• Tidak ada hasil yang ditemukan

UTP-U/J DAN UST REGU BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UTP-U/J DAN UST REGU BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDRAL

UTP-U/J DAN UST REGU

BAB I PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Mutu dan kesiapan tempur suatu satuan sangat ditentukan oleh kemampuan dan kesiapan personel untuk melaksanakan tugas-tugas sesuai fungsi, pangkat dan jabatannya. Oleh karenanya, kemampuan perorangan harus senantiasa dibina dan ditingkatkan, agar setiap saat dapat dicapai kondisi yang optimal untuk dapat melaksanakan tugas pokoknya. Disamping latihan, salah satu perangkat kendali pembinaan kemampuan perorangan yang penting adalah Uji Terampil Perorangan. Dengan Uji Terampil Perorangan ini, maka setiap perorangan diharapkan dapat diketahui secara pasti atas pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, guna diarahkan pada tujuan pembinaan dan penggunaan selanjutnya.

b. Kesulitan terbesar di dalam menguji kemampuan yang bersifat perorangan adalah menjamin obyektivitas dan validitas penilaian, penentuan kriteria, serta penentuan materi dan cara pengujian yang tepat. Dengan demikian Uji Terampil Perorangan yang diterapkan dalam Yonif dalam rangka kesiapan tempur satuan tersebut harus berkaitan dengan SJM dan Sisbinlat berupa Proglatsi yang diterapkan dalam Yonif tersebut.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Naskah ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu bahan ajaran bagi pendidikan Dasar Kecabangan (Diksarcab).

b. Tujuan. Agar Perwira Siswa mengerti dan dapat menyelenggarakan UTP-U/J dan UST Regu.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Ruang lingkup Naskah ini dibatasi pada ketetntuan umum dan pelaksanaan UTP Umum dan Jabatan disusun dengan tata urut sebagai berikut :

a. Pendahuluan.

b. Hubungan antara UTP dengan SJM Pola Karier dan Sisbinlat. c. Ketentuan Umum UTP.

d. Pelaksanaan UTP.

e. Ketentuan Umum Gar UST f. Pelaksanaan UST

▸ Baca selengkapnya: utp kepanjangan dari? *

(2)

BAB II

HUBUNGAN ANTARA UTP DENGAN SJM, POLA KARIER DAN SISBINLAT

4. Umum.

a. Untuk dapat menyusun suatu peranti lunak UTP yang tepat dan efektif, perlu diketahui letak dan hubungan perangkat kendali ini dengan keseluruhan sistem pembinaan kemampuan perorangan yang berlaku di lingkungan TNI AD. Dengan demikian akan dapat direalisasi salah satu filosofi latihan kita yang berbunyi “Apa yang akan dilaksanakan di daerah operasi, itulah yang kita latihkan. Dan apa yang kita latihkan, itulah yang akan diujikan”.

b. Mengingat UTP ini mempunyai kepentingan, baik yang berkaitan dengan perorangan maupun organisasi, berikut ini akan dibahas hubungan antara UTP dengan Spesialisasi Jabatan Militer dan Sistem Pembinaan Latihan.

5. Hubungan UTP dengan Spesialisasi Jabatan Militer.

a. SJM adalah identifikasi dari kelompok kedudukan jabatan militer yang mempunyai hubungan fungsional sedemikian dekatnya, Sehingga terdapat derajat tukar menukar yang tinggi diantara mereka yang berkualifikasi SJM tersebut. SJM menjelaskan spesialisasi dan pengetahuan yang diperlukan untuk pelaksanaan jabatan militer dengan baik.

b. Sementara itu, dalam rangka pembinaan Karier Bintara dan Tamtama TNI AD telah dirumuskan adanya Pola dan Tingkatan Keterampilan Perorangan dalam SJM. Pola ini mengatur dan sekaligus mempersyaratkan keterampilan-keterampilan perorangan yang harus dimiliki pada tingkat kepangkatan tertentu, periode dan tingkatan keterampilan ditetapkan sebagai berikut :

TINGKAT KETERAMPILAN PANGKAT TINGKAT SJM KELOMPOK KARIER, AWAK KODE SJM BPUP

1 Prada DASAR Penembak

Senapan 101 A1 1 2 Pratu-Praka L A N J U T A N Lintas datar Lintas lengkung 101 B2 101 C2 2

3 Kopda Lintas datar

Lintas lengkung 101 B3 101 C3 3 4 Koptu-Kopka Lintas datar Lintas lengkung 101 B4 101 C4 4 5 Serda-Sertu Lintas datar Lintas lengkung 101 B5 101 C5 5 6 Serka-Serma Lintas datar Lintas lengkung 101 B6 101 C6 6 7

Pelda-Peltu PUNCAK Pengawas 101 Z7 7

c. Berdasarkan tingkatan keterampilan dalam SJM ini ditentukan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap personel. Kemampuan ini meliputi 2 aspek, yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan dan keterampilan ini diformulasikan dalam tugas-tugas yang harus dapat dilaksanakan dalam standar tertentu.

(3)

Seluruh personel harus memiliki kemampuan pada tingkat keterampilan -1 dan dapat dinaikkan ke tingkat keterampilan yang lebih tinggi bila ia memiliki kemampuan atau dapat melaksanakan tugas-tugas pada tingkat keterampilan sebelumnya. Sebagai contoh : Seorang prajurit berpangkat Kopral Dua, maka ia harus menguasai tingkat keterampilan -1 dan 2, serta keterampilan pada tingkatnya yang sekarang yaitu tingkat keterampilan -3

d. Seluruh keterampilan pengetahuan dan keterampilan yang ditetapkan dalam setiap tingkat ini merupakan keterampilan pokok dalam SJM masing-masing dengan titik berat pada tugas-tugas umum dan tugas-tugas khusus. Selanjutnya dikaitkan dengan fungsi jabatan dan kedudukan dalam organisasi. Tugas-tugas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Tugas Umum. Dalam tugas umum sesuai SJM ini buku yang digunakan sebagai pedoman dalam melatih dan menguji prajurit adalah Buku Pedoman Umum Prajurit Infanteri sesuai tingkat keterampilan dan keterampilannya (BPUP-1 s.d BPUP-7).

Contoh : Semua Prajurit yang berpangkat Prada harus berpedoman dan dapat melaksanakan tugas dalam Buku Pedoman Umum Prajurit-1.

2) Tugas Khusus. Dalam tugasnya berpedoman pada Buku Pedoman Khusus Jabatan, kalau dia Pejabat di Rupan, maka dia harus berpedoman pada Buku Pedoman Khusus Jabatan di Kipan. Bagan di bawah ini dapat menjelaskan bagaimana totalitas suatu tugas perorangan dalam jabatan :

JABATAN WADAN RUPAN DANCUK MO.60 KETERANGAN

PANGKAT KOPDA/KOPTU (SJM 101 B3) KOPDA/KOPTU (SJM 101 C3) Keterampilan umum yang harus dikuasai (tugas umum) 3 3 Keterampilan di bawahnya (Lintas Datar) (Lintas

Lengkung) Keterampilan umum pada tingkatan SJM Keterampilan khusus yang harus dikuasai (tugas khusus)

Tik Rupan Mengatasi gangguan Mo.60 Keterampilan spesifik Menembak SO Menembak Mo.60 Tugas khusus pejabat di bawahnya

e. Dengan telah ditetapkannya keterampilan (pengetahuan dan keterampilan) perorangan sesuai dengan tingkat keterampilan dalam SJM masing-masing, maka UTP yang diselenggarakan harus menguji pengetahuan dan keterampilan yang bersifat umum dan yang terkait dengan jabatan untuk mendapatkan kepastian, apakah tugas-tugas yang telah ditentukan itu dapat dilaksanakan sesuai dengan standar yang berlaku. Dengan demikian UTP yang dilaksanakan meliputi UTP Umum, UTP Jabatan (UTPJ) untuk menguji pengetahuan dan keterampilan yang berkait dengan jabatan.

(4)

f. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :

1) SJM merupakan suatu sistem yang menyelaraskan antara pembinaan karier dan pembinaan latihan dengan tujuan agar setiap prajurit yang menduduki suatu jabatan militer dalam kelompok karier sesuai spesialisasinya, memiliki profesionalisme yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya.

2) Dalam konsep SJM, setiap jabatan militer memiliki persyaratan pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap pejabat untuk itu pejabat yang menduduki jabatan militer harus dilatih agar memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dipersyaratkan dan setelah itu diuji untuk mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan dan keterampilan tersebut telah diketahui.

3) Uji Terampil Perorangan adalah sarana untuk menguji pengetahuan dan keterampilan perorangan setiap prajurit yang telah melalui tahapan latihan perorangan. Materi latihan dalam latihan perorangan meliputi materi umum dan jabatan. Berkait dengan hal tersebut pengujiannya dilaksanakan sebagai berikut :

(a) Untuk menguji materi yang bersifat umum melalui Uji Terampil Perorangan Umum (UTP Umum).

(b) Untuk menguji materi yang berkait dengan pengetahuan dan keterampilan jabatan melalui Uji Terampil Perorangan Jabatan (UTPJ).

4) Uji Terampil Perorangan adalah sarana untuk menguji tingkat pemahaman prajurit sesuai tingkat keterampilannya dalam menduduki suatu jabatan militer terhadap tugas-tugas umum dan jabatan yang dipersyaratkan dalam SJM.

6. Hubungan UTP dengan Pola Karier. Bagi prajurit yang mempunyai jabatan tidak jelas dalam pola karier sebagai awak lintas datar maupun awak lintas lengkung, seperti Taban Jurlis, Ta Pesuruh, Ta Pelayan Radio, Ta pemasak dan lain-lain baik yang berada di Kipan, Kima maupun Kiban, maka harus menentukan diri, apakah dalam UTP akan mengikuti jalur lintas datar atau jalur lintas lengkung.

Penentuan ini berdasarkan pertimbangan perorangan dan hasil konseling dengan Komandannya serta melihat kebiasaan tugas yang pernah dialami. Penentuan ini sebaiknya sudah sejak mulai berpangkat Pratu. Pola karier harus sudah dimengerti oleh para prajurit, sehingga dapat menjadi pancangan penentuan karier yang harus diikuti dan tugas apa yang harus dikuasai. Dengan demikian dalam UTP dia sudah tahu apa yang harus dilaksanakan. Dalam pola karier terlihat jabatan yang ada dibawahnya dan disampingnya dalam rangka menuju puncak karier, berarti kemampuannya harus dikuasai dan kemampuan tersebut kalau keluar dalam UTP sesuai jabatan harus dapat dikerjakan juga. Pada prinsipnya prajurit yang jabatannya lebih tinggi harus dapat melaksanakan tugas jabatan yang dibawahnya. Oleh karena itu soal UTP yang dikerjakan oleh bawahannya dapat pula dijadikan soal UTP untuk yang bersangkutan. Hierarki jabatan ini dapat terlihat pada pola karier.

(5)

7. Hubungan UTP dengan Sisbinlat.

a. Dalam Sisbinlat TNI AD dikenal Latihan Perorangan dan Latihan Satuan. Ditinjau dari tugasnya, Latihan Perorangan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan teknis dan taktis perorangan agar ia dapat melaksanakan pekerjaannya masing-masing dalam hubungan Satuan. Selanjutnya latihan satuan meneruskan kondisi tersebut untuk diarahkan kepada pencapaian tugas pokok satuan. Dengan demikian jelaslah bahwa latihan perorangan memiliki arti penting berhubung pada akhirnya ia sangat mewarnai kualitas satuan, sehingga sangat menentukan berhasil tidaknya pencapaian tugas pokok satuan tersebut.

b. Pada prinsipnya latihan perorangan harus dilaksanakan secara bertingkat, bertahap dan berlanjut, latihan perorangan harus merupakan anak tangga awal dari keseluruhan proses penyelenggaraan latihan.

c. Di dalam Buku Petunjuk tentang Proglatsi Kipan dan Yonif, telah diatur hal-hal sebagai berikut :

1) Latihan terdiri dari latihan perorangan dan latihan satuan. Latihan meliputi latihan dasar (Umum), latihan perorangan tingkat Bintara dan latihan perorangan tingkat Perwira. Sedangkan latihan satuan meliputi latihan tingkat kelompok, Regu, Peleton dan Kompi. Materi latihan perorangan meliputi materi teknik dan taktik yang berkaitan dan mendukung langsung pelaksanaan tugas satuan, yang ditentukan dalam latihan satuan. 2) Pentahapan latihan diatur sebagai berikut :

a) Latihan perorangan = 9 minggu. b) Latihan Tk. Ru/Pok/Si = 6 minggu. c) Latihan Tk. Ton = 6 minggu. d) Latihan Tk. Ki = 3 minggu. e) Latihan Tk. Yonif = 3 minggu.

Waktu tersebut sudah termasuk untuk UST masing-masing tahap. Jumlah waktu adalah 27 minggu. Setiap tahap latihan tidak akan berhasil apabila masing-masing perorangan belum lulus dalam UTP.

Waktu untuk UTP diluar Proglatsi sendiri adalah 1 minggu. Dengan demikian waktu UTP, Proglatsi UST dan UTJ sebanyak 28 minggu dalam 1 tahun.

3) Pola Proglatsi bila dihubungkan dengan UTP dapat digambarkan sebagaiberikut :

(6)

DIAG NOS TIK TEST LATOR LAN UTP TAJA LATOR SAR LAT UTP UTP UMUM LATOR JAB RU UTJ RU LAT TIS RU UST RU LATOR JAB TON UTJ TON 6 MINGGU 6 MINGGU 9 MINGGU TAJA BARU

GLAPET, MOD, MED DRILL NIS, TIS, PUR dan GLALAP

GLA LAP YON LAT TIS YON UTJ YON LATOR JAB YON UST KI LAT TIS KI UTJ KI LATOR JAB KI UST TON LAT TIS TON 3 MINGGU 3 MINGGU

SIKLUS LATIHAN TINGKAT BATALYON

BAB III

KETENTUAN UMUM UTP

8. Umum.

a. Guna menunjang efisiensi dan efektifitas dalam latihan dan pengujian maka perumusan kebijaksanaan dan peranti lunak dilaksanakan secara terpusat, sedangkan kegiatan latihan dan pengujian tersebut dilaksanakan secara tersebar (desentralisasi). Disamping kita menginginkan agar para Komandan Satuan yang telah menyelenggarakan latihan bagi anggotanya, sekaligus dapat mengujinya. Dengan demikian dapat diketahui sejauh mana latihan yang diberikan dapat mencapai sasaran, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai penyempurnaan latihan-latihan berikutnya.

b. Agar tujuan, sasaran dan hal-hal yang penting dari UTP ini dapat dipahami oleh para pembina/Dansat yang akan menyelenggarakan UTP, perlu diberikan petunjuk umum tentang UTP tersebut.

9. Tujuan dan Sasaran UTP. a. Tujuan.

1) Menguji prajurit dalam melaksanakan tugas sesuai jabatan dalam rangka mendukung tugas pokok satuan.

2) Didapatkannya suatu data kuantitatif yang valid tentang pemahaman dan kekuasaan prajurit terhadap pengetahuan dan keterampilan umum serta jabatan sesuai tingkat keterampilannya untuk kepentingan pembinaan personel dan pembinaan latihan.

(7)

1) Mekanisme pengujian dapat dilaksanakan secara sistematis dengan dilandasi prinsip-prinsip pengujian yang berlaku dalam Sisbinlat TNI AD dalam rangka mendapatkan hasil yang obyektif.

2) Dapat diketahui tingkat pemahaman prajurit tentang tugas dan jabatannya yang pada akhirnya dapat digolongkan menjadi tiga kategori :

a) Personel yang mempunyai kecakapan yang melebihi/diatas tingkat kecakapannya dalam SJM (sesuai fungsi dan jabatannya). b) Personel yang mempunyai kecakapan sesuai dengan tingkat kecakapannya dalam SJM (sesuai fungsi dan jabatannya) personel ini dapat dipertahankan pada jabatannya, karena ia dapat memelihara kecakapan yang dipersyaratkan.

c) Personel yang memiliki kecakapan yang kurang/dibawah tingkat kecakapannya dalam SJM (sesuai fungsi dan jabatannya) pada personel ini harus diberikan latihan secara intensif atau perintah untuk meningkatkan keterampilannya dengan berlatih sendiri (di bawah pengawasan dan bimbingan) agar ia dapat dimasukkan dalam kategori dua setelah diadakan UTP Ulang. Bagi personel yang memiliki kecakapan sangat kurang dibawah tingkat keterampilan dalam SJM (sesuai fungsi dan jabatannya), walaupun sudah mengikuti UTP Ulang dan dari hasil pengamatan Komandan langsungnya ternyata yang bersangkutan tidak dapat lagi ditingkatkan kemampuannya, maka terhadap personel tersebut harus diganti dan ditempatkan di bagian lain sesuai dengan kemampuannya.

10. Kegunaan UTP. a. Bagi Mabesad.

1) Menentukan kelompok-kelompok karier yang memungkinkan penggunaan personel Ba dan Ta sesuai SJM serta pengembangan karier selanjutnya.

2) Menyusun dan menerapkan kebijaksanaan dan prosedur yang setepat-tepatnya tentang seleksi klasifikasi, penugasan dan promosi.

3) Memberikan kesempatan dengan mengadakan pendidikan dan latihan militer untuk memungkinkan pengembangan karier.

4) Memberikan informasi pada waktunya kepada prajurit dan Komandan melalui sarana publikasi tentang kesempatan untuk pengembangan karier. b. Bagi Komandan Satuan.

1) Memberikan penugasan dan menggunakan setiap individu prajurit sesuai SJM-nya.

(8)

2) Memberikan kesempatan bagi setiap individu untuk mengikuti pendidikan dan latihan untuk pengembangan agar senantiasa dapat melaksanakan tugas yang dihadapi.

3) Memberikan saran/nasehat, menilai dan memberikan motivasi kepada setiap individu dengan memperhatikan sasaran karier kemajuan yang dicapai serta titik penentuan karier yang diharapkan dengan konsultasi/konseling.

c. Bagi Pejabat Personel.

1) Memberikan saran kepada Komandan Satuan tentang penggunaan personel Ba dan Ta.

2) Menyusun dan melaksanakan program untuk pemberian saran dan nasehat kepada setiap prajurit tentang pengembangan karier, profesionalisme dan pendidikan serta membantu yang bersangkutan mencapai sasaran kariernya.

d. Bagi Individu yang Bersangkutan. Seorang prajurit harus mengambil keputusan yang akan menentukan nasibnya dikemudian hari. Sehubungan dengan itu yang bersangkutan harus benar-benar mengetahui SJM yang dimiliki, kepangkatan, komposisi SJM serta kesempatan yang tersedia untuk mengikuti pendidikan dan latihan. Secara grafis hal ini dapat dilihat dipola karier. Perencanaan karier adalah tanggung jawab individu disamping Mabes TNI AD, Komandan dan Pejabat Personel. Adapun partisipasi yang dapat dilaksanakan setiap individu adalah dengan cara :

1) Melaksanakan setiap tugas yang dibebankan dengan sebaik-baiknya. Beban tugas tersebut berupa tugas umum dan tugas khusus.

2) Berusaha mengetahui tentang kesempatan yang ada untuk mengikuti pendidikan dan latihan serta untuk maju.

3) Menentukan potensi untuk maju pada SJM yang sesuai dengan cara minta saran kepada Komandan Satuan Langsung dengan melalui sarana sistim penilaian Ba/Ta yaitu hasil pengujian SJM (hasil UTP) yang dimasukkan dalam Buku Penilaian.

4) Menentukan sasaran karier yang ingin dicapai.

5) Menilai kemampuan yang telah dicapai secara periodik dan pada titik pencapaian karier diperlukan perhatian.

6) Menunjukkan kapasitas perkembangan dengan menyelesaikan sebaik-baiknya pendidikan dan latihan yang diperlukan.

e. Bagi Pembinaan Satuan. Hasil UTP akan sangat bermanfaat untuk menentukan sampai dimana tingkat keterampilan/kemampuan perorangan ditinjau dari tugas umum maupun tugas khusus, sehingga bila digabungkan kondite dan hasil jasmani, serta kesehatan, maka akan terlihat siapa yang mempunyai kemampuan yang terbaik secara perorangan. Di Kompi kemampuan ini sudah dapat ditentukan.

(9)

Dalam pelaksanaan UTP didalam Proglatsi maupun di luar proglatsi, Mabesad mempercayakan pelaksanaan UTP kepada Kotama, Kotama secara hirarkhis s.d Yon dan Yon mempercayakan kepada Kompi. Sepenuhnya kesuksesan ada pada Kompi. Danki dapat membiarkan anggotanya tidak terlatih kemudian pada saat akan UTP baru dilatih sekedarnya dan diluluskan, akan tetapi hal ini akan menjadi bumerang bagi para Danki dan Penilai karena adanya kewajiban mempertahankan prestasi selamanya, dan peroranganpun tidak akan mau diluluskan karena hal yang tidak benar dan harus mempertahankan prestasi. Apabila terjadi perorangan sengaja tidak mau untuk lulus, terpaksa harus berpikir panjang karena UTP ini berpengaruh terhadap karier.

Dari laporan hasil UTP yang sampai Mabesad akan dapat ditentukan perorangan yang terbaik sesuai tingkat keterampilan. Demikian juga Kotama, tanpa hal ini dilaksanakan lomba.

11. Waktu Pelaksanaan UTP.

a. UTP dalam rangka Proglatsi. Adalah UTP yang dilaksanakan sebelum tiap-tiap tahap latihan dari Proglatsi. Dalam satu tahun anggaran hanya direncanakan mulai bulan pertama setiap tahun anggaran (Januari) dan selesai satu bulan sebelum akhir tahun anggaran (Nopember). Tujuannya adalah untuk meningkatkan keterampilan personel dalam melaksanakan fungsi dan jabatan, dengan cara mengukur kesiapan perorangan untuk latihan dalam hubungan tim, sebab Tim tidak akan berhasil kalau perorangannya belum baik.

b. UTP diluar Proglatsi. Adalah UTP yang dilaksanakan 1 (satu) kali dalam satu tahun anggaran oleh Mabesad. Waktunya adalah setelah selesai Proglatsi yaitu pada bulan terakhir tahun anggaran (Desember). Tujuannya adalah untuk meningkatkan keterampilan personel sesuai tingkat keterampilan dalam SJM, dengan cara mengukur kesiapan perorangan, sehingga didapatkan hasil sampai dimana efektifitas tempur Satuan. Kotama, Korem, Brigif, Yonif dapat melakukan UTP di luar Proglatsi terhadap anggotanya baik yang lama maupun yang baru kapan saja dalam satu tahun anggaran, demikian juga lembaga pendidikan maupun kesatuan yang membutuhkan.

c. Pengaturan. Dari SUAD akan turun program latihan. Sudah atau belum turun program, maka Kotama menurunkan direktif tentang UTP pada bulan ke satu tahun anggaran (Januari). Sedangkan UTP paling awal dimulai pada bulan ketiga tahun anggaran (Maret). Dengan turunnya direktif kotama, secara hirarkhis direktif akan sampai ke tingkat Kompi. Penurunan direktif harus memperhatikan mekanisme turunnya direktif sampai dengan diterimanya oleh Kompi yang dislokasinya terjauh dan memperhatikan kegiatan/tugas Kompi yang akan melaksanakan UTP sehingga Kompi yang sedang ada kegiatan/tugas, ataupun yang dislokasinya terjauh tetap dapat mempersiapkan/ melaksanakan UTP sampai berhasil lulus seluruhnya, dengan pengaturan waktu sebagai berikut :

1) Dalam rangka Proglatsi.

a) Latihan dan Persiapan UTP. Diterimanya direktif Kotama oleh pelaksana UTP, sampai dengan pelaksanaan awal UTP ada selisih waktu selama 2 (dua) bulan. Waktu ini digunakan untuk :

(10)

(1) Latihan. Bagi calon peserta UTP baik latihan sendiri maupun latihan yang terjadwal. Latihan ini meliputi latihan dalam rangka menghadapi seluruh UTP sesuai direktif Kotama, yaitu UTP umum dan UTP Jabatan.

Walaupun demikian pada tiap tahap UTP Jabatan harus pula disiapkan waktu latihan sendiri, guna penyegaran.

(2) Persiapan. Bagi calon-calon penguji UTP, waktu ini dipergunakan untuk menyiapkan kondisi dalam pengujian, latihan menguji, sehingga UTP berjalan lancar, serta digunakan untuk perencanaan dan latihan Proglatsi.

(3) Walaupun sudah dipersiapkan latihan dan persiapan UTP, pada tiap tahap akan melaksanakan UTP Jabatan juga harus disediakan waktu untuk latihan dan persiapan, lama waktunya ditentukan oleh Yonif/Kompi berdasarkan perkiraan banyaknya peserta yang tidak akan lulus.

b) UTP. Waktu UTP ditentukan sebagai berikut : (1) UTP Umum = 2 hari.

(2) UTP Jabatan = 5 hari.

Dari UTP akan didapat hasil, siapa yang memenuhi standar adalah yang lulus, yang tidak memenuhi standar tidak lulus. c) Latihan Ulang UTP. Pada prinsipnya bagi peserta UTP harus lulus seluruhnya sebab kalau tidak lulus maka tahap latihan berikutnya tidak akan tercapai. Oleh karena itu :

(1) Peserta yang tidak lulus. Mengikuti latihan ulang UTP, khusus materi yang tidak lulus. Sehingga nantinya dia harus mengikuti UTP ulang.

(2) Peserta yang lulus. Dapat digunakan sebagai pembantu pelatih. Dari UTP akan dapat dinyatakan siapa yang lulus dan yang tidak lulus UTP. Hasil ini untuk menentukan apakah harus ada latihan ulang UTP dalam rangka menghadapi latihan Proglatsi atau tidak. Cara menentukan peserta latihan ulang UTP dan UTP ulang diambil dari hasil rekapitulasi dgn contoh sebagai berikut:

Rekapitulasi UTP Pratu Amin :

NO TUGAS LULUS TIDAK

1. Menentukan koordinasi X -2. Melempar granat - X 3. Memasang bobbytrap - X d.s.t 15. Menyiapkan radio X -Jumlah 10 5

(11)

Dari hasil rekapitulasi tersebut dapat disimpulkan Pratu Amin Tidak Lulus UTP. Dia harus mengikuti latihan ulang UTP dan mengikuti UTP ulang sebanyak 5 materi, pada 10 materi lainnya dia tidak mengikuti latihan ulang dan UTP ulang. Waktu untuk latihan ulang UTP ditentukan oleh Yon/Kompi. d) UTP Ulang. Adalah waktu dan kegiatan yang digunakan dalam UTP (Formal) serta bagi mereka yang dalam pelaksanaan latihan serta kegiatan telah nyata mengabaikan/menyimpang dari hasil yang dinyatakan lulus. Contoh Si A telah dinyatakan lulus menyamar dalam UTP, tetapi ternyata dalam keadaan sehari-hari, dalam latihan yang menyangkut menyamar menunjukkan hal yang diluar standar menyamar. Oleh karena itu Si A tersebut dalam Buku Penilaian Keterampilannya diberi keterangan yang menyertakan ‘Menyimpang” disertai tanggal/waktu dan siapa yang menyaksikan penyimpangan tersebut. Si A tersebut berkewajiban mengikuti UTP ulang dan dapat dinyatakan lulus atau tidak sesuai standar. Hasil tersebut tidak dapat menjadikan catatan dalam buku Penilaian pada lembar catatan khusus dicoret atau tidak berlaku.

Apabila ternyata tidak lulus, maka dilacak mulai dari formulir UTP, siapa yang menguji, kebenaran hasil dalam ujian. Hal tersebut dilaporkan dalam laporan khusus. Bagi mereka yang menyimpang dari hasil sebelumnya tetapi dikarenakan cacat jasmani ataupun pengaruh usia, yang mengakibatkan nyata terhadap kemunduran keterampilan serta mata menjadi rabun sehingga keterampilan menembak turun dan lain-lain, secara nyata dapat diyakinkan atau ada keterangan, maka tidak berpengaruh negatip walaupun harus UTP ulang. Waktu pelaksanaan UTP ulang bagi yang menyimpang atau mengabaikan dalam kegiatan sehari-hari diatur oleh Komandan yang bersangkutan. Standar yang digunakan dalam latihan ulang UTP tetap, akan tetapi standar dalam UTP ulang diperingan dari segi waktu dan jumlah serta penyimpangannya dari standar yang ada, tetapi urutan pelaksanaan, kebenaran tetap.

2) UTP di Luar Proglatsi.

a) UTP diluar Proglatsi yang dilaksanakan satu kali oleh Mabesad pengaturannya sama dengan dalam rangka Proglatsi, tetapi hanya pada latihan dan persiapan UTP saja. Latihan ulang UTP dan UTP ulang tidak ada. UTP nya sendiri dilaksanakan dalam waktu maksimal satu minggu. Pemberitahuan UTP oleh Mabesad dalam hal ini Pussenif diberitahukan pada bulan delapan atau sembilan pada tahun anggaran, tepatnya bulan Agustus atau September.

b) UTP di luar Proglatsi yang dilaksanakan oleh Kotama, Korem, Brigif, Yonif waktunya ditentukan oleh yang bersangkutan.

d. Hubungan Waktu.

(12)

a) Dalam rangka Proglatsi = 1 minggu. b) Di luar Proglatsi = 1 minggu.

2) Proglatsi/UST/UTJ + 27 minggu.

Dengan demikian jumlah waktu seluruhnya 28 minggu.

12. UTP Ulang. UTP ulang dilaksanakan apabila setelah pelaksanaan UTP dan kemudian dilaksanakan pendataan terhadap personel yang mempunyai nilai di bawah standar (65) dan dinyatakan tidak lulus oleh penilai (sesuai dalam penilaian BPKU). Dengan demikian yang bersangkutan diharuskan untuk melaksanakan UTP Ulang sampai dengan mendapatkan nilai di atas standar dan dinyatakan lulus oleh penilai. Dalam pelaksanaannya diatur sebagai berikut :

a. Latihan Ulang UTP. Sebelum melaksanakan UTP ulang wajib melaksanakan latihan terlebih dahulu terhadap materi penugasan yang tidak lulus. b. Waktu Pelaksanaan. Waktu pelaksanaan ditentukan oleh Komandan Satuan setelah selesai latihan ulang sesuai dengan jumlah personel yang melaksanakan UTP ulang.

c. Penguji. Terdiri dari Perwira dan Bintara serta disesuaikan dengan tingkat personel yang melaksanakan UTP ulang.

13. Peserta UTP.

a. UTP dalam rangka Proglatsi. 1) Pelaku UTP.

a) UTP Umum. Semua Bintara dan Tamtama.

b) UTP Ulang. (Umum dan jabatan). Bagi pelaku yang tidak lulus dalam UTP yang bersangkutan dan yang menunjukkan nyata menggambarkan/ menyimpang dalam latihan atau kegiatan sehari-hari.

c) UTP Jabatan. Pejabat sesuai pada tingkat jabatan yang akan dilatihkan dalam Proglatsi. Pejabat yang dimaksudkan adalah bila akan :

(1) Latihan tingkat Regu.

(a) Tabak Pan-3, 4, 5 dan 6. (b) Tabak SO.

(c) Tabak Pan 1,2/Taipan. (d) Taban SO.

(13)

(e) Wadanru. (f) Danru.

(2) Latihan tingkat Ton. Semua pejabat yang ada di Koton.

(3) Latihan tingkat Kompi. Semua pejabat yang ada di Koki.

2) Penguji UTP.

a) UTP Umum. Perwira atau Bintara. b) UTP Jabatan. Perwira atau Bintara.

c) UTP Ulang. Perwira atau Bintara serta dibantu pelaku yang telah lulus.

b. UTP Di luar Proglatsi. 1) Pelaku.

a) UTP tingkat keterampilan-1. Semua prajurit yang berpangkat Prada (SJM 101 A1).

b) UTP tingkat keterampilan-2. Semua prajurit yang berpangkat Pratu s.d Praka, awak lintas datar (SJM 101 B2) dan awak lintas lengkung (SJM 101 C2).

c) UTP tingkat keterampilan-3. Semua prajurit yang berpangkat Kopda, awak lintas datar (SJM 101 B3) dan awak lintas lengkung (SJM 101 C3).

d) UTP tingkat keterampilan-4. Semua prajurit yang berpangkat Koptu-Kopka, awak lintas datar (SJM 101 B4) dan awak lintas lengkung (SJM 101 C4).

e) UTP tingkat keterampilan-5. Semua prajurit yang berpangkat Serda-Sertu, awak lintas datar (SJM 101 B5) dan awak lintas lengkung (SJM 101 C5).

f) UTP tingkat keterampilan-6. Semua prajurit yang berpangkat Serka-Serma, awak lintas datar (SJM 101 B6) dan awak lintas lengkung (SJM 101 C6).

e) UTP tingkat keterampilan-7. Semua prajurit yang berpangkat Pelda Peltu (SJM 101 Z7).

2) Penguji. UTP tingkat keterampilan-1 s.d. 7 oleh Perwira atau Bintara yang ditunjuk.

(14)

14. Materi UTP.

a. UTP Dalam Rangka Proglatsi. 1) Soal Pengetahuan.

a) Pada UTP umum.

(1) Tingkat keterampilan-1 s.d 4 sebanyak 3 soal meminta penjelasan tentang APA persoalan pada tingkat keterampilan-1.

(2) Tingkat keterampilan-5, sebanyak 3 soal meminta penjelasan tentang BAGAIMANA caranya melaksanakan tugas pada tingkat keterampilan -1.

(3) Tingkat keterampilan -6. dan 7.

Sebanyak 3 soal meminta penjelasan tentang MENGAPA dilaksanakan tugas tingkat keterampilan-1.

b) Pada UTP Jabatan.

(1) UTP Jabatan di Regu. Untuk Danru sebanyak 3 soal yang meminta penjelasan tentang BAGAIMANA caranya melaksanakan salah satu tugas dari masing-masing tugas anggotanya.

(2) UTP Jabatan di Komando Peleton. Untuk Baton sebanyak 3 soal yang meminta penjelasan tentang MENGAPA dilaksanakan sebagai Baton dan Danru dan tugas pada jabatannya.

(3) UTP Jabatan di Komando Kompi. Untuk Batih, Bamin, Bamak, Bafurir. Sebanyak 3 soal yang meminta penjelasan tentang MENGAPA dilaksanakan tugas pada jabatannya. c) Pelaksanaan ujian Pengetahuan adalah ujian tertulis/lisan bagi Prajurit yang memiliki tingkat keterampilan 1 s.d 4, sedangkan bagi tingkat keterampilan 5 s.d 7 melaksanakan praktek mengajar keterampilan, dengan demikian pelaku bertindak sebagai Komandan / Guru.

d) Waktu ujian tiap persoalan 15 menit. 2) Soal Keterampilan.

a) UTP Umum. Diambilkan dari tingkat keterampilan-1 sebanyak 15-20 tugas.

b) UTP Jabatan. Paling banyak 5 tugas diambilkan dari tugas spesifik, yaitu yang tercantum dalam Buku Penilaian Khusus Jabatan.

(15)

Sisa tugas spesifik yang belum diujikan dijadikan materi UTP di luar Proglatsi oleh kesatuan dan pelaksanaannya sebelum UTP jabatan. Catatan : Tugas khusus yang spesifik adalah tugas pokok sesuai

jabatannya tanpa melihat tugas khusus jabatan disamping ataupun dibawahnya.

b. UTP di luar Proglatsi. 1) Soal Pengetahuan.

a) Tingkat keterampilan-1 sebanyak 3 soal. Meminta jawaban tugas pada tingkat keterampilan-1

b) Tingkat keterampilan-2, sebanyak 3 soal

(1) 2 soal meminta jawaban tugas pada tingkat keterampilan.

(2) 1 soal meminta jawaban tugas pada tingkat keterampilan-2.

c) Tingkat keterampilan-3, sebanyak 3 soal

(1) 2 soal meminta jawaban tugas pada tingkat keterampilan.

(2) 1 soal meminta jawaban tugas pada tingkat keterampilan-3.

d) Tingkat keterampilan-4, sebanyak 3 soal

(1) 2 soal meminta jawaban tugas pada tingkat keterampilan-1 s.d 3.

(2) 1 soal meminta jawaban tugas pada tingkat keterampilan-4.

e) Tingkat keterampilan-5, sebanyak 3 soal.

(1) 2 soal meminta penjelasan BAGAIMANA cara melaksanakan tugas pada tingkat keterampilan-1 s.d 4.

(2) 1 soal meminta penjelasan BAGAIMANA cara melaksanakan tugas tingkat keterampilan-5.

f) Tingkat keterampilan-6, sebanyak 3 soal.

(1) 2 soal meminta penjelasan MENGAPA dilaksanakan tugas tingkat keterampilan-1 s.d 5.

(16)

(2) 1 soal meminta penjelasan BAGAIMANA cara melaksanakan tugas pada tingkat keterampilan-6.

g) Tingkat keterampilan-7, sebanyak 3 soal.

(1) 2 soal meminta penjelasan MENGAPA dilaksanakan tugas tingkat keterampilan-1 s.d 6.

(2) 1 soal meminta penjelasan BAGAIMANA cara melaksanakan tugas pada tingkat keterampilan-7.

h) Soal pengetahuan ini pelaksanaan ujiannya sama dengan UTP pengetahuan dalam rangka Proglatsi.

j) Waktu ujian tiap persoalan 15 menit.

2) Soal keterampilan. Tugas umum sesuai tingkat keterampilan dalam SJM banyaknya soal 10 - 20 tugas.

c. Macam Materi UTP. Meliputi : 1) Teknik Pertempuran. 2) Intelijen. 3) Senjata. 4) Ilmu Medan. 5) Komunikasi. 6) Pionir. 7) Longmalap. 8) Taktik. 9) Jasmil

10) Prosedur pimpinan Pasukan 11) Latihan

12) Dinas Staf Seksi. 13) Kegiatan Teritorial.

15. Pokok-Pokok Pengujian dan Penilaian. a. Sarana dan Prasarana Pengujian.

(17)

2) Tim Penilai yang disahkan oleh perintah Komandan Satuan.

3) Lokasi pengujian yang mempunyai fasilitas sesuai kebutuhan penilaian.

4) Materi yang dibutuhkan untuk pengujian, baik materi militer umum maupun materi kecabangan Infanteri yang bersifat pengetahuan dan keterampilan.

b. Teknik Pengujian.

1) Tertulis. Teknik yang digunakan untuk pengujian pengetahuan. a) Untuk Tamtama pertanyaan tidak bersifat uraian.

b) Untuk Bintara pertanyaan bersifat uraian/penjelasan.

c) Pelaksanaan pengujian dilaksanakan dimasing-masing pos pengujian.

2) Praktek. Teknik yang digunakan untuk menguji keterampilan dan pelaksanaan tugas-tugas yang bisa dilaksanakan oleh perorangan.

a) Untuk Tamtama tugas yang diberikan tanpa uraian/penjelasan tambahan.

b) Untuk Bintara tugas yang diberikan disertai dengan uraian/penjelasan secara lisan.

c) Pelaksanaan pengujian dilaksanakan setelah pelaku melaksanakan ujian tertulis dengan metode praktek.

c. Harga Nilai.

1) Harga nilai pengetahuan dan keterampilan menggunakan angka 0-100 yang digolongkan sebagai berikut :

a) 85 - 100 : Baik Sekali. b) 75 - < 85 : Baik.

c) 65 - < 75 : Cukup. d) 40 - < 65 : Kurang.

e) < 40 : Kurang Sekali.

2) Nilai akhir UTP Umum dan UTP Jabatan dihitung secara kuantitatif dengan nilai terendah 0 dan nilai tertingi 100. Nilai akhir ini merupakan gabungan antara nilai pengetahuan dan nilai keterampilan setelah dijumlahkan, kemudian hasilnya dibagi dengan jumlah materi yang diujikan atau yang harus dilaksanakan.

(18)

Contoh : Pratu Kardiman mempunyai nilai UTP Keterampilan 60 dan nilai UTP Pengetahuan 50, maka nilai akhir UTP Pratu Kardiman adalah :

60 + 50 = 55 (lima puluh lima ). 2

d. Kriteria/Standar Penilaian.

1) Sesuai dengan sasaran diselenggarakan UTP Umum dan Jabatan bagi Tamtama dan Bintara Infanteri adalah seperti yang telah diuraikan pada Bab yang terdahulu, maka nilai akhir UTP Umum dan Jabatan Tamtama dan Bintara digolongkan menjadi :

a) Baik Sekali (BS) dengan nilai 85 - 100 . b) Baik (B) dengan nilai 75 - < 85. c) Cukup (C) dengan nilai 65 - < 75. d) Kurang (K) dengan nilai 40 - < 65. e) Kurang Sekali (KS) dengan nilai < 40. 2) Kriteria Nilai Pengetahuan dan Keterampilan.

a) Pengetahuan.

(1) Standar menguasai : apabila dapat menjelaskan, menerangkan, menguraikan secara mendalam tentang apa, mengapa, perlu apa, apa akibatnya jika dilakukan, apa latar belakang, apa faktor-faktor yang mempengaruhi, bisa memberi contoh melaksanakan dan memberi supervisi serta dapat mengajarkan tentang bagaimana cara melaksanakan.

(2) Standar memahami : apabila dapat menjelaskan, menerangkan, menguraikan secara mendalam tentang apa, mengapa, perlu apa, apa akibat bila dilakukan dan tahu cara bagaimana mengerjakannya.

(3) Standar mengerti : apabila dapat menjelaskan, menerangkan, menguraikan tidak mendalam tentang apa dan bagaimana cara mengerjakannya atau melaksanakannya. (4) Standar mengetahui : apabila dapat menyebutkan, mengidentifikasikan, memilih, menyalahkan atau membenarkan bagian-baian besar serta kegunaannya secara garis besar.

b) Keterampilan.

(1) Standar mahir : apabila dapat melakukan, melaksanakan suatu kegiatan atau proses kegiatan, pekerjaan atau tindakan dengan cepat dan tepat, tanpa suatu kesalahan yang kecil sekalipun.

(19)

Biasanya kecepatan melakukan kegiatan tersebut melebihi kecepatan kerja normal. Kegiatan tersebut harus dapat dilakukan sekali jadi dengan waktu yang minimal.

Mahir juga berarti dapat memberi contoh, mengerjakan sendiri tanpa bantuan, memberi supervisi, melatihkannya kepada orang lain dan memberi koreksi.

(2) Standar mampu : apabila dapat melakukan, melaksanakan suatu kegiatan pekerjaan atau tindakan dengan cepat dan tepat, tanpa suatu kesalahan yang berarti. Kegiatan tersebut dilakukan tanpa bantuan dan dengan batas waktu tertentu. Kegiatan ini dilakukan biasanya sesuai, sama dengan kecepatan kerja normal. Mampu juga berarti mengerjakan sendiri tanpa bantuan serta tahu mana yang benar.

(3) Standar dapat : apabila dapat melakukan, melaksanakan suatu kegiatan, proses kegiatan, pekerjaan atau tindakan dengan benar, dan ada beberapa kesalahan kecil tetapi hasil pekerjaan sudah dapat dibenarkan.

Kegiatan ini dilakukan tanpa ada bantuan, kesalahan-kesalahan yang dilakukan dapat diketahui dan diperbaiki sendiri. Biasanya waktu untuk pelaksanaan ini dibawah kecepatan normal. Dapat berarti bisa melakukannya sendiri walaupun lambat dan belum sempurna tetapi masih bisa diterima.

(4) Standar dapat terbatas : apabila dapat melakukan suatu kegiatan, pekerjaan atau tindakan dengan bimbingan, bantuan orang lain, bantuan buku petunjuk, atau bantuan bisa mengerjakan secara garis besar (prosedur yang rutin) pekerjaan, kegiatan detail pada umumnya belum bisa dilakukan.

3) Kriteria/Standar Materi.

a) Untuk UTP Umum. Materi diambil dari BPUP-1 (tingkat keterampilan-1).

b) Untuk UTP Jabatan. Materi diambil dari BPKJ Infanteri, sesuai dengan tugas jabatan dari personel tersebut. Contoh :

(1) Apabila yang diuji adalah prajurit berpangkat Koptu dengan jabatan sebagai Wadanru, maka materi UTP Jabatan diambil dari BPKJ-4 Infanteri.

(2) Apabila yang diuji adalah prajurit berpangkat Serka dengan jabatan sebagai Batih, maka materi UTP Jabatan diambil dari BPKJ-6 Infanteri.

16. Organisasi, Tugas dan Tanggung Jawab Penyelenggaraan UTP. a. Pengorganisasian.

(20)

1) UTP diselenggarakan oleh Batalyon Infanteri, yang diawasi dan dikendalikan langsung dari Korem/Brigade yang bersangkutan. Pelaksanaan UTP itu sendiri bisa ditangani oleh Kompi-Kompi.

2) Untuk golongan Bintara dan Tamtama, pelaksana UTP adalah Kompi yang dipimpin langsung oleh Danki.

3) Pada prinsipnya personel yang bertindak sebagai Penguji, adalah harus memiliki Tingkat keterampilan dalam SJM atau jabatan yang lebih tinggi dari personel yang diuji. Penguji serendah-rendahnya adalah Baton atau tingkat keterampilan-6, sedangkan untuk pembantu penguji paling rendah adalah Danru atau setingkat keterampilan-5 dalam SJM.

4) Organisasi pelaksana UTP adalah sebagai berikut : a) UTP Yon. Keterangan : (1) : Garis Komando. (2) : Garis Staf. PIMPINAN UTP

DANYON

PADAL UTP

WADAN YON

PIMPINAN UTP KOMPI MARKAS

DANKIMA

PIMPINAN UTP KOMPI SENAPAN

DANKIPAN

STAF UTP YON

K A S I

PIMPINAN UTP KOMPI BANTUAN

(21)

b) UTP Kompi.

Keterangan :

(1) : Garis Komando.

(2) : Garis Staf.

(3) : Garis Pengujian.

b. Tugas dan Tanggung Jawab. Di bawah ini diuraikan tugas dan tanggung jawab para pejabat yang duduk di dalam organisasi penyelenggara UTP di Batalyon, sebagai berikut :

1) Danyon (Pimpinan UTP Yon).

a) Bertanggung jawab atas penyelenggaraan UTP di satuannya, sesuai jumlah dan macam materi ujian yang dikeluarkan oleh Kotama.

b) Menjamin obyektivitas dan validitas penilaian dalam UTP. c) Mengolah hasil pelaksanaan UTP beserta hasil nilai perorangan.

d) Mengolah hasil UTP bagi kepentingan pembinaan personel para anggotanya, disesuaikan dengan kepentingan organisasi.

2) Wadanyon (Perwira Pengendali UTP Yon).

a) Bertanggung jawab atas penyelengaraan UTP, dimulai dari tahap perencanaan dan persiapan, tahap pelaksanaan pengujian, hingga tahap pencatatan dan laporan hasil UTP.

PIMPINAN UTP

DANKI

PADAL UTP

DANTON

BADAL UTP KI

BATIH

PENGUJI PENGUJI PENGUJI

(22)

b) Menjamin terlaksananya UTP sesuai dengan waktu, jumlah personel yang diuji serta jumlah dan macam persoalan/tugas, yang direncanakan sebelumnya.

c) Mengawasi pelaksanaan UTP di satuan penguji (Kompi-Kompi), untuk menjamin terlaksananya UTP secara tepat dan sesuai petunjuk yang telah diberikan oleh pimpinan (Danyon).

3) Kasi Yon (Staf UTP Yon).

a) Merencanakan, menyiapkan, membantu mengendalikan pelaksanaan UTP keseluruhan.

b) Mengawasi pelaksanaan UTP. c) Menyiapkan laporan ke atas. 4) Danki (Pimpinan UTP Kompi).

a) Bertanggung jawab atas terlaksananya UTP bagi Bintara dan Tamtama di Kompinya, secara obyektif dan valid.

b) Merencanakan, menyiapkan dan mengendalikan pelaksanaan UTP Ba dan Ta di Kompinya.

c) Mengorganisasikan dan menunjuk Padal UTP, Badal UTP, Penguji dan Pembantu Penguji.

d) Memimpin pelaksanaan UTP di tempat pengujian.

e) Melaporkan hasil UTP anggota Kompinya kepada Padal UTP Yon (Wadanyon).

5) Danton yang ditunjuk (Padal UTP Kompi).

a) Bertanggung jawab atas pelaksanaan UTP secara teknis di Kompinya.

b) Menyiapkan prasarana dan sarana pengujian.

c) Memberikan petunjuk, pembagian tugas dan mengawasi pelaksanaan tugas para penguji.

6) Batih (Badal UTP Kompi).

a) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas para penguji.

b) Mengeluarkan blanko/formulir UTP, dan menghimpun kembali setelah diisi oleh para penguji dan memasukkan dalam Buku Penilaian Umum/Khusus Jabatan.

c) Membantu rantai Komando di dalam pengaturan para anggota yang akan diuji.

(23)

7) Baton (Penguji).

a) Menguji tiap-tiap orang sesuai dengan macam persoalan/tugas yang telah ditetapkan dalam UTP.

b) Mengisi dan menanda tangani hasil UTP masing-masing personel.

8) Danru (Pembantu penguji).

a) Membantu penguji dalam mengatasi dan menilai pelaku dalam mengerjakan tugas.

b) Mengatur giliran ujian. 17. Pengaruh UTP.

a. UTP Dalam Rangka Proglatsi.

1) Bagi pelaku yang lulus, hasilnya didata dan dimasukkan ke dalam blanko pendataan selanjutnya dicatat dalam buku saku prajurit.

2) Bagi prajurit yang tidak lulus, hasilnya didata untuk melaksanakan uji ulang dan selanjutnya hasilnya dimasukkan ke dalam lembar catatan khusus serta buku saku prajurit.

b. UTP Diluar Proglatsi. Bagi pelaku yang lulus/tidak lulus sebagai pertimbangan dalam penempatan jabatan baru di satuan.

18. Pengawasan dan Asistensi. Guna menjamin obyektivitas dan kelancaran penyelenggaraan UTP, maka perlu dilaksanakan pengawasan dan asistensi yang diatur sebagai berikut :

a. Mabesad.

1) Merencanakan, menyiapkan, mengawasi, pelaksanaan program latihan sesuai rencana.

2) Menyiapkan soal pengetahuan dan keterampilan 4 bulan sebelum akhir tahun anggaran untuk UTP diluar proglatsi (Bulan September/Oktober) dalam hal ini Pussenif.

3) Mengadakan pengawasan dan asistensi latihan dan pengujian. b. Kotama.

1) Merencanakan, menyiapkan, mengawasi pelaksanaan program latihan sesuai rencana di Kotama.

2) Staf Operasi Kotama menyiapkan soal pengetahuan dan keterampilan setiap awal bulan (Januari) pada tahun anggaran untuk UTP dalam rangka Proglatsi.

(24)

3) Mengadakan pengawasan dan asistensi latihan dan pengujian serta melaporkan hasil UTP.

c. Yonif, Korem/Brigade.

1) Merencanakan, menyiapkan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan program latihan.

2) Melatih dan menyiapkan satuan agar mencapai hasil yang maksimal. 3) Menegaskan dan menegakkan peraturan UTP.

4) Melatih calon-calon penguji. 5) Memperbanyak soal.

6) Menggugah kompetisi antar kompi dengan aturan menilai satuan sendiri.

7) Melaporkan hasil ke Kotama, tembusan Pussenif disertai hasil UTP. d. Komandan/Atasan. Kewajiban bagi setiap Komandan dan atasan untuk melatih bawahannya agar mencapai hasil yang optimal, caranya dapat dilaksanakan dalam rangka UTP ini antara lain :

1) Melatih secara intensif.

2) Memberikan fasilitas, kondisi yang diperlukan dalam rangka ujian untuk belajar sendiri maupun kelompok.

BAB IV

PELAKSANAAN UTP

19. Umum.

a. Permasalahan terbesar di dalam penyelenggaraan suatu UTP adalah bagaimana menjamin hasil UTP tersebut secara obyektif dan valid. Meskipun di dalam petunjuk dan pedoman UTP telah disusun suatu metode, teknik prosedur dan norma yang diharapkan tidak memberi peluang adanya ketidakjujuran penilaian, namun pada akhirnya akan banyak ditentukan oleh peserta ujian dan penguji itu sendiri. Oleh karena itu di dalam tahap pelaksanaan UTP, kejujuran setiap penguji disertai pengawasan yang efektif dari pejabat dan Komandan, sangat menentukan obyektifitas dan validitas hasil penilaian.

b. Mengingat teknik pelayanan pengujian materi yang bersifat pengetahuan akan berbeda dengan materi yang bersifat keterampilan serta materi keterampilan teknis akan berbeda dengan materi keterampilan taktis, maka perlu diadakan pengaturan di dalam pelaksanaan pengujian materi-materi tersebut.

(25)

20. Tahap Perencanaan UTP.

a. Setelah menerima direktif UTP, maka Komandan UTP yang ditunjuk melaksanakan kegiatan :

1) Mempelajari direktif UTP tentang : a) Tujuan dan sasaran UTP. b) Macam materi UTP. c) Peserta UTP.

d) Waktu dan tempat UTP.

2) Membuat rencana garis besar (RGB) UTP. 3) Paparan rencana garis besar UTP.

4) Menyempurnakan rencana garis besar UTP.

5) Menyusun rencana UTP bersama staf perencana UTP yang lain. 6) Menyusun rencana lapangan yang dilakukan oleh penguji tiap-tiap materi.

7) Distribusi rencana lapangan kepada penyelenggara UTP lain.

b. Memberitahukan tentang rencana pelaksanaan UTP kepada seluruh peserta, agar melaksanakan persiapan awal (format terlampir).

c. Koordinasi dengan satuan/instansi terkait. 21. Tahap Persiapan UTP.

a. Persiapan Penyelenggara. 1) Menyusun komando UTP.

2) Memberikan briefing kepada pelaku, penguji dan penilai serta pendukung yang lain.

3) Penataran penguji UTP.

4) Menyiapkan tempat UTP, sarana dan prasarana yang akan digunakan.

5) Menyiapkan peranti lunak dan referensi terhadap materi yang akan diujikan.

(26)

b. Persiapan Pelaku.

1) Menerima briefing dari Komando UTP.

2) Mempersiapkan alat perlengkapan yang akan digunakan dalam UTP. 3) Mempersiapkan diri dalam hal penguasaan materi yang akan diujikan dalam UTP.

22. Tahap Pelaksanaan UTP.

a. Pengujian Materi Pengetahuan.

1) Meskipun telah diusahakan untuk menguji kemampuan perorangan yang hanya bersifat keterampilan, namun masih tetap ada materi yang dapat diujikan sebagai pengetahuan.

2) Pembuatan dan Pengeluaran Persoalan.

a) Pembuatan persoalan. UTP dalam rangka Proglatsi maupun UTP di luar Proglatsi, pembuatan persoalannya mengikuti pasal “15” (Materi UTP).

b) Pengeluaran persoalan. Naskah ujian pengetahuan dikeluarkan oleh Kotama bersama dengan soal keterampilan diserahkan kepada padal UTP Yon. Yonif memperbanyak sesuai kebutuhan Kompi. Penyerahan naskah ke Yon diatur waktunya sehingga memungkinkan memperbanyak dan pendistribusian sampai ke Kompi-Kompi yang terjauh dan tepat waktu dalam pelaksanaannya.

c) Pengeluaran persoalan baik dalam rangka Proglatsi dan di luar Proglatsi sama pelaksanaannya..

3) Pelaksanaan Ujian.

a) Pengujian materi pengetahuan dilaksanakan di pos pengujian. (contoh : untuk materi komunikasi dilaksanakan di pos pengujian komunikasi).

b) Pelaksanaan pengujian pengetahuan dilaksanakan sebelum pelaku pelaksanakan ujian keterampilan di pos tersebut.

c) Pengujian didasarkan kepada tingkat keterampilan masing-masing pelaku, oleh karena itu pelaku harus diorganisir menjadi kelompok-kelompok yang sama tingkat keterampilannya.

d) Pengujian pengetahuan dilaksanakan secara tertulis, kemudian hasilnya harus dinilai secepatnya untuk kemudian dicatat dalam formulir UTP.

(27)

e) Tata cara ujian seperti yang berlaku dalam lembaga pendidikan. Sebelum ujian dimulai diberi penjelasan tentang :

(1) Jumlah persoalan. (2) Waktu yang tersedia. (3) Ketentuan ujian lainnya. 4) Penilai.

a) Penilai terdiri dari Perwira/Bintara yang berada pada pos yang ditentukan.

b) Penilaian harus segera dilakukan setelah ujian selesai dengan mengacu kepada lembar jawaban yang telah ditentukan.

c) Hasil ujian harus segera diumumkan, selambat-lambatnya satu hari menjelang ujian perbaikan.

d) Jawaban harus dikeluarkan pada akhir ujian (setelah UTP selesai) sehingga meskipun nilai belum diumumkan, setiap peserta akan dapat mengetahui jawaban-jawaban yang benar. Sebaliknya bagi yang merasa membuat kesalahan akan mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian perbaikan (UTP Ulang).

5) Standar Penilaian. a) Dinyatakan Lulus.

(1) Baik Sekali (BS) dengan nilai 85 s.d 100 dengan menjawab seluruh persoalan.

(2) Baik (B) dengan nilai 75 s.d < 85 dengan menjawab 80% persoalan.

(3) Cukup (C) dengan nilai 65 s.d < 75 dengan menjawab 70% persoalan.

b) Dinyatakan Tidak Lulus (TL).

(1) Kurang (K) dengan nilai 40 s.d < 65 dengan menjawab 50% persoalan.

(2) Kurang Sekali (KS) dengan nilai < 40 dengan menjawab 30% persoalan.

b. Pengujian Materi Keterampilan.

1) Pengujian materi yang bersifat keterampilan memerlukan pengaturan waktu dan tempat yang lebih luas jika dibandingkan dengan pengujian pengetahuan.

(28)

Mengingat pembuat soal adalah Kotama dan SUAD yang dibuat oleh Pussenif, serta kebutuhan yang berbeda dari tiap-tiap Kotama dalam rangka menghadapi latihan Proglatsi, ada kemungkinan persoalan keterampilan yang dibuat oleh Kotama akan berlainan.

2) Penentuan Persoalan.

a) Dalam rangka Proglatsi. Pemberitahuan oleh Kotama telah ditentukan jumlah dan macam persoalan UTP yang bersifat keterampilan. Penentuan macam persoalan harus jelas dan bersumber pada BPUP dan BPKJ.

(1) UTP Umum. Persoalan diambilkan dari tugas-tugas sesuai pada tingkat keterampilan-1 (satu) saja, sedangkan penggunaannya untuk seluruh Bintara dan Tamtama, persoalan dapat merupakan tes diagnostik yaitu tes untuk memeriksa bidang-bidang yang lemah, ataupun sesuai kebutuhan berdasarkan perkiraan Kotama.

Kerangka tugas perorangan hanya memuat Nomor tugas, Nama tugas, Tingkat keterampilan dan pelaksanaannya. Sedangkan dalam melaksanakan tugas tersebut kemungkinan ada beberapa cara, cara-cara tersebut tertuang pada Buku Pedoman Umum Prajurit. Penentuan persoalan dapat melihat kode pada Buku pedoman atau kode pada Buku Penilaian Keterampilan. Dalam penentuan ini apakah caranya harus ditentukan dengan cara ke 1, 2 atau ke 3 atau dibebaskan menggunakan cara yang dikuasai, tergantung kondisi yang disiapkan. Jangan sampai misalnya harus melaksanakan tugas nomor 0150 (menaksir jarak), kondisi yang disiapkan pada waktu malam hari, sipelaku mempelajari salah satu saja tetapi yang siang hari. Sebaiknya untuk menghindari hal yang demikian ditentukan saja tugas dan nomor berapa Buku Pedoman Umum Prajurit dapat digunakan untuk menentukan kode persoalan. Pemberian persoalan cukup dengan nomor tugas yang terdapat pada Buku Pedoman Umum.

Contoh : 10-04-021 10-03-011 Dst.

Dengan demikian isi pemberitahuan cukup singkat.

(2) UTP Jabatan. Persoalan diambil dari tugas-tugas sesuai jabatan dan disesuaikan tingkat latihan yang dihadapi dalam Proglatsi. Penentuan persoalan dengan menggunakan nomor kode pada BPUP maupun dari BPKJ, sedangkan teknisnya sama dengan penentuan persoalan pada UTP Umum.

(3) Contoh bagian pembuatan persoalan UTP dalam rangka Proglatsi yang dibuat oleh Kotama, pengujian pengetahuan maupun keterampilan.

(29)

b) Di luar Proglatsi. Persoalan diambil dari tugas-tugas sesuai tingkat keterampilan masing-masing dalam SJM. Penggunaan sesuai tingkat keterampilan. Penentuan persoalan seperti penentuan UTP dalam rangka Proglatsi pada UTP Umum.

3) Pembuatan Persoalan.

a) Ada 4 naskah yang harus disiapkan oleh Yon setelah menerima pemberitahuan UTP dari Kotama dan sebelumnya.

(1) Formulir UTP.

(2) Persoalan keterampilan. (3) Persoalan pengetahuan.

(4) Penginventarisasian peserta ujian.

b) Formulir UTP. Formulir ini merupakan pegangan bagi peserta ujian, yang berisi identitas pelaku, penguji, macam tugas, kondisi dan standar ujian keterampilan serta hasil yang dicapai. Penjelasan tentang formulir UTP ini termasuk tata cara penggunaannya akan dijelaskan dalam metode dan teknik pengujian.

c) Persoalan Keterampilan.

(1) Berdasarkan kondisi medan serta prasarana dan sarana pengujian yang ada, Yon/Ki harus segera membuat persoalan-persoalan guna menyebarkan tugas, kondisi dan standar tiap materi yang diujikan. Apabila Kotama menghendaki 15 tugas/keterampilan yang akan diujikan, maka ke 15 tugas tersebut harus disiapkan persoalannya. Guna menjamin standarisasi dan obyektivitas penilaian, hendaknya persoalan tersebut sama bagi seluruh peserta UTP, dalam Yon tersebut. (2) Tugas-tugas/keterampilan yang sudah cukup jelas tidak perlu dijabarkan lagi. Misalnya, tugas “Tindakan Keamanan” dan Bongkar pasang senapan panjang “ tidak perlu dijabarkan lagi. Sebaiknya yang agak bersifat umum (belum bersifat aplikasi) harus dijabarkan lagi. Sebagai contoh, salah satu tugas dalam keterampilan Ilmu Medan, berbunyi : “Menentukan Koordinat”, harus dijabarkan dalam persoalan sesuai dengan peta yang akan digunakan dalam ujian tersebut.

(3) Dengan mengambil contoh keterampilan Ilmu Medan di atas, yakni menentukan koordinat, maka cara pembuatan persoalan sebagai berikut :

(a) Setelah tahu tugas yang harus dilaksanakan, cari kondisi dan standar keterampilan tersebut dalam Buku Pedoman.

(30)

(b) Standar yang ditentukan dalam contoh itu adalah : “Mampu menentukan koordinat 6 angka di atas peta dengan waktu 1 menit, dengan penyimpangan tidak lebih dari 100 meter.

(c) Langkah berikutnya adalah menyiapkan peta yang akan digunakan untuk menguji. Persoalan yang dibuat dapat dipilih dari tanda-tanda peta yang terkenal misalnya pertigaan jalan, pertigaan sungai, gereja dan lain-lain yang nantinya akan dicari/ditentukan koordinatnya oleh pelaku.

(4) Persoalan untuk keterampilan prosedur pimpinan pasukan misalnya akan memerlukan pembuatan persoalan yang sedikit lebih luas. Apabila tugas/keterampilan yang akan diujikan adalah bagaimana Danru memberikan perintah secara lisan di medan, maka persoalan yang disediakan adalah :

(a) Perintah peleton.

(b) Alat-alat kendali operasi yang ditentukan di medan.

d) Persoalan Pengetahuan. Begitu Yon telah mendapat soal dari Kotama bersama soal keterampilan. Yon memperbanyak soal tentunya Yon sudah tahu jumlah yang harus diuji di tiap-tiap Kompi. Oleh karena itu kuncinya adalah pada penguji. Obyektivitas dalam pengujian yang perlu dijaga adalah hal yang sangat bertentangan apabila para Komandan sudah melatih bersusah-susah tetapi pada saat akan diujikan untuk diketahui kemampuannya yang gunanya nanti kepada para Komandan sendiri, kemudian materi ujian itu harus dirubah agar kesatuannya kelihatan baik. Persoalan keterampilan harus diberitahukan sebelum ujian.

e) Penginventarisasian peserta ujian. Yon harus sudah menginventarisasi tentang hal-hal sebagai berikut :

(1) Jumlah seluruh peserta ujian.

(2) Jumlah awak SJM 101 A1 di masing-masing Kompi. (3) Jumlah awak SJM 101 B2 s.d 101 B6 di masing-masing Kompi dan jumlah Pejabat.

(4) Jumlah awak SJM 101 Z7 di masing-masing Kompi (5) Jumlah penguji di tiap Kompi :

(a) Penguji lintas datar. (b) Penguji lintas lengkung.

(31)

(c) Penguji Jabatan.

Dengan demikian Yonif tahu tentang masalah yang akan didistribusikan. Penginventarisasian peserta ini harus diketahui sebelum ada pemberitahuan dari Kotama.

f) Metode dan Teknik Pengujian Keterampilan. (1) Umum.

(a) Dalam penentuan metode hendaklah diingat : i) Waktu. Tiap persoalan tidak sama penggunaan waktunya, dengan demikian

penyelesaian tugas tiap pos juga akan berbeda. ii) Kemampuan perorangan. Berbeda antara orang yang satu dengan yang lain, dengan demikian dapat mempengaruhi penyelesaian tugas satuan.

iii) Materi. Ada materi yang dapat dikerjakan bersama-sama dan ada yang perorangan.

(b) Di samping 3 faktor di atas yang harus diingat perlu dipertimbangkan juga mengenai :

i) Kemudahan dalam pengendalian. ii) Penyelesaian tugas.

iii) Jumlah peserta. iv) Ketelitian.

(c) Metode yang dapat digunakan adalah : i) Bersama-sama

ii) Kelompok. iii) Sirkit kombinasi. iv) Acakan.

v) Gabungan.

(2) Metode bersama-sama. Ada tugas yang dapat dikerjakan bersama-sama dan ada yang harus perorangan. Maksud bersama-sama adalah setiap orang mengerjakan pekerjaan masing-masing dalam satu tugas yang sama.

(32)

Hal ini dapat dilaksanakan apabila standar yang diberikan tidak harus urut dikerjakan, tetapi hanya dituntut kebenaran. Untuk menguji secara bersama-sama ini kondisi harus diperhatikan, demikian juga kemampuan mengawasi, serta tersedianya sarana. Contoh tugas yang dapat dikerjakan dengan metode bersama-sama :

(a) Membersihkan lapangan tembak.

(b) Memberikan samaran pada diri dan perlengkapan.

(c) Menaksir jarak. (d) Membuat peta jarak. (e) Menentukan koordinat. (f) Menembak.

(g) Dan lain-lain.

Contoh melaksanakan metode bersama-sama.

Tugas : Memberikan samaran diri dan perlengkapan diri. Kondisi :

i) Disediakan tempat yang cukup baik untuk membuat samaran.

ii) Arang/alat poles. iii) Stop watch. Standar :

i) Waktu 15 menit.

ii) Benar dan tidak berlebih-lebihan. Cara memberikan petunjuk :

i) Jelaskan tugas yang harus dilaksanakan yaitu menyamar.

ii) Jelaskan standarnya, kalau dikerjakan kurang dari 15 menit dan benar serta tidak berlebih-lebihan maka lulus.

(33)

iii) Tunjukkan tempat yang digunakan untuk mengambil alat samaran misalnya rumput, daun dan sebagainya.

iv) Tunjukkan tempat kumpul bila sudah selesai.

iv) Berikan tanda aba-aba mulai dilaksanakan (peluit 1 x).

vi) Berikan tanda aba-aba selesai (peluti 2 x) dan kewajiban tinggal di tempat.

vii) Tanyakan apa ada kekurang jelasan. Pelaksanaannya :

aa) Tiup peluit satu kali berarti nilai (catat dan ikuti waktu). Semua yang diuji lari ke tempat yang disediakan untuk menyamar, bagi yang cepat menyamarnya langsung menuju ke tempat kumpul yang telah disediakan tanpa menunggu perintah.

bb) Setelah waktu 15 menit, tiup peluit dua kali dan perintahkan tinggal di tempat. Yang selesai maupun yang belum selesai tinggal di tempat. Dengan demikian yang belum masuk dalam tempat kumpul setelah peluit dua kali adalah yang tidak lulus, sedangkan yang sudah kumpul sebelum peluit dua kali harus dicek, dari standar waktu sudah memenuhi syarat, tetapi kebenaran melaksanakan tugas belum tentu. Pisahkan yang benar dan yang salah sesuai standar yang benar adalah yang lulus, kemudian catat yang lulus dalam formulirnya. Demikian juga yang tidak lulus.

(3) Metode Kelompok. Ada tugas-tugas yang dapat berlanjut. Oleh karena itu 1 (satu pos) dapat diberi beban untuk menguji dua tugas atau lebih. Contoh tugas :

(a) Melaksanakan tindakan keamanan. (b) Mengisi dan mengosongkan senjata. (c) Bongkar pasang senjata.

Hal ini untuk mendapatkan efisiensi waktu dan mengurangi jumlah penguji.

(34)

(4) Metode Sirkit Kombinasi.

(a) Metode pengujian ini adalah merupakan rangkaian pos-pos Penguji yang melingkar dengan jenis-jenis materi ujian keterampilan yang berbeda. Metode ini dapat menjamin efisiensi waktu dan realisme pelaksanaan/aplikasi keterampilan-keterampilan itu pada kondisi pertempuran yang sebenarnya. Metode ini mirip HTF (How to find the Fighter), yang sering dilaksanakan.

(b) Dengan metode ini beberapa Pos Pengujian dapat disusun dengan variasi tertentu, misalnya :

i) Pos 1 = Ilmu Medan.

ii) Pos 2 = Pionir.

iii) Pos 3 = Jasmani.

iv) Pos 4 = Komunikasi.

v) Pos 5 = Teknik bertempur.

vi) Pos 6 = Menembak.

vii) Pos 7 = Long malap.

viii) Dan seterusnya.

(c) Metode ini tepat untuk digunakan dalam menguji keterampilan-keterampilan yang bersifat teknis. Meskipun pelaku harus menghadapai rintangan medan, namun standar harus tetap dicapai.

(d) Metode ini juga dapat dilaksanakan di lapangan sepak bola atau lapangan apel.

POS 2 2 POS 1 POS 3 3 POS 7 7 POS 6 6 POS 4 POS 5

(35)

(5) Metode Acakan. Pelaku ditempatkan di titik kumpul kemudian mereka dapat memilih mana yang dia sudah siap maju ujian, kemudian dia datangi pos. Dengan demikian pelaku memperoleh kebebasan dalam menentukan mana yang harus didahulukan. Pada UTP harus mewaspadai akan adanya pelaku yang malas-malasan di titik kumpul.

(6) Metode gabungan. Pada UTP dapat menentukan metode yang mana akan digunakan, metode gabungan adalah kombinasi dari semua metode yang ada. Untuk pertama dapat saja dipilih metode sirkit kombinasi di lapangan, tentunya akan terjadi penumpukan. Oleh karena itu metode gabungan akan lebih tepat dengan syarat harus dikendalikan.

(7) Teknik pengujian. Pada prinsipnya setiap peserta harus melaksanakan ujian dan seluruh materi dikerjakan. Oleh karena itu perlu penyiapan sarana dan prasarana ujian, sehingga pelaksanaan ujian tertib, lancar dan sesuai rencana. Hal-hal di bawah ini agar diperhatikan dalam teknik pengujian

(a) Personel, alat dan tempat. Di bawah ini sebagai contoh bagaimana mengatur kegiatan disesuaikan dengan materi ujian yang dilaksanakan di lapangan.

Gambar

Keterangan : Pos/Meja

1. Membuat peta jarak. 7. Melempar granat ke sasaran 2. Menggunakan sandi suara. 8. Menentukan arah kompas. 3. Menentukan koordinat. 9. Memasang ranjau AP. 4. Bongkar pasang M.16 A1. 10. Mengukur jarak di atas peta. 5. Membuat tali jiwa. · Penguji.

6. Melakukan balut cepat.  Perwira pengendali UTP  Pembantu Penguji

(36)

(b) Pelaksanaan pengujian.

i) Semua peserta memegang formulirnya masing-masing, setiap akan masuk pos langsung menulis identitas penguji dalam kolom “hasil” pada formulir UTP.

ii) Penguji kemudian menjelaskan tugas, standar, kondisi dan apa yang harus dikerjakan oleh pelaku serta menanyakan jelas atau tidak. iii) Penguji mengatakan “Mulai” pada waktu mulai diikuti berapa lama dan bagaimana pelaksanaannya, apakah sesuai atau tidak dengan BPUP/BPKJ.

iv) Setelah selesai kegiatan penguji mencocokkan waktu, melebihi standar atau kurang dari standar dan mencatat waktu pelaksanaannya berapa menit.

v) Penguji menjelaskan pelaku lulus atau tidak dan sebab-sebab tidak lulus/lulus.

vi) Penguji menanda tangani/paraf pada formulir UTP, kemudian dikembalikan lagi kepada pelaku.

(c) Formulir UTP dan cara pengisiannya. Lihat lampiran “2 dan 3”.

g) Kriteria kemampuan dan standar waktu pengujian keterampilan.

(1) Standar Waktu. Dapat digolongkan dengan cara membandingkan antara waktu yang seharusnya (tertulis pada persoalan) dengan waktu yang dicapai oleh pelaku dalam pengujian keterampilan.

(a) Dinyatakan Lulus (L).

i) Dapat terbatas apabila waktu yang digunakan oleh pelaku di atas standar (< 40%) waktu yang disediakan.

ii) Dapat apabila waktu yng digunakan oleh pelaku diatas standar (< 35%) dari waktu yang disediakan.

iii) Mampu apabila waktu yng digunakan oleh pelaku diatas standar (< 20%) dari waktu yang disediakan.

(37)

iv) Mahir apabila waktu yng digunakan oleh pelaku sesuai di atas standar waktu yang disediakan.

Contoh : Dalam ujian keterampilan komunikasi, bongkar pasang radio disediakan waktu 30 detik tetapi pelaku dapat melaksanakan 35 detik berarti tergolong pada tingkat mampu (waktu di atas standar < 20%)

(b) Dinyatakan tidak lulus (TL).

i) Kurang apabila waktu yang digunakan oleh pelaku diatas standar ( < 50 %) .

ii) Kurang sekali apabila waktu yang digunakan oleh pelaku diatas standar ( < 60 %). (2) Standar Kemampuan. Dapat dilihat dari kriteria nilai yang diperoleh, mengacu pada standart nilai pada metode pengujian keterampilan (disesuaikan dengan tingkat keterampilan masing-masing).

(a) Dinyatakan Lulus (L).

i) Dapat terbatas standar nilai 60 s.d < 65.

ii) Dapat : standar nilai 65 s.d < 75. iii) Mampu : standar nilai 75 s.d < 85 iv) Mahir : standar nilai 85 s.d < 100. (b) Dinyatakan Tidak Lulus (TL).

i) Kurang (K) dengan nilai 40 s.d < 60.

ii) Kurang Sekali (KS) : nilai < 40. 23. Tahap Pengakhiran.

a. Pencatatan. Hasil UTP yang harus dicatat pada :

1) Formulir UTP. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, formulir ini dibawa oleh pelaku (personel yang telah diuji) selama UTP berlangsung, kemudian akan diserahkan kepada Padal UTP pada akhir ujian. Formulir ini merupakan catatan terlengkap dari hasil UTP, karena dari hasil yang dicapai terdapat keterangan-keterangan tambahan. Guna pembinaan dan peningkatan kemampuan personel yang bersangkutan, formulir ini akan dipelihara di Kompi/Peleton.

(38)

2) Hasil Perorangan UTP. Berdasarkan hasil UTP yang tercantum dalam formulir UTP, maka dibuat hasil perorangan UTP yang menyatakan :

a) Hasil akhir nilai UTP.

b) Apakah seseorang masuk golongan yang memenuhi tingkat keterampilan, tidak memenuhi atau memenuhi dan diatas tingkat keterampilan yang dipersyaratkan dari jabatan yang bersangkutan. c) Materi-materi keterampilan dan pengetahuan yang nilainya kurang dari 60.

d) Catatan atau komentar Padal UTP terhadap personel yang bersangkutan.

b. Pelaporan. Laporan Pelaksanaan UTP.

1) Laporan pelaksanaan UTP beserta hasil yang dicapai dilaporkan ke Komando atas secara berjenjang sebagai berikut :

a) Komandan UTP kepada Dansat. b) Dansat kepada Pangkotama. c) Kotama kepada Mabesad.

2) Laporan pelaksanaan UTP disampaikan selambat-lambatnya satu minggu setelah UTP dilaksanakan.

BAB V

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARAN UST

24. Umum. Penyelenggaraan UST tingkat Regu Senapan dan Peleton Senapan ini mengatur semua kegiatan yang berkaitan dengan satuan yang akan di uji dan tata cara menyelenggarakan pengujian dengan objek penilaian tindakan Komandan Regu Senapan dan Komandan Peleton Senapan serta penilaian satuan secara utuh dan bulat.

25. Uji Siap Tempur Tingkat Regu a. Tujuan dan Sasaran.

1) Tujuan. Untuk mengukur kesiapan dan kemampuan tempur satuan tingkat regu senapan

2) Sasaran

a) Diperolehnya data tingkat kesiapan tempur satuan tingkat Regu Senapan.

(39)

b) Terukurnya hasil pembinaan latihan yang telah dilaksanakan. c) Diperolehnya data kemampuan satuan dalam rangka penyelenggaraan latihan selanjutnya.

d) Ditemukannya hal-hal baru untuk kebutuhan latihan tambahan (latihan dalam satuan).

b. Obyek. Satuan tingkat Rupan secara utuh dan bulat. c. Materi.

1) Pertempuran Perjumpaan. 2) Penyergapan.

3) Penghadangan dan Menembak Taktis.

4) Lawan Penghadangan dan Menembak Taktis. 5) Lawan Penghadangan Berkendaraan.

6) Kegiatan di Daerah Penyelaman (DL). 7) Pengepungan dan Penggeledahan Rumah. d. Macam, metode dan sifat latihan.

1) Macam : Latihan taktis dengan pasukan 2) Metode : Geladi lapangan

3) Sifat : Satu pihak dikendalikan e. Organisasi Penyelenggaraan

1) Susunan Organisasi. Pada prinsipnya seperti pada organisasi latihan, hanya pada UST Rupan dilengkapi dengan Tim Evaluasi yang berkedudukan sejajar dengan Komando UST.

a) Tim Evaluasi. Terdiri dari sekelompok Perwira ( Pasi Yon / Danki ) yang diketuai oleh Pasi Ops Yon.

b) Komando UST. Merupakan penyelenggara pengujian dan penilaian yang dilaksanakan secara fungsional oleh Kompi Senapan yang bertanggung jawab atas Regu yang akan diuji, terdiri dari :

(1) Unsur Pimpinan. Komandan Kompi sebagai Komandan UST.

(40)

(a) Ba Pam dan 2 (dua) Pembantu. (b) Ba Ops dan 1 (satu) Ba Pembantu. (c) Ba Min dan 2 (dua) Ta Jurlis. (d) Ba Wat dan 4 (empat) Pembantu. (e) Ba Kes dan 2 (dua) Pembantu. (3) Unsur Pelaksana, terdiri dari :

(a) Tim Penilai

i) Katim Penilai merangkap sebagai Pengendali.

ii) Penilai Satuan merangkap sebagai wasit satuan (Regu) terdiri dari 1 (satu) Pa dan 1 (satu) Ba untuk tiap Regu.

iii) Penilai pejabat terdiri dari 2 Pa dan 1 (satu) Ba untuk setiap Regu.

(b) Tim Penimbul Situasi (Bulsi), sesuai kebutuhan pada setiap materi.

(c) Pelaku. Regu Senapan. 2) Struktur Organisasi TIM EV BA OPS BA PAM DAN UST KATIM LAI/DAL LAI SAT / WASIT LAI JAB

Referensi

Dokumen terkait

Gerakan Pramuka sebagai kegiatan ekstrakurikuler atau kegiatan pendidikan non-formal yang berfungsi sebagai pembentuk karakter bangsa pada peserta didik, maka sudah

Sedangkan secara khusus mengenai Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) adalah suatu rencana keuangan tahunan yang digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan

Pengukuran capaian kinerja merupakan proses sistematis dan berkesinambungan yang digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan

Latihan Studio Modul I, terdiri dari Presentasi hasil menangkap-baca preseden artifak Arsitektur Simbolik dalam tautan Formal, Secara kelompok dievaluasi bersama Asisten &amp;

Logbook - Logbook Minggu 4 sd 7 sebelum UTS No Kegiatan dan Lokasi Praktik Magang Waktu Pelaksanaan Hasil Kendala, Rencana Perubahan Jika ada Paraf Pembimbing Lapangan

Masalah mengenai respon para anak buah kapal ini dapat dilihat secara nyata dalam setiap pelaksanaan latihan keadaan darurat sering terjadi keterlambatan atau mundurnya waktu

Pendekatan ini digunakan dengan tujuan untuk menciptakan kesadaran beragama bagi narapidana dengan menerapkan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan pelaksanaan ritual keagamaan dalam

Dalam hasil penelitian Kiani dkk., 2018, latihan aerobik menunjukan peningkatan yang nyata dalam berbagai variabel studi konduksi saraf setelah memberikan latihan aerobik pada pasien