• Tidak ada hasil yang ditemukan

RASIO ARUS KAS DAN ESTIMASI FINANCIAL DISTRESS: ANALISIS DISKRIMINAN PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RASIO ARUS KAS DAN ESTIMASI FINANCIAL DISTRESS: ANALISIS DISKRIMINAN PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

RASIO ARUS KAS DAN ESTIMASI FINANCIAL DISTRESS: ANALISIS DISKRIMINAN PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA

Ni Ketut Masih

Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bali

Abstraksi: Tujuan penelitian ini untuk menguji secara empiris kemampuan Current Cash Debt Coverage, Cash Dividend Coverage, Cash Interest Coverage, Cash Return on Sales Ratio dan Cash flow on Net Income Ratio dalam mengestimasi penurunan kondisi keuangan (financial distress) pada perusahaan publik di Indonesia. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan publik yang listed di Indonesia periode 2004 sampai dengan 2008. Sampel terpilih sebanyak 68 perusahaan yang mengalami Financial Distress dan sebagai validasi dipilih 64 perusahaan yang tidak mengalami Financial Distress. Sampel akhir sebanyak 132 perusahaan. Metode analisis data yang digunakan uji normalitas data dan analisis diskriminan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa rasio yang mampu membedakan kelompok perusahaan yang tidak mengalami financial distress dan yang mengalami financial distress adalah rasio Current Cash Debt Coverage (CCDC), Cash Interest Coverage (CIC) dan Cash flow on Net Income Ratio (CNIR). Sedangkan Rasio Cash Dividend Coverage (CDC) dan Cash Return on Sales Ratio (CRSR) tidak mampu mengestimasi perusahaan ke dalam kelompok perusahaan yang mengalami financial distress dan kelompok perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Hal itu ditunjukkan dengan nilai Wilk’s Lambda sebesar 0,996 dan 0,997 serta angka signifikan yang lebih dari 0,05. Selanjutnya chi square sebesar 28,126 dengan tingkat signifikan 0,000. Hal ini mengindikasikan perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok pada model diskriminan. Kesimpulan penelitian ini adalah rasio Current Cash Debt Coverage (CCDC), Cash Interest Coverage (CIC) dan Cash Flow on Net Income Ratio mampu mengestimasi perusahaan ke dalam kelompok perusahaan yang mengalami financial distress dan kelompok perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Tingkat akurasi model yang ditemukan menunjukkan nilai sebesar 61,5%.

Kata-kata kunci: Rasio arus kas, financial distress

CASH FLOW RATIO AND FINANCIAL DISTRESS ESTIMATION: DISCRIMINANT ANALYSIS AT PUBLIC COMPANY IN INDONESIA

Abstract: Purpose of this research is to test empiri cally the ability of Current Cash Debt Coverage (CCDC), Cash Dividend Coverage (CDC), Cash Interest Coverage (CIC), Cash Return on Sales Ratio (CRSR) and Cash flow on Net Income Ratio (CNIR) in estimating financial distress condition of public companies in Indonesia. Population are public companies listed at Indonesia Capital Market 2004 to 2008 The sample consists of 68 companies experiencing Financial Distress and 64 validation companies having positive income and has total asset proportionate with company experiencing Financial Distress. Final sample entail 132 companies. Discriminant analysis was used to test the hypotheses. Results indicate that cash flow ratios are capable in estimating companies into group of companies experiencing financial distress namely Current Cash Debt Coverage (CCDC), Cash Interest Coverage (CIC), and Cash flow on Net Income Ratio (CNIR). While Cash Dividend Coverage (CDC) and Cash Return on Sales Ratio (CRSR) are unable to estimate company into group of company experiencing financial distress and group of company that is not experiencing of financial distress. To summaries ratios Current Cash Debt Coverage (CCDC), Cash Interest Coverage (CIC), and Cash flow on Net Income Ratio (CNIR) are able to estimate company into group of company experiencing financial distress and group of company does not experience of financial distress. The model is 61.5% accurate in predicting the distress from non distress firms.

(2)

PENDAHULUAN

Prediksi kekuatan keuangan suatu perusahaan pada umumnya dilakukan oleh pihak eksternal perusahaan, seperti investor, kreditor, auditor, pemerintah, dan pemilik perusahaan. Pihak-pihak eksternal perusahaan biasanya bereaksi terhadap sinyal distres, seperti penundaan pengiriman, masalah kualitas produk, hilangnya kepercayaan dari para pelanggan, tagihan dari bank atau kreditur, dan lain sebagainya untuk mengindikasikan adanya financial distress, keadaan yang sangat sulit bahkan dapat dikatakan mendekati kebangkrutan yang apabila tidak segera diselesaikan akan berdampak besar pada perusahaan-perusahaan tersebut dengan hilangnya kepercayaan dari stakeholder. Salah satu alat untuk memprediksi kebangkrutan adalah analisis laporan keuangan. Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengukur kesehatan suatu perusahaan melalui rasio–rasio keuangan yang ada. Analisis ini merupakan bagian analisis fundamental karena diukur melalui rasio keuangan. Kinerja keuangan yang bagus akan menyebabkan perusahaan akan terhindar dari penurunan kondisi keuangan bahkan dapat terhindar dari kebangkrutan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengestimasi kondisi keuangan agar dapat mengantisipasi kondisi penurunan tersebut atau yang lazim disebut financial distress. Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut.

Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan pemprediksian kondisi financial distress. Altman (1968), dalam Alimilia dan Kristijadi (2003) merupakan peneliti awal yang mengkaji pemanfaatan analisis rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Altman juga menemukan bahwa rasio–rasio tertentu, terutama likuiditas dan leverage, memberikan sumbangan terbesar dalam rangka mendeteksi dan memprediksi kebangkrutan perusahaan. Model Altman ini dikenal dengan nama Z-score, yaitu score yang ditentukan dari hitungan standar kali nilai keuangan yang menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Hofer (1980) dan Whitaker (1999), dalam (Almilia, 2006), mendefinisikan financial distress sebagai kondisi perusahaan yang mengalami laba bersih (net income) negatif selama beberapa tahun. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Almilia (2004) mendefinisikan kondisi financial distress sebagai suatu kondisi dimana perusahaan mengalami delisted akibat laba bersih dan nilai buku ekuitas negatif selama dua tahun berturut-turut.

Penggunaan rasio arus kas diharapkan dapat memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan, maka hal ini perlu dikaji dalam penelitian ini adalah apakah Current Cash Debt Coverage, Cash Dividend Coverage, Cash Interest Coverage, Cash Return on Sales ratio dan Cash flow on Net Income Ratio dapat memprediksi penurunan kondisi keuangan (financial distress) pada perusahaan publik di Indonesia

METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan menguji kemampuan rasio-rasio arus kas dalam memprediksi financial distress pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. periode 2004 sampai dengan 2008 yang merupakan penelitian empiris yang menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan dan termasuk ke dalam jenis penelitian pengujian hipotesis (Hypothesis Testing). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode dokumentasi berdasarkan metode Purposive Sampling, berdasarkan kriteria-kriteria :a). Perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan secara terus menerus selama periode 2004-2008, b) tidak pernah delisting atau mengalami keterlambatan dalam penyerahan laporan keuangan selama periode 2004-2008, c).Mempunyai laba bersih (net income) negatif selama dua tahun atau lebih secara berturut-turut. d).perusahaan yang dipakai sebagai validasi model adalah perusahaan yang cenderung tidak mengalami financial distress (ditandai dengan tidak terjadinya laba bersih (net income) negatif selama dua tahun atau lebih secara berturut-turut) dan memiliki total asset yang hampir sama dengan perusahaan yang mengalami financial distress

(3)

independen.yaitu :a).Variabel Terikat (dependent), dengan simbol Z. memiliki dua variabel Z=0 menyatakan perusahaan yang cenderung tidak financial distress dan Z=1 menyatakan perusahaan yang cenderung mengalami financial distress (ditandai dengan terjadinya laba bersih (net income) negatif selama dua tahun atau lebih secara berturut-turut). b)Variabel bebas (independent), dengan simbol X, meliputi rasio arus kas yang terdiri atas Current Cash Debt Coverage, Cash Dividend Coverage, Cash Interest Coverage, Cash Return on Sales ratio dan Cash flow on Net Income Ratio dengan skala dinyatakan dalam satuan persentase.

Metode Analisis Data Yang Digunakan Yaitu:

1. Menghitung rasio kas yaitu : 1)Current Cash Debt Coverage (CCDC), 2)Cash Dividend Coverage (CDC), 3)Cash Interest Coverage (CIC), 4)Cash Return on Sales Ratio (CRSR), dan 5)Cash flow on Net Income Ratio (CNIR)

2. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan level of significance (α) sebesar 5%.

3. Metode analisis diskriminan yang digunakan adalah model prediksi berdasarkan analisis diskriminan melalui tahapan-tahapan taitu : 1) penentuan fungsi diskriminan, 2)Perhitungan koefisien diskriminan, 3)Classification Accuracy dan 4)Perhitungan ZCut off.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008 sebanyak 404 perusahaan. Jumlah perusahaan yang tidak melaporkan keuangannya berturut-turut tahun 2004 sampai tahun 2008 adalah 64 perusahaan. Perusahaan yang melaporkan laporan keuangannya secara berturut-turut periode tahun 2004 - 2008 sebanyak 340 perusahaan. Perusahaan yang delisting tahun 2004 sampai tahun 2008 sebanyak 33 perusahaan. Perusahaan yang memiliki laba bersih (net income) negatif selama dua tahun atau lebih secara berturut-turut sebanyak 68 perusahaan. Perusahaan validasi yang memiliki laba positif dan memiliki total aset yang sebanding dengan perusahaan yang mengalami laba bersih negatif per sub sektor sebanyak 64 perusahaan. Sampel akhir sebanyak 132 perusahaan.

Perkembangan rasio arus kas dideskripsikan sesuai dengan kategori perusahaan yang tidak mengalami Financial distress dan mengalami Financial distress, dapat dilihat pada table dibawah ini:

Tabel 1

Deskripsi Statistik Variabel Sampel Tahun 2004-2008. Dalam Satuan Persentase (N = 660)

Variabel

Mean Standar Deviasi

Tidak Financial distress Financial distress Tidak Financial distress Financial distress CCDC 21,933 10,661 35,427 32,964 CDC 5,634 2,897 23,407 22,033 CIC 26,180 17,024 39,963 30,126 CRSR 10,038 4,724 68,272 28,344 CNIR 28,126 4,423 97,228 103,719 Sumber : Lampiran

Selama periode penelitian rasio Current Cash Debt Coverage perusahaan publik di Indonesia yang tidak mengalami financial distress dan yang mengalami financial distress mempunyai nilai rata-rata yaitu 21,933% dan 10,661%. Dengan kata lain kemampuan perusahaan yang tidak mengalami financial distress untuk menutupi hutang lancar dengan mengandalkan kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi lebih baik daripada perusahaan yang

(4)

mengalami financial distress. Sedangkan Standar Deviasi perusahaan yang tidak mengalami financial distress dan mengalami financial distress berturut-turut selama periode penelitian sebesar 35,427% dan 32,964% dimana angka tersebut lebih tinggi dari pada nilai rata-ratanya. Nilai ini mengindikasikan bahwa tingkat persebaran rasio Current Cash Debt Coverage perusahaan yang tidak mengalami financial distress dan perusahaan yang mengalami financial distress semakin menjauhi nilai rata-rata dan variasi datanya semakin besar.

Cash Dividend Coverage dari perusahaan yang tidak mengalami financial distress dan yang mengalami financial distress selama periode penelitian mempunyai rata-rata sebesar 5,634%, dan 2,897%. Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan yang tidak mengalami financial distress untuk membayar dividen lancar dengan menggunakan kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi lebih baik daripada perusahaan yang mengalami financial distress.

Cash Interest Coverage rasio dari perusahaan yang tidak mengalami financial distress sebesar 26,180% dan perusahaan yang mengalami financial distress sebesar 17,024%. Ini menunjukkan bahwa perusahaan yang tidak mengalami financial distress mempunyai kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi untuk membayar bunga dan pajak lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami financial distress.

Rasio Cash Return on Sales Ratio perusahaan publik di Indonesia yang tidak mengalami financial distress dan yang mengalami financial distress selama periode penelitian berturut-turut mempunyai nilai rata-rata sebesar 10,038% dan 4,724%. Artinya kemampuan manajemen perusahaan yang tidak mengalami financial distress menghasilkan keuntungan dengan menggunakan kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi lebih bagus dari pada perusahaan yang mengalami financial distress.

Rasio Cash Flow on Net Income Ratio perusahaan publik di Indonesia yang tidak mengalami financial distress dan yang mengalami financial distress selama periode penelitian berturut-turut mempunyai nilai rata-rata sebesar 28,126% dan 4,423%. Artinya bahwa kemampuan perusahaan yang tidak mengalami financial distres memiliki arus kas yang diperoleh dari aktivitas operasi yang lebih dari laba bersihnya, lebih baik dibandingkan perusahaan yang mengalami financial distress.

Uji Normalitas Data

Pengujian normalitas data yang digunakan uji non parametrik Kolmogorov-Smirnov dengan signifikansi (2-tailed) hasilkannya data berdistribusi normal yaitu rasio CCDC sebesar 0,100, CDC sebesar 0,087, CIC sebesar 0,113, CRSR sebesar 0,102 dan CNIR sebesar 0,099. Nilai Asymp. Signifikansi (2-tailed) masing-masing rasio lebih dari 0,05. Analisis Diskriminan

Pembentukan model diskriminan berdasarkan data rasio arus kas dengan lima variabel, terlebih dahulu dilakukan pengujian kesamaan rata-rata kelompok untuk menentukan variabel yang signifikan membedakan perusahaan yang mengalami financial distress dan yang tidak mengalami financial distress. Uji beda pada analisis ini dapat dilihat dari nilai Wilk’s Lambda. sebesar 0,958 dengan tingkat signifikansi di bawah 0,05 yaitu sebesar 0,000. Hal ini bisa diartikan bahwa variabel diskriminan memiliki hubungan yang erat atau perbedaan yang signifikan atau nyata antara kedua group.

Selanjutnya dipilih variabel-variabel yang mampu menjadi pembeda dalam kelompok perusahaan yang mengalami financial distress dan perusahaan yang tidak mengalami financial distress dengan melihat hasil pengujian kesamaan rata-rata kelompok, seperti tabel berikut

(5)

Hasil Pengujian Kesamaan Rata-rata Kelompok Berdasarkan Data Rasio Arus Kas

Variabel

Rata-Rata

Wilk’s Lambda F Sig.

Tidak Financial distress Financial distress CCDC 21,933 10,661 0,973 17,926 0,000 CDC 5,634 2,897 0,996 2,394 0,122 CIC 26,180 17,024 0,983 11,128 0,001 CRSR 10,038 4,724 0,997 1,741 0,187 CNIR 28,126 4,423 0,986 9,147 0,003 Sumber: Lampiran

Dari lima variabel yang diteliti ternyata ada tiga variabel yang terpilih menjadi variabel pembeda. Variabel-variabel tersebut adalah rasio Current Cash Debt Coverage (CCDC), Cash Interest Coverage (CIC) dan Cash Flow on Net Income Ratio (CNIR).

Variabel Current Cash Debt Coverage mampu membedakan perusahaan ke dalam kelompok perusahaan yang mengalami financial distress dan kelompok perusahaan yang tidak mengalami financial distress (Wilk’s Lambda = 0,973: p= 0,000). Nilai rata-rata Current Cash Debt Coverage perusahaan yang tidak mengalami financial distress sebesar 21,933% sedangkan pada perusahaan yang mengalami financial distress sebesar 10,661% yang berarti kemampuan perusahaan untuk menutupi hutang lancar dengan mengandalkan kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi pada perusahaan yang tidak mengalami financial distress lebih besar daripada perusahaan yang mengalami financial distress.

Hasil analisis diskriminan menunjukkan bahwa dari lima variabel dari nilai fungsi diskriminan rasio arus kas, ada tiga variabel, yaitu rasio Current Cash Debt Coverage (CCDC), Cash Interest Coverage (CIC) dan Cash Flow on Net Income Ratio (CNIR) yang terpilih sebagai variabel independen dalam persamaan diskriminan. Hal ini menunjukkan bahwa variabel rasio Current Cash Debt Coverage (CCDC), Cash Interest Coverage (CIC) dan Cash Flow on Net Income Ratio (CNIR) mempunyai peranan dalam memprediksi suatu perusahaan apakah akan cenderung mengalami financial distress dan perusahaan cenderung tidak mengalami financial distress.

Koefisien fungsi diskriminan dari variabel yang digunakan untuk membedakan kelompok perusahaan yang tidak mengalami financial distress dan mengalami financial distress dapat dijelaskan dari hasil angka canonical discriminat function Coefficients sebagaimana ditanyakan pada tabel 3.

Tabel 3

Hasil Koefisien Kanonikal Fungsi Diskriminan

No Rasio Arus Kas Fungsi Diskriminan

1 Konstanta -0,619

2 CCDC 0,018

3 CIC 0,012

4 CNIR 0,004

Sumber: Lampiran

Berdasarkan nilai koefisien kanonikal fungsi diskriminan pada Tabel 3 sehingga dapat dibentuk fungsi diskriminan sebagai berikut:

(6)

Setelah diketahui fungsi diskriminan maka dilakukan tahapan-tahapan pengujian sebagai berikut:

a. Square Cononical Correlation (CR2) untuk menguji seberapa besar dan berarti perbedaan antara kedua kelompok perusahaan Berdasarkan nilai CR2, angka cononical correlation yang diperoleh sebesar 0,205. Hal ini berarti bahwa 0,042 (= 0,205 x 0,205) varians dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh model yang terbentuk hanya oleh tiga variabel independen yaitu Current Cash Debt Coverage (CCDC), Cash Interest Coverage (CIC) dan Cash Flow on Net Income Ratio (CNIR). Selanjutnya, nilai chi square sebesar 28,126 dengan tingkat signifikan 0,000. Hal ini mengindikasikan perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok pada model diskriminan. Jadi rasio-rasio pada kelompok perusahaan yang mengalami financial distress memang berbeda secara nyata dengan rasio-rasio pada kelompok perusahaan yang mengalami tidak financial distress.

Tabel 4

Nilai Square Cononical Correlation (CR2)

Function Eigenvalue % of Variance Cumulative % Canonical Correlation

1 .044a 100.0 100.0 .205

a. First 1 canonical discriminant functions were used in the analysis.

Test of Function(s) Wilks' Lambda Chi-square df Sig.

1 .958 28.126 3 .000

b. Tabel Akurasi adalah pengujian terhadap kualitas fungsi diskriminan. Pengujian ini dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan klasifikasi kelompok perusahaan.

Tabel 5

Hasil Klasifikasi Diskriminan (N= 660) Kategori Prediksi Kelompok Tidak Financial distress Financial distress Total Perusahaan yang tidak mengalami

financial distress (perusahaan) 139 181 320

Perusahaan yang mengalami financial

distress (perusahaan) 73 257 340

Perusahaan yang tidak mengalami

financial distress (%) 43,4 56,6 100

Perusahaan yang mengalami financial

distress (%) 21,5 78,5 100

Sumber : Lampiran

c. Menentukan ZCut Off .digunakan untuk menggolongkan obyek yang belum diketahui klasifikasinya ke dalam kelompok yang sesuai, Jika Z perusahaan lebih kecil dari Z Cut Off, maka perusahaan tersebut akan masuk dalam kategori kelompok perusahaan yang tidak mengalami financial distress, dan sebaliknya jika Z perusahaan lebih besar dari Z Cut Off, maka perusahaan tersebut akan masuk dalam kategori perusahaan yang mengalami financial distress.

Rata-rata untuk perusahaan yang tidak mengalami Financial distress adalah 1,224 dan score rata-rata untuk perusahaan yang mengalami Financial distress adalah 0,789.

(7)

Z Cut Off =

660

(1,224)

340

(0,789)

320

+

Z Cut Off = 1,013

Z Cut Off = Cutting Score untuk obyek yang belum diketahui klasifikasinya.

Jika Z perusahaan lebih kecil dari 1,013, maka perusahaan tersebut akan masuk dalam kategori kelompok perusahaan yang tidak mengalami financial distress, dan sebaliknya jika Z perusahaan lebih besar dari 1,013, maka perusahaan tersebut akan masuk dalam kategori perusahaan yang mengalami financial distress.

Rasio Arus Kas dan Penurunan Kondisi Keuangan

Berdasarkan hasil penelitian, ada tiga macam rasio kas yang terpilih yaitu variabel CCDC (Current Cash Debt Coverage), CIC (Cash Interest Coverage) dan CNIR (Cash Flow on Net Income Ratio) yang mampu mengestimasi penurunan kondisi keuangan (financial distress) pada perusahaan publik di Indonesia.

Hasil analisis menunjukkan CCDC memiliki Wilk’s Lambda sebesar 0,973 dan angka signifikan sebesar 0,000 berarti rasio ini mampu membedakan perusahaan ke dalam kelompok perusahaan yang mengalami financial distress dan kelompok perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Rasio CCDC menunjukkan nilai rata-rata pada perusahaan yang mengalami financial distress sebesar 10,661% sedangkan pada perusahaan yang tidak mengalami financial distress sebesar 21,933% yang berarti kemampuan perusahaan untuk menutupi hutang lancar dengan mengandalkan kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi pada perusahaan yang tidak mengalami financial distress lebih besar daripada perusahaan yang mengalami financial distress.

Rasio CIC digunakan untuk menilai seberapa besar arus kas yang diperoleh dari aktivitas operasi ditambah dengan bunga dan pajak yang dibayar dibagi dengan beban bunga yang dibayar. Rasio CIC terpilih sebagai variabel pembeda karena hasilnya menunjukkan Wilk’s Lambda sebesar 0,983 dan angka signifikan sebesar 0,001 berarti rasio ini mampu membedakan perusahaan ke dalam kelompok perusahaan yang mengalami financial distress dan kelompok perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Variabel CIC menunjukkan nilai rata-rata perusahaan yang tidak mengalami financial distress sebesar 26,180% sedangkan pada perusahaan yang mengalami financial distress sebesar 17,02% artinya besar arus kas yang diperoleh dari aktivitas operasi bila dibandingkan dengan laba bersihnya pada perusahaan yang mengalami financial distress lebih kecil daripada perusahaan tidak financial distress.

Rasio CNIR terpilih sebagai variabel pembeda karena hasilnya menunjukkan Wilk’s Lambda sebesar 0,986 dan angka signifikan sebesar 0,003 berarti rasio ini mampu membedakan perusahaan ke dalam kelompok perusahaan yang mengalami financial distress dan kelompok perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Variabel CNIR menunjukkan nilai rata-rata perusahaan yang mengalami financial distress sebesar 4,423% sedangkan pada perusahaan yang tidak mengalami financial distress sebesar 28,126% artinya besar arus kas yang diperoleh dari aktivitas operasi bila dibandingkan dengan laba bersihnya pada perusahaan yang mengalami financial distress lebih kecil daripada perusahaan tidak financial distress.

Berdasarkan hasil pengujian fungsi diskriminan pada penelitian menunjukkan bahwa rasio-rasio CCDC (Current Cash Debt Coverage), CIC (Cash Interest Coverage) dan CNIR (Cash Flow on Net Income Ratio) memiliki koefisien positif yang berarti setiap peningkatan rasio arus kas akan menyebabkan peningkatan keuangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Fadjrih (1999), dalam Almilia (2006), menemukan bahwa rasio-rasio arus kas yang digunakan adalah CCDC (Current Cash Debt Coverage), CIC (Cash Interest

(8)

Coverage) dan CNIR (Cash Flow on Net Income Ratio) merupakan rasio yang dianggap telah mewakili rasio arus kas karena rasio ini termasuk jenis rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas yang menggunakan arus kas perusahaan dalam proses perhitungannya. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Beaver (1968) menggunakan rasio Cash Flow to Total Assets, Net Income plus depresiasi dan amortisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Cash Flow to Total Assets memiliki kemampuan memprediksi lebih baik dibandingkan dengan model Altman.

Rasio CDC (Cash Dividend Coverage) dan CRSR (Cash Return on Sales Ratio) tidak mampu mengestimasi perusahaan ke dalam kelompok perusahaan yang mengalami financial distress dan kelompok perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Hal itu ditunjukkan dengan nilai Wilk’s Lambda sebesar 0,996 dan 0,997 serta angka signifikansi yang lebih dari 0,05.. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Fadjrih (1999), dalam Almilia (2006), yang menemukan bahwa rasio-rasio arus kas CDC (Cash Dividend Coverage) dan CRSR (Cash Return on Sales Ratio) dapat memprediksi kondisi penurunan keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini juga tidak konsisten dengan penelitian Platt dan Platt (1990), dalam Almilia dan Kristijadi (2003) yang menyatakan bahwa cash flow memiliki hubungan negatif dengan kemungkinan perusahaan akan mengalami financial distress. Semakin besar rasio ini, maka semakin kecil kemungkinan perusahaan akan mengalami financial distress. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Fadjrih (1999), dalam Almilia (2006) karena adanya jenis perusahaan yang menjadi sampel sangat berbeda dan bervariasi, data tentang dividen kurang mendukung, adanya krisis financial global pada akhir 2007 sampai 2008. Kondisi ini akan membawa dampak terhadap kondisi pasar modal yang menyebabkan perubahan pada kondisi keuangan perusahaan termasuk laba dan arus kas yang menjadi komponen perhitungan rasio ini, sehingga rasio-rasio ini tidak dapat dijadikan sebagai prediktor atas adanya financial distress pada perusahaan sampel.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa model diskriminan untuk data rasio arus kas dengan menggunakan analisis diskriminan menghasilkan rasio yang mampu membedakan kelompok perusahaan yang tidak mengalami financial distress dan yang mengalami financial distress adalah rasio Current Cash Debt Coverage (CCDC),Cash Interest Coverage (CIC), dan Cash flow on Net Income Ratio (CNIR). Sedangkan Rasio Cash Dividend Coverage (CDC) dan Cash Return on Sales Ratio (CRSR) tidak mampu mengestimasi perusahaan ke dalam kelompok perusahaan yang tidak mengalami financial distress dan kelompok perusahaan yang mengalami financial distress. Tingkat akurasi model yang ditemukan menunjukkan nilai sebesar 61,5% yang berarti kurang baik karena lebih kecil dari 75%.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:

a. Bagi perusahaan : Perusahaan hendaknya melakukan efisiensi biaya dan meningkatkan penjualan terutama yang mengalami penurunan laba.

b. Bagi investor dan calon investor : Bagi investor dan calon investor diharapkan untuk selalu melakukan pertimbangan kondisi keuangan dalam berinvestasi dengan berdasarkan berbagai informasi tentang kondisi keuangan perusahaan.

c. Bagi peneliti selanjutnya : Bagi peneliti selanjutnya dan akademisi, bahwa penelitian ini masih perlu ditindaklanjuti oleh peneliti selanjutnya untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik. Adapun saran-saran bagi penelitian yang akan datang adalah sebagai berikut.

(9)

disebabkan oleh faktor-faktor lain di luar prediksi, yaitu adanya krisis moneter yang terjadi secara tiba-tiba, yang siapapun tidak akan menduga akan terjadi. Penelitian mendatang dapat menggunakan flow based insolvency sebagai penentu kriteria kesulitan keuangan.

2) Pengujian dilakukan tidak hanya perusahaan sampel tetapi juga dilakukan pengujian dengan perusahaan bukan sampel sehingga ada perbandingan yang lebih baik.

3) Periode penelitian ditambah waktunya supaya diperoleh hasil penelitian yang akurat dalam jangka panjang dan hasilnya dapat digeneralisasikan atau memperluas populasi penelitian dengan latar belakang berbagai perusahaan agar hasil penelitian yang baik. DAFTAR PUSTAKA

Almilia, Luciana Spica, 2004, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Financial Distress Suatu Perusahaan di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.

Vol.1. No.7 hal 1-27.

Almilia, Luciana, 2006, Prediksi Financial Distress Perusahaan Go Public Dengan Menggunakan Multinominal Logit, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Maret . Vol.XII. Hal 1-77

Almilia, Luciana Spica dan Kristadji, 2003, Analisis Rasio Keuangan untuk memprediksi Financial Distress Perusahaan di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. Vol.1 No.3 hal.1-26

Brahmana, Rayenda K. 2007. Identifying Financial Distress Condition in Indonesia Manufacture Industry. Working Paper. Birmingham Business School, University of Birmingham United Kingdom

Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang. Universitas Diponegoro

Harahap, Sofyan Safri. 2000. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Cetakan Pertama. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada

Haryati. 2002. Analisis Penurunan Laba Berdasarkan Kinerja Bank pada Sektor Perbankan di Indonesia. Skripsi. Universitas Jember

Holmen, Jay,S. 1988. Using Financial Ratio to Predict Bangkrupty: An Evaluation of Calssic Model Using Recent Evidence. Akron Business Economic Review. Spring. hal.1-52 Jodianto, 1999. Analisis Laporan Keuangan Pada PT. Beras Cobra Jember. Skripsi

Universitas Jember

Plewa, Franklin J dan Friedlob, George T. 1995. Understanding Casflow, Finance Fundamental for Non Financial Managers Series. New York. John Wiley dan Sons Pusponugroho, Heni. 2007. Penurunan Laba dengan Analisis Diskriminan Perbankan

Referensi

Dokumen terkait

Orang tua tercinta, Alm. Ibu sainah dan Bapak Samijan, istri, anak serta Saudara-saudara di Tulungagung, yang selalu memberi do’a dan dukungan serta motivasi

Selain di pegunungan tinggi di Indonesia, tanah podzol terdapat didataran rendah yang oleh Hardon (1937) dinamakan Padang Soils ialah Padang Luwai, Kutai – terletak pada

Sedangkan pada teras bagian depan rumah tinggal di Jalan Gajah Mada ditemukan konstruksi braket yang lebih rumit, yaitu yang memiliki dua lapis lengan kantilever, namun tanpa alas

Dalam penelitian ini analisa bivariate dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi campak dengan perilaku ibu mengimunisasikan campak pada

Ia sama sekali tidak memikirkan bahwa orang-orang ini adalah utusan-utusan dari suatu bangsa yang berkuasa yang tidak takut juga tidak mengasihi Allah di dalam hatinya,

- Ke Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Barat menyampaikan musyawarah kelompok Ingin Maju Gampong Bale bersama Ketua Kelompok Ingin Maju. - Melengkapi surat dan

Gejala kuning muncul pada tanaman cabai yang berasal dari benih sehat dan pada tanaman cabai yang berasal dari benih yang terinfeksi virus kuning, sedangkan gejala keriting daun

[r]