002) melakukan penelitian
terhadap 22 perusahaan perbankan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Loan to Deposit Ratio, Operating Ratio, Cost of Loanable Fund, Debt to Equity
Ratio, dan Price Book Value berpengaruh secara serentak dan signifikan terhadap
Price Earning Ratio saham-saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Setelah dilakukan uji signifikansi diketahui bahwa seluruh variabel yang diuji hanya
variabel Cost Of Loanable Fund (COLF) yang tidak memiliki pengaruh yang
melakukan penelitian terhadap 18 peruahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Loan to Assets Ratio, Return on Assets, Return on
Equity, dan Net Profit Margin berpengaruh secara serentak dan signifikan terhadap
Price Earning Ratio saham-saham yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, sedangkan
variabel independen lainnya yaitu Loan to Assets Ratio dan Net Profit Margin tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PER. Sedangkan Sinaga (2007)
melakukan penelitian terhadap 23 perusahaan perbankan. Hasil penelitian secara
simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel leverage, dividend payout
ratio, firm size, earning growth, capital adequacy ratio, non performing loan, return
on equity, dan loan to deposit ratio terhadap price earning ratio. Secara parsial dari
beberapa variabel yang mempengaruhi price earning ratio maka yang paling
dominan adalah ukuran perusahaan (firm size), pertumbuhan laba (earning growth)
dan kemampuan menghasilkan laba bersih (return on equity).
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan permodalan suatu bank untuk menutupi kemungkinan kegagalan yang
ada dalam proses pemberian kredit. Rasio ini merupakan salah satu rasio solvabilitas
yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban jika terjadi likuiditas bank.
Menurut Thomson (1991) bahwa “CAR adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit,
penyertaan dan surat berharga tagihan pada bank lain) yang ikut dibiayai dari modal
rasio ini semakin baik di mata investor, artinya di kemudian hari, pihak kreditur akan
mendapatkan pengembalian plus pendapatan bunga atas kegiatan tersebut. Semakin
tinggi rasio ini semakin baik.
Debt Equity Ratio (DER) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang-utangnya, baik jangka
panjang maupun jangka pendek dengan dana yang berasal dari modal sendiri
(Margaretha, 2007). Semakin besar rasio ini mencerminkan solvabilitas perusahaan
semakin rendah, sehingga kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya akan
rendah, hal ini berarti bahwa risiko perusahaan (financial risk) relatif tinggi. Adanya
risiko yang tinggi menyebabkan investasi pada suatu saham akan kurang menarik
terutama bagi investor yang bukan risk taker, akibatnya harga saham akan turun
sehingga PER akan turun pula.
Price to Book Value (PBV) yaitu suatu rasio yang menggambarkan seberapa
besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Menurut Umar (2002)
bahwa Price to Book Value yaitu “Rasio yang dipakai untuk mengukur tingkat
kemahalan dari suatu saham apakah termasuk yang undervalued atau overvalued”.
Perusahaan dengan tingkat return on equity yang tinggi biasanya akan menjual saham
berlipat kali dari nilai bukunya, dibandingkan perusahaan dengan return on equity
yang rendah (Brigham-Gapenski, 1998). Sehubungan hal tersebut meningkatnya rasio
ini akan mendukung terjadinya peningkatan kenaikan harga saham perusahaan
sehingga price earning ratio ikut meningkat. Hal tersebut berarti Price Book Value
Menurut Martono dan Harjito (2005) Return on Equity (ROE) atau sering
disebut Rentabilitas Modal Sendiri dimaksudkan untuk mengukur seberapa banyak
keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri. Sedangkan menurut Margaretha
(2007), Return on Equity (ROE) adalah “Perbandingan antara laba bersih bank (laba
setelah pajak) dengan modal sendiri”. ROE merupakan indikator yang amat penting
bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank
dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden.
Kenaikan rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari laba yang bersangkutan
yang selanjutnya dikaitkan dengan peluang kemungkinan pembayaran dividen
(terutama bagi bank yang go publik). Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi
kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan yang selanjutnya kenaikan tersebut
akan menyebabkan kenaikan harga saham sehingga PER saham tersebut juga akan
meningkat.
Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Rasio ini digunakan
untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya. Tingkat efisiensi disebut baik jika rasio BOPO lebih besar dari 96 persen
(Margaretha, 2007). Di mana kegiatan utama bank adalah bertindak sebagai
perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (dana masyarakat). Hal tersebut
berarti meningkat rasio ini menunjukkan terjadi penurunan beban operasional
sehingga laba operasional meningkat. Peningkatan laba akan mendorong terjadinya
LDR (loan to deposit ratio), merupakan rasio yang mengukur perbandingan
jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diberikan oleh bank, rasio ini
menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh
deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Oleh karena itu, semakin tinggi rasionya memberikan indikasi rendahnya kemampuan
likuiditas bank tersebut, hal ini sebagai akibat jumlah dana yang diperlukan untuk
membiayai kredit jadi semakin besar. Menurut surat edaran BI No. 6/23/DPNP
tanggal 31 Mei 2004 menetapkan bahwa batas aman dari Loan to Deposit Ratio suatu
bank adalah antara 75 persen dan 85 persen. Hal tersebut menunjukkan jika
persentase LDR berada pada ketentuan yang aman maka pendapatan perusahaan akan
meningkat dan diikuti pula dengan peningkatan PER saham perusahaan, begitu pula
sebaliknya akan menurunkan tingkat pendapatan apabila telah melebihi atau kurang
Dari uraian di atas, maka kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 1.1. Kerangka Berpikir
I.6. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir, maka dihipotesiskan sebagai berikut: Capital
Adequacy Ratio (CAR), Debt Equity Ratio (DER), Price Book Value (PBV), Return
on Equity (ROE), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan
to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh signifikan terhadap Price Earning Ratio (PER)
saham-saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Debt Equity Ratio Capital Adequacy Ratio
Price Book Value
Return on Equity
Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
Loan to Deposit Ratio
Price Earning
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio
telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya antara lain:
Kurniawan (2002) meneliti dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Price Earning Ratio Saham-saham Perbankan yang Terdaftar
di Bursa Efek Jakarta” melakukan penelitian terhadap 22 perusahaan perbankan
di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Loan to Deposit Ratio, Operating
Ratio, Cost of Loanable Fund, Debt to Equity Ratio, Price Book Value berpengaruh
secara serentak dan signifikan terhadap Price earning Ratio saham-saham perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan
bahwa dari lima variabel yang diteliti ada empat variabel yang berpengaruh secara
signifikan terhadap Price Earning Ratio yaitu Loan to Deposit Ratio, Operating
Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Price Book Value. Sedangkan variabel Cost of
Loanable Fund tidak berpengaruh signifikan terhadap PER.
Sianipar (2005), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor
Fundamental terhadap Harga Saham Industri Perbankan di Indonesia”. Dengan
melakukan penelitian terhadap 20 perusahaan perbankan, variabel yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu Capital Adequacy Ratio, Return on Equity, Return On
Margin dan Loan to Deposit Ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
simultan faktor fundamental atau seluruh variabel yang digunakan mempunyai
pengaruh terhadap harga saham, namun secara parsial faktor Loan to Deposit Ratio,
Return On Asset, dan Not Performing Asset To Earning Asset tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
Adhitama dan Sudaryono (2005) meneliti dengan judul “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Price Earning Ratio pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar
di Bursa Efek Jakarta” dan melakukan penelitian terhadap 18 perusahaan perbankan
di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Loan to Assets Ratio,
Return on Assets, Return on Equity, dan Net Profit Margin berpengaruh secara
serentak dan signifikan terhadap Price Earning Ratio saham-saham yang terdaftar
di Bursa Efek Jakarta, sedangkan variabel independen lainnya yaitu Loan to Assets
Ratio dan Net Profit Margin tidak memiliki pengaruh yang signifikan.
Sinaga (2007) dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Price
Earning Ratio pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar pada Bursa Efek Jakarta”,
dan melakukan penelitian terhadap 23 perusahaan perbankan. Hasil penelitian secara
simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel leverage, dividend payout
ratio, firm size, earning growth, capital adequacy ratio, non performing loan, return
on equity, dan loan to deposite ratio terhadap price earning ratio. Secara parsial dari
beberapa variabel yang mempengaruhi price earning ratio maka yang paling
dominan adalah ukuran perusahaan (firm size), pertumbuhan laba (earning growth)
II.2. Pengertian dan Jenis-jenis Saham
Diantara surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal, saham
biasa (common stock) merupakan surat berharga yang paling dikenal masyarakat.
Di antara para emiten (perusahaan yang menerbitkan surat berharga), saham biasanya
juga merupakan yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat.
Bahkan banyak perusahaan yang menerbitkan surat berharga, memilih menerbitkan
saham, yang digunakan untuk menarik dana dari masyarakat. Jadi saham sangat
menarik, baik bagi sisi investor, maupun sisi emiten.
Saham adalah tanda kepemilikan dalam suatu perusahaan di mana porsinya
sesuai dengan besarnya kepemilikan. Saham tersebut mengandung hak atas dividend
dan dapat diperjualbelikan. Menurut Brigham (2000) yang dimaksud dengan saham
biasa adalah “Common stock an ownership interest in a corporation, but to typical
investor, a share of common stock is simply a piece of paper characterized by two
futures: (1) It entitles its owner to dividend. (2) Stock can be sold at some future
date”.
Saham biasa merupakan efek yang paling populer di pasar modal, di mana
pembicaraan seputar saham selalu mengacu kepada saham biasa, kecuali disebutkan
preferen. Beberapa karakteristik yuridis bagi pemegang saham antara lain:
a) Limited Risk, artinya pemegang saham hanya bertanggung jawab sampai
b) Ultimate Control, artinya pemegang saham merupakan pihak terakhir yang
mendapat pembagian hasil usaha perusahaan dan sisa aset dalam proses
likuidasi perusahaan (Darmadji dan Fachruddin, 2001).
Investor yang menanamkan dananya kedalam bentuk saham pada dasarnya
memperoleh dua keuntungan, yaitu:
1) Dividen, yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit
saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen
diberikan setelah mendapat persetujuan dalam RUPS. Umumnya dividen
merupakan salah satu daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi
jangka panjang.
2) Capital gain, merupakan selisih antara harga beli dan jual. Capital gain
terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar skunder.
Umumnya investor dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan
melalui capital gain.
Saham memiliki jenis yang bervariasi. Jenis saham dapat dikelompokkan
berdasarkan jenis-jenis berikut.
1) Jenis saham berdasarkan besaran fundamentalnya
Saham dapat dikelompokkan dengan cara mengaitkan fundamental
perusahaan maupun situasi ekonomi yang sedang berlangsung. Contoh indikator
fundamental adalah laba perusahaan, kualitas manajemen perusahaan, dividen yang
dan lain-lain. Saham berdasarkan fundamentalnya dibedakan menjadi enam jenis
saham (Rivai et al, 2007), yaitu sebagai berikut:
a) Saham unggulan (blue chips)
Saham-saham dalam kelompok ini adalah saham-saham yang secara
nasional dikenal mempunyai historis yang kuat dan bagus. Misalnya,
pertumbuhan laba, pembayaran dividen, serta reputasi terhadap kualitas
manajemen, produk dan jasa. Saham-saham ini secara umum mempunyai
harga relatif mahal dan memberikan dividen yang cukup lumayan.
Kelompok saham ini paling sering dilirik investor dan sering menjadi
rekomendasi para analis bursa saham.
b) Saham bertumbuh (growth stocks)
Ciri saham ini adalah memiliki pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi
dari pertumbuhan beberapa tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut
diharapkan terus berlangsung sehingga mencapai pertumbuhan laba yang
tinggi sehingga terefleksi pada harga saham dan investor mendapatkan
capital gain lebih tinggi dibandingkan dengan saham lain. Saham ini
biasanya memberikan dividen yang kecil atau tidak sama sekali.
c) Saham-saham siklikal (cyclical stock)
Ciri saham-saham ini adalah memberikan tingkat pengembalian lebih baik
dari perubahan tingkat pengembalian pasar secara keseluruhan. Saham ini
memiliki volatilitas atau gejolak harga mengikuti siklus ekonomi yang
d) Saham-saham bertahan (defensive stock/countercyclical stocks)
Ciri saham-saham ini adalah tetap stabil selama periode resesi, karena
walaupun dalam masa resesi, produk-produk perusahaan tersebut tetap
terjual karena memang dibutuhkan. Contoh saham bertahan adalah saham
yang termasuk dalam industri utilities, farmasi, dan makanan.
e) Saham spekulatif (speculative stocks)
Ciri saham ini adalah perusahaan-perusahaan ini beroperasi dengan
kegiatan yang memiliki resiko tinggi, tetapi memiliki kemungkinan
memperoleh keuntungan besar. Saham spekulatif mempunyai harga yang
sangat berfluktuasi.
f) Saham pendapatan (income stocks)
Saham pendapatan adalah saham yang membayar dividen melebihi
rata-rata pendapatan. Saham ini umumnya banyak dibeli oleh investment fund
dan dana pension.
g) Saham bertumbuh emerging (emerging stocks)
Saham ini adalah saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang relatif
lebih kecil dan memiliki daya tahan yang kuat meskipun dalam kondisi
ekonomi yang kurang mendukung, yang memasuki tahap memperoleh
laba dalam jumlah besar sebagai hasil peningkatan volume penjualan dan
memperbesar profit marginnya. Harga saham ini biasanya sangat
2) Jenis Saham Berdasarkan Kepemilikan
a) Saham atas tunjuk (bearer stocks)
Artinya pada saham ini tidak tertulis nama pemiliknya agar mudah dipindah
tangankan dari satu investor ke investor lainnya.
b) Saham atas nama (registered stocks)
Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa pemiliknya, di mana cara
peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
3) Jenis Saham Berdasarkan hak Tagihan
a) Saham biasa (common stocks).
b) Saham preferen (preferred stocks).
II.3. Penilaian Saham
Salah satu jenis aset finansial yang bisa dipilih investor adalah saham. Agar
keputusan investasinya tidak salah, maka investor perlu melakukan penilaian terlebih
dahulu terhadap saham-saham yang akan dipilihnya, untuk selanjutnya menentukan
apakah saham tersebut akan memberikan return yang sesuai dengan tingkat return
yang diharapkannya. Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu
nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik saham. Investor berkepentingan untuk
mengetahui ketiga nilai tersebut sebagai informasi penting dalam pengambilan
keputusan investasi yang tepat.
Dalam membeli atau menjual saham, investor akan membandingkan nilai
lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong mahal
(overvalued) dan dalam situasi ini investor tersebut dapat mengambil keputusan
untuk menjual saham tersebut. Sebaliknya jika nilai pasar saham di bawah nilai
intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong murah (undervalued), sehingga dalam
situasi seperti ini investor sebaiknya membeli saham tersebut. Dalam penentuan nilai
intrinsik saham berdasarkan analisis fundamental menurut Tandelilin (2001),
menggunakan dua pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan Nilai Sekarang (Present Value Approach)
Pendekatan nilai sekarang dilakukan dengan menghitung seluruh aliran kas yang
akan diterima pemegang saham dari suatu saham di masa yang akan datang, dan
kemudian didiskontokan dengan tingkat bunga diskonto (biasanya sebesar tingkat
return yang disyaratkan).
2. Pendekatan PER (Price Earning Ratio)
Pendekatan ini penentuan nilai suatu saham dilakukan dengan menghitung berapa
rupiah uang yang diinvestasikan ke dalam suatu saham untuk memperoleh satu
rupiah pendapatan (earning) dari saham tersebut.
II.4. Analisis Fundamental
Pendekatan fundamental merupakan faktor-faktor yang diidentifikasikan
dapat mempengaruhi harga saham. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah
penjualan, pertumbuhan penjualan, kebijakan deviden, rapat umum pemegang saham,
yaitu faktor-faktor yang dapat dikendalikan perusahaan (seperti: jenis teknologi,
biaya-biaya perusahaan) dan di luar kendali perusahaan (seperti: tingkat suku bunga,
nilai tukar, inflasi).
Karakteristik analisis fundamental yaitu setiap investor merupakan makhluk
rasional, di mana seorang fundamentalis mencoba mempelajari hubungan harga
saham dengan kondisi perusahaan dan berasumsi bahwa nilai saham mewakili nilai
perusahaan Dengan harapan perusahaan mampu meningkatkan nilainya di kemudian
hari. Para calon investor yang akan membeli saham akan menganalisis kondisi
perusahaan untuk mendapatkan keuntungan terbesar dari investasinya.
Menurut Rivai, et al. (2007) Analisis fundamental adalah tehnik yang
mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan cara, yaitu:
1. Mengestimasi nilai faktor fundamental yang memengaruhi harga saham di masa
mendatang.
2. Menerapkan hubungan variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga
saham.
Sedangkan menurut Jogiyanto (2003), analisis fundamental merupakan
analisis untuk menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan
perusahaan, sedangkan analisis teknis menggunakan data pasar dari saham.
Analisis fundamental memfokuskan pada data laporan keuangan perusahaan
untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah diapresiasikan secara akurat.
Tujuan analisis fundamental adalah untuk menentukan apakah nilai saham berada
pada posisi underpriced atau overprice. Saham dikatakan underpriced bilamana
harga saham di pasar modal lebih kecil dari harga wajar atau nilai yang seharusnya
(nilai intrinsik), dan harga saham dikatakan overpriced apabila harga saham di pasar
modal lebih besar dari nilai intrinsiknya.
Halim (2003) menjelaskan bahwa ide dasar dari pendekatan fundamental ini
adalah bahwa harga saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Apabila kinerja
perusahaan baik maka nilai usaha akan tinggi, dengan nilai usaha yang tinggi
membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk menanam modalnya
sehingga akan terjadi kenaikan harga saham. Sebaliknya apabila terdapat berita buruk
mengenai kinerja perusahaan maka akan menyebabkan penurunan harga saham pada
perusahaan tersebut, atau dapat dikatakan bahwa harga saham merupakan fungsi dari
nilai perusahaan.
II.5. Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan
di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari perusahaan dalam mengelola
dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja
adalah memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam
yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana
formal yang dituangkan dalam anggaran.
Pengukuran kinerja (performing measurement) adalah kualifikasi dan efisiensi
perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode
akuntansi. Dengan demikian pengertian kinerja adalah suatu usaha formal yang
dilaksanakan perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu
(Agnes, 2005).
Pengukuran kinerja merupakan analisis data serta pengendalian bagi
perusahaan. Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan
atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Bagi
investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat
apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau
mencari alternatif lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan
kepada penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat sacara umum bahwa
perusahaan memiliki kredibilitas yang baik (Munawir, 2002).
Kinerja bank menurut Jumingan (2008) merupakan bagian dari kinerja bank
secara keseluruhan, kinerja (performance) bank secara keseluruhan merupakan
gambaran prestasi yang dicapai bank dalam operasional, baik menyangkut aspek
keuangan, pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi maupun
sumber daya manusia.
Dari definisi di atas, kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi
dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan
modal, likuiditas, dan profitabilitas bank.
II.5.1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus dipertahankan
oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut
Resiko (ATMR), secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
%
Menurut Margaretha (2007) bahwa CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan dan surat berharga tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal bank, di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (hutang) dan lain-lain.
CAR merupakan rasio keuangan untuk mengukur permodalan yang dimiliki
perusahaan (Kasmir, 2003). CAR sebagai salah satu indikator kemampuan bank
dalam menutup penurunan aktiva sebagai akibat kerugian yang diderita bank.
Ketentuan Bank Indonesia CAR minimal sebesar 8%. Besar kecilnya CAR
ditentukan oleh kemampuan bank menghasilkan laba serta komposisi pengalokasian
dana pada aktiva sesuai dengan tingkat resikonya. Secara teoritis bank yang
mempunyai CAR yang tinggi sangatlah baik karena bank ini mampu menanggung
risiko yang mungkin timbul. Adanya modal yang cukup yang disediakan oleh pemilik
sehingga kredit menjadi lebih luas dan adanya risiko yang kecil sehingga semuanya
PER. CAR yang tinggi menunjukkan semakin stabil usaha bank karena adanya
kepercayaan masyarakat yang stabil.
II.5.2. Debt to Equity Ratio (DER).
DER merupakan salah satu rasio yang mengukur tingkat leverage suatu
perusahaan. Rasio ini menggambarkan perbandingan antara total hutang dengan total
ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan perusahaan. Semakin
besar DER menunjukkan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan
hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Rasio leverage mengukur tingkat solvabilitas
suatu perusahaan di mana rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut pada saat
itu dilikuidasi.
Menurut Weston and Brigham, (1975) Leverage Ratio:” Which measure the funds supplied by owners as compared with the financing provided by the firm’s creditors, have anumber of implications. First, Creditor look to the equity, or owners-supplied fund, provide a margin of safety. If owners have provided only a small
adalah Rasio yang menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan
perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk
memenuhi seluruh kewajibannya.
DER =
II.5.3. Price Book Value (PBV)
Price Book Value (PBV) menunjukkan perkiraan nilai ekuitas berdasarkan
perbandingan nilai buku saham dengan harga pasarnya. Rumusan yang digunakan
untuk membentuk rasio ini sebagai berikut:
menjual sahamnya berlipat kali dari nilai bukunya, dibandingkan perusahaan dengan
return on equity yang rendah (Brigham-Gapenski, 1998).
Price Book Value (PBV). Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar
keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan
yang terus tumbuh (Brigham, 1999).Sehubungan dengan hal tersebut meningkatnya
rasio PBV akan mendukung terjadinya peningkatan kenaikan harga saham
perusahaan sehingga Price Earning Ratio meningkat. Berdasarkan hal tersebut Price
Book Value memiliki hubungan yang positif terhadap Price Earning Ratio.
II.5.4. Return on Equity (ROE)
ROE (return on equity) menurut Margaretha (2007) adalah “perbandingan
antara laba bersih bank (laba setelah pajak) dengan modal sendiri”. Sedangkan
Menurut Martono dan Harjito (2005) Return on Equity (ROE) atau sering disebut
keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri. Rasio ini banyak diamati oleh
para pemegang saham bank (baik pemegang saham pendiri maupun para pemegang
saham baru) karena bagi para investor rasio ini untuk mengukur kemampuan bank
dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden.
Kenaikan rasio berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank bersangkutan.
Selanjutnya kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank
sehingga diikuti dengan naiknya PER. ROE yang baik menurut surat edaran Bank
Indonesia tahun 2004 adalah di atas 12,5%, Rumusnya adalah:
ROE = 100%
II.5.5. Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO). Rasio ini digunakan
untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya. Tingkat efisiensi disebut baik jika rasio BOPO lebih besar dari 96 persen
(Margaretha, 2007). Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya
operasional dengan pendapatan operasional. Artinya, semakin rendah BOPO berarti
semakin efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya,
dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin
II.5.6. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to deposit ratio (LDR) merupakan perbandingan antara besarnya kredit
yang diberikan oleh bank terhadap besarnya jumlah simpanan atau dana pihak ketiga.
LDR (loan to deposit ratio) menurut Margaretha (2007) adalah seberapa jauh
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan
dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Sedangkan menurut Kasmir (2003) Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan
dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Rasio ini
digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar semua
dana masyarakat serta modal sendiri dengan mengandalkan kredit yang telah
didistribusikan ke masyarakat. Dengan kata lain bank dapat memenuhi kewajiban
jangka pendeknya, seperti membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat
ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Sehingga rasio
ini digunakan untuk menilai likuiditas dari suatu bank. Oleh karena itu, semakin
tinggi rasionya memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank tersebut,
II.6. Pengertian Price Earning Ratio
Price Earning Ratio (PER), merupakan salah satu indikator yang sering
digunakan sekuritas untuk menilai harga saham yang diperdagangkan di pasar modal.
Karena dalam pendekatan ini investor akan menghitung berapa kali nilai earning
yang tercermin dalam harga suatu saham, dengan kata lain PER menggambarkan
rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan.
Price Earning Ratio menurut Jones (2004) adalah simply the number of times
investors value earning as expressed in the stock price. Selain itu juga sebagaimana
yang dikemukakan Halim (2005) Price earning ratio yaitu suatu ratio yang
menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap
rupiah perolehan laba perusahaan.
Pada dasarnya price earning ratio memberikan indikasi tentang jangka waktu
yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan
keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Dengan demikian sebuah
perusahaan yang mempunyai PER yang tinggi akan menarik investor untuk membeli
saham perusahaan tersebut. Rasio ini dilihat oleh investor sebagai suatu ukuran
menghasilkan laba di masa depan (future earning) dari suatu perusahaan. Investor
dapat mempertimbangkan rasio tersebut guna memilih saham mana yang nantinya
Rumus untuk menghitung PER suatu saham adalah dengan membagi harga
saham perusahaan terhadap earning per lembar saham. Secara matematis, rumus
untuk menghitung PER adalah sebagai berikut:
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Bursa Efek Indonesia yang beralamat di Jakarta
Stock Exchange Building, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190,
melalui website http://www.jsx.co.id, http://www.bi.go.id dan website lain yang
berkaitan dengan penelitian ini. Waktu penelitian direncanakan dilakukan selama 3
(tiga) bulan, yaitu dari bulan Mei 2009 sampai dengan Agustus 2009.
III.2. Metode Penelitian
Pendekatan ini menggunakan pendekatan Ex Post Facto, Sugiyono (2004)
menyatakan bahwa “Penelitian Ex Post Facto adalah suatu penelitian yang dilakukan
untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang
melalui data tersebut untuk menemukan faktor-faktor yang mendahului atau
menentukan sebab-sebab yang mungkin atas peristiwa yang diteliti“.
Tingkat eksplanasi penelitian ini dikelompokkan ke dalam penelitian
penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang mencari hubungan
antara satu variabel dengan variabel lainnya (Sugiyono, 2004).
Adapun menurut jenis datanya, maka penelitian ini menggunakan data
kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan
III.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004). Populasi dalam
penelitian ini adalah industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
sampai dengan tahun 2007, yang berjumlah 30 (tiga puluh) perusahaan perbankan.
Sampel penelitian akan diambil dari populasi yang ada dengan menggunakan
metode purposive sampling yaitu peneliti memilih sampel berdasarkan penilaian
terhadap beberapa karateristik anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud
penelitian (Kuncoro, 2003).
Adapun kriteria sampel penelitian ini adalah:
1. Perusahaan perbankan yang dipilih adalah bank konvensional.
2. Perusahaan yang dipilih merupakan perusahaan publik pada sektor perbankan
yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2003 dan masih terdaftar
hingga tahun 2007 serta tidak bermasalah.
3. Laporan keuangan perusahaan yang diteliti tersedia lengkap dan telah
dipublikasikan setiap tahunnya.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan di atas, dari jumlah populasi
sebanyak 30 (tiga puluh) perusahaan maka yang diambil menjadi sampel sebanyak 20
(dua puluh) perusahaan. Sedangkan 10 (sepuluh) bank yang tidak memenuhi kriteria