• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA DAN PENGATURANNYA. A. Sejarah, Latar Belakang, dan Undang-undang tentang Penanaman Modal Asing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA DAN PENGATURANNYA. A. Sejarah, Latar Belakang, dan Undang-undang tentang Penanaman Modal Asing"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA DAN PENGATURANNYA

A. Sejarah, Latar Belakang, dan Undang-undang tentang Penanaman Modal Asing

Dengan melihat kembali sejarah perjalanan bangsa Indonesia, dapat diketahui bahwa rencana pembangunan secara bertahap sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1947, dimana Panitia Pemikir Sosial Ekonomi di Yogyakarta telah berhasil menyusun rencananya. Rencana yang telah disusun tersebut sangat sayang tidak dapat dilaksanakan, mengingat situasi dan kondisi negara Indonesia pada saat itu berada dalam peperangan melawan Belanda. Selanjutnya pada tahun 1953 yaitu pada masa kabinet Ali Sastroamidjo, SH pernah pula diajukan rencana pembangunan yang juga membuat tentang pemanfaatan bantuan luar negeri dalam bentuk Penanamam Modal Asing, tetapi karena umur kabinet tidak panjang maka rencana itupun mengalami kegagalan.30

Pada tahun 1956 Kabinet Ali Sastroamidjojo yang kedua kalinya mengajukan Rancangan Undang-undang Penanaman Modal Asing yang mengandung syarat-syarat sedemikian rupa, jangan sampai Penanaman Modal Asing itu menghambat pembangunan masyarakat Indonesia, tetapi Rancangan Undang-undang ini tidak mendapatkan persetujuan Parlemen.31

(2)

Secara ringkas dapat lihat dalam pemerintahan orde lama yang demikian keras menentang kapitalisme, imperialisme dan kolonialisme, ternyata dalam merencanakan pembangunan nasional tetap pula masih memerlukan bantuan-bantuan luar negeri untuk mengatasi kekurangan-kekurangan modal dan tenaga-tenaga ahli yang mana kekurangan tersebut harus diisi. Hanya sayang dalam mengambil kebijakan-kebijakan pemerintahan saat itu sangat dipengaruhi kaum kiri (partai komunis) yang mendorong pada politik konfontasi yang berakibat fatal yaitu dengan keluarnya Indonesia dari keanggotaan PBB, sehingga cara memperoleh bantuan luar negeri menjadi berantakan dan dapat dikatakan tertutup.

Penanaman Modal Asing mulai benar-benar dilaksanakan pada masa orde baru yang lebih dikenal dengan masa pembangunan. Pemerintahan orde baru memulai langkahnya dengan mengadakan koreksi terhadap semua penyelewengan-penyelewengan yang diakibatkan oleh orde sebelumnya dan selanjutnya berdaya upaya semaksimalnya segala kebijakan dalam hubungan luar negeri dapat berjalan sesuai dengan politik bebas aktif yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, hal ini mengingat bahwa tentunya tidak ada negara yang mau menanamkan modalnya dalam suatu negara yang dalam keadaan tidak stabil kehidupan politik dan perekonomiannya.

Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain melalui perbaikan koordinasi antarinstansi Pemerintah Pusat dan Daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. Dengan perbaikan berbagai

(3)

faktor penunjang tersebut, diharapkan realisasi penanaman modal akan membaik secara sigifikan.32

Perekonomian dunia ditandai oleh kompetisi antarbangsa yang semakin ketat sehingga kebijakan penanaman modal harus didorong untuk menciptakan Suasana kebatinan pembentukan Undang- Undang tentang Penanaman Modal didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif. Penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sisitem perekonomian yang berdaya saing.

Undang-undang No. 25 Tahun 2007 mencakupi semua kegiatan penanaman modal langsung di semua sektor dan memberikan jaminan perlakuan yang sama dalam rangka penanaman modal. Selain itu, juga memerintahkan agar meningkatkan koordinasi antar instansi Pemerintah, antar instansi Pemerintah dan Bank Indonesia, dan antarinstasi Pemerintah dengan pemerintah daerah. Koordinasi dengan pemerintah daerah harus sejalan dengan smangat otonomi daerah. Pemerintah daerah bersama- sama dengan instansi atau lembaga, baik swasta maupun Pemerintah, harus lebih diberdayakan lagi, baik dalam pengembangan peluang potensi daerah maupun dalam koordinasi promosi dan pelayanan penanaman modal.

(4)

daya saing perekonomian nasional guna mendorong integrasi perekonomian Indonesia menuju perekonomian global.33

Undang Penanaman Modal Asing di Indonesia yaitu, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, lalu diubah dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-undang Penanaman Modal Asing. Dan akhirnya pemerintah karena keperluan nasional dan untuk mensejahterakan masyarakat serta untuk menghadapi perubahan perekonomian global dan keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kerjasama Internasional, maka akhirnya pada tahun 2007 pemerintah mengeluarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007.34

Bahwa suatu norma dapat dikatakan sebagai norma hukum, norma atau tata nilai tersebut harus memiliki keabsahan dan keberlakuan (validity & efficacy) yang ditandai dengan eksistensinya sebagai aturan formal hukum positif dan kemengikatannya bagi masyarakat sebagai subjek hukum. Norma hukum senantiasa digambarkan sebagai perintah yang mengharuskan dengan kata lain suatu norma adalah suatu aturan yang mengekspresikan fakta bahwa seseorang harus (ought)bertindak dengan cara tertentu, tanpa mengimplikasikan bahwa sungguh-sungguh menginginkan orang tersebut bertindak demikian,35

Demikian pula halnya dengan pembentukan Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) sebagai pengganti dari Undang-undang 11 Tahun 1970 perubahan terhadap Undang-undang No. 1 Tahun 1967 tentang

dan sebagai norma yang mengharuskan tentu saja membawa sekaligus sanksi terhadap siapa saja yang melanggar norma tersebut.

33

Penjelasan Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007, tentang Penanaman Modal Asing.

34

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

35

Jimly Asshiddiqie, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, (Jakarta: Konstitusi Press, 2006), hal 39.

(5)

Penanaman Modal Asing (UUPMA) dan Undang-undang No.12 Tahun 1970 tentang perubahan atas Undang-undang 6 Tahun 1968 Tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (UUPMDN) yang dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan percepatan perkembangan perekonomian dan pembangunan hukum nasional khususnya bidang penanaman modal.

Dapat disimpulkan dari uraian di atas bahwa dasar dilakukannnya perubahan terhadap UUPMDN dan UUPMA adalah kebutuhan akan percepatan perkembangan ekonomi nasional yang dalam hal ini melalui cara investasi aset asing maupun dalam negeri dalam artian pembuat undang-undang berpendapat bahwa percepatan perekonomian nasional dapat dicapai dengan cara pengakumulassian modal dari pihak asing maupun modal sendiri.

Adapun untuk mencapai tujuan penyelenggaraan akumulasi modal negara dengan kebijakannya mengambil sikap untuk mengatasi faktor penghambat iklim investasi, antara lain melalui perbaikan koordinasi antarinstansi Pemerintah Pusat dan daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. Hal diatas digambarkan setidaknya sebagai bentuk komitmen bagi keamanan dan kenyamanan pemilik modal yang modalnya diharapkan.

1. Dasar filosifis Ideologis

Suasana kebatinan pembentukan Undang-Undang tentang Penanaman Modal didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal yang

(6)

kondusif.36

2. Aspek dan Cakupan UUPM.

Berkaitan dengan hal tersebut, penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing.

Satu hal yang baru adalah demokrasi ekonomi yang dirujuk undang-undang, konsep tersebut baru kali ini dapat ditemui dalam perundang-undangan. Sebagai suatu yang baru apakah dapat dipersamakan maksudnya dengan konsep peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang bertumpu pada peningkatan ekonomi rakyat seperti yang dirujuk sebelumnya dalam UUPDN dan UUPMA

Adapun aspek pengaturan dalam Undang-Undang ini, antara lain kebijakan dasar penanaman modal, bentuk badan usaha, perlakuan terhadap penanaman modal, bidang usaha, serta keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan yang diwujudkan dalam pengaturan mengenai pengembangan penanaman modal bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal, serta fasilitas penanaman modal, pengesahan dan perizinan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan penanaman modal yang di dalamnya mengatur mengenai kelembagaan, penyelenggaraan urusan penanaman modal, dan ketentuan yang mengatur tentang penyelesaian sengketa. Selain itu Undang-Undang ini juga mencakupi kegiatan invenstasi langsung di semua sektor.

36

(7)

Undang-Undang ini juga memberikan jaminan perlakuan yang sama dalam rangka penanaman modal. Selain itu, Undang-Undang ini memerintahkan agar Pemerintah meningkatkan koordinasi antarinstansi Pemerintah, antarinstansi Pemerintah dengan Bank Indonesia, dan antarinstansi Pemerintah dengan pemerintah daerah. Koordinasi dengan pemerintah daerah harus sejalan dengan semangat otonomi daerah. Pemerintah daerah bersama-sama dengan instansi atau lembaga, baik swasta maupun Pemerintah, hams lebih diberdayakan lagi, baik dalam pengembangan peluang potensi daerah maupun dalam koordinasi promosi dan pelayanan penanaman modal. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan penyelenggaraan penanaman modal berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan atau dekonsentrasi. Oleh karena itu, peningkatan koordinasi kelembagaan tersebut harus dapat diukur dari kecepatan pemberian perizinan dan fasilitas penanaman modal dengan biaya yang berdaya saing.

Agar memenuhi prinsip demokrasi ekonomi diperlukan adanya pembatasan kegiatan usaha yang dapat dimasuki modal asing, juga memerintahkan untuk mengatur melalui perundang-undangan mengenai persyaratan bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka, termasuk bidang usaha yang harus dimitrakan atau dicadangkan bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi.

Terhadap uraian di atas dapat ditarik prinsip-prinsip demokrasi ekonomi dalam UUPM, antar lain:

a. Pasal 3 UUPM asas penyelenggaraan penanaman modal;

Asas kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara, kebersamaan, efisiensi berkeadilan,

(8)

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian dan keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

b. Pembatasan bidang usaha c. Perlakuan dan fasilitas

d. Pengembangan investasi UKM dan koperasi e. Penyelenggaraan administrasi kegiatan investasi.

B. Prinsip-prinsip Penanaman Modal Asing menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007

Dasar atau prinsip maupun asas yang terkandung dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 adalah:37

1. Kepastian Hukum

Asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.

2. Keterbukaan

Asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman modal.

3. Akuntabilitas

37

(9)

Asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara

Asas Perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri dalam Daerah maupun yang berasal dari luar Daerah dan penanam modal asing maupun antara penanam modal dari satu negara asing dan penanam modal dari negara asing lainnya.

5. Kebersamaan

Asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

6. Efisiensi Berkeadian

Asas yang mendasari pelaksanaan penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.

7. Berkelanjutan

Asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk masa kini maupun yang akan datang.

(10)

Asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.

9. Kemandirian

Asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.

10.Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi antar wilayah di Daerah dalam kesatuan ekonomi nasional.

C. Proses Penanaman Modal Asing di Indonesia

Sejak berlakunya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967, telah banyak para pakar investor asing yang tertarik untuk menamankan modalnya di Indonesia dan mengajukan permohonan-permohonan kepeda pemerintah Indonesia, untuk memperlancar usaha penampungan dan pertimbangan dalam menghadapi permohonan-permohonan penanaman modal dari investor asing tersebut.

Sebelum membahas mengenai bagaimana caranya menanamkan modal asing di Indonesia, perlu diketahui bahwa sejak keluarnya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 hingga saat ini telah terdapat banyak peraturan yang berkenaan dengan Penanaman Modal Asing, baik peraturan yang masih berlaku ataupun yang sudah tidak berlaku lagi (diganti dengan peraturan berikutnya).

Pada awal berlakunya Undang-undang No. 1 Tahun 1967, pemerintah tentu telah memikirkan tentang pengaturan tata cara atau prosedur penanaman modal tersebut sehingga pada saat itu dikeluarkan Keputusan Presidium Kabinet

(11)

No.104/EK/KP/4/1967 tanggal 28 April 1967 yang mengatur tentang prosedur yang harus ditempuh dalam melayani permohonan-permohonan untuk diizinkan melaksanakan penanaman modal asing tersebut. Prosedur tersebut adalah sebagai berikut

1. Pada tingkat pertama, semua permohonan tentang penanaman modal asingPada tingkat pertama, semua permohonan tentang penanaman modal asing peranan-peranan Team Teknis Penanaman Modal Asing sangat diperlukan.

2. Setelah selesai diolah dan disetujui ditingkat departemen tersebut, maka setelah mendengar Tema Teknis Menteri yang bersangkutan meneruskan permohonan tersebut kepada Ketua Predisium Kabine dan Badan Pertimbangan Penamanam Modal Asing

3. Apabila permohonan tersebut mendapat persetujuan dair Badan Pertimbangan Penanaman Modal Asing, maka Ketua Predisium Kabinet memberikan persetujuan resmi atas rancangan kontrak tesebut dan selanjutnya Menteri yang bersangkutan diberi wewenang untuk menandatangani Surat Keputusan Kontraknya atas nama pemerintah.

4. Mengenai Letter of Intent, Merrits of Agreement, atau surat-surat persetujuan (in pricipe) dapat ditanda tangani oleh Sekretaris Jenderal atas nama Menteri yang bersangkutan.

Dalam konteks diatas telah dinyatakan bahwa pemerintah telah banyak mengeluarkan peraturan yang berkenaan dengan penanaman modal asing. Demikian juga halnya mengenai tata cara penanaman modal asing telah beberapa

(12)

mengenai tata cara penamanam modal asing ini adalah Keputusan Presiden RI Nomor 97 Tahun 1993 yang mencabut Keputusan Presiden RI Nomor 33 Tahun 1992.

Pada Kepres No. 97 Tahun 1993, tepatnya pada Pasal 2 yang terdiri dari 11 ayat dapat dilihat secara jelas bagaimana tata cara yang harus ditempuh oleh

investor dalam melaksanakan permohonan penamanam modal asing di Indonesia.

Calon penanam modal (investor) yang akan mengadakan usaha dalam rangka penanaman modal asing pertama-tama yang harus dilakukan adalah mempelajari terlebih dahulu Daftar Bidang Usaha yang Tertutup Bagi Penanaman Modal Asing yang berlaku, dan apabila diperlukan suatu penjelasan lebih lanjut mengenai hal tersebut diatas dapat menghubungi Badan Koordinasi Penanaman Modal atau Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah. Adapun yang dimaksud dengan Daftar Usaha Yang Tertutup Bagi Penanamam Modal Asing adalah daftar usaha yang tidak boleh diberikan untuk dilaksanakan oleh penanaman modal sebagaimana yang diatur dalam Keputusan Presiden No. 111 Tahun 2007 yang kemudian diganti dengan keluarnya Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanamam Modal. Daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal asing ini menunjukkan bahwa pemerintah menggunakan dan memanfaatkan modal asing sesuai dengan kebutuhan dan tetap menjaga bidang usaha yang menguasai hajat orang banyak demi kemakmuran rakyat Indonesia.

Setelah mempelajari bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal asing dan penelitian yang cukup mengenai bidang usaha yang terbuka (yang akan

(13)

ditanamakan modal asing tersebut), calon penanaman modal mengajukan permohonan penanaman modal kepada MENINVES (Menteri Negera Penggerak dan Investasi)/ Ketua BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) dengan tata cara permohonan yang ditetapkan oleh MENINVES/Ketua BPKM.

Mengenai tata cara permohonan yang ditetapkan oleh MENINVES/Ketua BKPM ini, baru-baru ini MENINVES/Ketua BPKM telah mengeluarkan Surat Keputusan yang terbaru mengenai tata cara tersebut yaitu Keputusan Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 21/SK/1996 tanggal 15 Juli 1996, tentang Tatacara Permohonan Penanaman Modal Asing Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Dalam Negeri Dan Penanaman Modal Asing, yang mana Keputusan ini mencabut Surat Keputusan MENINVES/Ketua BPKM Nomor 15/SK/1993 tanggal 23 Oktober 1993 tentang Tata Cara Permohonan Penanaman Modal Dalam Negeri Dan Penanaman Modal Asing.

Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nomor 12 tahun 2009 tentang Pedoman Dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal telah mengatur tentang proses permohonan penanaman modal, yakni sebagai berikut:

Pasal 15

1. Penanam modal dapat mengajukan permohonan perizinan dan nonperizinan penanaman modal secara manual atau melalui SPIPISE, kepada PTSP BKPM, PTSP PDPPM, atau PTSP PDKPM sesuai kewenangannya.

(14)

2. Atas perizinan penanaman modal tersebut, permohonan perizinan penanaman modal diajukan kepada masing-masing PTSP-PDPPM atau FTSP PDKPM sesuai lokasi proyeknya.

3. Penanam modal dapat mengajukan permohonan secara paralel untuk berbagai perizinan dan nonperizinan yang tidak berkaitan, dengan hanya menyampaikan satu berkas persyaratan permohonan melalui SPIPISE. 4. Penanam modal yang menyampaikan permohonan melalui SPIPISE

sebagaimana wajib menyampaikan formulir permohonan, kesepakatan para pemegang saham yang telah dicatat (waarmerking) oleh notaris, surat-surat pernyataan dan surat kuasa asli pada saat

a. penanam modal mengirimkan permohonan melalui SPIPISE, atau b. penanam modal mengambil perizinan dan nonperizinan yang telah

diterbitkan oleh PTSP.

5. Pedoman pengajuan permohonan perizinan dan nonperizinan secara elektronik diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala BKPM

Pasal 16

1. Penanam modal asing yang akan melakukan penanaman modal di Indonesia mengajukan permohonan Pendaftaran ke FTSP BKPM, sebelum atau sesudah berstatus badan hukum perseroan terbatas.

2. Pendaftaran yang diajukan sebelum berstatus badan hukum perseroan terbatas, wajib ditindaklanjuti dengan pembuatan akta pendirian perseroan terbatas.

(15)

3. Pendaftaran yang tidak ditindaklanjuti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lambat dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal diterbitkannya Pendaftaran, dinyatakan batal demi hukum.

4. Apabila sebelum jangka waktu 6 (enam) bulan terdapat perubahan ketentuan yang terkait dengan bidang usaha, maka Pendaftaran yang telah diterbitkan dinyatakan batal demi hukum apabila bertentangan dengan ketentuan baru.

5. Pendaftaran yang diajukan setelah akta pendirian perseroan terbatas atau setelah perusahaan berstatus badan hukum perseroan terbatas, berlaku sampai dengan perusahaan memiliki Izin Prinsip atau perusahaan siap beroperasi/produksi komersial.

6. Perusahaan penanaman modal dalam negeri dapat mengajukan Pendaftaran di FTSP BKPM, FTSP PDPPM, atau FTSP PDKPM sesuai kewenangannya, apabila diperlukan dalam pengurusan perizinan pelaksanaan penanaman modalnya

Pasal 18

1. Perusahaan penanaman modal asing yang telah berstatus badan hukum perseroan terbatas yang bidang usahanya dapat memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya membutuhkan fasilitas fiskal, wajib memiliki Izin Prinsip Penanaman Modal.

2. Perusahaan penanaman modal asing yang belum melakukan Pendaftaran, dapat langsung mengajukan permohonan Izin Prinsip.

(16)

modalnya tidak membutuhkan fasilitas fiskal, tidak diwajibkan memiliki Izin Prinsip.

4. Permohonan Izin Prinsip diajukan kepada PTSP BKPM

D. Bentuk-bentuk Penanaman Modal Asing

Undang-undang Penanaman Modal Asing Nomor 1 tahun 1967 sebenarnya tidak terdapat suatu ketentuan yang mewajibkan suatu perusahaan penanaman modal asing mempunyai mitra lokal, dan tidak ada larangan atas keberadaan suatu perusahaan yang 100% (seratus persen) terdiri dari modal asing. Baru pada tahun 1974 setelah meluas Peristiwa MALARI (malapetaka 15 Januari) telah dilakukan pembatasan terhadap PMA. Ketika itu pemerintah menetapkan bahwa investor asing yang akan menanam modal di Indonesia harus berpatungan dengan perusahaan lokal atau perusahaan domestik.38

Dalam kaitanya dengan hal di atas, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1994, sebagai peraturan terbaru megenai Pemilikan Saham Dalam Rangka Penanaman Modal Asing. Menggantikan PP No. 5 Tahun 1993 (yang merupakan pengganti PP No. 17 Tahun 1992) menunjukkan tentang kepemilikian perusahaan Sebagai suatu bahan referensi mengenai pembatasan pemilihan saham PMA dapat dilihat dalam GBHN tahun 1988, dimana secara eksplisit dinyatakan bahwa penanaman modal asing harus dilaksanakan dengan membentuk usaha patungan, atau untuk lebih jelasnya yaitu:

Penanaman modal asing dilaksanakan dalam bentuk usaha patungan dan disertai dengan syarat menciptakan lapangan kerja, memungkinkan pengalihan keterampilan dan teknologi kepada bangsa Indonesia...

38

Amrial, Hukum Bisnis (Deregulasi Dan Joint venture di Indonesia teori dan Praktek), (Jakarta: Djambatan, 1996), hal. 57.

(17)

modal asing. Pada Pasal 2 ayat (1) dari PP No. 20 Tahun 1994 ini dikatakan penanaman modal asing dapat dilakukan dalam bentuk:

1. Patungan antara modal asing dengan modal yang dimiliki warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia

2. Langsung, dalam arti seluru modalnya dimiliki oleh warga negara dan/ atau badan hukum asing.

Bagian dari Pasal 2 ayat (1) ini untuk selanjutnya ditambah lagi dengan syarat yang terdapat pada Pasal 7 ayat (1) dari Peraturan Pemerintah ini, yiatu bahwa perusahaan yang didirikan dengan seluruh modalnya dimiliki oleh investor asing ini, dalam jangka waktu 15 (lima belas) tahun sejak produksi komersial haruslah menjual sebagian sahamnya kepada warga negara Indonesia melalui pemilikan langsung atau melalui pasar modal dalam negeri. Besarnya saham yang dijual adalah sesuai dengan kesepakatan para pihak terkait didasarkan pada prinsip kerjasama yang saling menguntungkan dan kelangsungann kegiatan usaha perusahaan dan/atau ketentuan pasar modal dalam negeri.

Pasal 5 Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 menyebutkan:

Dalam hal terjadi perubahan kepemilikan modal akibat penggabungan, pengambilalihan, atau peleburan dalam perusahaan penanaman modal yang bergerak di bidang usaha yang sama, berlaku ketentuan sebagai berikut:

1. Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan penanaman modal yang menerima penggabungan adalah sebagaimana yang tercantum dalam surat persetujuan perusahaan tersebut.

(18)

2. Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan penanaman modal yang mengambil alih adalah sebagaimana tercantum dalam surat persetujuan perusahaan tersebut.

3. Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan baru hasil peleburan adalah sebagaimana ketentuan yang berlaku pada saat terbentuknya perusahaan baru hasil peleburan dimaksud.

Seperti yang diketahui, bahwa di dalam Undang-undang Penanaman Modal Asing ada dikenal bentuk-bentuk kerja sama. Dilihat dari jangka waktu kerja sama, maka dunia praktis menunjukkan adanya dua macam kerja sama, yaitu kerja sama sementara39 dan kerja sama tetap (permanen).40

Bentuk kerja sama yang dikenal dalam UUPMA berdasarkan klasifikasi dan/atau alasan-alasan tertentu, baik politis maupun ekonomi dapat dibagi tiga yaitu:41

1. Kerja sama dalam bentuk joint venture. Dalam hal ini para pihak tidak membentuk suatu badan hukum yang baru (badan hukum Indonesia). 2. Kerja sama dalam bentuk Joint Enterprise. Di sini para pihak

bersama-sama dengan modalnya (modal asing dan modal nasional) membentuk badan hukum baru yaitu badan hukum Indonesia.

3. Kerja sama dalam bentuk Kontrak Karya, serupa dengan perjanjian kerja sama dalam bidang pertambangan dan gas bumi yang telah ada sebelum

39

Adalah kerjasama yang berlangsung sementara, artinya ketika setelah tujuan kerjasama tercapai dan masing-masing pihak telah melaksanakan hak dan kewajibannya, maka kerjasama tersebut akan berakhir.

40

Adalah kerjasama yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan ditujukan untuk selama-lamanya, jadi selama belum ada keinginan dari salah satu pihak untuk mengakhiri kerjasama dikarenakan alasan-alasan tertentu, maka kerjasama akan tetap berlangsung hingga batas waktu yang tidak ditentukan.

41

Ismail Suny, Tinjauan Dana Pembahasan Undang-undang Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar Negeri, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1968), hal. 108.

(19)

UUPMA diundangkan. Dalam bentuk kerja sama tersebut, pihak asing

(investor asing) membentuk badan hukum Indonesia. Badan hukum

dengan modal asing inilah yang menjadi pihak pada perjanjian yang bersangkutan. Sedangkan pihak yang lainya, adalah badan hukum dengan modal nasional, yakni sebagaimana poengertian modal nasional yang telah diberikan oleh memori Penjelasan dair Undang-undang Penanaman Modal Asing (UU No 1/1967).

Didalam praktek bisnis, bentuk kerjasama telah berkembang lebih beragam dari bentuk-bentuk konvensional yang dikenal dalam, UUPMA. Pemerintah juga dapat ikut serta dalam suaha patungan dalam rangka penanaman modal asing ini yaitu melalui perusahaan negara.

Untuk lebih memperjelas mengenai bentuk kerjasama yang dikenal dalam UU PMA, maka akan dijabarkan ciri-ciri khas masing-masing kerjasama tersebut sebagai berikut:42

1. Joint venture

Merupakan suatu kerjsama antara pemilik modal asing dengan pemilik modal nasional yang semata-mata didasarkan atas perjanjian belaka. Kerjasama ini dapat juga disebut Contract of Corporation, yakni tidak membentuk suatu badan hukum yang baru seperti pada Joint Enterprise.

2. Joint enterprise

Joint Enterprise merupakan suatu bentuk kerjasama yang membentuk

suatu badan hukum (perusahaan), yang terbentuk dari perjanjian antara pemilik modalasing dan pemilik modal nasional. Joint Enterprise

(20)

merupakan Perusahaan Terbatas (PT) yang modalnya antara lain terdiri modal dalam nilai Rupiah, dan modal yang dinyatakan dalam valuta asing, misalnya US Dollar.

3. Kontrak Karya (Contracts of Work)

Bentuk kerjasama kontrak karya adalah suatu kerjasama yang dibuat antara dua pihak atau lebih dengan modal campuran antara modal asing dan modal nasional. Bentuk ini terjadi apabila penanaman modal asing (investor) terlebih dahulu membentuk suatu badan hukum Indonesia. Selanjutnya badan hukum yang baru itu akan mengadakan perjanjian kerjsama dengan suatu badan hukum Indonesia lainnya yang mempergunakan modal nasional.

Referensi

Dokumen terkait

Kumpulan BP tidak akan bertanggungjawab untuk sebarang kerosakan atau kecederaan akibat daripada penggunaan, selain daripada kegunaan produk bahan yang dinyatakan, kegagalan

Dibawah ini hasil rasio gross profit margin yang telah penulis olah dari data keuangan tiga perusahaan semen untuk tahun buku 2010-2012.. Tabel 4 : Rasio Gross Profit Margin

Peneliti terlebih dahulu menghitung jumlah kodingan atau poin-poin kekerasan verbal yang terdapat dalam film Perjaka Terakhir dan untuk kehandalan, selanjutnya meminta orang

Waktu Proses bacwash atas 60 detik Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 9 diketahui bahwa untuk menjalankan proses backwash atas terdapat komponen yang dijalankan

Seberapa sering Bapak/Ibu merasakan pelaksanaan prosedur audit tertentu dalam batas anggaran waktu merupakan hal yang sangat. penting untuk dipatuhi

Dengan cara melakukan compile file yang sudah didapatkan dari hasil eksploitasi yang kemudian menjalankan file tersebut dengan perintah execute sehingga dapat digunakan untuk

Namun, walaupun ada satu hal yang mengesankan dari ide yang baru ini, ada hal lain yang perlu untuk dipercayai yang tentu saja merupakan hal yang benar. Farhan sadar dengan hal ini

Sebagai contoh, gending yang selalu digunakan dalam pertunjukan wayang pada bagian Pathet Nem adalah Playon Lasem Patet Nem seperti berikut.. 16