MAKALAH
MAKALAH
HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN
Dosen Pembimbi
Dosen Pembimbing : M. ng : M. Sholeh, SH., MHSholeh, SH., MH
Oleh :
Oleh : Siti Nur Fadhilah
Siti Nur Fadhilah
NIM 2013010007NIM 2013010007
FAKULTAS HUKUM SEMESTER VI FAKULTAS HUKUM SEMESTER VI
TAHUN AARAN 201!"201# TAHUN AARAN 201!"201#
UNIVERSITAS $RESIK UNIVERSITAS $RESIK ANGGUNG
%EN&AHULUAN
Pembangunan dan perkembangan perekonomian di Indonesia khusunya dibidang perindustrian dan perdagangan telah menghasilkan berbagai variasi barang dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi. Pengaruh arus globalisasi dan perdagangan bebas yang didukung oleh kemajuan tekhnologi komunikasi dan inormasi telah memperluas ruang gerak arus transaksi barang, baik didalam negeri sendiri maupun yang masuk dari luar negeri. Hal mana menjadi konsekuensi logis bah!asannya barang"barang yang beredar tersebut ada yang merugikan konsumen karena tidak terpenuhinya kondisi barang yang layak untuk dikonsumsi oleh konsumen.
Disisi lain kondisi diatas dapat pula mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang, dimana konsumen berada pada posisi yang lemah. #ngkapan “Konsumen adalah raja” semestinya diinterpretasikan se$ara kritis. %amun pada kenyataannya tidaklah demikian. &onsumen selalu dikonstruksikan dalam kerangka konsumti. 'kibatnya, $enderung menjadi korban dalam hubungan jual beli dengan produsen.
(anyak $ontoh pengaduan konsumen terkait dengan produk yang dihasilkan pelaku usaha, dimana produk"produk tersebut tidak memenuhi standar kesehatan, kualitas yang tidak layak jual atau karena tidak adanya inormasi yang benar mengenai suatu produk.
&ondisi konsumen yang dirugikan tentu memerlukan peningkatan upaya untuk melindunginya, hal ini dimaksudkan agar ter$ipta keseimbangan posisi antara konsumen dan pelaku usaha.
Dalam menyikapi kondisi diatas, ketika suatu produk diketahui $a$at, maka konsumen tentu akan mengajukan keberatan (Complain) atau meminta pertanggungja!aban terhadap pelaku usaha selaku produsen barang tersebut dengan diikuti dengan tuntutan ganti kerugian. %amun dalam kenyataannya terkadang tidak mudah bagi konsumen untuk mendapatkan pertanggungja!aban dari pelaku usaha.
(ertolak dari hal"hal diatas, dalam pembahasan selanjutnya akan dibahas lebih lanjut mengenai bagaimana tanggung ja!ab pelaku usaha terhadap produk $a$at.
%EM'AHASAN ). Ha( da) Ke*a+i,a) K-).u/e)
Sebelum membahas lebih jauh tentang tanggung ja!ab pelaku usaha
terhadap produk $a$at, ada baiknya diuraikan se$ara singkat terlebih dahulu mengenai apa yang menjadi hak dan ke!ajiban konsumen, sebagai berikut : Menurut Ernest Barker , agar hak"hak konsumen itu sempurna harus
memenuhi * +tiga syarat, yakni hak itu dibutuhkan untuk perkembangan manusia, hak itu diakui oleh masyarakat dan hak itu dinyatakan demikian dan karena itu dilindungi dan dijamin oleh lembaga negara-.
Di Indonesia, hak"hak konsumen telah diatur dalam pasal #ndang"#ndang Perlindungan &onsumen +selanjutnya disingkat ##P& sebagai berikut :
Hak konsumen adalah :
Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa0
Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan0
Hak atas inormasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa0
Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan0
Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen se$ara patut0
Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen0
Hak unduk diperlakukan atau dilayani se$ara benar dan jujur serta tidak diskriminati0
Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya0
Hak"hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang"undangan lainnya.
Disamping pengaturan hak"hak konsumen dalam pasal , pengaturan
mengenai ke!ajiban pelaku usaha sebagaimana yang diatur dalam pasal 1 merupakan persyaratan yang memang harus tertuang dalam upaya
perlindungan konsumen. 2leh karena itu, ke!ajiban pelaku usaha harus dilihat sebagai hak"hak konsumen.
Selain memiliki hak, &onsumen juga mempunyai &e!ajiban sebagaimana disebutkan dalam pasal 3 ##P&, ke!ajiban konsumen adalah :
Memba$a atau mengikuti petunjuk inormasi dan prosedur pemakaian atau pemanaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan0 (eritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa0 Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati0
Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen se$ara patut.
2 &a.ar e)atura) ta)u) +a*a, %ela(u u.aha terhada r-du( aat
Produk $a$at menurut (adan Pembinaan Hukum %asional +(PH% adalah 4Produk yang tidak dapat memenuhi tujuan pembuatannya, baik karena kesengajaan atau kealpaan dalam proses produksinya maupun disebabkan hal"hal lain yang terjadi dalam peredarannya, atau tidak menyediakan
syarat"syarat keamanan bagi manusia atau harta benda mereka dalam
penggunaannya, sebagaimana diharapkan orang5-3. Dari batasan ini dapat dilihat bah!a pihak yang bertanggung ja!ab adalah pelaku usaha pembuat produk tersebut.
#ntuk mengetahui kapan suatu produk mengalami $a$at, dapat dibedakan atas tiga kemungkinan, yaitu :
Ke.alaha) r-du(.i
&esalahan produksi dapat dibedakan atas dua bagian yaitu, pertama adalah kesalahan yang meliputi kegagalan produksi, pemasangan produk, kegagalan pada sarana inspeksi, apakah karena kelalaian manusia atau ketidakberesan pada mesin dan yang serupa dengan itu, sedangkan yang kedua adalah produk" produk yang telah sesuai dengan ran$angan dan spesi6kasi yang dimaksudkan oleh pembuat, namun terbukti tidak aman dalam pemakaian normal.
4aat &e.ai)
Pada $a$at desain ini, $a$at terjadi pada tingkat persiapan produk. Hal ini terdiri atas, desain, komposisi atau konstruksi.
Inormasi yang tidak memadai ini berhubungan dengan pemasaran suatu produk, dimana keamanan suatu produk
ditentukan oleh inormasi yang diberikan kepada pemakai yang berupa pemberian label produk, $ara penggunaan, peringatan atas resiko tertentu atau hal lainnya sehingga produsen pembuat dan supplier dapat memberikan jaminan bah!a produk"produk mereka itu dapat dipergunakan sebagaimana dimaksudkan. &onsep Perlindungan &onsumen di Indonesia sebagaimana
diimplementasikan dalam ##P& sejalan dengan teori Roscoe Pound yang menyatakan hukum sebagai alat perubahan sosial masyarakat (law is a tool as a social engineering). Menurut Pound yang merupakan salah seorang ahli dalam aliran Sociological Juricprudence, hukum diartikan sebagai
seperangkat aturan yang berungsi sebagai alat untuk mengidenti6kasi dan menyesuaikan berbagai kepentingan masyarakat yang saling bersinggungan dengan mengupayakan timbulnya benturan dan kerugian yang seminimal mungkin. Dengan kata lain Pound menekankan pada ungsi hukum sebagai alat penyelesaian berbagai permasalahan (Problem solving) dalam
masyarakat. 'rtinya dengan eksistensi ##P& di Indonesia diharapkan tidak hanya melindungi masyarakat umum sebagai konsumen tetapi juga sebagai 4alat5 untuk meminimalisir terjadinya kerugian akibat terjadinya benturan antar pelaku usaha dan konsumen sebagai akibat dari adanya produk $a$at. 7erkait dengan tanggung ja!ab pelaku usaha tersebut telah diatur didalam
#ndang"#ndang %o. 8 7ahun )999 tentang Perlindungan &onsumen yaitu sebagai berikut-1 :
Pasal ! " () Pela#u usaha bertanggung jawab memberi#an ganti rugi atas #erusa#an$ pencemaran$ dan%atau #erugian #onsumen a#ibat meng#onsumsi barang dan%atau jasa &ang dihasil#an atau diperdagang#an. (') anti rugi sebagaimana dima#sud pada a&at () dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan%atau jasa &ang sejenis atau setara nilain&a$ atau perawatan #esehatan dan%atau pemberian santunan &ang sesuai dengan #etentuan peraturan perundangundangan &ang berla#u. (*) Pemberian ganti rugi dila#sana#an dalam tenggang wa#tu + (tujuh) hari setelah tanggal transa#si. (,) Pemberian ganti rugi sebagaimana dima#sud pada a&at () dan a&at (') tida# menghapus#an #emung#inan adan&a
tuntutan pidana berdasar#an pembu#tian lebih lanjut mengenai adan&a unsur #esalahan. (-) Ketentuan sebagaimana dima#sud pada a&at () dan a&at (') tida# berla#u apabila pela#u usaha dapat membu#ti#an bahwa #esalahan tersebut merupa#an #esalahan #onsumen.
Pasal ' " “Pela#u usaha peri#lanan bertanggung jawab atas i#lan &ang diprodu#si dan segala a#ibat &ang ditimbul#an oleh i#lan tersebut”.
Pasal ' " () /mportir barang bertanggung jawab sebagai pembuat barang &ang diimpor apabila importasi barang tersebut tida# dila#u#an oleh agen
atau perwa#ilan produsen luar negeri. (') /mportir jasa bertanggung jawab sebagai pen&edia jasa asing apabila pen&ediaan jasa asing tersebut tida# dila#u#an oleh agen atau perwa#ilan pen&edia jasa asing.
Pasal '' " “Pembu#tian terhadap ada tida#n&a unsur #esalahan dalam #asus pidana sebagaimana dima#sud dalam Pasal ! a&at (,)$ Pasal '$ dan Pasal
' merupa#an beban dan tanggung jawab pela#u usaha tanpa menutup #emung#inan bagi ja#sa untu# mela#u#an pembu#tian”.
Pasal '* " “Pela#u usaha &ang menola# dan%atau tida# memberi tanggapan dan%atau tida# memenuhi ganti rugi atas tuntutan #onsumen sebagaimana dima#sud dalam Pasal ! a&at ()$ a&at (')$ a&at (*)$ dan a&at (,)$ dapat digugat melalui badan pen&elesaian seng#eta #onsumen atau mengaju#an #e badan peradilan di tempat #edudu#an #onsumen”.
Pasal ', " () Pela#u usaha &ang menjual barang dan%atau jasa #epada pela#u usaha lain bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan%atau
gugatan #onsumen apabila " a. pela#u usaha lain menjual #epada #onsumen tanpa mela#u#an perubahan apa pun atas barang dan%atau jasa tersebut. b. pela#u usaha lain$ didalam transa#si jual beli tida# mengetahui adan&a
perubahan barang dan%atau jasa &ang dila#u#an oleh pela#u usaha atau tida# sesuai dengan contoh$ mutu$ dan #omposisi. (') Pela#u usaha
sebagaimana dima#sud pada a&at () dibebas#an dari tanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan%atau gugatan #onsumen apabila pela#u usaha lain &ang membeli barang dan%atau jasa menjual #embali #epada #onsumen
dengan mela#u#an perubahan atas barang dan%atau jasa tersebut Pasal '- " () Pela#u usaha &ang memprodu#si barang &ang
peman0aatann&a ber#elanjutan dalam batas wa#tu se#urang#urangn&a (satu) tahun wajib men&edia#an su#u cadang dan%atau 0asilitas purna jual dan wajib memenuhi jaminan atau garansi sesuai dengan &ang
diperjanji#an. (') Pela#u usaha sebagaimana dima#sud pada a&at () bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan%atau gugatan #onsumen apabila pela#u usaha tersebut " a. tida# men&edia#an atau lalai
men&edia#an su#u cadang dan%atau 0asilitas perbai#an
b. tida# memenuhi atau gagal memenuhi jaminan atau garansi &ang diperjanji#an.
Pasal '1 " “Pela#u usaha &ang memperdagang#an jasa wajib memenuhi jaminan dan%atau garansi &ang disepa#ati dan%atau &ang diperjanji#an”.
Pasal '+ " Pela#u usaha &ang memprodu#si barang dibebas#an dan
tersebut terbu#ti seharusn&a tida# diedar#an atau tida# dima#sud#an untu# diedar#an. b. cacat barang timbul pada #emudian hari. c. cacat timbul a#ibat ditaatin&a #etentuan mengenai #uali2#asi barang3 d. #elalaian &ang
dia#ibat#an oleh #onsumen. e. lewatn&a jang#a wa#tu penuntutan , (empat) tahun seja# barang dibeli atau lewat jang#a wa#tu &ang diperjanji#an
Pasal '4 " “Pembu#tian terhadap ada tida#n&a unsur #esalahan dalam gugatan ganti rugi sebagaimana dima#sud dalam Pasal !$ Pasal ''$ dan Pasal '* merupa#an beban dan tanggung jawab pela#u usaha”.
Memerhatikan substansi pasal )9 ayat +) diatas dapat diketahui bah!a tanggung ja!ab pelaku usaha meliputi :
a5 Ta)u) +a*a, a)ti (eruia) ata. (eru.a(a) 6 7anggung ja!ab ganti kerugian atas pen$emaran, dan :
7anggung ja!ab ganti kerugian atas kerugian konsumen 0
(erdasarkan hal ini, maka adanya produk barang dan/atau jasa yang $a$at bukan merupakan satu"satunya dasar pertanggungja!aban pelaku usaha. Hal ini berarti bah!a tanggung ja!ab pelaku usaha meliputi segala kerugian yang dialami konsumen-8.
Selanjutnya men$ermati substansi ketentuan pasal )9 ayat + tersebut, sesungguhnya memiliki kelemahan yang siatnya merugikan konsumen, terutama dalam hal konsumen menderita suatu penyakit. Dalam pasal tersebut konsumen hanya mendapatkan salah satu bentuk penggantian kerugian yaitu ganti kerugian atas harga barang atau hanya berupa
pera!atan kesehatan, padahal konsumen telah menderita kerugian bukan hanya kerugian atas harga barang tetapi juga kerugian yang timbul dari biaya pera!atan kesehatan.
2leh karena itu, seharusnya pasal )9 ayat + menentukan bah!a pemberian ganti kerugian dapat berupa pengembalian uang dan/atau penggantian
barang atau jasa yang setara nilainya dan/atau pera!atan kesehatan
dan/atau pemberian santunan dapat diberikan sekaligus kepada konsumen +bersiat kumulati. 'rtinya bah!a rumusan antara perkataan 4setara
nilainya5 dengan 4pera!atan kesehatan5 dalam rumusan pasal tersebut tidak hanya menggunakan rasa 4atau5 melainkan 4dan/atau5. Sehingga apabila kerugian itu menyebabkan sakitnya konsumen, maka selain
mendapat penggantian harga barang juga mendapatkan pera!atan
kesehatan-9. Hal ini tentu dapat menjadi dasar pertimbangan bagi Hakim dalam memutuskan bentuk ganti kerugian yang harus ditanggung oleh pelaku usaha apabila perkara tersebut diba!a ke pengadilan.
Dalam pasal )9 ayat +*, terdapat juga kelemahan lainnya yang menentukan bah!a pemberian ganti kerugian dalam tenggang !aktu 1 +7ujuh hari
setelah transaksi. 'pabila ketentuan ini dipertahankan, maka konsumen yang mengonsumsi barang di hari kedelapan setelah transaksi tidak akan mendapatkan penggantian ganti kerugian dari pelaku usaha, !alaupun se$ara nyata konsumen yang bersangkutan telah menderita kerugian. Seharusnya tenggang !aktu pemberian ganti kerugian kepada konsumen adalah 1 +7ujuh hari setelah terjadinya kerugian dan bukan 1 +7ujuh hari setelah transaksi sebagaimana rumusan yang ada sekarang-);.
b Li)(u ta)u) +a*a, a)ti (eruia)
Se$ara umum prinsip tanggung ja!ab dalam hukum terkait dengan tuntutan ganti kerugian yang dialami konsumen sebagai akibat penggunaan produk yang $a$at yang didasarkan pada tuntutan ganti kerugian berdasarkan <anprestasi dan tuntutan ganti kerugian berdasarkan Perbuatan Mela!an Hukum sebagaimana yang akan dibahas se$ara singkat diba!ah ini :
$ Tu)tuta) ,erda.ar(a) a)re.ta.i 6
'pabila tuntutan berdasarkan !anprestasi, maka terlebih dahulu 7ergugat dan Penggugat +produsen dan konsumen terikat dalam suatu perjanjian. Dengan demikian pihak ketiga +bukan sebagai pihak dalam perjanjian yang dirugikan tidak dapat menuntut ganti kerugian dengan alasan !anprestasi. =anti kerugian yang diperoleh karena adanya !anprestasi merupakan akibat tidak dipenuhinya ke!ajiban, berupa ke!ajiban atas prestasi dalam
perikatan. <ujud dari tidak memenuhi perikatan itu ada * +tiga ma$am yaitu-)) :
Debitur sama sekali tidak memenuhi perikatan 0 Debitur terlambat memenuhi perikatan 0
Debitur keliru atau tidak pantas memenuhi perikatan 0
7untutan ganti kerugian berdasarkan !anprestasi adalah sebagai akibat penerapan klausula dalam perjanjian, yang merupakan ketentuan hukum yang harus dipatuhi oleh kedua belah pihak yang dikenal dengan asas Pacta Sunt Servanda [12].
d Tu)tuta) ,erda.ar(a) %er,uata) Mela*a) Hu(u/ 8%MH56
7untutan ganti kerugian yang didasarkan pada Perbuatan Mela!an Hukum tidak perlu didahului dengan perjanjian antara produsen dengan konsumen, sehingga tuntutan ganti kerugian dapat dilakukan setiap pihak yang
dirugikan, !alaupun tidak pernah terdapat hubungan perjanjian antara produsen dengan konsumen. Dengan demikian pihak ketigapun dapat menuntut ganti kerugian.
'dapun #nsur"unsur Perbuatan Mela!an Hukum yang harus dipenuhi yaitu : 'da PMH 0
'da kerugian 0
'da hubungan kausalitas antara PMH dan kerugian 0 dan 'da kesalahan
Sebelum tahun )9)9, Perbuatan Mela!an Hukum identik dengan perbuatan melanggar undang"undang, setelah tahun )9)9 +kasus 5indenbaumCohen, PMH tidak lagi hanya sekedar melanggar undang"undang, tetapi juga dapat berupa-)* :
Melanggar hak orang lain 0
(ertentangan dengan ke!ajiban hukum si pembuat 0 (ertentangan dengan kesusilaan baik 0 dan
(ertentangan dengan sikap hati"hati yang seharusnya diindahkan dalam pergaulan masyarakat terhadap diri atau benda orang lain 0
'dapun bentuk dari ganti rugi pada asasnya yang la>im dipergunakan adalah uang, oleh karena menurut ahli"ahli hukum perdata maupun ?urisprudensi, uang merupakan alat yang paling praktis, yang paling sedikit menimbulkan selisih dalam menyelesaikan sesuatu sengketa. Selain uang masih ada
bentuk lain yang diperlukan sebagai bentuk ganti rugi yaitu pemulihan kedalam keadaan semula (in natura) dan larangan untuk mengulangi-). Sebagai $ontoh bentuk ganti rugi in natura$ sebagaimana yang telah
diakomodir dalam ##P& adalah ketentuan pasal )9 ayat + mengenai pera!atan kesehatan karena sakit yang dialami konsumen setelah
mengonsumsi produk yang $a$at. Pera!atan kesehatan dimaksudkan agar konsumen menjadi pulih kembali kedalam keadaan semula sebelum
mengkonsumsi produk tersebut.
Selain itu, ketentuan pasal lebih menekankan pada tanggung ja!ab pembuktian unsur kesalahan dalam perkara pidana apabila konsumen sebagai korban menuntut kerugian yang dialaminya melalui instrumen hukum pidana.
Selanjutnya ketentuan Pasal * mengatur mengenai pengajuan gugatan melalui (adan Penyelesaian Sengketa &onsumen +(PS& atau (adan
Peradilan ditempat kedudukan konsumen. 'rtinya bah!a &onsumen sebagai korban dapat menempuh atau menggunakan instrumen hukum perdata dalam penanganan perkara ini.
Hal lainnya yang lebih menarik adalah adanya pengaturan tempat pengajuan gugatan ganti kerugian 9di te/at (edudu(a) K-).u/e) baik melalui (PS& maupun (adan Peradilan, dimana akan sangat memudahkan
konsumen dalam menuntut haknya. Hal ini bertolak belakang dengan
ketentuan pasal ))8 HI@ yang mengatur se$ara umum pengajuan gugatan perdata dilakukan ditempat tinggal 7ergugat, ini berarti di tempat pelaku usaha berdomisili. Pengaturan ini akan banyak memba!a kesulitan bagi konsumen yang akan menuntut haknya. Dengan ditentukannya tempat pengajuan gugatan 9di te/at (edudu(a) K-).u/e); maka sangat memberikan kemudahan bagi konsumen-)3.
Selanjutnya dalam pasal 8 menentukan bah!a beban pembuktian unsur “#esalahan” dalam gugatan ganti kerugian merupakan beban dan tanggung ja!ab pelaku usaha. 'rtinya pelaku usaha harus membuktikan bah!a kerugian bukan merupakan kesalahannya sehingga terbebas dari tanggung ja!ab ganti kerugian.
Dalam hukum a$ara perdata, berlaku asas umum beban pembuktian sebagaimana diatur dalam pasal )A* HI@/8* @(g/)8A3 (<
bah!a “6arangsiapa &ang menga#u mempun&ai ha# atau &ang
mendasar#an pada suatu peristiwa untu# menguat#an ha#n&a itu atau men&ang#al ha# orang lain$ harus membu#ti#an adan&a ha# atau peristiwa itu [16]”.
7erkait asas beban pembuktian tersebut, Menurut Pro. 'hmad 'li-)1, baik Penggugat maupun 7ergugat, dapat dibebani dengan pembuktian. 7erutama Penggugat !ajib membuktikan dalil gugatannya dan 7ergugat !ajib
membuktikan sangkalannya. 'tau dalam ranah hukum perlindungan konsumen, baik produsen maupun konsumen dibebani pembuktian. &onsumen harus membuktikan adanya kesalahan produsen yang mengakibatkan kerugiannya.
Setelah lahirnya #ndang"#ndang Perlindungan &onsumen +##P&,
pembuktian tentang ada tidaknya kesalahan produsen tersebut dibebankan kepada produsen. Ini berarti bah!a prinsip tanggung gugat berdasarkan kesalahan dengan pembalikan beban pembuktian-)8. +sebagaimana dalam penjelasan pasal ##P&.
(erdasarkan prinsip tersebut, &onsumen hanya dibebani adanya kerugian yang dialaminya sebagai akibat mengonsumsi/memakai produk tertentu yang diperoleh/berasal dari produsen, sedangkan pembuktian tentang ada
tidaknya kesalahan produsen yang mengakibatkan timbulnya kerugian konsumen dibebankan kepada Produsen.
Pengaturan mengenai pembalikan beban pembuktian dalam ##P&
merupakan langkah maju dalam mengakomodir perlindungan hukum yang lebih maksimal kepada &onsumen. Penerapan pembalikan beban pembuktian dalam ##P& tidak hanya dalam perkara perdata +gugatan ganti kerugian tetapi juga dalam perkara pidana sebagaimana diatur dalam pasal 8 dan pasal yang telah disinggung sebelumnya.
%ENUTU%
Ke.i/ula)
Se$ara umum, #ndang"#ndang %o. 8 7ahun )999 7entang Perlindungan
&onsumen baik dalam pengaturan pasal maupun penjelasannya sudah $ukup maju. Hal mana terlihat dari $akupan materinya yang lebih luas dan lebih memberikan perlindungan yang maksimal bagi konsumen. Salah satunya yaitu dengan mengatur tentang pembalikan beban pembuktian dalam membuktikan unsur kesalahan yang harus dibuktikan oleh pelaku usaha +Produsen, bukan oleh konsumen. (aik dalam perkara pidana maupun perkara perdata.
#ndang"#ndang Perlindungan &onsumen +##P& telah se$ara tegas
mengatur mengenai tanggung ja!ab pelaku usaha terhadap produk/barang $a$at yang menimbulkan kerugian bagi konsumen, sehingga pelaku usaha !ajib menaatinya. Pertanggungja!aban tersebut dapat dilakukan melalui mekanisme hukum pidana dan perdata atas dasar <anprestasi dan
Perbuatan Melanggar Hukum.
Disamping itu, ##P& juga telah memberikan kemudahan bagi konsumen dalam mengajukan gugatan ganti kerugian terhadap pelaku usaha
+Produsen, dimana gugatan diajukan di tempat konsumen berdomisili. Sara)
Selain dari hal"hal yang dipandang sebagai langkah maju dalam penegakan hukum perlindungan konsumen terkait tanggung ja!ab pelaku usaha
terhadap produk $a$at diatas, terdapat pula kelemahan"kelemahan dalam beberapa pasal yang mengatur tentang tanggung ja!ab pelaku usaha yang perlu disempurnakan. Sebagai $ontoh mengenai pengaturan batas !aktu pemberian ganti kerugian yaitu 1 +7ujuh hari setelah transaksi. ?ang
seharusnya 1 +tujuh hari setelah kerugian dialami konsumen. Selain itu terkait ketentuan pasal )9 ayat +, pemberian ganti kerugian harus dapat diberika se$ara kumulati yaitu selain mendapat penggantian harga barang juga mendapatkan pera!atan kesehatan.
Disamping itu perlu dipertimbangkan penerapan konsep
pertanggungja!aban mutlak/pertanggungja!aban tanpa kesalahan (Strict liabilit&) dalam menuntut ganti kerugian terhadap pelaku usaha karena produk $a$at, sebagaimana telah diterapkan dalam ## Bingkungan Hidup. Hal mana akan memaksimalkan tanggung ja!ab pelaku usaha kepada konsumen tanpa harus melalui proses yang memakan !aktu.
&AFTAR %USTAKA (uku"buku
'$hmad 'li dan <i!ie Heryanie, 7sas7sas 8u#um Pembu#tian Perdata, &en$ana Prenada Media =roup, Cakarta, ;) 0
'drian Sutendi, 9anggung Jawab Produ# :alam 8u#um Perlindungan Konsumen, =halia Indoensia, (ogor, ;;8 0
'hmadi Miru Sutarman ?odo, 8u#um Perlindungan Konsumen, @ajagra6ndo Persada, Cakarta, ;)) 0
Ir!ansyah, Kumpulan 6ahan Kuliah S' ;ilsa0at 8u#um$ Program Pas$asarjana, Eak. Hukum, #nhas, Makassar, ;)) 0
<antjik Saleh, 8u#um 7cara Perdata (<6%8/<)$ =halia Indonesia, )98; 0
Mariam Darus (adrul>aman, K.=.8 Perdata 6u#u /// 9entang 8u#um Peri#atan :engan Penjelasann&a, 'lumni, (andung, ;)) 0
Sadar, Moh. 7au6k Makarao, Habloel Ma!andi, 8u#um Perlindungan Konsumen di /ndonesia, 'kademia, Cakarta, ;) 0
Pur!ahid Patrik, :asar:asar 8u#um Peri#atan (Peri#atan &ang lahir dari perjanjian dan dari undangundang)$ Mandar Maju, (andung, )99 0
Subekti, &itab #ndang"undang Hukum Perdata (6urgerlij# wetboe#)$ Pradnya Paramita, Cakarta, )99A 0
Internet
@epository. #su. a$.id, 9anggung jawab pela#u usaha atas barang &ang diprodu#si, diakses tanggal 1 September ;)* 0
Perundang"undangan
## %o. 8 7ahun )999 7entang Perlindungan &onsumen , B% %o. 7ahun )999 0