9 2.1 Anggaran
Suatu perusahaan didirikan dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan utama dari perusahaan bersifat profit motive atau profit oriented. Yaitu mengoptimasi laba yang berguna untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, sedangkan perusahaan yang tidak berorientasi pada laba akan berusaha untuk memberikan pelayanan yang baik. Agar tujuan tersebut dapat tercapai diperlukan suatu perencanaan, koordinasi dan pengendalian yang baik pula. Perencanaan merupakan dasar untuk mengadakan pengendalian, sedangkan pengendalian diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Anggaran adalah bentuk kuantitatif dari rencana mengenai apa yang hendak dicapai dan bagaimana pencapaiannya, agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan. Ketika anggaran digunakan untuk perencanaan, merupakan metode menerjemahkan tujuan dan strategi dari suatu organisasi. Anggaran juga dapat digunakan sebagai alat pengendalian yaitu terdapatnya proses menetapkan standar dan melakukan tindakan perbaikan ketika kinerja bergeser dari kinerja yang direncanakan, dengan cara membandingkan hasil pelaksanaan dengan anggaran. 2.1.1 Pengertian Anggaran
Anggaran mengharuskan manajemen untuk merencanakan kegiatan di masa yang akan datang untuk mengembangkan arah keseluruhan organisasi, melihat kemungkinan timbulnya masalah, dan untuk pengembangan kebijakan
masa yang akan datang (Hansen dan Mowen, 2004:714). Dibawah ini terdapat beberapa pengertian anggaran antara lain :
Pengertian anggaran menurut Munandar (2001:1) adalah :
“Anggaran ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang”.
Menurut Jajuk Herawati dan Sunarto (2004:2) :
“Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis dalam bentuk angka dan dinyatakan dalam bentuk moneter yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan untuk jangka waktu tertentu di masa yang akan datang”.
Sedangkan menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (2008:2) Anggaran adalah mekanisme sistem perencanaan dan pengendalian yang terpadu (integrated).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa :
1. Anggaran disusun untuk merencanakan masa yang akan datang dalam jangka waktu tertentu.
2. Meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yaitu mencakup kegiatan yang dilakukan manajemen dalam menjalankan fungsinya terutama fungsi perencanaan dan pengendalian.
3. Anggaran dinyatakan secara kuantitatif artinya dalam bentuk angka-angka. 4. Anggaran dinyatakan secara unit moneter, yaitu unit (kesatuan) yang dapat
2.1.2 Tujuan Penyusunan Anggaran
Tujuan ataupun sasaran yang ingin dicapai oleh perusahaan dapat digolongkan ke dalam tujuan yang sifatnya umum dan tujuan yang khusus. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, perusahaan seharusnya menyusun anggaran yang merupakan penjabaran secara lebih terperinci dari masing-masing tujuan menjadi program-program kerja yang akan dilaksanakan (Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri, 2008:46).
Hal ini sejalan dengan pendapat Jajuk Herawati dan Sunarto (2004:4) yang menjelaskan bahwa tujuan penyusunan anggaran adalah :
1. Menyatakan harapan perusahaan secara jelas dan formal, sehingga bisa memberikan arah terhadap apa yang hendak dicapai manajemen.
2. Mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-pihak terkait sehingga anggaran dimengerti, didukung, dan dilaksanakan.
3. Menyediakan rencana secara terinci mengenai aktivitas dengan maksud mengurangi ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi individu dan kelompok dalam upaya mencapai tujuan perusahaan.
4. Mengkoordinasikan cara yang akan ditempuh dalam rangka memaksimalkan sumber daya.
5. Menyediakan alat pengukur dan mengendalikan kinerja individu dan kelompok, serta menyediakan informasi yang mendasari perlu tidaknya tindakan koreksi.
Menurut M. Nafarin (2004:15) mengemukakan bahwa anggaran diperlukan karena ada tujuannya. Berikut ini ada beberapa tujuan disusunnya anggaran, diantaranya adalah :
1. Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana.
2. Memberikan batasan atas jumlah dana yang dicari dan digunakan.
3. Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana, sehingga dapat memudahkan pengawasan.
4. Merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal.
5. Menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan anggaran lebih jelas dan nyata terlihat.
6. Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan.
Berdasarkan tujuan anggaran di atas dapat dikatakan bahwa tujuan anggaran adalah membantu manajemen dalam mengelola perusahaan, membantu mengkomunikasikan tujuan organisasi semua manajer pada unit organisasi di bawahnya, mengkoordinasi kegiatan, dan membantu manajemen dalam pengambilan keputusan yang paling menguntungkan perusahaan. Sebelum tercapainya tujuan, perusahaan harus menentukan jenis anggaran yang akan digunakan oleh perusahaan tersebut.
2.1.3 Jenis-jenis Anggaran
Menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (2008:12) berdasarkan fleksibilitasnya, anggaran dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu :
1. Anggaran Tetap (Fixed Budget atau Static Budget)
Adalah anggaran yang disusun untuk periode waktu tertentu dimana volumenya sudah tertentu dan berdasarkan volume tersebut direncanakan revenue, cost dan expenses.
2. Anggaran Fleksibel (Flexible Budget atau Continous Budget)
Disusun untuk periode tertentu, volume tertentu, dan berdasarkan volume tersebut diperkirakan besarnya revenue, cost dan expenses.
Adapun penjelasan menurut Kamaruddin Ahmad (2007:188) : 1. Anggaran Tetap (Fixed Budget)
Yaitu budget yang dibuat untuk satu tingkat kegiatan (one level of activity) selama jangka waktu tertentu.
2. Anggaran Fleksibel (Flexible Budget atau Continous Budget)
Yaitu suatu anggaran yang dibuat dalam rentang aktivitas, artinya beberapa aktivitas dipecah-pecah dari suatu rentang yang relevan.
Jangka waktu anggaran bagi tiap-tiap perusahaan berbeda-beda tergantung dari faktor intern dan ekstern. Menurut M. Nafarin (2000:17) anggaran biasanya ada dua periode yaitu anggaran jangka panjang dan anggaran jangka pendek.
1. Anggaran Jangka Panjang
Yaitu anggaran yang dibuat dalam jangka waktu lebih dari satu tahun (misalnya anggaran untuk keperluan investasi barang modal atau disebut juga anggaran modal).
2. Anggaran Jangka Pendek
Yaitu anggaran yang dibuat dalam jangka waktu paling lama satu tahun (misalnya anggaran untuk keperluan modal kerja).
Dalam menyusun suatu anggaran, perusahaan dapat melakukannya dengan dua cara, yaitu sebagian demi sebagian (partial) dan secara menyeluruh (comprehensive). Oleh karena itu dipandang dari segi ruang lingkup/intensitas penyusunannya terdapat anggaran komprehensif dan anggaran parsial.
Adapun penjelasan menurut Ellen Christina dkk (2001:12) : 1. Anggaran Parsial
Yaitu anggaran yang ruang lingkupnya terbatas, misalnya anggaran untuk bidang produksi atau bidang keuangan saja.
2. Anggaran komprehensif
Yaitu anggaran dengan ruang lingkup menyeluruh, karena jenis kegiatannya meliputi seluruh aktivitas perusahaan di bidang marketing, produksi, keuangan, personalia dan administrasi.
2.1.4 Fungsi Anggaran
Anggaran mencerminkan suatu komitmen oleh penyusunnya dengan atasannya. Oleh karena itu, anggaran menjadi tolak ukur terhadap kinerja aktual
yang dapat dinilai. Anggaran memiliki beberapa fungsi yang terkandung didalamnya sebagai berikut.
Fungsi anggaran menurut Mulyadi (2001:502) adalah sebagai berikut : 1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.
2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan perusahaan di masa yang akan datang.
3. Anggaran berfungsi sebagai alat komunikasi inten yang menghubungkan berbagai unit organisasi dalam perusahaan dan yang menghubungkan manajer bawah dan manajer atas.
4. Anggaran berfungsi sebagai tolak ukur yang dipakai sebagai pembanding hasil operasi sesungguhnya.
5. Anggaran berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi dan memotivasi manajer dan karyawan agar senantiasa bertindak secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan organisasi.
Sedangkan menurut Munandar (2010:10) fungsi anggaran adalah sebagai berikut :
1. Sebagai pedoman kerja
Anggaran berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arah serta sekaligus memberi target-target yang harus dicapai oleh kegiatan-kegiatan perusahaan di waktu yang akan datang.
2. Sebagai alat pengorganisasian kerja
Anggaran berfungsi sebagai alat untuk pengkoordinasian kerja agar semua bagian-bagian yang terdapat didalam perusahaan dapat saling menunjang,
saling bekerja sama dengan baik, untuk menuju ke sasaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian kelancaran jalannya perusahaan akan lebih terjamin.
3. Sebagai alat pengawasan kerja
Anggaran berfungsi pula sebagai tolak ukur, sebagai alat pembanding untuk menilai realisasi kegiatan perusahaan nanti. Dengan membandingkan antara apa yang dicapai oleh realisasi kerja perusahaan, dapatlah dinilai apakah perusahaan telah sukses bekerja ataukah kurang sukses bekerja. Dari perbandingan antara anggaran dengan realisasinya sehingga dapat pula diketahui kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan. Hal ini dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan yang sangat berguna untuk menyusun rencana-rencana selanjutnya secara lebih matang dan lebih akurat.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa dengan penyususnan anggaran secara cermat dan baik akan mendatangkan manfaat bagi perusahaan. Salah satu manfaat itu adalah sebagai alat pengawasan kerja suatu perusahaan yang mengendalikan setiap kegiatan yang terjadi agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan dana.
2.1.5 Manfaat Anggaran
Menurut Agus Ahyari (2002:5) mengemukakan penggunaan anggaran di dalam perusahaan akan mendapatkan beberapa manfaat yang cukup besar, antara lain sebagai berikut :
1. Terdapatnya perencanaan terpadu.
2. Terdapatnya pedoman pelaksanaan kegiatan perusahaan. 3. Terdapatnya alat koordinasi dalam perusahaan.
4. Terdapatnya alat pengawas yang baik.
5. Terdapatnya alat evaluasi kegiatan perusahaan.
Secara lebih rinci, manfaat-manfaat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Terdapatnya perencanaan terpadu.
Dengan mempergunakan anggaran, perusahaan akan dapat menyusun perencanaan seluruh kegiatan secara terpadu. Hal ini dimungkinkan karena dengan mempergunakan anggaran berarti seluruh kegiatan dalam perusahaan akan “disentuh” oleh anggaran perusahaan. Tidak ada satu pun kegiatan yang dilakukan dalam perusahaan ini yang terlepas dari anggaran, karena seluruh kegiatan yang dilaksanakan tersebut akan memerlukan biaya. Dengan demikian maka anggaran ini merupakan pencerminan seluruh kegiatan perusahaan yang bersangkutan, sehingga penyusunan anggaran merupakan penyusunan seluruh rencana kegiatan perusahaan secara terpadu.
2. Terdapatnya pedoman pelaksanaan kegiatan perusahaan.
Dengan adanya anggaran perusahaan, maka pelaksanaan kegiatan yang ada dalam perusahaan tersebut dapat dilaksanakan dengan lebih pasti, karena dapat mendasarkan diri kepada anggaran yang telah ada. Hal ini akan dapat menghilangkan keraguan yang ada didalam pelaksanaan
kegiatan perusahaan, sehingga langkah-langkah yang diambil oleh para pelaksana akan menjadi lebih pasti. Pelaksanaan dengan mempergunakan anggaran yang telah ditetapkan akan menghasilkan kegiatan yang sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dalam perusahaan tersebut. Dengan demikian maka anggaran tersebut akan dapat dipergunakan sebagai pedoman yang dapat dipercayai bagi pelaksanaan kegiatan dalam perusahaan yang bersangkutan.
3. Terdapatnya alat koordinasi dalam perusahaan.
Penyusunan anggaran akan meliputi seluruh kegiatan yang ada, dengan demikian akan melibatkan seluruh bagian dalam perusahaan. Pelaksanaan kegiatan dengan mempergunakan anggaran sebagai pedoman berarti melakukan kegiatan dalam perusahaan tersebut di bawah koordinasi yang baik. Hal ini disebabkan karena di dalam penyusunan anggaran tersebut sudah dipertimbangkan kaitan satu bagian dengan bagian yang lain, sehingga pelaksanaan kegiatan yang berpedoman kepada anggaran tersebut sudah terkandung arti koordinasi yang sebenarnya. Apa yang sudah digariskan di dalam anggaran berarti sudah mempertimbangkan keterkaitan dengan bagian yang lain.
4. Terdapatnya alat pengawasan yang baik.
Anggaran disamping berfungsi sebagai alat perencanaan juga dapat mempunyai fungsi ganda sebagai alat pengawasan pelaksanaan kegiatan perusahaan. Jika perusahaan sedang menyelesaikan suatu kegiatan, maka manajemen perusahaan akan dapat membandingkan pelaksanaan kegiatan
tersebut dengan anggaran yang telah ditetapkan dalam perusahaan tersebut. Dalam hal ini anggaran akan dapat dipergunakan sebagai alat pengawasan kegiatan yang sedang dilaksanakan dalam perusahaan.
5. Terdapatnya alat evaluasi kegiatan perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai anggaran untuk pelaksanaan kegiatan operasionalnya, akan dapat melaksankan evaluasi rutin setiap kali selesai melaksanakan kegiatan tersebut. Dalam jangka waktu tertentu, misalnya satu tahun satu kali manajemen perusahaan akan dapat menyusun evaluasi kegiatan yang telah dilakukan oleh perusahaan tersebut dengan mempergunakan anggaran sebagai alat evaluasi. Seberapa jauh penyimpangan pelaksanaan kerja dari rencana yang telah disusun serta penyebab apa saja yang menimbulkan penyimpangan kerja tersebut dapat didiskusikan di dalam perusahaan serta dicarikan jalan keluarnya. Evaluasi semacam ini merupakan hal yang sulit dilakukan apabila tidak terdapat anggaran di dalam perusahaan yang bersangkutan.
2.1.6 Karakteristik Anggaran
Dalam penyusnan suatu anggaran, terlebih dahulu kita harus mengetahui karakteristik anggaran tersebut. Dengan demikian kita mengetahui mengenai anggaran yang kita buat. Terdapat beberapa karakteristik anggaran menurut Indra Bastian (2001:81) :
1. Dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan lain selain keuangan. 2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.
3. Anggaran berarti berisi komitmen atau kesanggupan manajemen yang berarti bahwa para manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran.
4. Usulan anggaran telah ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi.
5. Sekali disetujui, anggaran biaya dapat diubah dalam kondisi tertentu. 6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan
anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
Dengan demikian pemahaman pengertian karakteristik anggaran diperlukan para manajemen guna memudahkan penerimaan sikap mengenai keberadaan anggaran dan penyusunan anggaran sesuai prosedur dalam suatu perusahaan.
Menurut Mulyadi (2001:511) selain karakteristik-karakteristik secara umum diatas terdapat juga karakteristik-karakteristik anggaran yang baik, yaitu :
1. Anggaran disusun berdasarkan program.
2. Anggaran disusun berdasarkan karakteristik pusat pertanggungjawaban yang dibentuk dalam organisasi perusahaan.
3. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik anggaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan, walaupun satuan keuangan tersebut dibantu dengan data non keuangan.
3. Anggaran merupakan komitmen manajemen yang berarti bahwa manajemen mau menerima tanggung jawab untuk mencapai target yang dianggarkan.
4. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi dari penyusun anggaran.
5. Anggaran yang telah disetujui diubah jika terjadi kondisi khusus.
6. Secara periodik kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran kemudian selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
2.1.7 Syarat-syarat Anggaran
Menurut Supriyono (2000:45) anggaran yang baik memerlukan syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
1. Adanya organisasi perusahaan yang sehat. 2. Adanya sistem akuntansi yang memadai. 3. Adanya penelitian dan analisis.
4. Adanya dukungan para pelaksana.
Secara lebih rinci, syarat-syarat anggaran dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Adanya organisasi perusahaan yang sehat.
Organisasi yang sehat adalah organisasi yang membagi tugas fungsional dengan jelas dan menentukan garis wewenang dan tanggung jawab yang tegas.
2. Adanya sistem akuntansi yang memadai. Sistem akuntansi yang memadai meliputi :
a. Penggolongan rekening yang sama antara anggaran dan realisasinya sehingga dapat diperbandingkan dan dihitung penyimpangannya. b. Pencatatan akuntansi memberikan informasi mengenai realisasi,
anggaran dan selisih. 3. Adanya penelitian dan analisis.
Penelitian dan analisis diperlukan untuk menetapkan alat pengukur prestasi sehingga anggaran dapat dipakai untuk menganalisa prestasi. 4. Adanya dukungan para pelaksana.
Anggaran dapat dipakai sebagai alat yang baik bagi manajemen jika ada dukungan aktif dari para pelaksana dari tingkat atas maupun bawah.
2.1.8 Prosedur Penyusunan Anggaran
Pada dasarnya yang berwenang dan bertanggung jawab dalam penyusunan anggaran dalam suatu perusahaan adalah pimpinan tertinggi perusahaan tersebut. Hal ini dikarenakan pimpinan tertinggi perusahaan paling berwenang dan bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan perusahaan. Namun demikian, tugas menyiapkan anggaran dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan anggaran dapat didelegasikan pada bagian lain dalam perusahaan.
Menurut M. Nafarin (2000:8) mengemukakan prosedur penyusunan anggaran adalah sebagai berikut :
1. Tahap penentuan pedoman perencanaan (anggaran). 2. Tahap persiapan anggaran.
3. Tahap penentuan anggaran. 4. Tahap pelaksanaan anggaran.
Secara lebih rinci prosedur penyusunan anggaran tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Tahap penentuan pedoman perencanaan (anggaran).
Anggaran yang akan dibuat pada tahun yang akan datang, hendaknya disiapkan beberapa bulan sebelum tahun anggaran berikutnya dimulai. Dengan demikian anggaran yang dibuat dapat digunakan pada awal tahun anggaran. Tahun anggaran biasanya dari tanggal 1 Januari suatu tahun sampai 31 Desember suatu tahun. Sebelum penyusunan anggaran, terlebih dahulu top management (direktur/komisaris) melakukan dua hal, yaitu : - Menetapkan rencana besar perusahaan, seperti : tujuan, kebijaksanaan,
asumsi-asumsi sebagai dasar penyusunan anggaran.
- Membentuk panitia penyusunan anggaran, yang terdiri dari : direktur sebagai ketua, manajer keuangan sebagai sekretaris dan manajer lainnya sebagai anggota.
2. Tahap persiapan anggaran.
Manajer perusahaan sebelum menyusun anggaran penjualan terlebih dahulu menyusun forecast penjualan (taksiran/ramalan penjualan). Setelah menyusun forecast penjualan kemudian manajer pemasaran bekerja sama dengan manajer umum dan manajer keuangan untuk menyusun :
- Anggaran penjualan, - Anggaran beban penjualan, - Anggaran piutang usaha.
Setelah itu manajer produksi bekerja sama dengan manajer keuangan dan manajer umum menyusun :
- Anggaran produksi, - Anggaran biaya pabrik, - Anggaran persedian, - Anggaran utang usaha.
Anggaran tersebut di atas dibuat berdasarkan anggaran penjualan yang dibuat oleh manajer pemasaran. Manajer umum bekerja sama dengan manajer keuangan menyusun :
- Anggaran beban administrasi dan umum.
Setelah itu manajer keuangan bekerja sama dengan para manajer menyusun :
- Anggaran laporan laba rugi, - Anggaran neraca,
- Anggaran kas, dan - Anggaran lainnya.
Dalam tahap persiapan anggaran ini biasanya diadakan rapat antar bagian yang terkait saja.
3. Tahap penentuan anggaran.
Pada tahun penentuan anggaran diadakan rapat dari semua manajer beserta direksi (direktur) dengan kegiatan :
- Perundingan untuk menyesuaikan rencana akhir setiap komponen anggaran.
- Mengkoordinasi dan menelaah komponen-komponen anggaran. - Pengesahan dan pendistribusian anggaran.
4. Tahap pelaksanaan anggaran.
Untuk kepentingan pengawasan tiap manajer membuat laporan realisasi anggaran. Setelah dianalisis kemudian laporan realisasi anggaran disampaikan kepada direksi.
Proses penyusunan anggaran adalah tahap kegiatan yang dilakukan dalam penyusunan anggaran sehingga tersusun dan menjadi pegangan manajemen dalam kegiatan operasionalnya.
2.2 Biaya
Setiap rancana kegiatan yang akan dilakukan tidak terlepas dari adanya biaya, besar kecilnya tergantung pada jenis rencana kegiatan itu sendiri. Dalam kegiatan perusahaan, biaya merupakan hal yang perlu diperhatikan karena biaya dapat dijadikan tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan perusahaan.
2.2.1 Pengertian Biaya
Menurut Mulyadi (2005:8) pengertian biaya yaitu pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2004:40) pengertian biaya adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang dan
jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi.
Dari definisi-definisi di atas, terdapat beberapa unsur yang tersirat dalam definisi biaya, yaitu :
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi. 2. Diukur dalam satuan uang.
3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi. 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
2.2.2 Biaya Produksi
Perusahaan manufaktur mempunyai fungsi yang lebih kompleks dibandingkan dengan perusahaan dagang dan perusahaan jasa. Hal ini disebabkan karena perusahaan manufaktur harus mengolah bahan mentah/baku yang dibeli untuk diolah menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Jadi dalam perusahaan manufaktur terjadi perubahan bentuk antara barang yang dibeli dengan barang yang dijual. Perusahaan tersebut memerlukan suatu proses produksi yang mengakibatkan timbulnya yang disebut biaya produksi. Biaya produksi ini sering disebut manufacturing cost, production cost atau factoring cost.
Pengertian biaya produksi menurut Mulyadi (2005:14) merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
Menurut Supriyono (2006:21) biaya produksi yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai.
Sedangkan menurut Kamus Istilah Akuntansi (2003:180) :
“Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut objek pengeluarannya secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik”.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk proses produksi, yaitu pengolahan bahan mentah menjadi produk jadi. Dimana elemen-elemen yang terdapat dalam proses produksi adalah bahan mentah, tenaga kerja dan overhead pabrik.
2.2.3 Unsur-unsur Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan bagian yang terpenting dalam perusahaan manufaktur karena biaya produksi merupakan biaya yang paling terbesar dari sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan. Supriyono (2000:93) mengatakan bahwa biaya produksi meliputi semua biaya dalam rangka pengolahan bahan baku menjadi produk jadi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik.
2.2.3.1 Biaya Bahan Baku Langsung
Biaya bahan baku adalah harga perolehan berbagai macam bahan baku yang dipakai dalam kegiatan pengolahan produk. Bahan baku adalah berbagai macam bahan yang diolah menjadi produk akhir dan pemakaiannya dapat diidentifikasikan secara langsung atau diikuti jejak manfaatnya pada produk tertentu. Mulyadi (2010:14) mengidentifikasikan biaya bahan baku langsung
adalah semua bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi dan yang dapat dimasukkan langsung dalam perhitungan biaya produk.
Biaya bahan baku langsung merupakan biaya seluruh bahan yang membentuk suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dari produk jadi yang dapat langsung diperhitungkan ke dalam harga pokok dari produk tersebut. Dalam menentukan harga pokok bahan baku, seluruh biaya yang menyangkut perolehan bahan tersebut ditambah ke dalam harga beli bahan baku.
2.2.3.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung
Pengertian biaya tenaga kerja langsung menurut Supriyono (2006:24) biaya tenaga kerja langsung adalah semua balas jasa (teken prestasi) yang diberikan oleh perusahaan kepada semua karyawan.
Sedangkan menurut Sunarto (2003:5) biaya tenaga kerja langsung adalah :
“Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang timbul karena pemakaian tenaga kerja yang dipergunakan untuk mengolah bahan menjadi barang jadi. Biaya tenaga kerja langsung merupakan gaji dan upah yang diberikan kepada tenaga kerja yang terlibat langsung dalam pengolahan barang”.
Jadi biaya tenaga kerja langsung yaitu biaya yang berkaitan dengan karyawan/tenaga yang dikerahkan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Biaya ini meliputi gaji para karyawan yang dapat dibebankan langsung ke produk tertentu.
Menurut Mulyadi (2010:388) biaya tenaga kerja langsung dapat digolongkan menjadi :
1. Penggolongan menurut fungsi pokok dalam orgnisasi perusahaan yaitu pabrik, pemasaran dan administrasi. Oleh karena itu perlu adanya penggolongan dan perbedaan antara tenaga kerja pabrik dan bukan pabrik. Hal itu harus dilakukan karena gaji dan upah tenaga kerja pabrik merupakan unsur harga pokok produksi. Sedangkan gaji dan upah tenaga kerja bukan pabrik merupakan biaya yang dibebankan dalam periode yang bersangkutan.
2. Penggolongan menurut kegiatan departemen yang ada dalam perusahaan. Agar lebih mudah mengendalikan, kepala departemen bertanggung jawab atas pelaksanaan kerja karyawan yang ada dalam departemennya serta upah yang dibayarkan kepada mereka.
3. Penggolongan menurut jenis pekerjaan sebagai dasar penetapan perbedaan upah dan standarnya.
4. Penggolongan menurut hubungannya dengan produk, yaitu penggolongan tenaga kerja menjadi tenaga kerja langsung dan tidak langsung. Tenaga kerja pabrik yang mengerjakan proses produksi termasuk ke dalam tenaga kerja langsung. Sedangkan tenaga kerja bukan pabrik atau tidak langsung mengerjakan produk termasuk ke dalam tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja tidak langsung merupakan bagian dari produksi tidak langsung. Nilai biaya tenaga kerja yang dibebankan ke dalam biaya produksi dihitung dengan mengalikan tarif upah dengan jam kerja atau hari kerja karyawan.
2.2.3.3 Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang dapat dibebankan ke dalam prosuk. Usry, Hammer and Carter (2002) mengemukakan bahwa factory overhead is generally defined as indirect materials, indirect labor, and all other factory costs that cannot be conveniently identified with or charged directly to specific job, products, or final objectives.
Sedangkan menurut Munandar (2000:26) mengemukakan bahwa :
“Biaya overhead pabrik adalah semua biaya yang terdapat serta terjadi dalam lingkungan pabrik, tetapi tidak secara langsung berhubungan dengan kegiatan produksi, yaitu proses mengubah bahan mentah menjadi bahan yang siap dijual”.
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa biaya overhead pabrik adalah biaya yang tidak dapat diidentifikasikan atau ditelusuri secara langsung terhadap pekerjaan tertentu atau hasil produksi. Karena tidak adanya suatu tanda bukti seperti penggunaan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, akan tetapi biaya overhead pabrik juga merupakan biaya yang memiliki bagian yang besar dalam biaya produk.
Mulyadi (2010:194-195) menyatakan bahwa yang termasuk ke dalam biaya overhead pabrik adalah :
1. Biaya bahan penolong.
Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian dari produk jadi atau bahan yang menjadi bagian dari produk jadi, tetapi nilainya relatif kecil jika dibandingkan dengan harga pokok produk tersebut.
2. Biaya reparasi dan pemeliharaan.
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang, biaya bahan habis pakai dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan peralatan.
3. Biaya tenaga kerja tidak langsung.
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja langsung terdiri dari upah, tunjangan dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung tersebut.
4. Beban biaya yang timbul sebagi akibat penilaian terhadap aktiva tetap. Biaya-baiya yang termasuk ke dalam kelompok ini antara lain adalah biaya depresiasi emplasemen pabrik, mesin dan equipment, perkakas laboratorium, alat kerja dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik. 5. Beban biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu.
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan equipment, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan dan biaya amortisasi kerugian trial run.
6. Biaya produksi tidak langsung lainnya yang memerlukan pengeluaran uang tunai.
Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN dan sebagainya.
2.3 Anggaran Biaya Produksi
Setelah anggaran produksi ditetapkan maka untuk merealisasikan anggaran produksi tersebut diperlukan dana dan untuk mengetahui beberapa kebutuhan dana tersebut maka dibuat anggaran biaya produksi.
Anggaran yang dapat segera disusun setelah anggaran biaya produksi adalah anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja langsung dan anggaran biaya overhead pabrik. Anggaran-anggaran tersebut baru dapat disusun setelah anggaran biaya produksi selesai. Oleh karena itu, di dalam penyusunan anggaran-anggaran ini diperlukan data jumlah produksi. Sebagaimana diketahui baik bahan baku, biaya tenaga kerja langsung maupun biaya overhead pabrik akan dipersiapkan untuk melaksanakan proses produksi, sehingga berapa besarnya kebutuhan bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik akan disesuaikan dengan jumlah produksi yang diselenggarakan didalam perusahaan.
Definisi anggaran biaya produksi menurut Munandar (2007:8) adalah : “Budget yang direncanakan secara terperinci tentang jumlah unit barang yang akan diproduksi oleh perusahaan selama periode yang akan datang, yang didalamnya meliputi rencana tentang jenis (kualitas) barang yang akan diproduksikan, serta waktu (kapan) produksi tersebut dilakukan”.
Sedangkan menurut Agus Ahyari (2002:243) Anggaran produksi disusun dengan memperlihatkan semua kegiatan produksi yang diperlukan untuk menunjang anggaran penjualan yang telah disusun.
2.3.1 Anggaran Biaya Bahan Baku
Berdasarkan pengalaman, dapat diketahui berapa rata-rata banyak dan macam bahan baku (raw material) yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk. Pengetahuan itu dapat dikembangkan menjadi standar kebutuhan bahan baku. Dengan diketahui besarnya anggaran produksi, dapat disusun anggaran kebutuhan bahan baku tiap periode.
Menurut Jajuk Herawati dan Sunarto (2004:36) anggaran biaya bahan baku adalah :
“Anggaran biaya bahan baku adalah budget yang merencanakan secara terperinci tentang biaya bahan mentah untuk produksi yang di dalamnya meliputi rencana tentang jenis bahan baku yang di olah, jumlah bahan baku yang di olah, harga bahan baku yang di olah dan waktu (kapan) bahan baku tersebut di olah dalam proses produksi yang masing-masing dikaitkan dengan barang jadi (produk) yang membutuhkan bahan baku tersebut”.
Tujuan penyusunan anggaran bahan baku menurut Marwan Asri (2008:214) adalah :
1. Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku
2. Memperkirakan jumlah pembelian bahan baku langsung yang diperlukan 3. Sebagai dasar memperkirakan jumlah dana yang diperlukan untuk
4. Sebagai dasar penentuan product costing, yakni memperkirakan komponen harga pokok pabrik karena penggunaan bahan baku langsung dalam proses produksi
5. Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan
Menurut Tendi Haruman dan Sri Rahayu (2007:73) anggaran biaya bahan baku di kelompokkan menjadi dua :
1. Anggaran Bahan Baku Langsung
Adalah semua bahan baku yang merupakan bagian barang jadi yang dihasilkan.
2. Anggaran Bahan Baku Tak Langsung
Adalah bahan baku yang ikut berperan dalam proses produksi, tetapi tidak secara langsung tampak pada barang jadi yang dihasilkan.
2.3.2 Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung
Menurut Jajuk Herwati dan Sunarto (2004:49) biaya tenaga kerja langsung adalah upah yang dibayar kepada karyawan yang secara langsung terikat pada produk.
Menurut Munandar (2010:143) anggaran biaya tenaga kerja langsung adalah :
“Budget yang merencanakan secara lebih terperinci tentang upah yang akan dibayarkan kepada tenaga kerja langsung selama periode yang akan datang, yang didalamnya meliputi rencana tentang jumlah waktu yang diperlukan oleh tenaga kerja langsung untuk menyelesaikan unit yang akan diproduksi, tarif upah yang akan dibayarkan kepada para tenaga kerja langsung dan waktu (kapan) para tenaga kerja langsung menjalankan proses produksi, yang masing-masing dikaitkan dengan jenis barang jadi (produk) yang akan dihasilkan, serta tempat (departemen) dimana para tenaga kerja tersebut akan bekerja”.
Dari pengertian tersebut dapatlah diketahui bilamana perusahaan menghasilkan lebih dari satu macam produk, maka rencana tentang biaya tenaga kerja langsung dari masing-masing produk tersebut harus diperinci dan dipisahkan secara jelas. Disamping itu, bilamana proses produksi untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi memerlukan lebih dari satu tahap pengolahan, maka anggaran tentang biaya tenaga kerja langsung dari masing-masing tahap pengolahan (departemen) tersebut juga harus terperinci dan dipisahkan secara jelas.
Masing-masing anggaran tenaga kerja dapat dijelaskan lebih rinci sebagai berikut :
1. Anggaran jam buruh langsung.
Anggaran ini merupakan bagian dari anggaran tenga kerja. Secara terperinci pada anggaran ini terdiri dari hal-hal sebagai berikut :
- Jenis barang yang dihasilkan oleh perusahaan. - Bagian-bagian yang turut dalam proses produksi.
- Jumlah jam buruh langsung yang diperlukan untuk tiap jenis barang. - Waktu produksi barang (bulan atau kuartal).
2. Anggaran biaya tenaga kerja langsung
Anggaran ini merupakan bagian dari tenaga kerja. Secara terperinci pada anggaran ini terdiri dari hal-hal sebagai berikut :
- Jumlah barang yang diproduksi, yang dilihat dari anggaran produksi. - Jumlah jam buruh langsung yang diperlukan untuk mengerjakan satu
- Tingkat upah rata-rata per jam buruh langsung. - Jenis barang yang dihasilkan oleh perusahaan. - Waktu produksi barang (bulan dan kuartal). 2.3.3 Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Pengertian anggaran biaya overhead pabrik menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (2008:66) yaitu anggaran semua jenis biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk, selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Sedangkan menurut Munandar (2010:157) anggaran biaya overhead pabrik adalah :
“Budget yang direncanakan secara lebih terperinci tentang beban biaya pabrik tidak langsung selama periode yang akan datang, yang di dalamnya meliputi rencana tentang jenis biaya pabrik tidak langsung, jumlah biaya pabrik tidak langsung dan waktu (kapan) biaya pabrik tidak langsung tersebut dibebankan, yang masing-masing dikaitkan dengan tempat (departemen) dimana biaya pabrik tidak langsung terjadi”.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan membagi pabrik (bagian produksi) menjadi beberapa bagian (departemen), maka rencana tentang biaya tidak langsung dari masing-masing bagian (departemen) tersebut juga harus diperinci dan dipisahkan secara jelas.
Sebagaimana diketahui, biaya tidak langsung merupakan seluruh biaya yang terjadi didalam pabrik kecuali biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Oleh karena itu jenis biaya tidak langsung ini sangat banyak, maka di dalam penyusunan anggaran biaya tidak langsung ini akan dilaksanakan dengan jalan menentukan besarnya tarif biaya tidak langsung per unit produk serta jumlah
unit produksi yang akan diselenggarakan maka besarnya biaya tidak langsung selama satu tahun anggaran tersebut akan dapat diperhitungkan.
2.4 Pengendalian
Pengendalian merupakan usaha sistematis perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara membandingkan prestasi kerja yang telah dicapai dengan rencana yang telah ditetapkan serta mengambil tindakan yang tepat untuk mengoreksi perbedaan yang material. Dalam dunia usaha pengendalian dicapai melalui tindakan yang dilakukan oleh pihak lain melalui kerja sama yang baik.
2.4.1 Pengertian Pengendalian
Pengertian pengendalian menurut Supriyono (2000:43) adalah sebagai berikut :
“Pengendalian pada dasarnya adalah membandingkan antara rencana dengan pelaksanaan sehingga dapat ditentukan penyimpangan yang timbul apakah sudah menjadi “tanda bahaya” bagi organisasi atau unit-unitnya”.
Pengendalian menurut Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2004) yaitu sebagai berikut :
“Pengendalian adalah usaha sistematik manajemen untuk mencapai tujuan aktivitas-aktivitas dimonitor terus menerus untuk menentukan bahwa hasilnya berada pada batasan yang diinginkan. Hasil aktual untuk setiap aktivitas dibandingkan dengan rencana dan jika ada perbedaan yang signifikan, tindakan perbaikan dapat dilakukan”. Pengendalian penting bagi manajemen dan dilakukan bukan atas dasar kecurigaan akan tetapi merupakan suatu bagian yang terpadu dalam melaksanakan
pekerjaan yang terencana dan melangkah pada kemajuan aktivitas suatu perusahaan.
2.4.2 Proses Pengendalian
Menurut Malayu S.P Hasibuan (2004:245) dalam melakukan proses pengendalian ada beberapa tahap yang harus dilalui, meliputi :
1. Menentukan standar-standar yang akan digunakan dasar pengendalian. 2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai.
3. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar menentukan penyimpangan jika ada.
4. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana.
Dalam melakukan pengendalian, tujuan yang ingin dicapai serta standar yang akan digunakan, ditentukan terlebih dahulu. Oleh karena itu, jelaslah bahwa proses pengendalian pasti diawali dengan perencanaan.
2.4.3 Konsep Pengendalian Biaya Produksi
Pengendalian adalah suatu usaha untuk mengukur prestasi pelaksanaan sesuai dengan rencana, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Pengendalian ini harus dikembangkan terus sehingga aktivitas perusahaan yang menyimpang dari rencana dapat diketahui dan dapat segera diambil tindakan koreksi atau perbaikan yang baik yang bersifat penyesuaian terhadap rencana maupun yang bersifat perubahan terhadap rencana.
a. Menetapkan suatu norma standar pengukuran
Perencanaan merupakan tolak ukur untuk merancang pengendalian, langkah pertama untuk menyusun pengendalian adalah menyusun rencananya. Menurut definisinya, standar adalah kriteria yang sederhana untuk prestasi kerja yaitu unit-unit yang terpilih di dalam seluruh program perencanaan untuk mengukur prestasi kerja guna memberikan tanda kepada manajer tentang perkembangan yang terjadi dalam perusahaan tanpa perlu mengawasi setiap langkah dalam proses pelaksanaan rencana.
Menurut Mulyadi (2001) pengertian standar adalah sebagai berikut : ”Biaya standar adalah biaya yang ditemukan dimuka dan yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu dibawah asumsi, kondisi, ekonomi, efisiensi dan faktor-faktor lain”.
Terdapat tiga langkah dalam menetapkan standar, yaitu sebagai berikut : 1. Menetapkan dan mempelajari spesifikasi dan metode produksi
2. Penetapan barang dan upah buruh langsung 3. Penetapan barang dan jasa
b. Membandingkan pelaksanaan yang sebenarnya terhadap norma standar
Hasil-hasil pelaksanaan yang sesungguhnya dicapai dari pelaksanaan harus dilaporkan oleh bagian yang independen dan tidak memihak, yaitu departemen akuntansi untuk dibandingkan dengan norma standar yang telah ditetapkan. Dari laporan-laporan yang telah dirancang sebagaimana mestinya,
mereka yang prestasi kerjanya diukur, harus diberitahu atas hasil pengukuran terutama dalam hal kemajuan atas usaha yang dilakukannya.
Menurut Supriyono (2001) realisasi dan anggaran yang baik harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :
1. Menganalisis realisasi dan anggaran periode sebelumnya, dengan melihat realisasi dan anggaran periode sebelumnya, maka pihak yang bersangkutan harus dapat melakukan tanggung jawabnya untuk lebih baik dari periode sebelumnya.
2. Selisih realisasi dan anggaran tidak melebihi batas penyimpangan, dengan adanya batas penyimpangan, toleransi yang ditetapkan akan memberikan motivasi kepada bagian yang melaksanakan untuk melakukan realisasi tersebut dengan sebaik-baiknya dengan melihat batas penyimpangan. c. Mencari sebab-sebab terjadinya penyimpangan atau varians
Penyimpangan sangat mungkin terjadi, karena ada jarak dan waktu antara penetapan norma standar dari suatu aktivitas dengan aktivitas pelaksanaannya. Penyimpangan yang mungkin terjadi dapat berupa pencapaian prestasi di bawah norma standar atau bahkan mungkin pencapaian prestasi di atas norma standar.
Menurut Wilson dan Campbell (2002) penyimpangan atas pencapaian prestasi di bawah norma standar dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya :
1. Faktor dari norma standar itu sendiri, dimana norma standar yang ditetapkan terlalu tinggi sehingga tidak dapat tercapai.
2. Faktor di luar norma standar, dapat berupa akibat strategi yang salah, implementasi yang salah, sistem yang salah atau kebijakan organisasi yang tidak mendukung.
Menurut Nasehatun (2002) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyimpangan adalah sebagai berikut :
1. Cara pelaksanaan yang kurang efisien. 2. Penetapan angka yang kurang tepat.
3. Faktor-faktor yang menimbulkan perbedaan, seperti kenaikan harga. d. Mengambil tindakan koreksi yang perlu
Proses pengendalian tidak lengkap apabila tidak diikuti dengan tindakan perbaikan atas penyimpangan yang terjadi terutama atas penyimpangan di bawah norma standar. Pengendalian dapat dikatakan sebagai suatu masalah untuk mendeteksi dan membetulkan penyimpangan yang negatif, yakni memperbaiki prestasi kerja yang tidak sempurna.
Menurut Supriyono (2001) tindakan manajemen yang baik harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :
1. Pihak manajemen perusahaan melakukan koreksi terhadap penyimpangan yang bernilai negatif. Pihak manajemen perusahaan mempunyai kewenangan untuk mencari tahu penyebab terjadinya penyimpangan negatif tersebut.
2. Pihak manajemen perusahaan melakukan kesepakatan untuk menetapkan batas toleransi penyimpangan anggaraan. Dengan melihat batas penyimpangan anggaran, maka pihak yang melakukan atau yang
mempunyai tanggung jawab terhadap pelaksanaan anggaran dan realisasinya mempunyai komitmen bahwa realisasi dalam hal ini realisasi biaya produksi tidak melebihi anggaran.
Koreksi terhadap penyimpangan yang negatif dalam prestasi kerja merupakan titik dimana pengendalian diikuti sebagai bagian dari seluruh sistem manajemen dan yang bergabung dengan fungsi manajerial lainnya.
2.4.4 Pengendalian Biaya Produksi
Dikaitkan dengan biaya, maka fungsi pengendalian diartikan sebagai usaha mengerahkan pemakaian biaya menurut rencana dan membandingkan biaya yang sebenarnya terjadi dengan biaya yang sudah ditetapkan dalam anggaran dan mengadakan tindakan perbaikan bila terjadi penyimpangan.
Pengertian pengendalian biaya menurut Nasehatun (2002) adalah :
“Pengendalian biaya berarti serangkaian langkah-langkah mulai dari penyusunan suatu rencana biaya sampai kepada tindakan yang perlu dilakukan jika terdapat perbedaan yang sudah ditetapkan (rencana) dengan yang sesungguhnya terjadi (realisasi)”.
Berdasarkan kutipan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud pengendalian biaya produksi adalah suatu tindakan manajemen untuk mencapai tujuan dengan cara membandingkan rencana biaya yang dibuat sebelum kegiatan produksi dilaksanakan (standar biaya produksi) dengan biaya yang sesungguhnya yang terjadi dalam proses produksi (realisasi biaya produksi) dan cara itu dapat diketahui besarnya penyimpangan yang terjadi dan manajemen wajib melakukan penyelidikan apa saja yang menjadi penyebab terjadinya penyimpangan tersebut untuk melakukan tindakan perbaikan terhadap pelaksanaan selanjutnya guna meningkatkan efisiensi.
Tujuan pengendalian biaya adalah untuk memperoleh jumlah produksi atau hasil yang sebesar-besarnya dengan kualitas yang dikehendaki dari pemakaian sejumlah bahan tertentu, tenaga kerja serta usaha atau fasilitas, yaitu memperoleh hasil yang sebaik-baiknya dengan biaya yang sekecil mungkin dalam kondisi yang ada. Adapun proses pengendalian menurut Willson dan Campbell yang diterjemahkan oleh Tjintjin (2002) terdiri atas :
1. Menetapkan suatu norma standar pengukuran
2. Membandingkan pelaksanaan yang sebenarnya terhadap norma standar 3. Mencari sebab-sebab terjadinya penyimpangan atau varians
4. Mengambil tindakan koreksi yang perlu 2.4.5 Tujuan Pengendalian Biaya Produksi
Tujuan pengendalian menurut Malayu S.P Hasibuan (2004:242) adalah sebagai berikut :
1. Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari rencana.
2. Melakukan tindakan perbaikan (corrective), jika terdapat penyimpangan-penyimpangan (deviasi).
3. Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencananya.
Pengendalian bukan hanya untuk mencari kesalahan-kesalahan, tetapi juga berusaha untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan serta memperbaikinya jika terdapat kesalahan-kesalahan.
2.5 Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran Biaya Produksi
Laporan realisasi anggaran biaya produksi dibuat oleh bagian akuntan setiap bulan, atau sesuai dengan kebutuhan manajemen. Menurut Welsch, Hiltton dan Gordon (2004:40) laporan realisasi anggaran sebaiknya :
1. Tailored to the organizational structure and focus of controllability (that is, by responsibility centers).
2. Designed to implement the management-by-exeption principle. 3. Repetitive and related to short time periods.
4. Adapted to the requirements of the primary users.
5. Simple, understandable, and reports only essential information. 6. Accurate and designed to pinpoint significant distinctions. 7. Constructive in tone.
Penyusunan laporan realisasi anggaran biaya produksi meliputi pencatatan hasil produksi aktual. Dimana setelah hasil kinerja aktual diketahui, hasilnya dibandingkan dengan anggaran biaya produksi yang telah ditetapkan. Kemudian dilakukan dengan anggaran biaya produksi yang telah ditetapkan. Setelah itu dilakukan perhitungan selisih biaya produksi untuk mencantumkan didalam laporan realisasi anggaran produksi.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa penyusunan laporan realisasi anggaran biaya produksi merupakan pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaran biaya produksi. Apa yang tercantum dalam laporan tersebut kemudian dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan.
2.6 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang telah dilakukan sebelumnya yaitu : Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu No Peneliti /
Tahun
Judul Metode Hasil Variabel
1 Yadi Suryadi (2010) Pengaruh anggaran biaya produksi terhadap pengendalian biaya produksi di PT. Kujang Cikampek Deskripitif dan Verifikatif Anggaran biaya produksi berpengaruh signifikan terhadap pengendalian biaya produksi PT. Kujang Cikampek Anggaran biaya produksi, pengendalian biaya produksi 2 Lina Herlina (2012) Pengaruh anggaran biaya produksi terhadap pengendalian biaya produksi di PT. Pelangi Wawasan Nusantara Tasikmalaya Deskripitif dan Verifikatif Anggaran biaya produksi berpengaruh signifikan terhadap pengendalian biaya produksi PT. Pelangi Wawasan Nusantara Tasikmalaya Anggaran biaya produksi, pengendalian biaya produksi 3 Syamsul Arief (2013) Pengaruh anggaran biaya produksi terhadap pengendalian biaya produksi pada PT. Mudisa Utama Deskripitif dan Verifikatif Anggaran biaya produksi berpengaruh signifikan terhadap pengendalian biaya Anggaran biaya produksi, pengendalian biaya produksi
Jakarta produksi pada PT. Mudisa Utama Jakarta Sumber : Data diolah Untuk Penelitian
2.7 Kerangka Pemikiran
Perusahaan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang memproses masukan untuk menghasilkan keluaran. Sebagai pengelola proses pengolahan masukan menjadi keluaran, manajemen suatu perusahaan disamping berkewajiban untuk memperoleh pendapatan, tidak kalah pentingnya untuk mengusahakan agar nilai masukan yang dikorbankan lebih rendah dibandingkan dengan nilai keluaran yang diperoleh perusahaan. Untuk menjamin agar usaha perusahaan mampu menghasilkan laba serta dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka manajemen perusahaan harus dapat merencanakan dan mengendalikan dengan baik dua faktor penentu laba, yaitu pendapatan dan biaya produk jadi yang siap dijual. Biaya ini secara garis besar terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Keberhasilan suatu perusahaan sangat ditunjang oleh perencanaan yang diikuti oleh pengendalian dalam melaksanakan rencana tersebut, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
Perencanaan dan pengendalian tersebut dapat dituangkan dalam anggaran. Anggaran merupakan salah satu unsur dari perencanaan. Dengan adanya rincian dari rencana maka dengan demikian manajemen akan lebih mengarahkan jalannya
perusahaan. Untuk fungsi pengendalian anggaran, maka kita dapat membandingkan antara hasil yang kita dapat dengan yang direncanakan.
Pengertian anggaran menurut Munandar (2001:1) adalah sebagai berikut :
“Anggaran ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang”.
Pendapat tersebut dapat memberikan suatu pengertian bahwa anggaran merupakan suatu rencana keuangan tentang penggunaan sumber daya perusahaan dalam periode tertentu. Anggaran yang telah disusun akan membatasi atau mengendalikan pengeluaran biaya.
Dalam hal ini, salah satu faktor yang harus dikendalikan adalah biaya, karena biaya merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi efektivitas perusahaan. Pengertian biaya secara luas dikemukakan oleh Mulyadi (2005:8) yaitu pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Pengendalian dan perencanaan merupakan dua fungsi manajemen yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Perencanaan tanpa disertai pengendalian akan kurang efektif, karena dengan adanya pengendalian diharapkan dapat diketahui penyimpangan dan kesalahan yang akan terjadi. Oleh karena itu, pengendalian diperlukan untuk memastikan apakah hasil yang telah dicapai sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan supaya tidak terjadi penyimpangan. Hal ini sejalan dengan definisi pengendalian menurut Supriyono (2000:43) adalah sebagai berikut :
“Pengendalian pada dasarnya adalah membandingkan antara rencana dengan pelaksanaan sehingga dapat ditentukan penyimpangan yang timbul apakah sudah menjadi “tanda bahaya” bagi organisasi atau unit-unitnya”.
Perusahaan yang bergerak di bidang industri baik besar maupun kecil sebaiknya menyusun anggaran biaya produksi serta mengendalikan biaya produksi yang dikeluarkan sehingga tidak menjadi pemborosan. Berikut ini pengertian anggaran biaya produksi yang dikemukakan oleh Munandar (2007:8), yaitu :
“Budget yang direncanakan secara terperinci tentang jumlah unit barang yang akan diproduksi oleh perusahaan selama periode yang akan datang, yang didalamnya meliputi rencana tentang jenis (kualitas) barang yang akan diproduksikan, serta waktu (kapan) produksi tersebut dilakukan”.
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk proses produksi, yaitu pengolahan bahan mentah menjadi produk jadi. Dimana elemen-elemen yang terdapat dalam proses produksi adalah bahan mentah, tenaga kerja dan overhead pabrik. Anggaran yang telah disusun akan memberikan manfaat bagi perusahaan yaitu sebagai alat perencanaan, alat pengkoordinasian, alat pengendalian dan evaluasi kegiatan. Dengan adanya pengendalian diharapkan dapat meminimalisir penyimpangan dan dijadikan pedoman untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Suatu anggaran dikatakan baik apabila dapat membantu manajemen perusahaan dalam menekan dan mengendalikan biaya produksi perusahaan. Karena dengan semakin meningkatnya ketidaksesuaian antara anggaran yang telah ditetapkan maka terjadi masalah yang serius bagi perusahaan.
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, penulis mengemukakan hipotesis penelitian untuk dikaji kebenarannya, yaitu : “Anggaran biaya produksi dapat berpengaruh terhadap pengendalian biaya produksi”.
Adapun kerangka pemikiran apabila digambarkan dalam bagan adalah sebagai berikut :
Variabel X Variabel Y
Landasan Teori
1. Penyusunan anggaran biaya produksi
2. Pengaruh anggaran biaya produksi dalam pengendalian biaya produksi
Anggaran Biaya Produksi Anggaran biaya bahan baku Anggaran biaya tenaga kerja Anggaran biaya overhead
pabrik
Pengendalian Biaya Produksi Membandingkan anggaran
dengan realisasi biaya produksi
Anggaran biaya produksi berpengaruh terhadap pengendalian biaya produksi
Gambar 2.1