• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 Nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik, nyeri punggung bawah merupakan keluhan yang paling sering dijumpai pada pekerja. Studi tentang muscoloskeletal disorder pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa keluhan otot skeletal yang paling banyak dialami pekerja adalah otot bagian punggung dan bahu. Hampir 80% penduduk di negara-negara industri pernah mengalami nyeri punggung bawah (Bukit, 2011).

Memasuki era globalisasi aktifitas semakin banyak dan kegiatan yang dilakukan ternyata sering membawa dampak pada tingginya angka kejadian penyakit tertentu salah satunya yaitu keluhan nyeri punggung bawah. Kesibukan sehari-hari sering membuat kita lupa akan pentingnya kesehatan tubuh. Dalam dunia kerja, seseorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan (Rusli, 2006).

Nyeri punggung merupakan nyeri yang berkaitan dengan tulang, ligament, dan otot punggung dangan rasa yang timbul dan sesekali hilang, dan biasanya tidak menandakan kerusakan permanen apapun. Masalah nyeri punggung bawah/ pinggang yang timbul akibat postur kerja yang tidak alamiah seperti postur kerja yang selalu berdiri, jongkok, membungkuk, mengangkat dan mengangkut dalam waktu yang

(2)

lama menjadi fenomena yang sering terjadi di kalangan pekerja khususnya pekerja berat seperti kuli angkat/angkut, masalah tersebut lazim dialami para pekerja yang sering melakukan gerakan membungkuk, memutar dan gerakan berulang secara terus-menerus (Lukman dan Ningsih, 2009).

Menurut Jayaratnam, J dan Koh (2010) ada dua faktor risiko yang dapat menyebabkan nyeri punggung bawah yaitu faktor individu dan faktor tempat kerja. Faktor individu antara lain seperti usia, jenis kelamin, kebugaran jasmani, faktor psiko sosial dan merokok. Sedangkan faktor tempat kerja yaitu jenis pekerjaan dan kepuasan kerja. Keluhan nyeri pada punggung bagian bawah dapat dirasakan dengan intensitas nyeri yang berbeda-beda, mulai dari nyeri yang ringan sampai nyeri yang sangat sakit. Lebih dari 85% individu pernah menderita nyeri punggung bawah selama hidupnya, terutama di sektor industri. Masalah nyeri punggung bawah pada pekerja umumnya dimulai pada usia dewasa muda dengan puncak prevalensi pada kelompok usia 35-55 tahun (Mahadewa dan Maliawan, 2009).

Akibat nyeri punggung bawah (NPB) yang dialami oleh pekerja dapat menyebabkan hilangnya produktifitas kerja, hilangnya jam kerja, dan efesiensi kerja bahkan juga bisa menghabiskan dana yang cukup besar untuk berobat. Nyeri punggung bawah merupakan penyebab kedua kunjungan ke dokter setelah penyakit saluran napas atas. Gangguan punggung telah disebut sebagai masalah perawatan kesehatan yang paling mahal dalam kelompok usia 30-50 tahun dan penyebab utama kecacatan pada orang dewasa di bawah usia 45 tahun. Bahkan nyeri pungung bawah

(3)

menjadi penyebab terkemuka kedua ketidakhadiran pekerja di Amerika Serikat dan yang paling mahal dalam hal kerugian produktivitas (Jones dan Kumar, 2002).

Nyeri punggung bawah (NPB) dapat merupakan akibat dari aktifitas kehidupan sehari-hari khususnya dalam pekerjaan yang berkaitan dengan postur tubuh seperti mengemudi, pekerjaan yang membutuhkan duduk atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh yang statik), bekerja dengan alat yang bergetar, mengangkat dan membawa beban berat, menarik beban dan membungkuk saat bekerja menjadi faktor kontribusi terjadinya masalah nyeri punggung bawah (Bull dan Archard, 2007).

Pekerjaan dengan beban yang berat merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya nyeri punggung bawah, hal ini diakibatkan oleh adanya tekanan pada tulang akibat membawa beban yang berlebihan. Semakin berat benda yang dibawa semakin besar tenaga yang menekan otot untuk menstabilkan tulang belakang dan menghasilkan tekanan yang lebih besar pada bagian tulang belakang. Otot-otot tubuh pada dasarnya berfungsi untuk menegakkan tubuh manusia. Jika pada otot ini diberi beban tambahan, maka otot tubuh dan tulang belakang akan mengalami kelelahan (Nurhikmah, 2011).

Batasan angkat secara internasional yang telah diterapkan diberbagai negara bagian benua australia antara lain, pria dibawah usia 16 th maksimum angkat adalah 14 kg, pria usia diantara 16 th dan 18 th maksimum angkat 18 kg, pria usia lebih dari 18 th tidak ada batasan angkat, wanita usia diantara 16 th dan 18 th maksimum angkat 11 kg, wanita usia lebih 18 th maksimum angkat adalah 16 kg (Nurmianto, 2008).

(4)

Mengangkat di atas bahu lebih membebani secara fisiologis dan kurang dapat diterima tubuh. Pengangkatan yang paling efisien adalah antara 1 hingga 1,5 meter dari lantai. Menurut Nurmianto (2008) seorang pekerja tidak diperbolehkan mengangkat beban lebih dari 25 kilogram tanpa alat, secara berulang dan selama lebih dari 4 jam. National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) menyatakan bahwa 60% penderita cedera tulang belakang disebabkan oleh pengeluaran tenaga yang berlebihan (Bhaskara dan Rahman, 2011).

Hampir 25% kecelakaan yang diderita oleh tenaga kerja disebabkan akibat dari kesalahan dalam penanganan beban. Beberapa keluhan seperti hernia, keseleo, ketegangan dan luka-luka disebabkan oleh cara mengangkat dan membawa beban yang kurang benar. Pekerja yang mengangkat sesuatu beban maka otot-otot tubuhnya akan menegang sehingga pembuluh darahnya mengecil. Keadaan ini menyebabkan kurangnya aliran darah yang membawa oksigen dan gula ke seluruh tubuh. Akibatnya pekerja akan merasa letih sehingga tulang belakang khususnya daerah punggung dan ototnya akan merasa sakit (Silalahi dan Rumondang, 1985).

Jenis alat dan sarana kerja yang kurang nyaman sering menimbulkan masalah-masalah kesehatan pada pekerja yang menggunakanya, jika digunakan dalam jangka waktu yang lama maka akan memberikan efek negatif pada kesehatan yang memicu timbulnya penyakit akibat hubungan kerja seperti nyeri punggung bawah. Selain hal tersebut sikap punggung yang sering membungkuk dalam bekerja, membungkuk sambil berputar kesamping, jongkok maupun duduk dengan frekuensi yang lama juga

(5)

dapat menyebabkan kekakuan dan kesakitan serta krontaksi otot pada punggung akan terasa lebih kuat dibandingkan dengan kontraksi otot dinamis (Anies, 2005).

Postur tubuh merupakan faktor pendukung nyeri punggung bawah, kesalahan postur seperti kepala menunduk ke depan, bahu melengkung ke depan, perut menonjol ke depan dan lordosis lumbal berlebihan dapat menyebabkan spasme otot (ketegangan otot). Hal ini merupakan penyebab terbanyak dari nyeri punggung bawah. Aktivitas yang dilakukan dengan tidak benar, seperti salah posisi saat mengangkat beban yang berat juga menjadi penyebab nyeri punggung bawah (Fathoni H dkk, 2009).

Postur kerja yang tidak alamiah umumnya merupakan bagian-bagian tubuh yang bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan tangan terangkat punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Beberapa jenis pekerjaan akan memerlukan postur kerja tertentu yang terkadang tidak menyenangkan seperti pekerja bangunan, pekerja kuli angkut plabuhan dan buruh perkebunan sawit. Kondisi kerja seperti ini memaksa pekerja selalu berada pada postur kerja yang tidak alami dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini akan mengakibatkan pekerja cepat lelah, adanya keluhan sakit pada bagian tubuh, cacat produk bahkan cacat tubuh (Pangaribuan, 2009).

Aktifitas pemindahan barang atau beban secara manual yang dilakukan secara berulang-ulang dapat membahayakan kesehatan pekerja. Aktifitas yang dilakukan dengan posisi kerja yang membungkuk dan kaku tidak hanya membahayakan kesehatan namun juga bisa menyebabkan terjadinya cidera punggung. Menurut

(6)

Adnan (2002) menjelaskan ada hubungan yang bermakna antara faktor risiko sikap tubuh membungkuk dengan sudut 20°-45° (fleksi sedang) dengan nyeri punggung bawah.

Bekerja dalam rentang waktu yang lama secara berkesinambungan dengan kontraksi otot yang statis serta sikap kerja yang dipaksa dalam bekerja maka akan mudah sekali menimbulkan kelelahan sehingga hal ini dapat menimbulkan rasa nyeri pada otot. Apabila hal ini dibiarkan terus-menerus dan tidak memperhatikan faktor-faktor ergonomi maka akan lebih mudah menimbulkan keluhan nyeri punggung bawah (Sakinah dkk, 2012).

Konsekuensi situasi kerja yang tidak ergonomis adalah kondisi tubuh menjadi kurang optimal, tidak efisien, kualitas rendah dan seorang bisa mengalami gangguan kesehatan seperti nyeri punggung bawah dan gangguan otot lainnya. Oleh karena itu, ergonomi penting karena dengan pendekatan ergonomi dapat membuat keserasian yang baik antara manusia, peralatan kerja dan lingkungan.

Berdasarkan penelitian Pusat Riset dan Pengembangan Pusat Ekologi Kesehatan, Departemen Kesehatan. Nyeri punggung bawah adalah masalah yang banyak dihadapi oleh banyak negara dan menimbulkan banyak kerugian. Dilihat dari data yang dikumpulkan yang melibatkan 800 orang dari 8 sektor informal di Indonesia menunjukkan keluhan nyeri punggung bawah dialami oleh 31,6% petani kelapa sawit di Riau, 21% perajin wayang kulit di Yogyakarta, 18% perajin onix di Jawa Barat, 16% penambang emas di Kalimantan Barat, 14,9% perajin sepatu di Bogor dan 8% perajin kuningan di Jawa Tengah. Selain itu, perajin batu bata di

(7)

Lampung dan nelayan di DKI Jakarta menderita keluhan nyeri punggung bawah masing-masing 76,7% dan 41,6% (Heriyanto, 2004).

Richard (2001) dalam Heriyanto (2004) menyebutkan bahwa saat ini terdapat 80% orang setelah dewasa mengalami nyeri pada bagian tubuh belakang karena berbagai sebab termasuk kondisi tidak ergonomis. Menurut Pangaribuan (2009) prevalensi rasa sakit pada punggung bagian bawah lebih banyak dirasakan untuk postur kerja jongkok dan bungkuk, terutama bila dilakukan dalam waktu yang lama. Rasa sakit pada pinggang atau punggung bagian bawah dirasakan terutama apabila terjadi perubahan postur kerja dari postur kerja jongkok menjadi postur kerja berdiri.

Penelitian yang dilakukan Ariani (2010) mengenai analisis postur kerja dalam sistem manusia mesin mengatakan dari 30 pekerja operator bagian Air Traffic Control (ATC) di bandara udara Polonia Medan, terbukti masih banyak pekerja bekerja dengan postur kerja yang salah pada saat bekerja; seperti gerakan menjangkau telpon, melihat monitor dengan sudut pandang yang terlalu kecil dan tulang belakang tidak dapat bersandar dengan baik saat duduk. Akibatnya Sebagian Controller mengalami nyeri atau keluhan otot pada bagian punggung (57%).

Pratiwi H.M dkk (2009) yang melakukan penelitian pada 30 orang pekerja wanita penjual jamu gendong di Desa Geneng, Kecematan Mijen, Demak. Berdasarkan data distribusi frekuensi diketahui bahwa kebanyakan responden, yakni 83,3% dari 30 responden yang menjadi sampel mengalami nyeri punggung bawah. Responden yang berada pada usia 40 tahun sebanyak 43,3%, artinya pekerja yang berumur lebih dari 40 tahun lebih berisiko terpapar nyeri punggung bawah

(8)

dibandingkan dengan pekerja yang berumur dibawah 40 tahun. Hasil penelitiannya menunjukkan 86,7% penjual jamu gendong mengangkat beban yang beratnya lebih dari 10 kg. Pekerja yang bekerja mengangkat dan membawa beban berat setiap hari, maka tulang belakangnya akan terus mengalami penekanan sehingga lama kelamaan sikap tubuhnya akan berubah. Perubahan ini terjadi sebagai akibat dari kebiasaan mereka bertumpu saat membawa beban.

Berdasarkan survey pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan April 2013, sebagian besar pekerja kuli angkat tandan buah sawit di Desa Sekijang Kecematan Tapung Hilir sering melakukan gerakan-gerakan yang tidak ergonomis, seperti membungkuk dan jongkok saat memungut/mengumpulkan buah brondolan, postur tubuh yang tidak tegak lurus saat mengangkat tandan buah sawit, mengangkat tandan buah sawit yang beratnya melebihi batas angkat, membungkuk sambil berputar dan membungkuk sambil bergerak. Gerakan-gerakan yang tidak ergonomis tersebut terjadi secara berulang-ulang dan dalam waktu yang lama selama proses kerja berlangsung, sesekali mereka juga melakukan gerakan memutar secara tiba-tiba saat mengangkat tandan buah sawit. Pada saat membungkuk postur tubuh pekerja membentuk sudut lebih dari 600 dan saat mengangkat tandan buah sawit postur tubuh pekerja cendrung tidak tegak lurus karena pekerja menggunakan otot punggung saat mengangkat, pekerja juga sering mengangkat tandan buah sawit melebihi batasan angkat yakni seberat 35-42 kg. Selain itu tingginya bak mobil pengangkut tandan buah sawit (228 cm) mengakibatkan pekerja harus mengeluarkan tenaga yang lebih untuk memasukkan tandan buah sawit ke atas bak mobil.

(9)

Selain itu juga ditemukan pekerja yang mengalami nyeri punggung bawah, dari 12 pekerja yang diwawancara, selurunya sering mengalami nyeri punggung bawah disaat bekerja, bahkan ada salah satu pekerja yang harus istirahat beberapa menit jika nyeri punggungnya kambuh secara tiba-tiba, dari 12 pekerja yang mengalami nyeri punggung bawah tersebut 8 orang bekerja sebagai tukang angkat tandan buah sawit ke atas mobil pengangkut, dan 4 orang lainnya bekerja sebagai tukang angkut buah brodolan dan tandan buah sawit ke tempat pengumpulan.

Bekerja sebagai buruh perkebunan seperti kuli angkat tandan buah segar kelapa sawit memerlukan kondisi tubuh yang bugar dan sehat karena pekerjaan yang dilakukan umumnya adalah proses material handling (angkat-angkut) dengan posisi kerja jongkok, membungkuk dan berdiri, tingkat pengulangan kerja tinggi pada satu jenis pekerjaan, berinteraksi dengan benda tajam seperti duri sawit, cuaca yang panas, debu dan yang lainnya. Permasalahan ergonomi pada pekerja kuli angkat tandan buah sawit sangat terkait dengan posisi postur tubuh, sehingga dengan postur yang tidak ergonomis tersebut sangat berpotensi menimbukan gangguan pada tubuh khususnya otot punggung.

Pekerja kuli angkat tandan buah sawit yang ada di Desa Sekijang terdiri dari pekerja pria dan wanita. Para pekerja pria bekerja sebagai tukang angkat/angkut buah, ada yang mengangkat buah dari tempat dodos ke tempat pengumpulan dan ada yang mengangkat buah dari tempat pengumpulan ke atas mobil pengangkut. Proses kerja dan postur kerja yang sering digunakan oleh pekerja pria antara lain: 1) Setelah buah kelapa sawit di dodos, tandan buah kelapa sawit diambil dengan menggunakan gancu

(10)

yang terbuat dari besi dan diangkat kedalam kreta sorong, postur kerja yang digunakan pekerja saat mengambil tandan buah sawit adalah postur kerja membungkuk dengan sudut punggung lebih dari 20º, setelah itu tandan buah sawit diangkut dan diletakkan ditempat pengumpulan. 2) Setelah buah kelapa sawit terkumpul ditempat pengumpulan, buah kelapa sawit akan diangkat ke atas mobil pengangkut buah dengan menggunakan tojok yang terbuat dari besi, postur kerja yang digunakan oleh pekerja pada saat mengangkat tandan buah sawit ke atas mobil adalah postur kerja membungkuk dengan sudut punggung lebih dari 60º sedangkan postur kerja saat meletakkan tandan buah sawit ke dalam bak mobil pengangkut adalah berdiri dengan salah satu kaki menggantung (tidak menyentuh tanah) untuk menyeimbangi tubuh agar tidak jatuh.

Sedangkan pekerja wanita bekerja sebagai pengumpul buah brondolan sawit. Setelah buah kelapa sawit di dodos buah yang terpisah dari tandan sawit (brondolan) dipungut dan dimasukkan kedalam kreta sorong (gerobak), postur kerja yang terbentuk saat mengambil/memungut buah brondolan adalah postur kerja membungkuk dengan sudut punggung lebih dari 60º, setelah buah brondolan terkumpul di dalam kreta sorong buah brondolan kemudian diangkut ke tempat pengumpulan buah.

Pekerja yang mengangkat buah dari tempat dodos ke tempat pengumpulan bekerja dari jam 08.00-16.00 (±8 jam), sedangkan pekerja yang mengangkat buah dari tempat pengumpulan ke atasa mobil bekerja dari jam 09.00-19.00 (±10 jam). Selama proses pekerjaan berlangsung maupun pada saat pekerjaan selesai dilakukan,

(11)

banyak pekerja yang merasakan nyeri pada bagian punggungnya. Keluhan nyeri tersebut dapat mengganggu aktifitas kerja dan berpotensi mengganggu kesehatan pekerja.

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh postur kerja terhadap nyeri punggung bawah pada pekerja kuli angkat tandan buah segar kelapa sawit di Desa Sekijang, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 12 pekerja kuli angkat tandan buah sawit di Desa Sekijang Kecematan Tapung Hilir didapati seluruhnya sering melakukan gerakan-gerakan yang tidak ergonomis, seperti membungkuk dan jongkok saat memungut/mengumpulkan buah brondolan, postur tubuh yang tidak tegak lurus saat mengangkat tandan buah sawit, mengangkat tandan buah sawit yang beratnya melebihi batas angkat, membungkuk sambil berputar dan membungkuk sambil bergerak. Gerakan-gerakan yang tidak ergonomis tersebut terjadi secara berulang-ulang dan dalam waktu yang lama selama proses kerja berlangsung, sesekali mereka juga melakukan gerakan memutar secara tiba-tiba saat mengangkat tandan buah sawit, selain dari itu disaat bekerja mereka juga sering merasakan nyeri atau pegal-pegal di daerah punggung bagian bawah. Sehingga perlu adanya suatu penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh postur kerja

(12)

terhadap terjadinya nyeri punggung bawah pada pekerja kuli angkat tandan buah segar kelapa sawit.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh postur kerja saat mengambil, mengangkat, membawa dan meletakkan tandan sawit atau brondolan terhadap terjadinya nyeri punggung bawah pada pekerja kuli angkat tandan buah segar kelapa sawit di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar Propinsi Riau.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh postur kerja terhadap terjadinya nyeri punggung bawah pada pekerja kuli angkat tandan buah segar kelapa sawit di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir. Postur kerja yang tidak ergonomis saat bekerja seperti mengangkat beban dengan posisi tubuh agak membungkuk dan mengangkat beban dalam waktu yang lama dapat menyebabkan dampak yang tidak baik buat kesehatan, seperti nyeri punggung bagian bawah.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan pekerja dan pemilik usaha mengenai postur kerja dan nyeri punggung bawah.

(13)

2. Hasil penelitian diharapkan dapat membantu pekerja dalam mengatasi atau menimalisir nyeri punggung bawah yang dirasakan oleh pekerja selama bekerja atau setelah bekerja.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta pemahaman mengenai penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan seperti nyeri punggung bawah, sehingga pemilik usaha secara mandiri dapat melakukan upaya-upaya perlindungan terhadap kesehatan pekerja dan terhindar dari penyakit akibat kerja. 4. Melatih kemampuan dan memberikan pengalaman bagi peneliti dalam

pengembangan ilmu kususnya penilaian postur kerja dan nyeri punggung bawah. 5. Bagi institusi pendidikan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi

mengenai pengaruh postur kerja terhadap nyeri punggung bawah pada pekerja kuli angkat tandan buah segar sawit untuk peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan oleh Mahasiswa KKN Bersama 2019 Desa Purba Horison, Kecamatan Haranggaol, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera

U svrhu dobivanja što boljih rezultata i utvrđivanja što točnijeg morfološkog sastava, miješani komunalni otpad iz kontejnera odnosno „crnih“ kanti se posebno sakupljao

PIDATO GURU BESAR PERIZINAN SEBAGAI INSTRUMEN YURIDIS DALAM PELAYANAN PUBLIK TATIEK SRI DJATMIATI.. 37/1999 tentang kewajiban adanya Persetujuan Prinsip yang berlaku sebagai

Peraturan Bupati Bantul Nomor 61 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2010; 10.. Peraturan Bupati Bantul Nomor

[r]

NO HARI/ TGL JAM PUKUL JURUSAN MATAKULIAH DOSEN PEMBINA PENGAWAS RUANG JUML.. D Rina

[r]

Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa tidak terdapat aturan khusus dan terstandar secara baik tentang prinsip-prinsip kelalaian sebagai