• Tidak ada hasil yang ditemukan

preformulasi-buku-farmasetika.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "preformulasi-buku-farmasetika.pdf"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

(2)

(3) Kata Pengantar Sediaan farmasi yang beraneka ragam jenisnya tentulah harus dipertimbangkan dan diperhatikan dalam mendesainnya sehingga didapat suatu sediaan yang stabil, efektif, dan aman. Tahapan yang tidak kalah pentingnya dari proses pembuatan sediaan farmasi adalah Preformulasi sediaan farmasi. Pengkajian preformulasi ini berpusat pada sifat-sifat fisika kimia zat aktif serta bahan tambahan obat yang dapat mempengaruhi penampilan obat dan perkembangan suatu bentuk sediaan farmasi. Dalam buku ini diuraikan berapa topik, antara lain penjelaskan sifat fisika kimia obat dan bahan tambahan obat, menerapkan cara pencampuran bahan serta menjelaskan pengaruh bentuk sediaan terhadap khasiat obat, sehingga diharapkan pembaca dapat dengan mudah menggali, memahami, dan mengkatagorikan sifat fisika kimia dari bahan obat dalam peranyaan yang mana dianggap pening dalam formulasi yang stabil, efektif dan bentuk yang aman. Buku ini dipersembahkan bagi pembaca secara umum, terutama siswa Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi serta bagi staf pengajar ilmu farmasi. Penulis menghaturkan terima kasih dan penghargaan kepada kawankawan apoteker di perguruan tinggi farmasi di Indonesia atas saran dan dorongan mereka yang menimbulkan semangat motivasi dalam diri penulis untuk menulis buku ini.. i.

(4) Akhirnya, penulis menyadari bahwa buku ajar ini belum sempurna dan masih terdapat kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis sangat berbesar hati menerima saran perbaikan dan kritik guna meningkatkan mutu isi buku ini.. Surakarta,1 Agustus 2011. Alfi Ryzki. ii.

(5) Daftar Isi KATA PENGANTAR ……………………………………………………. i DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………... v DAFTAR TABEL ………………………………………………………… vi BAB 1 STUDI PREFORMULASI ……………………………………… 1 Pendahuluan ……………………………………………………... 1 Definisi Studi Preformulasi ……………………………………… 2 Tujuan Preformulasi …………………………………………….. 3 Data Preformulasi ……………………………………………….. 4 BAB 2 SIFAT FISIKA KIMIA OBAT DAN BAHAN TAMBAHAN OBAT ……………………………………………. 7 Pendahuluan …………………………………………………….. 7 Stabilitas Kimia …………………………………………………. 8 Ukuran dan Luas Permukaan Partikel …………………………… 12 Turunnya Titik Beku ……………………………………………. 20 Bobot Jenis ……………………………………………………… 22 Prilaku leburan Lemak dan Zat-zat Sejenis Lemak ……………… 23 Fenomena Batas Antar Permukaan ……………………………… 25 Rheologi ………………………………………………………… 29 Bahan Tambahn Obat ……………………………………………. 30 BAB 3 PENERAPAN CARA PENCAMPURAN BAHAN ……………. 37. iii.

(6) Pendahuluan …………………………………………………….. 37 Perbaikan Kelarutan ……………………………………………… 41 Emulsi …………………………………………………………… 63 Suspesifikasi …………………………………………………….. 66 BAB 4 PENGARUH BENTUK SEDIAAN TERHADAP KHASIAT OBAT ……………………………………………….. 73 Pendahuluan ……………………………………………………… 73 Bentuk Sediaan Obat Dengan Kerja Lama ……………………… 75 Rute penggunaan Obat …………………………………………… 76 DAFTAR PUSTAKA. …………………………………………………… 83. iv.

(7) Daftar Gambar Gambar 1. Hubungan sifat hidrofilik dan lipofilik dari senyawa ……….. 9 Gambar 2. Hubungan pH dengan Aktifitas biologi ……………………… 10 Gambar 3. Diagram pengukuran dengan (1) diameter Martin; (2) diameter Feret; (3) diameter bidang yang diproyeksikan ……. 14 Gambar 4. Pengayak vibrasi …………………………………………… 15 Gambar 5. Pengayak angin kencang …………………………………… 15 Gambar 6. Pengayakan basah …………………………………………… 15 Gambar 7. Cara hamburan cahaya ……………………………………… 16 Gambar 8. Pelapis akibat gaya berat ……………………………………. 19 Gambar 9. Pembentukan tegangan ……………………………………… 26 Gambar 10. Tegangan batas antar permukaan sebuah tetesan pada suatu bodi padat …………………………………………….. 26 Gambar 11. Perlengkapan cincin pengukuran untuk tensiometer ………… 27 Gambar 12. Perlengkapan lempeng pengukuran untuk tensiometer ……… 27 Gambar 13. Metode menarik dalam pipa kapiler ………………………… 27 Gambar 14. Metode lempeng miring ……………………………………… 29 Gambar 15. Viskosimeter kapiler menurut UBBELOHDE ………………. 30 Gambar 16. Viskosimeter bola jatuh menutrut HOEPPLER ……………… 30 Gambar 17. Bentuk misel ………………………………………………… 50 Gambar 18. Lokalisasi bahan obat di dalam misel ……………………….. 51. v.

(8) Daftar Tabel Tabel 1. Gugus hidrofilik dan lipofilik ………………………………….. 9 Tabel 2. Batas penggunaan metode untuk menentukan ukuran dan permukaan partikel …………………………………………….. 13 Tabel 3. Fungsi bahan obat-bahan tambahan dari beberapa zat …………. 31 Tabel 4. Istilah kelarutan ………………………………………………… 41 Tabel 5. Contoh untuk dispersi padat ……………………………………. 46 Tabel 6. Contoh untuk peningkatan kelarutan melalui pembentukan Garam …………………………………………………………... 46 Tabel 7. Nilai HLB terhadap tipe sistem ………………………………… 60 Tabel 8. Nilai HLB beberapa surfaktan …………………………………. 64 Tabel 9. Nilai HLB Butuh beberapa zat yang sering dipakai. …………… 64. vi.

(9) 1 STUDI PREFORMULASI GARIS BESAR ·. Pendahuluan. ·. Definisi Studi Preformulasi. ·. Tujuan Preformulasi. ·. Data Preformulasi. · 1.1.. Pendahuluan. Produksi obat dalam sekala besar yang dilakukan suatu industri ataupun dalam sekala kecil yang dilakukan sebuah apotek harus memenuhi ketentuan ketentuan CPOB (Cara Pembuatan Obat Baik) sehingga didapatkan suatu produk yang stabil, efektif, dan aman. Produksi obat di suatu industri tentunya diawali dengan pembuatan dengan skala laboratorium (untuk tablet, kapsul: 5.000-10.000unit; untuk cairan 5-10L). Setelah ditemukan formulasi yang menjanjikan, dilakukan skala menjadi skala pilot (maksimum kelipatan 10 dari skala laboratorium, diperlukan penyesuaian formulasi), dan selanjutnya menjadi skala industri (produksi maksimum kelipatan 10 dari skala pilot, diperlukan penyesuaian formulasi). Selama peningkatan skala, kemungkinan terpaksa dilakukan pengantian. 1.

(10) 2. alat/teknolagi manufaktur dan penyesuaian formulasi karena peningkatan ini kemungkinan tidak bersifat linier dengan proses sebelumnya. Produksi obat di apotek jauh lebih mudah dari industri, tidak perlu mengadakan kajian preformulasi secara khusus tetapi cukup dengan menerapkan dan memahami dasar-dasar preformulasi, sehinga didapatkan sebuah produk obat yang sesuai. Produksi obat di apotek dapat meliputi peracikan obat atas permintaan tertulis dokter dalam sebuah resep atau melakukan pengemasan ulang sediaan obat dalam sekala kecil untuk memenuhi kebutuhan pasar yang belum tersedia.. 1.2.. Definisi Studi Preformulasi. Studi preformulasi adalah tahap pertama dalam pengembangan bentuk sediaan obat yang rasional dari suatu zat aktif termasuk tablet. Studi preformulasi ialah suatu investigasi sifat-sifat fisik dan kimia zat aktif tunggal atau digabung dengan eksipien. Studi preformulasi dalam farmasi kadang-kadang didefinisikan sebagai studi pendahuluan untuk mengembangkan produk. Studi preformulasi dalam arti yang luas dan digunakan untuk berbagai macam sediaan farmasi tertentu, dapat didefinisikan sebagai studi pendahuluan untuk penetapan formula akhir yang sebenarnya dan arah kerja untuk membuat produk. Preformulasi digunakan untuk memperbaiki metode analisis dengan mencegah dekomposisi obat yang tidak diinginkan, metode untuk mendeteksi.

(11) HUB. 085725009909.

(12) 2 SIFAT FISIKA KIMIA OBAT DAN BAHAN TAMBAHAN OBAT GARIS BESAR. 2.1.. ·. Pendahuluan. ·. Stabilitas Kimia. ·. Ukuran dan Luas Permukaan Partikel. ·. Turunnya Titik Beku. ·. Bobot Jenis. ·. Prilaku Leburan Lemak dan Zat-zat Sejenis Lemak. ·. Fenomena Batas Antar Permukaan. ·. Rheologi. ·. Bahan Tambahan Obat. Pendahuluan. Sifat-sifat kimia fisika merupakan dasar untuk menjelaskan aktifitas biologis obat karena sifat kimia fisika memegang peranan penting dalam menentukan metode yang tepat untuk formulasi suatu obat, sehingga didapatkan suatu sediaan yang efektif, stabil, dan aman. Sifat fisika kimia ini juga akan berkaitan erat dalam pengangkutan obat untuk mencapai reseptor. Sebelum mencapai reseptor, molekul-molekul obat harus melalui bermacam-macam membran, berinteraksi dengan senyawasenyawa dalam cairan luar dan dalam sel serta biopolimer. Disini sifat kimia. 7.

(13) dan fisika berperan dalam proses penyerapan dan distribusi obat sehingga kadar obat pada waktu tertentu mencapai reseptor dalam jumlah yang cukup besar. Hanya obat yang mempunyai struktur dengan kekhasan yang tinggi saja. 8. yang dapat berinteraksi dengan reseptor biologis, sifat kimia fisika harus menunjang orientasi khas molekul pada permukaan reseptor.. 2.2.. Stabilitas Kimia. Penentuan stabilitas obat penting dilakukan sedini mungkin. Studi stabilitas preformulasi meliputi bentuk larutan dan keadaan padat pada beberapa kondisi penanganan: formulasi, penyimpanan, dan pemberian in vivo. Sifat kelarutan pada umumnya berhubungan dengan kelarutan senyawa dalam media yang berbeda dan bervariasi diantara dua hal yang ekstrem, yaitu pelarut polar, seperrti air, dan pelarut nonpolar seperti lemak. Sifat hidrofilik atau lipofobik berhubungan dengan kelarutan dalam air, sedangkan sifat lipofilik atau hidrofobik berhubungan dengan kelarutan dalam lemak. Gugusgus yang dapat meningkatkan kelarutan molekul dalam air disebut gugus hidrofilik (lipofobik atau polar), sedangkan gugus yang dapat meningkatkan kelarutan molekul dalam lemak disebut gugus lipofilik (hidrofobik atau nonpolar) (Tabel 1) Adanya ikatan tidak jenuh, seperti pada -C≡C- dan –C=C-, akan meningkatkan sifat hidrofilik senyawa..

(14) HUB. 085725009909.

(15) 3 PENERAPAN CARA PENCAMPURAN BAHAN. GARIS BESAR. 3.1.. ·. Pendahuluan. ·. Perbaikan Kelarutan. ·. Suspesifikasi. ·. Emulsifikasi. Pendahuluan Obat tidak tercampurkan disebabkan oleh :. 1. Terjadinya reaksi kimia 2. Terjadinya perubahan fisika 3. Terjadinya kerja farmakologis Untuk obat tidak tercampurkan yang tidak dapat diatasi, bias diusulkan mengeluarkan salah satu obat jika: 1. Terjadi reaksi kimia a. Campurannya mencadi racun Misalnya: 1) Kalomel + iobium à sublimat 2) Asetosal + antipirin à kinatoksin (tidak berefek antimalaria bahkan beracun). 37.

(16) b. Campurannya menimbulkan ledakan Misalnya: Bahan pengoksid dengan bahan yang mudah dioksidasikan (K-klorat + sulfur) c. Terjadi perubahan warna. 38. Misalnya: 1) Antipirin + nitrit à hijau 2) Amilum + iodine à biru 2. Terjadinya perubahan fisika Misalnya: Golongan alkaloid akan diserap oleh norit 3. Terjadinya kerja farmakologis yang merugikan Misalnya: a. Fenasetin akan merusak ginjal sehingga tidak boleh digunakan untuk pasien dengan kerusakan ginjal. b. Amidopirin dapat menyebabkan kanker usus c. Heksamin dengan gol. Sulfa à antagonis Untuk obat tidak tercampurkan yang dapat diatasi, masing-masing obat dilapisi zat tambahan jika : 1. Terjadi reaksi kimia Misalnya: Alkaloid dengan logam berat (Extr. Belladona + AgNO3 teroksidasi).

(17) HUB. 085725009909.

(18) 4 PENGARUH BENTUK SEDIAN TERHADAP KHASIAT OBAT. GARIS BESAR. 4.1.. ·. Pendahuluan. ·. Bentuk Sediaan Obat Dengan Kerja Lama. ·. Rute Penggunaan Obat. Pendahuluan Obat jarang diberikan dalam keadaan murni, tetapi umumnya merupakan. kombinasi dalam formulasi dengan zat-zat yang bukan obat (bahan tambahan) yang memiliki fungsi khusus, seperti zat pensuspensi, pengemulasi, pengisi, pengikat, penghancur, basis salep, basis supositoria, zat pengawet, pewarna, dan sebagainya. Oleh karena itu, obat dengan zat tambahan dicampur menjadi suatu bentuk yang disebut bentuk sediaan farmasi. Bentuk sediaan farmasi diperlukan karena zat aktif sering diberikan dalam jumlah sang sangat kecil, misalnya reserpin 0.1 mg dan etinilestradiol 0.05mg. dengan demikian, zat-zat tambahan diperlukan agar zat aktif mudah dibentuk menjadi bentuk sediaan obat. Bentuk sediaan obat diperlukan untuk:. 73.

(19) 1. Melindungi obat dari kerusakan akibat pengaruh udara, misalnya tablet bersalut seperti tablet salut gula (dragee) dan tablet salut film (film-coated tablet, FCT); 2. Melindungi obat dari pengaruh asam lambung, misalnya tablet enteric (salut enteric); 3. Memudahkan penggunaan obat untuk tujuan terapi, misalnya salep melalui kulit, supositoria melalui anus; 4. Membuat pelepasan obat yang teliti, tepat, dan aman;. 74. 5. Menghilangkan atau menutupi rasa dan bau yang kurang enak, misalnya kapsul, tablet bersalut, dan sirop; 6. Membuat serbuk yang tidak larut tetapi dapat terdispersi dalam cairan pembawa, misalnya suspense; 7. Mencampurkan dua cairan yang tidak bias bercampur menjadi terdispersi dalam cairan pembawa, misalnya emulsi; 8. Member pengobatan setempat agar diperoleh efek obat yang optimal, misalnya salep, krim, tetes mata, tetes hidung, dan tetes telinga; 9. Memudahkan obat dimasukkan kedalam lubang tubuh, misalnya supositoria, ovula, dan bacilli; 10.Memudahkan agar obat dapat langsung masuk ke dalam peredaran darah, misalnya injeksi intramuscular (i.m), intravena (i.v), intraarteri (i.a), dan intratekal (i.t);.

(20) HUB. 085725009909.

(21) Daftar Pustaka 1. Lachman, L., et. Al., The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, Lea & Febiger, 1986. 2. Lieberman, H. A., et. Al.,Pharmaceutical Dosage Forms: Tablets, 2nd ed., Revised and Expanded, Marcel Dekker, Inc., 1989. Volume I. 3. Aulton, M. E., Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design, Churchill Livingstone, 1990. 4. Martin, A., et. Al., Physical Pharmacy, Physical Chemical Principles in The Pharmaceutical sciences, Lea & Febiger, 1992. 5. Voigt, R., Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Ed.5, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta, 1995. 6. Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. 7. Siswandono dan Bambang Soekarjo, Prinsip-prinsip Rancangan obat, Airlangga University Press, Surabaya, 1998. 8. Anief, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek, Gadjah Mada University press, Jogjakarta,2000. 9. Syamsuni, Ilmu Resep, EGC, Jakarta, 2007. 10.Dhadhang Wahyu K dan Saifullah Sulaiman, Teknologi Sediaan Farmasi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009.. 83.

(22) Buku Farmasetika Penerapan Prinsip Preformulasi ini mencakup penjelaskan sifat fisika kima obat dan bahan tambahan obat, menerapkan cara pencampuran bahan serta menjelaskan pengaruh bentuk sediaan terhadap khasiat obat, sehingga diharapkan pembaca dapat dengan mudah menggali, memahami, dan mengkatagorikan sifat fisika kimia dari bahan obat dalam peranyaan yang mana dianggap pening dalam formulasi yang stabil, efektif dan bentuk yang aman..

(23)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada cluster east kita ditugaskan membuat Default routing pada perangkat ROE-1, dan menggunakan interface yang keluar sebagai targetnya, berikut

Penambahan tenaga kerja terbanyak terjadi pada tahun ke 7 dan 17 karena pada tahun tersebut terjadi penambahan luas kebun kelapa sawit yang sangat besar (Gambar 7 dan Gambar

Petugas Karantina Tumbuhan yang ditugaskan untuk melaksanakan sertifikasi harus melakukan pemeriksaan terhadap seluruh persyaratan dalam protokol ekspor buah salak

Dari hasil analisis data menunjukan bahwa pendidikan masyarakat Kelurahan Baqa masih cukup rendah hal tersebut dilihat dari frekuensi jawaban yang diberikan

Terkait dengan penelitian terkait dengan pengembangan stevia hasil mutasi in vitro di sentra produksi Jawa Barat dari survey yang dilakukan didapatkan bahwa hanya kelompok

Jika suatu negara sedang melakukan penyelidikan, penyidikan, atau penuntutan atas kejahatan yang terjadi, maka Pengadilan Pidana Internasional berada

• Network links that use Internet technologies to connect the intranet of a business to the intranets of another. • Virtual