9
Pengertian mengenai produktivitas ada bermacam-macam, namun
pada prinsipnya adalah sama yaitu mengacu pada ratio antara input dan
output. Hal ini bukan berarti orientasinya hanya pada output atau input
tetapi menyangkut hubungan antara keduanya. Produktivitasnya juga
diartikan sebagai tingkat efisiensi dalam memproduksi barang dan jasa.
Produktivitasnya mengutarakan cara pemanfaatan secara baik terhadap
sumber- sumber dalam memproduksi barang ( Dewi : 2006 : 10)
Encylopedia of Profesional Managemen menyebutkan produktivitas
adalah suatu ukuran sejauhmana sumberdaya yang digabungkan dan
digunakan dengan baik untuk dapat mewujudkan hasil-hasil tertentu yang
diinginkan. Dengan kata lain produktivitas adalah suatu ukuran mengenai
apa yang diperoleh dan apa yang diberikan. Dari rumusan tersebut,
hasil-hasil yang dapat dicapai mencakup pengertian kuantitatif maupun kualitatif.
Tidak cukup hanya sekedar menghasilkan lebih banyak dari sejumlah
sumberdaya yang diberikan. Kualitas dari apapun yang dihasilkan harus
memenuhi baku yang telah ditetapkan dan yang telah diharapkan oleh
konsumen.
Hasil yang dicapai dihubungkan dengan sumber daya yang berlainan
per jam kerja, keluaran per satuan bahan/material, keluaran per satuan
modal. Setiap perbandingan secara terpisah dipengaruhi oleh gabungan
banyak faktor yang gayut. Faktor-faktor tersebut meliputi : (1) kualitas dan
tersedianya bahan, (2) skala operasi dan kecepatan pemakaian, (3) peralatan
modal, (4) sikap dan keterampilan angkatan kerja, (5) motivasi dan
efektivitas manajemen. Dua faktor terakhir merupakan aspek sumber daya
manusia. Bagaimana cara faktor-faktor tersebut saling berhubungan
merupakan aspek penting pada produktivitas yang dihasilkan
(Atmosoepapto, 2004 :47).
Battegnies (dalam Dewi, 2006 :11), menjabarkan tingkat
produktivitas dalam persamaan lain yaitu produktivitas = efektivitas + efisiensi. Efektivitas adalah “how far we achieve the goal” (sejauh mana kita mencapai sasaran, sedangkan efisiensi menggambarkan sebagai sumber
daya secara benar dan tepat). Efektivitas dapat pula dikemukakan sebagai “to do the right thing” sedangkan efisiensi sebagai “to do thing right”.
Pengukuran produktivitas dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan beberapa indikator produktivitas yang mengacu pada
konsep kualitas, efektivitas dan efisiensi (Gaspersz, 2000 : 11)
Muchdarsyah (dalam Dewi, 2006:11), menyatakan produktivitas
dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu (1) Rumusan tradisioanl bagi
keseluruhan produktivitas tidak lain adalah ratio dari pada apa yang
dipergunakan (input), (2) Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap
mental yang selalu mepunyai pandangan bahwa hari ini lebih baik dari hari
kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini, (3) Produktivitas merupakan
interaksi terpadu secara serasi dari ketiga faktor esensial yakni, investasi
termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta manajemen dan
tenaga kerja. Investasi yang dimaksud adalah modal, karena modal
merupakan landasan gerak suatu usaha. Dengan modal tidaklah cukup,
untuk itu harus ditambah komponen lain yaitu teknologi yang berkaitan
dengan masalah riset. Melalui riset akan dapat dikembangkan
penyempurnaan produk atau bahkan dapat menemukan formula-formula
baru untuk kemajuan suatu usaha. Keterpaduan antara modal, teknologi dan
riset akan membawa perusahaan berkembang, dan dengan perkembangan
itu output akan meningkat.
Menurut Komarudin (1991 : 25), produktivitas adalah hasil per jam
untuk setiap pekerjaan. Produktivitas kerja dikatakan meningkat jika dari
sumber bahan (input) yang sama dapat dihasilkan (output) yang lebih besar.
Produktivitas mencakup sikap mental manusia yang selalu mempunyai
pandangan hidup untuk membuat hari esok lebih baik dari hari sekarang
dan membuat hari ini lebih baik dari hari kemarin.
Winaya (1990 : 18), pengertian produktivitas kerja ada 2 yaitu secara
filosofis dan secara teknis. Secara filosofis, produktivitas merupakan usaha
meningkatkan taraf hidup dengan mencari dan menggunakan peralatan,
teori dan metode baru sehingga hasilnya akan membawa manusia ke arah
kualitas hidup yang lebih baik dan harmonis. Sedangkan secara teknis,
produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai melalui
penggunaan sumberdaya manusia atau pengeluaran (output) dengan
masukan (input). Dapat dinyatakan bahwa produktivitas menggambarkan
kaitan antara tingkat efektivitas hasil yang dicapai dengan tingkat efisiensi
dalam penggunaan sumber daya alam yang tersedia.
Bereau of Labor Statistic menunjukan bahwa produktivitas adalah
suatu konsep yang menunjukan hubungan antara jumlah output berupa
barang dan jasa yang diproduksi dengan jumlah input yang digunakan
serupa dengan tenaga kerja, kapital, tanah, energi sumber lain untuk
memproduksi output tersebut. Dengan demikian masing-masing kegiatan
usaha akan ada variasi produktivitas sesuai dengan input yang digunakan.
Produktivitas dalam bidang pertanian merupakan perbandingan
antara penggunaan input seperti sarana produksi dan tanah dengan output
yaitu penerimaan dari proses produksi. Sedangkan dalam kajian ini
produktivitas diartikan sebagai perbandingan antara output yang dihasilakan
berupa pendapatan dengan input berupa curahan tenaga kerja dalam satuan
waktu tertentu. Pengertian ini mengacu pada konsep teori yang
2.2 Tenaga Kerja
Tenaga kerja (man power) adalah penduduk dalam usia kerja
(berusia 15 s.d 64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara
yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap
tenaga mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut
( Subri, 2002 : 57).
Saksono (1993 : 23), menyatakan bahwa tenaga kerja adalah orang
yang mampu melaksanakan pekerjaan baik dalam maupun di luar hubungan
kerja untuk menghasilkan barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat.
Menurut Simanjuntak (1990 : 1), tenaga kerja mengandung dua buah
pengertian. Pertama, tenaga kerja mengandung pengertian usaha atau jasa
yang dapat memberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini tenaga kerja
mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu
tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Kedua, tenaga kerja
mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha
kerja tersebut, mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang
mempunyai nilai ekonomis, yaitu kegiatan tersebut menghasilkan barang
dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara fisik kemampuan
bekerja diukur dengan usia. Dengan kata lain orang dalam usia kerja
dianggap mampu bekerja. Secara singkat tenaga kerja didefinisikan sebagai
Menurut Manullang (1999 :14), umumnya tenaga kerja disamakan
dengan personalia/sumber daya manusia, dimana personalia itu dapat
diartikan sebagai suatu keseluruhan orang-orang yang bekerja pada suatu
organisasi tertentu.
Mubyarto (1986 : 124), menyatakan bahwa dalam suatu usaha,
tenaga kerja adalah suatu faktor produksi yang utama dimana sebagian
besar berasal dari dalam keluarga sendiri. Begitu pula pada sektor informal,
tenaga kerja berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Pekerja dari luar
keluarga dibutuhkan bahkan semakin bertambah karena semakin
berkembangnya jumlah industri. Mereka dapat berasal dari daerah dekat
dengan produksi dan berasal dari kabupaten lain (Subagyo, 1991 :55).
Tenaga kerja terdiri atas angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja (15 s.d 64 tahun),
sedangkan selain itu tergolong bukan angkatan kerja. Definisi tenaga kerja
adalah jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat
memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka
dan jika mau berpartisipasi dalam produktivitas tersebut. Angkatan kerja
adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat atau berusaha
untuk ikut terlibat dalam kegiatan produktif yang memproduksi barang dan
jasa. Sedangkan yang dimaksud bukan angkatan kerja adalah bagian dari
tenaga kerja (man power) yang tidak bekerja ataupun mencari pekerjaan.
terlibat atau tidak berusaha untuk terlibat dalam kaitan produktif yaitu
memproduksi barang dan jasa.
Kelompok angkatan kerja yang digolongkan bekerja dalah sebagai
berikut.
a. Mereka yang selama seminggu pencacahan melakukan suatu
pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh
penghasilan atau keuntungan dan lamanya bekerja minimal dua hari.
b. Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan tidak
melakukan pekerjaan ataupun bekerja kurang dari dua hari tetapi
mereka adalah pekerja tetap (pegawai yang cuti, mogok, dll), petani
yang sedang mengusahakan tanah pertanian tetapi sedang menunggu
panen, orang-orang yang bekerja dalam bidang keahlian seperti
dokter, tukang cukur dan sebagainya.
Yang digolongkan mencari kerja adalah; (1) mereka yang belum pernah
bekerja dan sedang berusaha untuk mencari atau mendapatkan pekerjaan.
(2) mereka yang bekerja, pada saat pencacahan sedang menganggur dan
berusaha mendapatkan pekerjaan, (3) mereka yang dibebas tugaskan dan
sedang berusaha mencari pekerjaan. Kelompok yang bukan angkatan kerja
adalah; (1) sekolah, (2) mengurus rumah tangga, (3) menerima pendapatan
artinya mereka tidak melakukan suatu pekerjaan tetapi memperoleh
penghasilan, misalnya menerima pensiun, bunga simpanan, hasil
lain karena usia lanjut, lumpuh, dungu, dan sebagainya (Kusumosuwidho,
1981 : 7)
Tenaga kerja adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya
fisik yang memiliki seorang individu yang telah memenuhi syarat-syarat
yang ditetapkan dalam undang-undang perburuhan di negara yang
bersangkutan (Hasibuan, 1997 : 273).
Simanjuntak (2001:57), menyatakan bahwa batas minimum usia
kerja di setiap negara berbeda-beda. Batas minimum usia kerja di Indonesia
adalah 10 tahun sedangkan batas maksimum tidak ada. Dengan demikian
tenga kerja di Indonesia usia minimal adalah 10 tahun, apabila usia
penduduk di bawah 10 tahun maka tergolong bukan usia kerja.
2.3 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas di tingkat individu
atau perorangan adalah : (1) faktor pendidikan, (2) pelatihan, keterampilan,
(3) disiplin, (4) sikap dan etika kerja, (5) motivasi, (6) gizi dan kesehatan,
(7) tingkat penghasilan, (8) jaminan sosial, (9) lingkungan dan iklim kerja,
(10) hubungan industrial, (11) peralatan dan teknologi, (12) kesempatan
kerja, dan (13) kesempatan berprestasi (Tohardi, 2002 :13).
Menurut Sinungan (2000: 35), faktor-faktor yang berpengaruh
1. Curahan tenaga kerja adalah waktu yang digunakan untuk bekerja
dalam satu satuan waktu tertentu.
2. Tingkat upah adalah bentuk kompensasi atau cara pembayaran pada
mereka yang bekerja bagi orang lain dan dibawah pengawasan dan
diukur atau dinilai berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan atau
jumlah jam kerjanya.
3. Umur adalah salah satu faktor yang dapat meningkatkan
produktivitas tenaga kerja.
4. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk menggambarkan
sumber daya manusia terutama untuk mengembangkan aspek
kemampuan intelektual dan kepribadian manuasia yang diperlukan
secara terus menerus.
5. Pengalaman kerja, Pegawai atau tenaga kerja akan semakin terampil
jika memiliki pengalaman kerja yang relatif sama.
Menurut Syarief (1997 : 76), produktivitas kerja dipengaruhi
beberapa faktor seperti (1) konpensasi, (2) kondisi lingkungan kerja,
(3) kesehatan pekerjaan, (4) keahlian, (5) teknologi, (6) modal dan
(7) peralatan. Sedangkan menurut Koesrianto (1997 :2), faktor yang
mempengaruhi produktivitas kerja adalah (1) tingkat pendidikan,
(2) keterampilan, (3) disiplin, (4) sikap mental dan etika kerja, (5) motivasi,
industrial pancasila, (10) teknologi, (11) sarana produksi, (12) manajemen,
serta (13) kebijakan pemerintah di bidang produksi dan perijinan.
Winaya (1990 :20), mengembangkan bahwa ada berbagai faktor
yang mempengaruhi produktivitas khususnya tenaga kerja manusia antara
lain adalah; (1) pendidikan, (2) keterampilan, (3) disiplin, (4) sikap mental
dan etika kerja, (5) motivasi, (6) gizi dan kesehatan, (7) tingkat penghasilan,
(8) jaminan sosial, (9) lingkungan dan iklim kerja, (10) hubungan industri
Pancasila, (11) teknologi, (12) manajemen, (13) sarana produksi, dan
(14) kesempatan berprestasi.
Sedangkan menurut Ravianto (1996 : 18), produktivitas kerja
dipengaruhi (1) tingkat pendidikan, (2) keterampilan, (3) disiplin, (4) sikap
mental dan etika, (5) motivasi, (6) gizi dan kesehatan, (7) kompensasi,
(8) lingkungan kerja, (9) hubungan industrial dan pancasila,
(10) teknologi, (11) sarana produksi, (12) manajemen dan
2.4 Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu dan Kredit Usaha Mandiri 2.4.1 Konsep Sistem dan Usaha Agribisnis
Definisi Agribisnis menurut Downey dan Erikson (1992) adalah
sebagai keseluruhan kegiatan manajemen bisnis mulai dari perusahaan yang
menghasilkan sarana produksi untuk usahatani, proses produksi pertanian,
perusahaan yang menangani pengelolaan, pengangukatan dan penyebaran,
penjualan secara borongan maupun penjualan secara eceran kepada
konsumen akhir. Sedangkan menurut Arsyad dkk (1985) dalam Soekartawi
dan Damaijati (1993), bahwa konsep agribisnis adalah satu konsep yang
utuh, mulai dari proses produksi, pengolahan hasil, pemasaran, dan aktivitas
lain yang brekaitan dengan pertanian. Sedangkan Hafsah (1999) dan Adjid
(1998) dalam Suparta (2005), mengambarkan agribisnis sebagai suatu
perusahaan, yaitu kegiatan usaha dibidang pertanian yang berwatak bisnis,
pelakunya secara konsisten berupaya untuk meraih nilai tambah komersial
dan finansial yang berkesinambungan untuk menghasilakan produk yang
dibutuhkan pasar.
Atas dasar pemahaman tersebut, maka Amirin (1996) merumuskan
konsep sistem agribisnis adalah keseluruhan aktivitas bisnis dibidang
pertanian yang saling terkait dan saling tergantung satu sama lain. Mulai
dari (1) subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, (2) subsistem
usahatani, (3) subsistem pengelolaan dan penyimpanan hasil (agroindustri),
keuangan, transportasi, penyuluhan, dan pelayanan informasi agribisnis,
penelitian, kebijakan pemerintah, dan asuransi agribisnis). Menurut Suparta
(2005) pendapat tersebut diatas adalah pandangan dari sisi mikro. Secara
prinsip bisnis mulai dari pengadaan sarana produksi, pengelolaan pasca
panen dan memasarkan hasil produksi dengan harga yang paling maksimal.
Namun demikian, cara ini ternyata belum juga mampu mengangkat
petani dari kondisi yang serba sulit dan selalu tertekan. Hal ini disebabkan
karena, para pelaku agribisnis masih tersekat-sekat antara satu subsistem
dan subsistem lainnya. Masing-masing pelaku subsistem ingin memperoleh
keuntungan sebanyak-banyaknya atas pelaku subsistem yang lainnya.
Dalam kondisi ini, keuntungan akan lebih banyak dinikmati oleh subsistem
agribisnis hulu maupun hilir, sedangkan subsistem usahatani berada pada
posisi tertekan diantara kedua subsistem tersebut.
Menurut Saragih (2002) agar pelaku sistem agribisnis mendapat
peluang yang adil dalam memperoleh keuntungan, maka cara pandang kita
terhadap agribisnis harus diubah, yang tidak lagi memandang agribisnis
hanya sebagai suatu unit usahatani (secara mikro), tetapi agribisnis sebagai
suatu sistem (secara mikro). Dimana konsep ini memunculkan untuk
mengubah paradigma petani, bahwa petani adalah sebagai “manajer
perusahaan agribisnis” yang berkedudukan setara dengan
perusahaan-perusahaan agribisnis yang berada di hulu maupun dihilir. Petani agar
perusahaan agribisnis lain untuk memproduksi barang yang dibutuhkan
pasar.
2.4.2 Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT)
Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) adalah wadah
pemberdayaan kelompok tani/subak dan kelompok wanita tani yang
menerapkan manajemen usahatani secara modern dan profesional dan
bersifat partisipatory approach/ buttom up. Pembetukan KUAT ini dalaam
rangka menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi, kemandirian petani
serta meningkatkan fungsi kelembagaan sosial agribisnis dan pedesaan.
KUAT merupakan suatu sarana untuk mewujudkan ketahanan pangan yang
sekaligus untuk meningkatkan pendapatan dan kejehteraan petani.
Dalam pelaksanaan KUAT memperoleh modal kerja dalam upaya
menguatkan modal kelompok tani melalui Pola Bantuan Pinjaman
Langsung Masyarakat (BPLM). Pemberian dana tersebut bertujuan untuk
meningkatkan partisipasi aktif dan kemandirian petani dan sekaligus
membantu permodalan petani melalui penguatan modal kelompok dan
bukan bantuan cuma-cuma. BPLM dikelola oleh kelompok untuk kegiatan
Pengelolaan Tanaman Terpadu/ PTT (Integrated Crops Management/ ICM)
dan Sistem Integrasi Padi-Ternak/SIPT (Crops Livestock Sistem/CLS).
Kedua sistem tersebut saling melengkapi yaitu limbah pertanian berupa
fermentasi jerami dan kotoran ternak setelah diolah dikembalikan ke sawah
sebagai pupuk organik. Disamping itu KUAT memperoleh bantuan modal
pemicu khusus untuk kegiatan Kredit Usaha Mandiri (KUM) (Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, 2002).
2.4.3 Kredit Usaha Mandiri (KUM)
KUM merupakan salah satu unit usaha KUAT yang memberikan
kredit kepada anggota kelompok/kelompok wanita, dimana Kegiatan KUM
adalah Wanita tani yang berada diwilayah Desa Peken, Desa Batannyuh,
Desa Selanbawak yang terhimpun dalam kelompok-kelompok. Kredit yang
disalurkan melalui KUM adalah untuk kegiatan lain selain kegiatan CLS
dan ICM. KUM merupkan pinjaman kredit hanya diperuntukkan
membiayai modal usaha industri rumah tangga yang berskala kecil dan
sarana usaha rumah tangga lainnya sepanjang dana memungkinkan.
Pinjaman KUM sebesar Rp. 1.000.000 keatas per orang harus memakai
agunan atau jaminan dan jangka waktu pengembalian pinjaman dapat
diangsur selama 12 ( dua belas ) bulan sejak pengambilan. Suku bunga
pinjaman ditentukan sebesar 2 % dengan beban administrasi sebesar 2 %
dari besarnya pinjaman dan jangka waktu bisa diperpanjang dengan beban
administrasi sebesar 2 % dari sisa hutang (Anggaran Rumah Tangga KUAT
Subak Guama, 2010). Tujuan dari pemberian KUM kepada kelompok
dapat mendukung kegiatan CLS dan ICM yang sekaligus dapat
meningkatkan kegiatan ekonomi, termasuk pengembangan agribisnis
pedesaan ( Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, 2002).
Pemberdayaan kelompok subak guama melalui pengembangan
Kredit Usaha Mandiri ( KUM ) dengan sasaran usaha mandiri yang
dilaksanakan oleh kelompok wanita tani dari anggota kelompok tani Subak
Guama dengan syarat sebagai berikut :
a. Sasaran kegiatan pada usaha usaha kelompok wanita tani
diwilayah subak guama.
b. Anggota kelompok wanita tani wajib membentuk kelompok kecil
yang terdiri dari 5 orang anggota.
c. Setiap 3 – 6 KK wajib dibentuk rembug pusat.
d. Kredit bantuan dengan besaran maksimum Rp. 700.000 boleh
tanpa agunan dan harus dengan identitas diri.
e. Kredit bantuan dengan besaran lebih dari Rp. 700.000 keatas
harus dengan agunan sesuai dengan kemampuan pelayanan
KUAT Subak Guama.
f. Bunga kredit ditentukan sebesar 2 % menurun per bulan dengan
jangka waktu pengembalian 10 bulan dan biaya administrasi 2 %
dari pinjaman.
Sanksi apabila peminjam kredit KUM tidak mengembalikan
kreditnya sesuai batas waktunya maka :
a. Peminjam diperingatkan terlebih dahulu secara lisan oleh
pengurus kelompoknya.
b. Diumumkan dalam rapat kelompoknya dan selanjutnya
dalam rapat subak.
c. Dikenai denda bunga sesuai dengan besaran denda simpan
pinjam yang berlaku di lembaga KUAT Subak Guama yaitu
sebesar 2 %.
d. Tindakan terakhir adalah penyitaan dan pelelangan jaminan
sesuai dengan besarnya hutang / kredit.
2.5 Kerangka Pemikiran Teoritis
Sektor pertanian cukup dominan dalam penyerapan tenaga kerja
apalagi dengan kondisi perkembangan ekonomi yang belum dapat
mengatasi persoalan klasik keterbatasan peluang kerja. Dalam rangka
pembangunan perekonomian nasional umumnya dan daerah khususnya,
sektor pertanian dapat dijadikan sektor andalan dalam mencapai tujuan
pembangunan nasional. Peranan perempuan di sektor pertanian adalah
sesuatu yang tidak dapat dibantah lagi, perempuan sebagai bagian dari
masyarakat indonesia khususnya di pedesaan memiliki potensi sebagai aset
Upaya pemerintah dalam menjabarkan kebijakan pemberdayaan
perempuan tampaknya juga terjadi di Departemen Pertanian. Hal ini
tercermin dalam program pembangunan tahun 1999 s.d 2004 yaitu melalui
Proyek Pengembangan Padi Terpadu. KUAT merupakan suatu sarana untuk
mewujudkan ketahanan pangan yang sekaligus untuk meningkatkan
pendapatan dan kejehteraan petani. Dalam pelaksanaan KUAT memperoleh
modal kerja dalam upaya menguatkan modal kelompok tani melalui Pola
Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM). Pemberian dana tersebut
bertujuan untuk meningkatkan partisipasi aktif dan kemandirian petani dan
sekaligus membantu permodalan petani melalui penguatan modal kelompok
dan bukan bantuan cuma-cuma. BPLM dikelola oleh kelompok untuk
kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu/ PTT (Integrated Crops
Management/ ICM) dan Sistem Integrasi Padi-Ternak/SIPT (Crops Livestock Sistem/CLS). Disamping itu KUAT memperoleh bantuan modal
pemicu khusus untuk kegietan Kredit Usaha Mandiri (KUM) (Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, 2002).
Kredit yang disalurkan melalui KUM (Kredit Usaha Mandiri) adalah
untuk kegiatan lain selain kegiatan CLS dan ICM. Tujuan dari pemberian
KUM kepada kelompok wanita adalah untuk memberikan kontribusi
pendapatan keluarga sehingga dapat mendukung kegiatan CLS dan ICM
pengembangan agribisnis pedesaan ( Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Provinsi Bali, 2002).
Produktivitas tenaga kerja perempuan dalam pengelolaan kredit
usaha mandiri di Subak Guama dapat diketahui dengan melihat penghasilan
yang diperoleh selama waktu tertentu dengan membandingkan antara
output (pendapatan satu bulan lalu) dengan input (curahan tenaga kerja
selama satu bulan yang lalu).
Produktivitas kerja perempuan dalam pengelolaan kredit usaha
mandiri di Subak Guama dipengaruhi beberapa faktor. Untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas pekerja perempuan tersebut
digunakan metode regresi linier berganda (SPSS) dengan variabel peubah
yaitu tingkat pendidikan (X1), pengalaman kerja (X2), jumlah anggota
rumah tangga (X3), jumlah pengeluaran rumah tangga (X4), umur (X5) dan
besarnya jumlah pinjaman (X6).
Adapun kendala yang dihadapi perempuan dalam pengelolaan kredit
usaha mandiri di Subak Guama dalam menjalankan usahanya antara lain
tempat usaha, modal yang terbatas, dan pendidikan yang relatif rendah.
Semua faktor yang mempengaruhi serta kendala yang dihadapi oleh
perempuan dalam menjalankan kegiatan pengelolaan kredit usaha mandiri
tersebut akan ditinjau dari aspek teknis, ekonomi maupun sosial.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat digambarkan
Rekomendasi
Gambar. 2.1 Kerangka Pemikiran Produktivitas Tenaga Kerja Perempuan Dalam Kegiatan Pengelolaan Kredit Usaha Mandiri 22011 2220(KUM) di Subak Guama Kabupaten Tabanan
PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN
BPLM
KUAT Subak Guama
CLS KUM ICM
Produktivitas Tenaga Kerja Perempuan Dalam Kegiatan Pengelolaan Kredit Usaha
Mandiri (KUM) Output Input Curahan Tenaga Kerja Pendapatan Ratio input/output Faktor Yang Mempengaruh i Kendala Yang Dihadapi Alsintan