• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Self Leadership dan Self Efficacy Terhadap Keberhasilan Usaha (Pada Wirausaha Muda yang Menggunakan Social Media sebagai Sarana Pemasaran Usaha)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Self Leadership dan Self Efficacy Terhadap Keberhasilan Usaha (Pada Wirausaha Muda yang Menggunakan Social Media sebagai Sarana Pemasaran Usaha)"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH SELF LEADERSHIP DAN SELF EFFICACY TERHADAP KEBERHASILAN USAHA (PADA WIRAUSAHA MUDA YANG

MENGGUNAKAN SOCIAL MEDIA SEBAGAI SARANA

PEMASARAN USAHA)

OLEH :

F.FITRIYANTI SEBAYANG 100502149

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

PENGARUH SELF LEADERSHIP DAN SELF EFFICACY TERHADAP KEBERHASILAN USAHA (PADA WIRAUSAHA MUDA YANG

MENGGUNAKAN SOCIAL MEDIA SEBAGAI MEDIA

PEMASARAN USAHA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh self leadership dan self efficacy terhadap keberhasilan usaha (pada wirausaha muda yang menggunakan social media sebagai sarana pemasaran usaha). Penelitian ini dilakukan terhadap wirausaha-wirausaha muda yang menggunakan social media sebagai sarana pemasaran usaha, seperti facebook, twitter, intagram, dan sejenisnya dengan jumlah sampel sebanyak 97 orang. Penentuan sampel menggunakan snowball sampling dengan beberapa kriteria yang telah ditetapkan (purposive sampling). Pengujian Hipotesis dengan menggunakan metode analisis deskritif, metode analisis statistik yang terdiri dari analisis regresi linier berganda, pengujian signifikan simultan (Uji F), pengujian signifikansi parsial (Uji-t) dan pengujian koefisien determinasi (R2).

Hasil penelitian secara serempak (Uji-F) menunjukkan bahwa Self Leadership dan Self Efficacy secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keberhasilan Usaha. Hasil penelitian secara parsial (Uji-t) menunjukkan bahwa Self Leadership berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Keberhasilan Usaha. Sedangkan Self Efficacy berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Keberhasilan Usaha. Nilai Adjusted R Square = 0.331 atau sebesar 33,1%. Angka R Square sebesar 0.331 menunjukkan bahwa 33.1% keberhasilan usaha dipengaruhi oleh self leadership dan self efficacy, sedangkan sisanya 66.9% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dijelaskan pada penelitian ini.

(3)

ABSTRACT

EFFECT OF SELF LEADERSHIP AND SELF EFFICACY TOWARD ENTREPRENUERSHIP SUCCEED (YOUNG ENTREPRENUERS

WHO USE SOCIAL MEDIA AS MARKETING MEANS)

This research was conducted to examine the effect of self leadership and self efficacy toward entrepreneurship succeed (young entreprenuers who use social media as the marketing means). This research was conducted toward young entreprenuers who use social media such as facebook. Twitter, Instagram, and other kinds of social media as the marketing means. The number of participant in this research was 97 people. The sampling method usedin this research was snowball sampling by using descriptive analysis method, statistical analysis method whis consist of double linear regression analysis, simultaneous significance test (F-test), partial significance test (T-test) and determination coefficient test (R2).

The simultaneous research findng (F-test) shows that self leadership and self efficacy altogether positively and significantly affect entrepreneurship success. The research finding partially (T-test) shows that self leadership positively but not significantly affects the entrepreneurship success. On the other hand, self efficacy positively and significantly affects the entrepreneurship success. The adjusted R square score= 0.331 or 33,1%. R square score which is 0.331 or 33,1% of entrepreneurship success is affected by self leadership and self efficacy, while the remain percentage which is 66.9% is affected by other variables which are not discussed in this research.

(4)

KATA PENGANTAR

Penulis begitu mengucap syukur atas kasih karunia yang Tuhan berikan pada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Self Leadership dan Self Efficacy Terhadap Keberhasilan Usaha

(Pada Wirausaha Muda yang Menggunakan Social Media sebagai Sarana Pemasaran Usaha)”. Ini adalah ayat yang selalu penulis ingat ketika penulis merasa lelah, Yosua 1:7a, “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan

sungguh-sungguh”. Rancangan Allah ialah rancangan damai sejahtera untuk mendatangkan

kebaikan bagi orang-orang yang mengasihi Dia. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua penulis, Bapak Inganta Sebayang dan kepada Mamak Nurlianna Kacaribu yang selalu mendukung, menyemangati serta memotivasi penulis sehingga skripsi ini bisa selesai.

Pada kesempatan yang baik ini, penulis juga menyampaikan dan mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, Mec.,AC selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE.,ME., selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

(5)

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., Msi., selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara 5. Ibu Yasmin Chairunisa Muchtar, SP, MBA., selaku Dosen Pembimbing

yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

6. Ibu Frida Ramadini, SE, MM., selaku Pembaca Penilai yang telah memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

7. Untuk Kak Rimta n Bang Hermes yang selalu ketat ngawasin skripsi Yanti sudah sampai di mana, Kak Ari yang lagi selalu nyemangatin juga, buat Vivi, terus berusaha lebih baik lagi ya.

8. Ci Erlita yang selalu memberikan semangat dan dukungannya dengan sabar, tanpa pernah bertanya kapan selesai, tapi sudah sampai mana. Dukungan cici bener-bener ngebantu Fitri banget. Makasih ci .

9. Teman-teman CG 28 yang selalu bisa ngalihin Fitri dari stress, makasih buat dukungannya, makasih untuk selalu dengerin sharingnya Fitri di CG. I Love U so much guys.

10.Teman-teman Manajemen Laura Sitanggang, Malem Tarigan, Quitsyah Pakpahan, Ruslan Pardosi, Beatrice Aruan, dan teman-teman manajemen yang tidak dapat saya sebutkan namanya sat per satu.

(6)

Akhir kata penulis mengucapkan berkat bagi yang membaca skripsi ini. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera dari Yesus Kristus senantiasa menyertai kita sekalian

Medan, 21 Oktober 2014 Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Wirausaha ... 10

a. Wirausaha Muda ... 11

b. Proses Kewirausahaan ... 11

2.1.2 Keberhasilan Usaha ... 12

a. Faktor-Faktor Keberhasilan Usaha ... 15

b. Ciri-Ciri Wirausaha yang Berhasil ... 16

2.1.3 Self Leadership ... 17

c. Dimensi Self Efficacy ... 26

d. Self Efficacy dan Keberhasilan Usaha ... 27

2.2 Penelitian Terdahulu ... 29

2.3 Kerangka Konseptual ... 31

2.4 Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

3.3 Batasan Operasional ... 34

3.4 Definisi Operasional ... 34

3.5 Pengukuran Variabel ... 39

3.6 Populasi dan Sampel ... 40

a. Populasi ... 40

(8)

3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 44

3.9.1 Uji Validitas ... 45

3.9.2 Uji Reliabilitas ... 48

3.9 Uji Asumsi Klasik ... 50

3.10.1 Uji Normalitas ... 51

3.10.2 Uji Heteroskedastisitas ... 52

3.10.3 Uji Multikolineatitas ... 52

3.11 Metode Analisis Deskriptif ... 53

3.12 Analisis Regresi Berganda ... 54

3.12.1Uji Serempak (Uji F) ... 55

3.12.2 Uji Parsial (Uji T) ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

4.1 Hasil Penelitian ... 59

4.1.1 Analisis Deskriptif Responden ... 59

4.1.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 59

4.1.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 61

4.1.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha ... 61

4.1.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Pegawai ... 62

4.1.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kepemilikian Usaha ... 62

4.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 63

4.2.1 Self Leadership (X1) ... 64

4.4 Analisis Statistik(Analisis Linier Berganda) ... 84

4.4.1 Koefisien Determinasi ... 85

4.4.2Uji Simultan/Serentak (Uji-F) ... 86

4.4.3 Uji Signifikansi Parsial(Uji-t) ... 88

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 90

4.5.1 Pengaruh Self Leadership dan Self Efficacy Terhadap Keberhasilan Usaha ... 90

4.5.2 Pengaruh Self Leadership Terhadap Keberhasilan Usaha ... 91

4.5.3 Pengaruh Self Efficacy Terhadap Keberhasilan Usaha ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

5.1 Kesimpulan ... 94

5.2 Saran ... 95

(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Penjualan Telepon Pintar Sampai pada Pengguna Akhir

Berdasarkan Sistem Operasi 2013 ... 2

2.1 Penelitian Terdahulu ... 29

3.1 Operasionalisasi Variabel ... 36

3.2 Uji Validitas ... 46

3.3 Uji Reliabilitas ... 50

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 59

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 61

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha ... 61

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Pegawai ... 62

4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kepemilikian Usaha... 62

4.6 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Variabel Self Leadership ... 64

4.7 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Variabel Self Efficacy ... 69

4.8 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Variabel Keberhasilan Usaha ... 75

4.9 Pendekatan Kolmogrov- Smirnov ... 80

4.10 Pendekatan Glejser ... 82

4.11 Uji Multikolinieritas ... 83

4.12 Persamaan Analisis Statistik ... 84

4.13 Koefisien Determinasi ... 85

4.14 Uji Simultan/Serempak (Uji-F) ... 88

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 33

2.2 Kerangka Konseptual ... 30

4.1 Pendekatan Histogram ... 79

4.2 Pendekatan Normal Probability ... 79

(11)

ABSTRAK

PENGARUH SELF LEADERSHIP DAN SELF EFFICACY TERHADAP KEBERHASILAN USAHA (PADA WIRAUSAHA MUDA YANG

MENGGUNAKAN SOCIAL MEDIA SEBAGAI MEDIA

PEMASARAN USAHA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh self leadership dan self efficacy terhadap keberhasilan usaha (pada wirausaha muda yang menggunakan social media sebagai sarana pemasaran usaha). Penelitian ini dilakukan terhadap wirausaha-wirausaha muda yang menggunakan social media sebagai sarana pemasaran usaha, seperti facebook, twitter, intagram, dan sejenisnya dengan jumlah sampel sebanyak 97 orang. Penentuan sampel menggunakan snowball sampling dengan beberapa kriteria yang telah ditetapkan (purposive sampling). Pengujian Hipotesis dengan menggunakan metode analisis deskritif, metode analisis statistik yang terdiri dari analisis regresi linier berganda, pengujian signifikan simultan (Uji F), pengujian signifikansi parsial (Uji-t) dan pengujian koefisien determinasi (R2).

Hasil penelitian secara serempak (Uji-F) menunjukkan bahwa Self Leadership dan Self Efficacy secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keberhasilan Usaha. Hasil penelitian secara parsial (Uji-t) menunjukkan bahwa Self Leadership berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Keberhasilan Usaha. Sedangkan Self Efficacy berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Keberhasilan Usaha. Nilai Adjusted R Square = 0.331 atau sebesar 33,1%. Angka R Square sebesar 0.331 menunjukkan bahwa 33.1% keberhasilan usaha dipengaruhi oleh self leadership dan self efficacy, sedangkan sisanya 66.9% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dijelaskan pada penelitian ini.

(12)

ABSTRACT

EFFECT OF SELF LEADERSHIP AND SELF EFFICACY TOWARD ENTREPRENUERSHIP SUCCEED (YOUNG ENTREPRENUERS

WHO USE SOCIAL MEDIA AS MARKETING MEANS)

This research was conducted to examine the effect of self leadership and self efficacy toward entrepreneurship succeed (young entreprenuers who use social media as the marketing means). This research was conducted toward young entreprenuers who use social media such as facebook. Twitter, Instagram, and other kinds of social media as the marketing means. The number of participant in this research was 97 people. The sampling method usedin this research was snowball sampling by using descriptive analysis method, statistical analysis method whis consist of double linear regression analysis, simultaneous significance test (F-test), partial significance test (T-test) and determination coefficient test (R2).

The simultaneous research findng (F-test) shows that self leadership and self efficacy altogether positively and significantly affect entrepreneurship success. The research finding partially (T-test) shows that self leadership positively but not significantly affects the entrepreneurship success. On the other hand, self efficacy positively and significantly affects the entrepreneurship success. The adjusted R square score= 0.331 or 33,1%. R square score which is 0.331 or 33,1% of entrepreneurship success is affected by self leadership and self efficacy, while the remain percentage which is 66.9% is affected by other variables which are not discussed in this research.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi sangat penting bagi manusia. Teknologi mampu membantu perbaikan berbagai sektor baik kesehatan, pangan, militer, ekonomi dan masih banyak lagi. Terlebih lagi dengan kemunculan komputer dan jaringan internet yang kini telah merata di semua kota besar maupun kota kecil. Grove dalam Situmorang et al., (2010:55) mengatakan bahwa perkembangan teknologi melahirkan ekonomi baru yang dicirikan dengan teknologi digital dan tercapainya hubungan global (global connectivity). Hal ini didukung oleh jaringan internet serta semakin murahnya harga yang harus dibayarkan oleh masyarakat untuk mendapatkannya. Jika sebelumnya jaringan internet hanya terdapat pada komputer atau laptop, saat ini akses internet juga terdapat pada televisi tertentu, telepon genggam,tablet dan sebagainya.

(14)

merupakan data penjualan telepon pintar hingga sampai pada pengguna akhir berdasarkan sistem operasional yang digunakan pada tahun 2013.

Tabel 1.1

Penjualan Telepon Pintar Sampai pada Pengguna Akhir Berdasarkan Sistem Operasi 2013 (Dalam Ribuan Unit)

Operating

2012 Units 2012 Market

Share (%)

Seiring dengan peningkatan jumlah telepon pintar yang semakin canggih di masyarakat maka berbagai hal lain juga ikut bergeser. Misalnya saja dalam hal gaya komunikasi. Dari komunikasi langsung dengan tatap muka menjadi lebih modern dengan gaya hidup digital. Salah satunya dengan berkomunikasi melalui social media seperti facebook, twitter, instagram, dan sejenisnya. Kegemaran berkomunikasi melalui social media ada di hampir semua lapisan masyarakat di Indonesia.

(15)

Model usaha melalui media social media selain lebih mudah untuk dipelajari dan dipraktekkan, modal yang diperlukan juga cenderung lebih kecil dibandingkan jika membuka toko secara fisik, dapat dikerjakan di mana saja dan kapan saja selama jaringan memungkinkan, cukup fleksibel, tidak membutuhkan pengetahuan yang sangat mendalam tentang bisnis.

Dapat kita lihat melalui media cetak atau elektronik usaha-usaha apa saja yang telah sukses dengan berawal dari berjualan secara online melalui situs, website ataupun social media. Contohnya Amazon.com yang pertama sekali menjual buku secara online(Situmorang, 2011:10). Perusahaan besar dari segala bidang usaha kini telah menggunakan media internet untuk menjangkau pasar dan mendekatkan diri langsung pada konsumen mereka. Hal ini juga diikuti oleh usaha-usaha kecil baik yang menghasilkan produk sendiri, menjualkan produk orang lain dengan cara menjadi reseller dan dropshipper, ataupun menawarkan jasa berupa pembuatan web-hosting, website, dan sebagainya bagi para pelaku bisnis. Ferdianto (2006) mengatakan bahwa e-commerce mempunyai masa depan yang cerah. E-commerce (perdagangan elektronik) merupakan penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui system elektronik seperti internet, televisi atau jaringan computer lainnya (www.wikipedia.com). Jika berbagai detail perdagangan online dapat diselesaikan, maka bukan mustahil e-commerce dan internet akan mengubah struktur dunia usaha secara global.

(16)

oleh usia 15 sampai 35 tahun. MarkPlus Insight juga mencatat bahwa sebagian besar pengguna mengakses internet dari mobile ponsel. Dapat kita lihat di sekitar kita bahwa sebagian besar masyarakat pada jenjang usia muda merupakan pengguna telepon pintar (smartphone). Mereka memiliki keinginan untuk memiliki usaha dengan apa yang mereka miliki, yaitu smartphone mereka.

Alasan memilih berwirausaha dengan melalui social media ialah salah satunya karena kesenangan berbagi apa saja, atau bisa juga karena mereka tidak dapat menemukan apa yang mereka cari tepat seperti yang mereka bayangkan. Sehingga muncul keinginan untuk mewujudkan hal tersebut, namun bisa juga karena ketidakpuasan mereka pada apa yang mereka telah alami.

Misalnya adalah seorang wanita yang memiliki ukuran kaki 41 biasanya sedikit kesulitan untuk menemukan sepatu yang sesuai dengan yang diinginkannya karena ukuran sepatu wanita pada umumnya bernomor 36-40. Berawal dari adanya masalah ini si wanita kemudian berinisiatif untuk membuat usaha sepatu yang pembuatan modelnya dapat disesuaikan dengan keinginan (Pramiyanti, 2008:52). Perlu kita ketahui walau tanpa pengetahuan dasar mengenai sepatu ia dapat memiliki usaha sepatu dengan bekerjasama dengan pengrajin sepatu dan mencari model sepatu yang sedang banyak disukai. Masalah yang ada ini menjadi peluang usaha yang cukup menarik karena seperti kita ketahui tentu masalah ini juga dialami oleh wanita-wanita lainnya yang mengalami kesulitan yang sama.

(17)

kecanggihan teknologi memicu bertambahnya jumlah wirausaha muda di Indonesia. Para wirausaha muda yang menggunakan social media untuk berwirausaha biasanya merupakan pemain tunggal atau berkerja sendiri, terutama pada awal perintisan usaha. Maksudnya di sini adalah segala operasionalisasi usaha berpusat pada satu orang. Wirausaha tersebut bekerja sendiri untuk mencari produk atau jasa apa yang akan ditawarkan kepada calon konsumen, dalam hal pemasaran, pencarian modal, penyusunan keuangan, pengemasan dan lain-lain. Ia berperan sebagai penggerak sekaligus pengambil keputusan langsung untuk usahanya (Sedarmayanti, 2004:24). Jika wirausaha tersebut sedang sakit atau ada kegiatan mendesak yang harus dilakukan maka biasanya seluruh kegiatan usaha dapat terhenti. Berdasarkan hal tersebut maka seorang wirausaha muda haruslah memiliki self leadership dan self efficacy yang tinggi. Karena dibutuhkan kemampuan mengenali diri sendiri untuk dapat mencapai kematangan pribadi. Karena dengan mengenal diri sendiri seorang wirausaha mengetahui keunggulan dan kekurangan yang dimilikinya sehingga diharapkan dapat mencapai keberhasilan usaha dengan keunggulan tersebut (Sedarmayanti, 2004:25).

(18)

kesenangan mereka (Hurlock dalam Hutagalung, 2010:9 ; Nasution et al., 2007:32).

Wirausaha muda yang memiliki self leadership dan self efficacy yang tinggi memiliki keyakinan yang lebih kuat bahwa mereka mampu melakukan sesuatu dengan mengubah kejadian-kejadian di sekitarnya bila dibandingkan dengan wirausaha yang kurang memiliki self leadership serta self efficacy. Wirausaha muda dengan self efficacy rendah cenderung mudah menyerah, menghindari resiko atau berhenti sama sekali ketika menghadapi masalah. Sehingga dalam kewirausahaan, self leadership dan self efficacy merupakan kombinasi yang tepat untuk mencapai keberhasilan usaha.

Menurut Hutagalung et al., (2010:3), wirausaha muda yang memiliki self leadership dan self efficacy selalu terdorong untuk mengubah kemampuan yang dimilikinya menjadi sebuah tindakan yang dapat memberi nilai tambah bagi dirinya. Dengan kata lain, ia mampu mengenali dan mengelola diri serta berbagai peluang maupun sumber daya di sekitarnya secara kreatif untuk menciptakan nilai tambah maksimal bagi dirinya serta berkelanjutan.

(19)

Penjelasan di atas didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Cunningham dalam Riyanti (2003:22), bahwa 178 wirausaha dan manajer profesional di Singapura menunjukkan keberhasilan, yang dipengaruhi oleh sifat-sifat kepribadian sebesar 49%. Sebagai contoh ialah keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan baik, keinginan untuk berhasil, memotivasi diri, percaya diri, berpikir positif, komitmen dan sabar. Ada bukti yang menyatakan bahwa motivasi dan keberhasilan ditentukan oleh dari bagaimana seseorang percaya bahwa mereka mampu (Punnett et al., 2007). Kemampuan untuk berhubungan dengan pelanggan menyumbang keberhasilan usaha sebesar 17%, kemampuan memahami lingkungan bisnis sebesar 15%, kemampuan untuk mengembangkan dan mempertahankan kemajuan teknologi sebesar 28,1%, tingkat pendidikan, pengalaman, dan usia. Hal ini diungkapkan para peneliti seperti Cunningham et al., dalam Riyanti (2003). Usia yang dimaksud bukanlah usia dari wirausahawan, namun yang dimaksud dengan entrepreneurial age ialah lamanya usaha tersebut telah berjalan (Staw dalam Hutagalung et al., 2010:9).

(20)

mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi kerja seseorang (Hurlock dalam Hutagalung, 2010:9).

Semakin tinggi tingkat self leadership dan self efficacy pada diri seseorang pada masa awal berkarir, maka intensi kewirausahaan yang dimiliki akan semakin kuat untuk dapat mencapai keberhasilan usaha (Betz dan Hacket dalam Indarti dan Rostiani, 2008).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul :

Pengaruh Self Leadership dan Self Efficacy Terhadap Keberhasilan Usaha

(Studi Kasus pada Wirausaha Muda yang Menggunakan Social Media sebagai Media Pemasaran Usaha).

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditarik pertanyaan sebagai landasan penelitian ini, yaitu:

Apakah self leadership dan self efficacy berpengaruh terhadap keberhasilan usaha pada wirausaha muda yang menggunakan social media sebagai sarana pemasaran usaha?

1.3Tujuan Penelitian

(21)

wirausaha muda yang menggunakan social media sebagai sarana pemasaran usaha.

1.4Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini selain menambah wawasan pribadi juga sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi yang sedang peneliti ambil. 2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi dan menambah wawasan untuk mengetahui lebih jauh mengenai self leadership dan self efficacy.

3. Bagi Wirausaha

Penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran untuk meningkatkan self leadership dan self efficacy mereka demi keberhasilan usaha.

4. Bagi Akademisi

Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan pada penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan variabel-variabel yang dibahas pada penelitian ini, yaitu self leadership, self efficacy dan keberhasilan usaha.

BAB II

(22)

2.1.1 Wirausaha

Wirausaha atau kewirusahaan menjadi semakin populer akhir-akhir ini. Wirausaha atau biasa juga kita dengar dengan sebutan entrepreneur berasal dari bahasa Prancis, yaitu “entreprende” yang artinya pencipta, petualang, dan

pengelola usaha (Cantillon dalam Lupiyoadi, 2007:1). Istilah wirausaha semakin terkenal setelah digunakan oleh J.B.Say pada tahun 1803 untuk mendeskripsikan pengusaha yang mampu mengolah sumber daya yang memiliki tingkat produkstivitas rendah menjadi semakin lebih tinggi serta memperoleh hasil yang lebih banyak lagi (Suwartoyo dalam Lupiyoadi, 2007:10). Smith dalam Hutagalung et al., (2010:2) menyebutkan wirausaha sebagai orang yang mampu berekasi terhadap perubahan ekonomi yang kemudian menjadi agen ekonomi yang mengubah permintaan menjadi produksi.

Kewirausahaan merupakan sebuah proses untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang sudah ada (Kao dalam Lupiyoadi, 2007:3). Dapat diartikan juga sebagai kemampuan untuk menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses oengelolaan sumber daya yang ada dengan metode yang baru dan berbeda. Diperoleh melalui pengembangan teknologi, penemuan pengetahuan ilmiah, perbaikan produk yang sudah ada baik barang maupun jasa, atau melalui penemuan cara baru untuk mendapatkan produk yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih efisien (Suryana, 2006:3).

a. Wirausaha Muda

(23)

tahun. Pada jenjang usia ini orang akan dihadapkan pada masalah pekerjaan. Orang harus memilih bidang pekerjaan apa yang akan cocok bagi mereka, apakah sesuai dengan keahlian, bakat, minat, atau faktor psikologi yang mereka miliki. Hurlock dalam Hutagalung (2010:9) juga berpendapat pada masa dewasa awal (18-40 tahun) merupakan usia di mana orang akan mencoba-coba untuk berkarir. Hal ini yang juga menjadi pemengaruh tinggi rendahnya prestasi kerja seseorang. Staw dalam Hutagalung (2010:9) menghubungkan usia dengan pengalaman. Bertambahnya usia akan diikuti dengan bertambahnya pengalaman. Dengan bertambahnya usia dan pengalaman seorang wirausaha maka wirausaha tersebut memiliki bekal lebih untuk mampu mencapai keberhasilan dalam usahanya.

b. Proses Kewirausahaan

Proses kewirausahaan diawali oleh adanya tantangan (Suryana, 2006:3). Dari tantangan tersebutlah muncul ide, kemauan serta dorongan untuk berpikir kreatif dan melakukan sesuatu yang inovatif untuk memecahkan tantangan yang sebelumnya ada. Biasanya ide kreatif dan inovatif ini dimulai dengan proses peniruan (imitasi) atau duplikasi. Kemudian menjadi proses perkembangan dan mencapai tahap penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda.

2.1.2 Keberhasilan Usaha

(24)

upaya) untuk mencapai sesuatu (http://bahasa.cs.ui.ac.id). Keberhasilan usaha merupakan suatu keadaan di mana usaha mengalami peningkatan hasil dari yang diperoleh sebelumnya. Setiap usaha pasti memiliki tujuan untuk dapat berhasil.

Menurut Anaroga dalam Sazali (2011), keberhasilan usaha dapat tercapai jika memliki persiapan yang matang, yaitu dengan menyiapkan rencana usaha (business plan). Rencana usaha menjadi acuan dalam semua aktivitas yang akan dilaksanakan usaha tersebut, apapun jenis usaha yang dijalankan. Dengan adanya rencana usaha maka hasil kinerja yang ada dapat diukur keberhasilannya. Suryana (2006:7) menggambarkan seorang yang berhasil berwirausaha sebagai orang yang mampu menggabungkan nilai, sifat utama (pola perilaku) dan sikap dengan modal pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan praktis, sehingga dapat dikatakan bahwa pedoman, pengharapan, serta nilai baik yang berasal dari diri sendiri ataupun kelompok dapat mempengaruhi pembentukan perilaku kewirausahaan.

(25)

Keberhasilan usaha ditunjukkan melalui kinerja yang dihasilkan dari kegiatan wirausaha selama kurun waktu tertentu (Moeheriono, 2012). Keberhasilan suatu usaha ditunjukkan dengan adanya hubungan yang signifikan antara keuntungan, jumlah penjualan dan pertumbuhan yang dimiliki usaha tersebut (Dalimunthe dalam Tanjung, 2012). Berhasil tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari membesarnya skala usaha yang dimilikinya (Adi dalam Al-maqassary, 2013). Yang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor kemampuan usaha seperti bahan baku, pekerja, teknologi, kualitas produk, harga, variasi produk, target pasar, kemudahan dalam membeli produk, ketersediaan modal dan perputaran piutang. Baik buruknya kinerja yang ditunjukkan oleh seseorang dipengaruhi oleh kepribadian yang dimilikinya, di samping keterampilan dan kemampuan kerjanya (Sedarmayanti, 2004:25). Suatu keberhasilan harus dapat diukur. Hal-hal yang dapat dijadikan indikator dari kinerja usaha ialah pertumbuhan pendapatan (Revenue Growth), jumlah pelanggan baru, kecepatan waktu layanan, tingkat kepuasan pelanggan) dan lain-lain (Moeheriono, 2012). Memiliki usaha yang baik saja tidak cukup, untuk dapat mencapai kesuksesan yang berkesinambungan usaha tersebut harus melakukan quantum leap dari hanya “good” harus menjadi “great” (Collins dalam Situmorang, 2011:83).

(26)

dalam Situmorang, 2011:83). Faktor kepemimpinan juga menjadi salah satu syarat suatu usaha menjadi usaha yang luar biasa.

Adapun langkah-langkah menuju keberhasilan usaha menurut Tanjung (2012) yaitu:

1. Adanya ide serta visi misi yang jelas pada bisnis.

2. Membuat perencanaan usaha, pengorganisasian, dan cara menjalankannya (mengimplementasikannya).

3. Kemauan dan keberanian menghadapi resiko.

4. Mengembangkan hubungan yanga baik kepada semua pihak yang terkait dengan kepentingan usaha.

Faktor-faktor yang menghambat suatu usaha masuk dalam kategori usaha yang luar biasa menurut Situmorang (2012:84):

1. Faktor psikologis

Pemimpin tidak berani mengambil resiko dan cenderung merasa nyaman dengan kondisi yang ada (berada pada comfort zone).

2. Resitensi karyawan

(27)

3. Tekanan dari pihak luar

Tekanan dari pihak luar dapat datang dari orang terdekat seperti keluarga.

a) Faktor-Faktor Keberhasilan Usaha

Faktor-Faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha yaitu (Tanjung, 2012):

- Faktor Produksi

Produk yang dihasilan dapat diproduksi sendiri atau dengan menjual kembali produk orang lain. Kualitas dan harga produk yang ditawarkan haruslah sesuai. - Faktor Pemasaran

Untuk meningkatkan penjualan wirausaha dapat melakukan promosi dengan anggaran tertentu yang telah ditetapkan untuk kurun waktu tertentu. Produk yang ditawarkan kepada target pasar harus mudah diperoleh atau paling tidak pelanggan mengetahui bagaimana untuk mendapatkan produk tersebut, misalnya dengan memberikan beberapa alternatif untuk melakukan pemesanan.

- Faktor Manajemen

(28)

Management), benchmarking dengan meniru usaha yang berhasil, performance measurement, empowerment, memiliki nilai tambah tambah dibaningkan dengan usaha lain yang sejenis (competitive advantage), strategi yang lebih unggul dan lain-lain (Situmorang, 2011:103).

- Faktor Keuangan

Melakukan sentralisasi pengendalian keuangan dengan cara melakukan efisiensi anggaran, terutama dengan pemotongan biaya-biaya yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi, peramalan arus kas, pengelolaan modal kerja, dan mengurangi penjualan dengan cara piutang.

b) Ciri-Ciri Wirausaha Yang Berhasil

(29)

2.1.3 Self Leadership

a) Konsep Self Leadership

Kata pemimpin pertama kali muncul pada tahun 1300, sedangkan kata kepemimpinan muncul pada tahun 1800 (Arifin, 2012:1). Menurut Fairchild dalam Arifin (2012:1), seorang pemimpin adalah orang yang mampu membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas persuasif, dan penerimaan secara sukarela oleh pengikutnya. Kepemimpinan merupakan seni dan praktek dari praktek dan pengaruh yang efektif (Bass, 1990). Kepemimpinan diri atau self leadership menurut Manz et al., dalam Muckhtar dan Lubis (2012) mendeskripsikan proses mempengaruhi diri sendiri melalui suatu tindakan yang mampu dilakukan orang tersebut dan mencapai suatu arah diri serta motivasi diri yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Self leadership diartikan sebagai pemahaman dalam mempengaruhi diri yang cenderung mengarahkan seseorang terhadap tindakan dalam melakukan pekerjaan yang memotivasi secara alami. Hal ini juga dapat diartikan sebagai usaha mengarahkan seseorang untuk melakukan pekerjaan yang tidak diinginkan namun harus dikerjakan (Tabak et al., 2011).

(30)

dan strategi pola berpikir konstruktif (constructive thought pattern strategies). (Manz dan Neck, 2004).

Sedangkan menurut Mc Shane &Von Glinow (2003), self leadership meliputi latihan mental (mental practice), merancang penghargaan pribadi (designing natural rewards), pengawasan diri (self monitoring), penguatan diri (self reinforcement) dan isyarat pribadi (self cueing). Dari definisi-definisi di atas maka dapat dikatakan bahwa self leadership merupakan proses mempengaruhi diri sendiri dengan memotivasi diri untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dolbier et al., (2001) dalam hasil penelitiannya mengatakan bahwa self leadership secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap kesehatan seseorang karena seorang wirausaha yang memiliki self leadership cenderung mengalami tingkat tekanan yang dimiliki dalam pekerjaan cenderung dapat diatasi.

(31)

setelah ia melakukan „positive self talk’ (mampu menyemangati diri sendiri) dan „mental imagery’(gambar diri).

Pada positive self talk mengacu kepada suatu situasi ketika wirausaha berbicara pada dirinya sendiri mengenai pemikiran-pemikiran atau tindakan-tindakan yang dilakukannya. Beberapa dari komunikasi internal yang dilakukan akan membantu proses pengambilan keputusan, seperti menimbang keuntungan suatu pilihan tertentu (Mc Shane & Von Glinow, 2003).

Tahapan selanjutnya pada self leadership(kepemimpinan diri) adalah self monitoring (pemantauan diri). Self monitoring adalah proses agar diri dapat memantau kemajuan dari suatu pekerjaan. Self monitoring meliputi pengawasan secara regular, perencanaan serta umpan balik. Orang yang membuat umpan balik terhadap tugasnya lebih baik daripada umpan balik yang dibuat oleh orang lain (Mc Shane & Von Glinow, 2003).

(32)

melakukan hal yang lebih menyenangkan seperti berjalan-jalan sejenak untuk menenangkan pikiran ( Mc Shane & Von Glinow, 2003).

b) Dimensi Self Leadership

Secara umum strategi self leadership dibagi menjadi tiga kategori besar (Houghton dan Neck, 2002) yaitu:

a. Behavior focus strategy

Tindakan yang dilakukan diinginkan yang berdampak positif yang mengarah pada keberhasilan, serta menekan perilaku negatif yang dapat mengarah pada kegagalan. Behavior focus strategies (strategi perilaku fokus) bertujuan untuk meningkatkan kesadaran diri, menuntun pada pengaturan perilaku termasuk untuk tugas-tugas yang tidak disenangi oleh wirausaha itu sendiri. Behavior focus strategy (strategi perilaku fokus) terbagi menjadi:

- Visualizing successful performance (membayangkan kesuksesan) - Self talk (komunikasi pada diri sendiri)

- Self goal setting(penentuan tujuan pribadi)

Penentuan tujuan pribadi yang mengarah pada peningkatan kinerja. b. Natural focus strategy

(33)

musik, dan sebagainya. Natural focus strategy (strategi fokus alami) dibagi atas:

- Self reward (penghargaan diri)

Tindakan yang dilakukan seorang wirausaha ketika mencapai tujuan yang ditetapkannya, misalnya dengan memberikan hadiah bagi dirinya sendiri. - Self punishment (hukuman diri)

Hukuman yang diberikan bisa dengan tidak melakukan hal yang disenangi jika tujuan tidak tercapai sesuai harapan atau hasil pekerjaan tidak baik. - Natural reward (penghargaan alami)

Penguatan dengan memberikan hadiah kecil pada diri sendiri, misalnya dengan pergi dengan teman atau yang lainnya.

c. Construction tought pattern (konstruksi pola pikir) - Self observation (pengamatan sendiri)

Perilaku seseorang yang dapat mengarah pada kesadaran kapan dan mengapa seorang wirausaha melakukan suatu perilaku tertentu.

- Evaluating belief and assumptions (evaluasi keyakinan dan anggapan) - Self cueing (isyarat sendiri)

(34)

a) Pengertian Self Efficacy

Bandura dalam Muhdiyanto (2013) mendefiniskan self efficacy sebagai keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Bandura dan Woods menjelaskan bahwa self efficacy mengacu pada keyakinan akan kemampuan individu untuk menggerakkan motivasi, kemampuan kognitif, dan tindakan yang diperlukan untuk untuk memenuhi tuntutan situasi. Bandura dalam Punnet et al., juga menyatakan bahwa self efficacy merupakan keyakinan memiliki kemampuan untuk menunjukkan keberhasilan di area tertentu. Hal ini dibuktikan bahwa motivasi dan keberhasilan ditentukan oleh seberapa efektif seseorang percaya bahwa mereka bisa. Seseorang yang memiliki nilai self efficacy yang tinggi cenderung untuk mencoba lebih keras untuk menguasai tantangan dalam situasi sulit, menunjukkan kegigihan dalam menghadapi hambatan, menanggapi umpan negatif dengan meningkatkan usaha dan motivasi, menentukan lebih banyak tujuan yang menantang, dan bekerja lebih keras dan lebih panjang untuk mencapainya. Self efficacy telah terbukti untuk memprediksi efektifitas penggunaan strategi dalam pembuatan keputusan manajerial (Wood et al., dalam Punnet et al., 2007).

(35)

tercapai atau tidaknya tujuan yang sudah ditetapkan. Maka, berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dikatakan bahwa self efficacy merupakan keyakinan diri seseorang terhadap kemampuan atau kompetensi dirinya dalam melakukan tugas yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Bandura et al., (2010), berpendapat bahwa keyakinan keberhasilan seseorang memediasi pola-pola pikir berikutnya, respon kreatif, dan tindakan, bahwa self efficacy berhubungan positif dengan pola motivasi yang positif. Secara langsung self efficacy dapat berpengaruh pada:

1. Pola pemikiran

Self efficacy mempengaruhi perkataan pada diri wirausaha.

2. Pemilihan perilaku

Keputusan seorang wirausaha didasarkan pada efikasi yang dirasakan terhadap pilihannya, misalnya pada usaha yang dijalankan.

3. Usaha motivasi

Seorang wirausaha yang memiliki self efficacy tinggi cenderung mencoba lebih keras dan berusaha melakukan tugasnya dengan baik.

(36)

Wirausaha yang memiliki self efficacy tinggi cenderung akan bangkit dan bertahan ketika menghadapi kegagalan, sedangkan wirausaha dengan tingkat self efficacy lebih rendah cenderung menyerah pada tantangan dan resiko.

5. Daya tahan terhadap stres

Seorang wirausaha yang memiliki self efficacy yang lebih tinggi cenderung memiliki tingkat stres yang lebih rendah pada kegagalan. Sedangkan wirausaha yang memiliki self efficacy yang rendah cenderung mengalami stres dan perasaan mudah gagal.

b) Sumber Self Efficacy

Self efficacy yang dimiliki oleh wirausaha dapat berasal dari dalam dirinya sendiri, namun dapat juga timbul karena lingkungan sekitarnya. Keyakinan akan self efficacy terbentuk dari empat prinsip utama (Bandura dalam Muhdiyanto, 2013) yaitu:

Enactive Mastery Experience (Pengalaman yang paling berkesan)

(37)

tantangan yang besar, maka di masa yang akan datang jika ia mengalami keadaan yang kurang lebih sama, maka wirausaha tersebut akan lebih optimis menyelesaikan tugas barunya tersebut.

Vicarious Experience (Pengalaman orang lain)

Vicarious experience (pengalaman orang lain) ialah tipe self efficacy yang dipengaruhi oleh pengalaman orang lain. Contohnya ialah seorang wirausaha yang mengamati wirausaha lain yang memiliki kemampuan yang hampir sama dengannya mampu berhasil menyelesaikan tantangannya, maka hal tersebut dapat meningkatkan self efficacy wirausaha tersebut. Tipe ini didukung oleh teori yang disampaikan oleh Bandura dalam Kawuryan (2007) yang mengatakan bahwa dampak dari perceived self efficacy cukup kuat, yaitu dengan mempersepsikan kesamaan dengan model atau orang yang menjadi contoh.

Social Persuassion (Pengaruh sosial)

(38)

bahwa ia tidak memiliki kemampuan yang cukup cenderung akan menghindari aktivitas yang menantang yang dapat menggali potensi sebenarnya dari dirinya, dan lebih mudah menyerah.

Phisicological And Affective State (Psikologi dan kecenderungan)

Dalam menilai kemampuannya wirausaha percaya bahwa informasi somatis didapat melalui kondisi psikologis dan emosi. Pada prinsip ini kondiri perasaan wirausah muda juga mempengaruhi self efficacy yang dimilikinya. Fisiologis sebagai indikator dari self efficacy memiliki peran utama dalam fungsi kesehatan dan aktivitas yang membutuhkan stamina dan kekuatan (Bandura dalam Kawuryan, 2007).

c) Dimensi Self Efficacy

(39)

(entrepreneurial self efficacy). Penelitian tersebut berpendapat bahwa seseorang dengan self efficacy yang lebih tinggi mampu mengevaluasi peluang berwirausaha lebih baik dan mampu melihat hasil yang lebih positif.

Skala kedua yang digunakan adalah self evaluation capability (kemampuan mengevaluasi diri), skala ini dikembangkan oleh De Noble et al., (1991) pada sebuah penelitian terhadap 272 mahasiswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diindikasikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara pemikiran self efficacy (resiko dan kemampuan mengatasi keadaan yang tidak terduga, inovasi dan pengembangan produk, kemampuan hubungan dan jaringan, kemampuan untuk melihat peluang, kemampuan untuk menemukan sumber daya, kemampuan untuk mengembangkan dan memelihara lingkungan bisnis yang inovatif) dan keinginan berwirausaha.

Dari kedua skala tersebut ditemukan enam dimensi utama pemikiran self efficacy. Dimensi-dimensi tersebut adalah keyakinan pada kemampuan mengembangkan produk baru dan peluang pasar, keyakinan untuk dapat mengatasi tantangan yang tidak terduga, keyakinan untuk dapat mengembangkan sumber daya yang ada, keyakinan untuk dapat mendefinisikan tujuan inti, keyakinan pada kemampuan membangun lingkungan yang inovatif, keyakinan pada kemampuan membangun hubungan dengan investor.

d) Self Efficacy Dan Keberhasilan Wirausaha

(40)

dan Hacket dalam Indarti dan Rostiani, 2008). Penelitian menunjukkan bahwa perilaku yang diharapkan dari seseorang tidak cukup bernilai untuk mendapatkan umpan balik yang positif. Ketika seseorang memiliki kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan memiliki kompetensi sosial yaitu dengan memiliki empati kepada orang lain biasanya orang ini cenderung akan bekerja keras dengan didasarkan pada kehati-hatian. Keberhasilan peluang menyelesaikan tugas akan semakin besar jika diikuti dengan self efficacy yang tinggi (Muhdiyanto, 2013). Seseorang dengan self efficacy tinggi lebih befokus pada peluang yang lebih baik dan melihat tantangan sebagai sesuatu yang harus diatasi.

2.2 Penelitian Terdahulu

Variabel efikasi diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan

usaha. Namun variabel motivasi

member pengaruh negatif yang

signifikan terhadap keberhasilan usaha. Dari nilai keofisien beta yaitu sebesar 3.028 maka faktor yang paling dominan mempengaruhi keberhasilan usaha ialah efikasi diri.

(41)

(2013) Penggunaan

Bandung telah merasakan manfaat smartphone dalam mendukung bisnisnya. Pengusaha muda dengan usia di bawah 2 tahun sudah cukup banyak,

ini menunjukkan bahwa adanya

kesadaran untuk menciptakan lapangan kerja sendiri tanpa bergantung kepada orang lain terus-menerus.

Sikap, norma subjektif, dan openness to experience berpengaruh positif dan

signifikan terhadap niat menjdi

entrepreneur.

Sebaliknya, self efficacy tidak signifikan terhadap niat menjadi entrepreneur.

Motivasi dan self efficacy berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha dengan nilai siginfikansi dari motivasi (X1) 0.000 dan variabel self efficacy

(Y) control (X4) memiliki signifikansi 0.983

dan 0.473 di mana nilainya lebih besar dari α=0.05, variabel internal locus of control (X3) dan external locus of control (X4) tidak memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap minat

(42)

5. Indarti dan

Variabel-variabel yang berhubungan dengan kepribadian, instrument, dan

demografi sama-sama menentukan

intensi kewirausahaan secara signifikan, namun hanya mampu menjelaskan sebesar 28,2% untuk Indonesia, 14,2%

Perempuan profesional sukses dinilai tinggi pada perlunya prestasi, lokus internal kontrol, dan keyakinan diri

sendiri dibandingkan melakukan

perbandingan kelompok pelajar.

Bertentangan dengan yang diharapkan, pembimbingan tidak diartikan sebagai

sesuatu yang signifikan dalam

pencapaian kesuksesan. Tetapi

dukungan keluargalah yang dipandang penting. Dalam variabel budaya, wanita yang sukses dan kelompok pelajar pembanding dinilai sama. Persamaan dan perbedaan di antara tiga negara

termasuk dalam cakupan diskusi

penelitian tersebut.

Tema yang muncul menunjukkan bahwa sifat dari hubungan antara mentor dan

wirausaha muda yang dimentori

dipengaruhi pada tiga fase penting, permulaan, pertengahan dan akhir. Mentor harus menggunakan pendekatan

terhadap wirausaha tang dapat

mengurangi ketergantungan dan

(43)

8. Dolbier,

Self leadership secara positif berpengaruh terhadap hasil kesehatan dan berhubungan terhadap tingkat stres pada pekerjaan.

Self leadership berpengaruh positif terhadap hasil kerja atas anggapan kepuasan kerja, komunikasi organisasi, kualitas manajemen, hubungan dengan pimpinan, dan budaya kelompok.

Sumber: Data Diolah

2.3 Kerangka Konseptual

Self leadership adalah proses mempengaruhi diri sendiri. Sifat yang dipengaruhi oleh self leadership berupa konfidensi diri, ketegasan, resiliensi, energi, kebutuhan akan prestasi, kemauan memikul tanggungjawab, fleksibilitas dan maturitas emosional(Manz, 1992). Faktor kepemimpinan (leadership) menjadi salah satu syarat untuk menjadikan sebuah usaha berkembang menjadi usaha usaha yang luar biasa. Ticky dalam Situmorang (2011:82) mengatakan bahwa setua apapun suatu bisnis, seorang pemimpin yang bertumbuh akan tetap melihatnya sebagai bisnis yang bertumbuh. Pemimpin tersebut tidak mengenal batas pertumbuhan. Dan ketika melihat suatu peluang dengan cepat pemimpin ini akan melihat resiko yang ada, mengembangkan keahliah dan berkompetisi untuk mengeksplorasi peluang tersebut untuk berinovasi. Pemimpin yang memiliki self leadership yang tinggi akan senantiasa belajar dan mencari cara bagaimana agar usaha yang dimiliki dapat semakin bertumbuh dan berkembang.

(44)

berjiwa wirausaha yang memiliki self efficacy tinggi percaya bahwa mereka mampu melakukan sesuatu dengan mengubah kejadian-kejadian di sekitarnya. Di sisi lain, seseorang yang memiliki self efficacy rendah cenderung menganggap bahwa mereka tidak mampu untuk melakukan sesuatu yang dapat memberikan dampak positif bagi sekitarnya, hal ini dapat dipengaruhi oleh kurangnya rasa percaya diri. Hal ini mengakibatkan seseorang dengan self efficacy rendah cenderung mudah menyerah, sedangkan orang dengan self efficacy tinggi akan berusaha keras untuk menyelesaikan tantangan yang ada. Fakta membuktikan bahwa motivasi dan dan keberhasilan ditentukan dari seberapa besar orang itu percaya bahwa mereka mampu.

Dibutuhkan kecerdasan wirausaha untuk mengkombinasikan dan mengolah self leadership dan self efficacy individu menjadi kekuatan pencapai keberhasilan. Namun jelas bahwa seseorang yang memiliki self leadership dan self efficacy merasa bahwa mereka mampu mencapai kesuksesan, dan hal ini ditunjukkan oleh adanya dorongan dan usaha untuk mendapatkan pencapaian yang lebih tinggi lagi dalam usaha yang mereka miliki (Punnett et al, 2007).

Berdasarkan landasan teori dan tinjauan pustaka yang ada, maka kerangka konseptual dari penelitian ini disajikan dalam gambar berikut ini :

H1

H2 Self Leadership (X1)

Self Efficacy (X2)

(45)

Gambar 2.1: Kerangka Konseptual

Sumber : Manz (1992); Ticky dalam Situmorang (2011); Baron dan Byrne (1991); Punnett et al., (2007)

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap rumusan masalah dalam penelitian. Rumusan masalah pada penelitian dinyatakan dalam bentuk pertanyaan (Sugiyono, 2008:93). Hipotesis dalam penelitian ini adalah self leadership dan self efficacy berpengaruh positif terhadap keberhasilan usaha (studi kasus pada wirausaha muda yang menggunakan social mediasebagai media pemasaran usaha).

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2008:5). Dalam penelitian ini variabel yang dihubungkan adalah self leadership (X1), self efficacy

(X2) terhadap keberhasilan usaha (Y).

(46)

Penelitian ini dilakukan melalui media internet untuk penyebaran kuesionernya. Waktu penelitian ini dimulai dari Juni sampai dengan September 2014.

3.3 Batasan Operasional

Variabel bebas (independent variable) adalah variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah self leadership (X1) dan self efficacy (X2). Variabel terikat

(dependent variable), adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas. Yang menjadi variabel terikat adalah keberhasilan usaha (Y).

3.4 Defenisi Operasional

Pada penelitian ini variabel yang dioperasionalkan adalah semua variabel-variabel yang yang termasuk dalam hipotesis. Untuk memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian, maka perlu pendefinisian variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu sebagai berikut:

1. Self Leadership

(47)

strategies (strategi penghargaan alami), constructive thought pattern strategies (strategi pola pikir konstruktif).

2. Self Efficacy

Self efficacy merupakan keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Dimensi dalam self efficacy ialah keyakinan mampu mengembangkan produk baru dan peluang pasar, keyakinan untuk dapat mengatasi tantangan yang tidak terduga, keyakinan untuk dapat mengembangkan sumber daya yang ada, keyakinan untuk dapat mendefinisikan tujuan inti, keyakinan pada kemampuan untuk dapat membangun lingkungan yang inovatif, dan keyakinan pada kemampuan membangun hubungan dengan investor.

3. Keberhasilan Usaha

Keberhasilan merupakan suatu keadaan yang menggambarkan keadaan yang lebih baik dari keadaan yang sebelumnya. Dimensi keberhasilan usaha ialah pertumbuhan pendapatan (revenue growth), pelanggan, pelayanan, dan tingkat kepuasan pelanggan.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Defenisi Dimensi Indikator Skala

Self Leadership

- Self talk (memotivasi diri)

- Self goal setting (menentukan tujuan pribadi)

(48)

- Natural reward

- Self reward(penghargaan diri) - Self punishment(hukuman pribadi)

-Focusing thoughts on natural rewards (pemusatan pikiran pada penghargaan pribadi)

- Self observation (pengamatan pribadi) - Self correcting feedback (pemeriksaan

umpan balik diri)

-Self cueing(isyarat sendiri)

-Evaluating beliefs and assumptions (evaluasi keyakinan dan anggapan) produk (I can discover new ways to improve existing product).

- Keyakinan dapat menyelesaikan masalah usaha (I can design products that solve current problems). - Keyakinan dapat mewujudkan

keinginan konsumen yang belum terpenuhi (I can create products that fulfill customers unmeet needs). - Keyakinan untuk dapat melihat

peluang baru (I can see new market opportunities for new products and services).

- Keyakinan mampu melihat potensi baru (I can identify new areas for potential growth).

- Keyakinan mampu mentolerir perubahan yang tidak terduga (I can tolerate unexpected changes in business conditions).

- Keyakinan mampu bekerja secara produktif di bawah tekanan (I can work productively under continuous stress, pressure and conflict). - Keyakinan mampu mentolerir

kerancuan (I can tolerate ambiguitics).

- Keyakinan mampu bertahan dalam kesulitan berwirausaha (I can persist I the face of adversity).

- Keyakinan dapat bereaksi cepat dengan perubahan yang tidak terduga ( I can react quickly to unexpected change and failure).

- Keyakinan dapat mempertahankan tampilan yang positif (I can maintain a positive look despite setbacks and negative feedback from naysayers).

(49)

Variabel Defenisi

- Keyakinan dapat mengenali dan

membangun tim manajemen (I can

identify and build management teams). - Keyakinan mampu mempekerjakan

dan melatih karyawan kunci (I can recruit and train key eployees). - Keyakinan mampu menemukan

keahlian lai (I can tap the expertise of others).

- Keyakinan dapat focus pada tuntutan usaha (I can focus on the demands of the business despite the inevitables

conflict between one’s personal and

professional life).

- Keyakinan dapat mengartikulasi visi dan nilai usaha (I can articulate vision and values of the organization). - Kepercayaan mampu menginspirasi

orang lain untuk merangkul visi dan

Indikator

nilai usaha (I can inspire others to embrace vision and values of thecompany).

- Keyakinan dapat menyusun serangkaian tindakan dalam memanfaatkan peluang bagi

wirausaha (I can formulate a set of the actions in persuit of oppurtunities). - Keyakinan untuk dapat meyakinkan

orang lain untuk menerima pandangan saya (I can persuade others to accept my view point).

- Keyakinan untuk mampu

menyakinkan orang lain mengejar visi saya (I can convience other to join with me in pursuit of my vision). - Keyakinan mampu mengelola proses

negosiasi untuk mendapatkan hasil

yang menguntungkan bagi usaha (I

can manage the negotiation process to obtain outcomes favorable to me).

- Keyakinan dapat mengembangkan lingkungan (I can develop a working environment that encourages people to try out something new).

- Keyakinan mampu menciptakan lingkungan kerja yang mendorong orang untuk mencoba sesuatu yang baru (I can create a working

environment that encourage people to try out something new).

(50)

Variabel Defenisi

- Keyakinan mampu

Dimensi

jawab terhadap ide-ide dan keputusan mereka, terlepas dari hasil (I can encourage people to take initiatives and responsibilities for their ideas and decisions, regardless of outcome). - Keyakinan saya dapat menumbuhkan

lingkungan kerja yang interaktid di tempat usaha (I can foster an interactive working environment). - Keyakinan dapat membangun

hubungan kerja dengan orang lain (I can form partner or alliance relationship with others).

- Keyakinan bahwa saya dapat membangun hubungan dengan pihak usaha (I can develop relationships with key people who are connected to capital sources).

- Keyakinan dapat mengembangan dan memelihara hubungan dengan calon pemberi modal (I can develop and maintain favorable relationships with potential investors).

Keyakinan dapat mengidentifikasi sumber pendanaan yang potensial bagi usaha (I can identify potentiall sources of founding for investment).

- Produk yang bekualitas

- Harga yang sesuai dengan kualitas

- Pertumbuhan pendapatan (Revenue

Growth).

- Kebutuhan modal meningkat.

- Terjadi peningkatan omset minimal

10% per semester.

- Jumlah pelanggan meningkat.

- Terdapat beberapa alternatif cara pemesanan produk/jasa yang ditawarkan.

- Ada kepuasan untuk dapat melayani

pelanggan.

- Jumlah pelanggan meningkat.

- Bertanggung jawab jika ada keruskan barang ketika sampai di pelanggan.

- Memastikan barang sampai dalam

kondisi baik.

- Terjadi pembelian ulang.

- Tanggapan yang baik dari pelanggan.

(51)

pelanggan - Pelanggan memberikan testimonial. Sumber: Anoraga dan Retno (2011), data diolah

3.5 Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel bebas dan variabel terikat pada penelitian ini menggunakan skala numerik. Skala ini menggunakan dua kutub ekstrim yaitu positif dan negatif. Skala numerik merupakan variasi dari skala diferensial semantik. Di mana skala ini digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh seseorang, dan data yang diperoleh ialah data interval (Sugiyono, 2008:138).

Pernyataan:

Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 Sangat Setuju

Responden yang memberikan penilaian dengan angka 5 berarti memiliki persepsi yang sangat positif, sedangkan jika memberikan jawaban pada angka 3 berarti netral, dan jika memberi jawaban pada angka 1 maka persepsi responden terhadap pernyataan yang diajukan sangat negatif.

3.6 Populasi dan Sampel a) Populasi

(52)

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:115). Pada penelitian ini tidak diketahui berapa jumlah populasi yang ada. Dari 10 orang yang ditemui diasumsikan bahwa terdapat 1 orang wirausaha muda yang menggunakan social media sebagai media pemasarannya dan telah memiliki usaha paling sedikit 2 tahun dengan pertumbuhan omset minimal 10% per semester. Oleh karena itu populasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah wirausaha muda yang menggunakan media sosial sebagai sarana pemasaran usaha dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Media sosial yang dipakai misalnya instagram, facebook, twitter, pinterest, atau yang lainnya.

b) Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008:116). Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Sampel yang diambil untuk penelitian ini ialah wirausaha muda yang mengunakan social media sebagai sarana pemasaran usahanya, telah berdiri minimal 2 tahun dengan pertumbuhan omset paling sedikit 10% per semester.

(53)

pengambilan sampel di mana responden pertama dipilih dengan metode probabilitas, kemudian responden selanjutnya diperoleh dari informasi atau usulan yang diberikan oleh responden yang pertama. Begitu juga untuk responden-responden selanjutnya, sampai jumlah yang ditentukan telah tepenuhi. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini ialah wirausaha muda yang menggunakan social media sebagai media pemasaran usahanya, memiliki lama usaha minimal 2 tahun dengan pertumbuhan omset paling sedikit 10% per semester.

Penentuan jumlah sampel menggunakan pendekatan Isac Michel untuk populasi yang tidak diketahui jumlah (Siregar, 2011:149), dengan rumus sebagai berikut:

n=

di mana:

n : jumlah sampel

Z : tingkat kepercayaan/signifikansi, dengan nilai Z sebesar 1,64

p : proporsi populasi

q : 1-p

e : margin of error

(54)

dan telah memiliki usaha paling sedikit 2 tahun dengan pertumbuhan omset paling sedikit 10% per semester. Maka jumlah sampel yang diambil sebesar:

n=

n=

n=

n= 96,8 dibulatkan menjadi 97 orang

di mana:

p:

= 10%

q: 1-p = 1-0,10= 0,9

e: margin of error sebesar 5%

a. Jenis Data

Data digunakan sebagai acuan yang objektif dalam proses pembuatan keputusan untuk memecahkan suatu masalah oleh pengambil keputusan. Peneliti menggunakan dua (2) jenis data dalam melakukan penelitian untuk mwmbantu memecahkan masalah, yaitu:

(55)

Penelitian ini digunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh perorangan atau organisasi secara langsung dari objek yang diteliti, diolah dan digunakan untuk kepentingan studi yang bersangkutan (Situmorang dan Lufti, 2012:3). Data primer diperoleh dengan menyebarkan link kuisioner yang dibagikan kepada wirausaha muda yang menggunakan social media sebagai sarana pemasaran usaha. Pembuatan kuesioner online ini menggunakan doc.google.com.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui perantara (individu atau organisasi) yang telah diolah oleh isntansi atau individu tersebut dan dapat dimanfaatkan dalam suatu penelitian tertentu (Situmorang dan Lutfi, 2012:3). Data sekunder pada penelitin ini yaitu literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang terdapat pada penelitian ini.

b. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu: 1. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberikan daftar pertanyaan atau pernyataan yang diberikan secara langsung kepada responden untuk dijawab. Kuesioner dapat berupa pertanyaan terbuka atau tertutup.

(56)

Studi pustaka meruakan teknik pengumpulan data dengan cara meninjau, membaca, dan mempelajari berbagai macam buku, jurnal, maupun informasi yang diperoleh melalui media internet yang berhubungan dengan permasalahan yang terdapat pada penelitian (Sugiyono, 2008:422).

3.9 Uji Validitas dan Reabilitas

(57)

3.9.1 Uji Validitas

Situmorang dan Lufti (2012:75) berpendapat bahwa instrumen yang valid harus memiliki validitas internal dan eksternal. Suatu instrumen memiliki validitas internal jika kriteria pada intrumen dapat mencerminkan apa yang hendak diukur.

Validitas terbagi atas tiga (3) jenis, yaitu validitas konstruk, validitas isi, dan validitas eksternal. Konstruk merupakan kerangka suatu konsep. Suatu konstruk memiliki validitas jika terdapat konsistensi antara komponen-komponen konstruk yang saatu dengan yang lainnya. Apabila tidak semua komponen memiliki konsistensi antara satu dan yang lainnya, maka komponen yang tidak konsisten tersebut bukan merupakan komponen yang valid dari suatu konsep. Validitas isi suatu pengukur dapat dilihat dari sejauh mana isi alat pengukur dapat mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep. Validitas konstruk dan validitas isi dapat diuji dengan menggunakan bantuan kisi-kisi instrument atau matrik pengembangan instrument, di mana dalam kisi-kisi tersebut terdapat variabel yang diteliti, indikato sebagai tolok ukur dan nomor butir pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator.

(58)

bahwa bila korelasi positif dan r ≥ 0.3 maka butir instrument dapat dinyatakan valid. Namun, jika menggunakan teknik alpha dalam SPSS untuk melihat validitas eksternal, maka nilai Corrected Item-Total Correlation dibandingkan dengan r tabel

adalah sebagai berikut:

Jika r hitung>r tabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan valid.

Jika rhitung<rtabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid.

Misalnya untuk sampel berjumlah 30, maka r tabel sebesar 0.361. Untuk itu

nilai r hitung pada Corrected Item-Total Correlation dibandingkan dengan tabel r

(0.361), jika nilai Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari 0.361, maka butir pernyataan dinyatakan valid. Jika Corrected Item-Total Correlation lebih kecil dari 0.361 maka butir pernyataan dinyatakan tidak valid.

(59)
(60)

VAR00031 249.0333 625.964 .597 .970

(61)

gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten. Suatu alat pengukur dikatakan memiliki reabilitas yang tinggi tau dapat dipercaya jika alat ukur tersebut stabil, sehingga dapat diandalkan (dependability) dan dapat diramalkan (predictability).

Semakin kecil tingkat kesalahan pengukuran, maka alat pengukur tersebut semakin reliabel. Semakin besar tingkat kesalahan pengukuran, maka semakin tidak reliabel. Besar kecilnya kesalahan pengukuran dapat dilihat antara lain dari indeks korelasi antara hasil pengukuran pertama dan kedua. Jika angka korelasi (r) dikuadratkan, maka hasil kuadrat ini disebut dengan koefisien determinasi (coefficient determination). Semakin tinggi angka korelasi, maka kesalahan pengukurannya semakin rendah.

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan yaitu terdapat hubungan yang positif antara self efficacy siswa dengan kemampuan literasi kimia

Hasil yang diperoleh dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara self efficacy dengan intensi berwirausaha pada siswa kelas

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah disampaikan, maka dapat dibuat kesimpulan bahwa: (1) Self-efficacy memiliki hubungan signifikan dengan kemampuan pemecahan masalah

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keberfungsian keluarga dengan parenting

Hasil penelitian menunjukan bahwa transformational leadership memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap ERP self-efficacy dan ERP system usage pada

Hasil analisis uji koefisien kolerasi untuk variabel efikasi diri (self- efficacy) dan kompetensi profesional memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan

Hasil uji hipotesis ketiga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara self efficacy dan motivasi belajar dengan hasil belajar matematika siswa kelas XI IPS

Hipotesis 2, terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel Self Efficacy X2 terhadap variabel Minat Berwirausaha Y Berdasarkan hasil pengujian Hipotesis untuk variabel Self