• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSPECTIVE MARKET. Wealth Management Newsletter September 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSPECTIVE MARKET. Wealth Management Newsletter September 2017"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Wealth Management Newsletter | September 2017

PERSPECTIVE

The Effort to Boost Growth

Pemerintah bersama instansi terkait terus berupaya menstimulus pertumbuhan ekonomi menuju level yang diinginkan, salah satunya dengan pelonggaran kebijakan moneter dan penurunan suku bunga.

(2)

Terima kasih atas kepercayaan Anda menjadi Nasabah setia Commonwealth Bank. Pada edisi Market Perspective e-Newsletter kali ini Kami membahas mengenai pergerakan pasar keuangan baik pasar saham maupun obligasi sepanjang bulan Agustus 2017 serta membahas mengenai usaha yang terus dilakukan pemerintah Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tahun ini.

Setelah pertumbuhan ekonomi kuartal dua rilis dengan angka yang relatif sama dengan kuartal sebelumnya sebesar 5,01% YoY, dinilai pertumbuhan tersebut masih cenderung rendah dibandingkan ekspektasi. Alhasil, pemerintah berusaha untuk mencari jalan keluar untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih cepat.

Keberhasilan pemerintah dalam menjaga inflasi di level rendah membuat Bank Indonesia secara mengejutkan memotong suku bunga acuan sebesar 25bps menjadi 4,5% pada pertemuan bulan Agustus. Dengan kepastian dari pemerintah akan tidak adanya kenaikan harga yang diatur pemerintah hingga akhir tahun ini dan tahun depan, membuat proyeksi inflasi ke depannya tetap rendah. Hal tersebut membuat Bank Indonesia dianggap masih memiliki ruang untuk melakukan pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut. Diharapkan dengan adanya pelonggaran moneter ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat dari sebelumnya. Selain itu, keputusan Bank Indonesia tersebut juga memberikan katalis positif bagi pasar saham maupun obligasi ke depannya, di tengah minimnya sentimen positif yang ada saat ini.

Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai strategi dan rekomendasi produk-produk investasi, Anda dapat menghubungi Relationship Manager Kami di cabang terdekat.

Rustini Dewi

(3)

Selama bulan Agustus lalu IHSG kembali menyentuh titik tertingginya di 5.915 ditopang oleh sentimen positif pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25bps.

Pada awal bulan IHSG dibuka di level 5.840, dengan valuasi yang tidak murah, serta minim sentimen positif yang dapat mendorong naik ke level yang lebih tinggi. Rilis GDP 2Q17 dimana ekonomi Indonesia tumbuh 5,01% YoY, yang tidak dapat dikatakan jelek, namun pelaku pasar mempertanyakan angka tersebut karena cenderung masih lesunya permintaan. Daya beli masyarakat menurun terutama kalangan menengah bawah, dampak dicabutnya subsidi listrik 900VA. Masih lesunya daya beli masyarakat terutama kalangan menengah bawah dan ditambah rendahnya inflasi memberikan kesempatan Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga pada Agustus lalu. Pemangkasan suku bunga sebesar 25bps menjadi katalis yang mendorong IHSG kembali naik mencetak rekor tertingginya di 5.915.

Sementara dari global, fokus pasar tetap pada risiko

balance sheet reduction The Fed dan nasib kelanjutan

QE Uni Eropa yang akan berakhir pada Desember 2017. Selain itu uji coba rudal Korea Utara yang melintasi Jepang membuat tensi geopolitik meningkat dan membuat investor menjadi risk off.

Hingga akhir Agustus IHSG naik +10,71% YTD, MSCI

World Index naik +11,91% YTD, dan MSCI Emerging Market Index naik +26,14% YTD. Sementara investor

asing hanya menyisakan Rp504 miliar dananya di pasar saham.

Yield Curve SBN Indeks Global Dalam Periode Uptrend

Sumber: Bloomberg

Sumber: Bloomberg

Pasar obligasi domestik bergerak positif pada bulan Agustus dengan mencatatkan total return +2,46% seperti tercermin pada kinerja BINDO Index. Begitu pula dengan kinerja INDON, tercermin pada total

return yang diperoleh BEMSID Index sebesar +1,52%. Yield SUN 10 tahun mencatatkan penurunan sebesar

-25,6bps yang menempatkan yield ke level terendah dalam tahun ini di 6,70%. Sementara yield INDON 10 tahun juga mencatatkan level terendah sepanjang tahun ini di level 3,47%, turun -17,9 bps dari akhir bulan Juli.

Salah satu pendorong penurunan yield SUN adalah masih tingginya minat investor asing terhadap obligasi pemerintah Indonesia, dimana investor asing membukukan net-buy sebesar Rp8,7 triliun sepanjang Agustus, lebih tinggi dari pencatatan bulan lalu dan periode yang sama tahun lalu.

Selain itu, pemotongan suku bunga acuan sebesar 25bps yang di lakukan Bank Indonesia pada RDG BI bulan Agustus menjadi 4,50% ikut mendorong penurunan yield lebih rendah hingga akhir bulan, dan ditopang oleh tren CDS Indonesia yang terus mengalami penurunan.

Dari global, meningkatnya krisis geopolitik akibat uji coba rudal oleh Korea Utara dan masih rendahnya inflasi yang terjadi di AS, membuat investor asing mengalihkan instrumen investasinya dalam bentuk obligasi dari pada saham.

EQUITY MARKET

(4)

Euro Zone GDP Growth & Inflation

Underline The Importance of Trade & Regulation

US & Greece Debt to GDP

Pernyataan Draghi memberikan sinyal bahwa kebijakan QE Uni Eropa yang akan berakhir pada Desember 2017 nanti dapat berlanjut walaupun dengan nominal yang lebih kecil. Pernyataan tersebut menurunkan risiko

capital outflow dari emerging market ke Uni Eropa

setidaknya dalam jangka pendek, seperti halnya ketika pada 2013 dana kembali ke AS dan mengakibatkan pasar emerging market terkoreksi.

Pemulihan ekonomi Uni Eropa sendiri telah menunjukkan tren yang cukup solid. Bahkan pertumbuhan ekonomi di 2017 ini mampu mencapai 2,3% pada 1H17. Namun pejabat ECB masih mengkhawatirkan tetap rendahnya inflasi di Uni Eropa sehingga mempertimbangkan tetap memberikan kelonggaran moneter dengan jangka waktu yang tidak terlalu panjang.

Sementara Janet Yellen pada Jackson Hole Symposium tidak memberikan pandangannya mengenai kebijakan moneter, namun lebih fokus pada pandangan memperkuat perdagangan global dan kerjasama perdagangan, seperti WTO, untuk memberikan kontribusi pada ekonomi global.

Senada dengan panelis lainnya, Yellen mengkhawatirkan rencana deregulasi dan proteksionisme yang dapat membahayakan kestabilan ekonomi global. Tanpa menyebutkan nama, Yellen menyatakan betapa besarnya dampak kerusakan ekonomi global pada krisis 2008, dan penting untuk saat ini menjaga kestabilan ekonomi. Menurutnya, dampak hilangnya pekerjaan di AS jauh lebih besar dikarenakan perkembangan teknologi daripada karena defisit perdagangan dengan China dan Mexico.

Sumber: Bloomberg diolah oleh Commonwealth

Sumber: Bloomberg

Jackson Hole Symposium Summary

Pada tanggal 24-26 Agustus lalu telah diadakan Jackson Hole Symposium, yang merupakan pertemuan para pejabat bank sentral AS dan pejabat finansial dunia. Topik dari simposium kali ini fokus membahas strategi untuk membuat ekonomi dunia menjadi lebih baik. Pandangan yang cukup inovatif dikemukakan oleh Profesor Universitas California, Alan Auerbach dan Yuriy Gorodnichenko, yang menurutnya pada saat ekonomi mengalami pelemahan/resesi langkah pemerintah yang seharusnya dilakukan adalah memberikan kebijakan stimulus fiskal, bahkan walaupun ketika suatu negara sudah memiliki rasio hutang yang tinggi.

Menurut para ekonom tersebut dengan memberikan kebijakan fiskal yang ekspansif pada saat ekonomi melemah justru akan membantu pemulihan ekonomi yang lebih cepat dan menurunkan rasio hutang negara. Kebijakan pengetatan fiskal pada saat krisis ekonomi global pada 2007-2009, karena kekhawatiran hutang menjadi terlalu besar, dipandang mengakibatkan pemulihan ekonomi berjalan lebih lambat dari seharusnya. Sebagai informasi, kebijakan pengetatan fiskal yang dimaksud dapat berupa penghematan belanja pemerintah, pengetatan aturan properti, menaikkan pajak, dsb. Sementara kebijakan pelonggaran atau ekspansi fiskal adalah kebalikannya, yang dapat berupa pemangkasan pajak, deregulasi, meningkatkan belanja pemerintah, dll.

Pemikiran ekspansi fiskal ini cukup menarik. Sebagai contoh ekstrem, apa yang akan terjadi jika kebijakan tersebut diterapkan pada Yunani, yang memiliki rasio hutang lebih dari 2x lipat AS, pada 2011 lalu. Akankah ekonomi Yunani sudah lebih baik saat ini?

GLOBAL MARKET

OUTLOOK

200% 150% 100% 50% 0% 77% 181% AS Yunani

(5)

Dengan ekonomi AS telah berada dalam trek pemulihan, terefleksi dari kenaikan laba bersih S&P500 sebesar 11%

YoY di 1H17 ini membuat isu normalisasi terus bergulir.

Pasar menantikan realisasi The Fed dalam menjalankan rencana pengurangan porsi obligasi pemerintah AS dalam balance sheet mereka. Aksi The Fed melepas porsi obligasi dalam jumlah besar merupakan peristiwa yang pertama dalam sejarah sehingga meningkatkan risiko ketidakpastian di pasar terhadap dampak yang diberikan.

Rilis data inflasi AS pada bulan Juli yang hanya 1,9%

YoY membuat pasar meyakini probabilitas The Fed untuk

kembali menaikkan FFR di bulan Desember menjadi kecil.

Pada bulan September Kongres AS akan membuka lagi pembahasan debt ceiling pemerintah AS. Presiden Trump mengancam akan menutup aktivitas pemerintahan AS apabila permintaan anggaran untuk membangun tembok perbatasan dengan Mexico tidak dipenuhi.

Setelah perundingan debt ceiling AS selesai, besar kemungkinan Kongres AS akan membahas rencana

tax reform yang merupakan agenda utama dari Donald

Trump. Walaupun hingga saat ini Pemerintah AS belum berhasil mengubah sistem Obamacare yang dapat membantu mengurangi pengeluaran Pemerintah AS, namun rencana tax reform tetap merupakan salah satu rencana utama Trump yang mendapat dukungan dari masyarakat AS.

Hingga akhir Agustus 2017 pasar ekuitas global dan

emerging market menunjukkan kenaikan yang cukup

signifikan didukung perbaikan data ekonomi dan US Volatility Index Still on Low Territory

The Fed & US Government Agenda

The Show Must Go On

Sumber: Bloomberg diolah oleh Commonwealth

perdagangan global. Volatilitas pasar juga relatif rendah walaupun masih tetap ada risiko ketidakpastian dari rencana normalisasi yield negara maju.

Konsensus telah sampai pada pemikiran bahwa ECB akan melakukan tapering di tahun depan karena ekonomi Eropa yang menguat dan mulai terbatasnya obligasi yang ada di pasar. Namun, ECB akan menghadapi tantangan dari nilai tukar euro yang terus menguat. Sikap Draghi yang tidak memberikan arahan membuat para analis sulit untuk menebak langkah ECB selanjutnya. Draghi tetap bersikap dovish pada pertemuan ECB terakhir, dengan alasan tidak akan terlalu terburu-buru untuk membahas tapering dan berdasarkan pengalaman masa lalu, para pengambil keputusan di ECB akan menemukan cara baru untuk mengatasi inflasi yang masih berada di bawah target. Namun pemikiran tersebut dianggap tidak bercermin pada kondisi ekonomi terakhir, dimana ekonomi Eropa semakin menguat dan pelaku pasar mengganggap ECB sudah kehabisan pilihan.

Pada pertemuan terakhir para pejabat ECB mengatakan akan membahas kebijakan ke depan pada “musim gugur”, namun tidak jelas apakah akan siap untuk mengumumkan pandangannya pada pertemuan September. Sementara, konsensus masih dalam pandangan bahwa tapering akan dimulai pada Januari tahun depan.

Jika program QE ECB berlanjut hingga 2018 dengan jumlah pembelian aset yang sama, kekhawatiran yang muncul adalah jumlah obligasi yang dapat diserap oleh ECB dengan besaran EUR60 miliar per bulan, karena ketersediaan obligasi saat ini di pasar dianggap sudah mulai menipis.

Remaining Europe Bond Universe

Sumber: Societe Generale

(based on data until end-June 2017 and monthly purchases of 40bn

as of 2018) Portugal Finland Spain Germany Netherland Austria Ireland France Italy Belgium

Jun-17 Feb-18 Oct-18 Jul-17 Mar-20 Jul-21 Feb-19

(6)

110 105 100 95 90 85 80 2005 20062007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 % target

Investasi Sebagai Growth Booster “Kerja Dulu Baru Belanja”

Pembahasan di media yang mengkhawatirkan defisit APBN yang membengkak hingga -2,9% terhadap PDB, mendekati batas maksimal -3,0% dari PDB, sedikit membuat misinterpretasi kepada masyarakat akan kondisi sesungguhnya dan memberikan kesan bahwa pemerintah berada dalam kondisi yang genting untuk menambah hutang. Sesungguhnya kondisi keuangan pemerintah di pertengahan tahun 2017 ini masih lebih baik dibanding pertengahan tahun 2016. Sepanjang semester pertama pemerintah berhasil meningkatkan pemasukan pajak menjadi 10,3% YoY. Berbeda dengan 1H16 lalu ketika pemerintah aktif merealisasikan belanja pemerintah, meskipun penerimaan negara masih jauh dari ekspektasi.

Setelah jelang setahun adanya pergantian Menteri Keuangan, maka pada 1H17 ini strategi pemerintah juga ikut berubah. Pada tahun 2017 ini, walaupun pemasukan pemerintah, terutama dari pajak, dapat dikatakan lebih baik dari tahun lalu, namun realisasi belanja pemerintah masih berjalan lambat. Seperti tradisi pemerintah dimana menjelang akhir tahun belanja pemerintah baru meningkat pesat. Sebagai catatan saja disetujuinya tax amnesty tahun lalu dapat dikatakan menjadi penyelamat APBN karena rendahnya penerimaan negara dari pajak.

Namun kekhawatiran akan lesunya permintaan dan peningkatan pemasukan pemerintah yang terbatas, seperti pembahasan Market Perspective pada bulan sebelumnya, yang menjadi perhatian dari pemerintah saat ini. Walaupun pertumbuhan ekonomi di 2Q17 mencapai 5,01% YoY namun para pelaku pasar melihat bisnis di 2017 ini cenderung lesu dan memandang pertumbuhan 5,01% tidak merefleksikan kondisi ekonomi yang sesungguhnya.

Sebagai solusi untuk mendorong ekonomi tumbuh lebih pesat Bank Indonesia berusaha membantu pemerintah dengan kembali melakukan pemangkasan suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate) sebesar 25bps pada RDG bulan Agustus. Selain itu pemerintah juga terus mendorong perbankan untuk menurunkan bunga kredit supaya dapat meningkatkan permintaan kredit.

Presiden Jokowi secara spesifik mengharapkan investasi menjadi andalan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi ke depannya. Jokowi berencana melakukan road show secara langsung untuk memastikan suksesnya pertumbuhan investasi. Melihat fokus Presiden, maka dapat dinantikan kembali keluarnya kebijakan-kebijakan deregulasi berupa paket ekonomi yang semakin memudahkan proses berinvestasi dari baik dari investor domestik dan luar negeri.

Walaupun pada 1H17 Indonesia hanya tumbuh 5,01%

YoY, namun peluang untuk tumbuh lebih tinggi di

semester kedua terbuka lebar karena pemerintah masih memiliki tiga strategi yang dapat digunakan.

Pertama, strategi pemerintah di 2017 ini cukup konservatif dengan memastikan pemasukan negara aman terlebih dahulu sebelum aktif merealisasikan belanja negara. Strategi ini mengakibatkan pertumbuhan belanja negara di 1H17 sangat rendah, hanya tumbuh 2,71% YoY di 1Q17, bahkan tumbuh negatif -1,93% di 2Q17. Namun bila berkaca pada 2016 dimana terjadi kebalikannya, maka di 2H17 ini belanja pemerintah dapat memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi antara 0,2-0,4% per kuartalnya

Investasi Sebagai Growth Booster

Realisasi Penerimaan Pajak dari Target Pemerintah

Sumber: Kontan

Sumber: Societe Generale, BPS

EQUITY MARKET

(7)

1Q16 2Q16 3Q16 4Q16 4.92 5.18 5.01 4.94 2.74 2.72 2.70 2.74 0.07 0.07 0.07 0.08 0.21 0.49 (0.25) (0.48) 1.50 1.33 1.35 1.62

Annual Growth Contribution (ppt) Time GrowthGDP ConsumptionPrivate

Expenditures Non-Profit Institutions Consumption Expenditure Government Expenditure Gross Fixed Capital Formation

Sumber: Mandiri Sekuritas, CEIC

Struktur Pendanaan Konsumen Untuk Properti

Kedua, didukung oleh rendahnya inflasi global dan keberhasilan pemerintah menjaga inflasi pangan, membuat Bank Indonesia memiliki ruang untuk melakukan pelonggaran moneter. Dengan inflasi berpotensi berada di bawah 4% pada 2017 ini membuat Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk melakukan pemangkasan sebanyak satu kali lagi. Dengan semakin dilonggarkannya kebijakan moneter diharapkan dapat menjadi booster yang meningkatkan konsumsi dan mendorong pengusaha semakin berani melakukan ekspansi.

Ketiga, selain pemangkasan suku bunga acuan 25bps, Bank Indonesia juga sedang mengkaji wacana penurunan down payment untuk pembelian properti dan kendaraan bermotor secara spasial. Kebijakan ini dirasa perlu bila mempertimbangkan sektor properti yang sampai saat ini merupakan salah satu sektor yang mengalami perlambatan. Suksesnya program tax

amnesty belum berhasil memberikan pengaruh pada

permintaan sektor properti seperti yang diharapkan. Dengan struktur pendanaan properti masyarakat Indonesia yang sebanyak 75% menggunakan KPR, maka kebijakan menurunkan down payment properti dapat memberikan pengaruh yang signifikan.

Rendahnya harga minyak tidak selalu berarti positif untuk Indonesia. Untuk masyarakat, dengan harga minyak yang tetap rendah tentu menguntungkan karena menurunkan biaya transportasi. Namun di sisi lain rendahnya harga minyak membuat pemasukan untuk pemerintah berkurang.

Ditambahkan fakta produksi minyak Indonesia saat ini lebih rendah dari masa keemasan di awal 90an, membuat pemasukan pemerintah dari sektor ini turun drastis.

Pemasukan pemerintah dari tax amnesty sebesar Rp135 triliun mampu meng-offset dampak penurunan pemasukan dari sektor migas. Sayangnya program

tax amnesty hanya dilakukan sekali, dan pemerintah

harus berpikir keras mencari sumber pemasukan lain untuk membiayai APBN yang terus meningkat.

Karena situasi pemerintah yang cukup sulit untuk menaikkan pemasukan sementara mengambil hutang dibatasi maksimal 3% dari PDB, membuat pemerintah kerap melontarkan ide-ide kebijakan pajak sehingga membuat masyarakat berada dalam ketidakpastian.

Pertumbuhan Harga Properti

Turunnya Pemasukan dari Sektor Migas Kontributor Pertumbuhan Ekonomi

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Pendapatan Pajak & Non Pajak Migas

Sumber: Societe Generale, BPS

Aksi yang dilakukan Bank Indonesia memangkas suku bunga mengejutkan para pelaku pasar. Hingga pada saat RDG BI dilaksanakan, 22 dari 28 ekonom yang disurvey Bloomberg mempunyai ekspektasi bahwa suku bunga acuan masih akan dipertahankan, sedangkan 6 ekonom sisanya memproyeksikan adanya pemotongan suku bunga sebanyak 25bps.

BOND MARKET

OUTLOOK

Expect Another Rate Cut Cash Installment

17,07%

Cash 7,39%

House Ownership Loan (KPR) 75,54% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% -(10.00) (20.00) (30.00) I II III IV I II

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2015

Average growth of sales for all building types Average growth of sales for the last 3 years

2014 14.20 4.02 5.06 3.61 4.16 2016 2017 350 280 210 140 70 0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Non-tax revenue Tax revenue

(8)

Sumber: Bloomberg

Yield Indonesia Masih Tetap Menarik?

Spread Yield SUN 10 Tahun vs Inflasi Adapun alasan Bank Indonesia memangkas suku

bunga acuannya adalah:

1. Inflasi. Rendahnya realisasi inflasi sepanjang tahun 2017 dan proyeksi inflasi 2018 yang tetap rendah membuka ruang Bank Indonesia untuk melakukan pelonggaran kebijakan. Kepastian tidak adanya kenaikan harga barang yang diatur pemerintah seperti BBM dan tarif listrik hingga akhir tahun ini dan rendahnya perkiraan inflasi pemerintah dalam RAPBN 2018 memberi kepercayaan diri Bank Indonesia untuk memotong suku bunga.

2. Fed Fund Rate. Dengan kenaikan inflasi AS yang masih berada di bawah ekspektasi The Fed, maka probabilitas kenaikan Fed Fund Rate yang lebih agresif pada tahun ini menjadi lebih rendah.

3. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih lambat. Realisasi pertumbuhan PDB Indonesia 2Q17 sebesar 5,01% yang relatif stagnan dibanding kuartal sebelumnya, membuat Bank Indonesia berinisiatif melakukan stimulus pelonggaran moneter. Diharapkan dengan pemotongan suku bunga acuan, suku bunga kredit juga akan turun dan memicu pertumbuhan penyaluran kredit perbankan.

Dengan alasan yang sama dan didukung oleh inflasi pada bulan Agustus yang mencatatkan deflasi -0,07% atau laju inflasi turun ke 3,82% dari 3,88% di Juli, membuat Bank Indonesia masih memiliki ruang menurunkan suku bunga ke depannya.

Selain itu meningkatnya cadangan devisa Indonesia saat ini ke level tertinggi dinilai dapat membendung dampak pelemahan rupiah jika suku bungan diturunkan lebih lanjut. Terbukti nilai tukar rupiah tetap stabil ketika Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan 6 kali pada tahun lalu.

Penurunan suku bunga acuan berarti positif untuk pasar obligasi. Namun sekarang pertanyaannya adalah apakah yield obligasi Indonesia masih menarik di mata investor?

Inflasi akan menjadi kunci arah pergerakan yield obligasi. Di tengah negara developed market berusaha

meningkatkan inflasi, Indonesia melakukan hal sebaliknya, yang berupaya mengendalikan inflasi agar tetap berada di level rendah.

Indonesia yang memiliki sejarah mempunyai inflasi yang tinggi, sedang merubah skenario untuk dapat mengendalikan inflasi di level yang rendah. Tujuannya adalah untuk menurunkan biaya hutang pemerintah yang dapat direfleksikan dengan tingkat yield obligasinya.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga akhir Agustus

spread antara yield SUN 10 tahun dengan inflasi

sebesar 2,87%, sementara rata-rata dalam lima tahun terakhir sebesar 2,19%. Artinya jika inflasi bertahan pada level saat ini yield SUN 10 tahun terbuka kemungkinan turun hingga 6,0%. Adapun jika mengacu pada angka konsensus inflasi Bloomberg sebesar 4,2% hingga akhir tahun, maka yield SUN dapat berada di level 6,4%.

Tingkat yield Indonesia saat ini masih menarik di hadapan investor asing terlihat dari masih tingginya

capital inflow ke obligasi pemerintah Indonesia

sepanjang tahun ini yang telah mencapai Rp119 triliun, dan sudah melebihi capital inflow sepanjang tahun 2016 sebesar Rp104 triliun.

Sebagai negara emerging market, India merupakan saingan utama Indonesia dari sisi real yield saat ini. India menawarkan real yield sebesar 4,1% dengan

capital inflow setara dengan Rp265 triliun sepanjang

(9)

Pembahasan debt ceiling AS pada bulan September ini dapat menciptakan ketidakpastian di pasar, terutama dengan tuntutan Trump akan budget pembangunan perbatasan dengan Mexico yang hingga saat ini tidak disetujui Kongres AS. Ancaman Trump untuk menutup pemerintahan AS bila permintaannya tidak dipenuhi, dapat memberi sentimen negatif ke pasar dan membuat yield obligasi AS melonjak tinggi.

Walaupun kemungkinan dihentikannya stimulus

Quantitative Easing di Uni Eropa dan disertai kecilnya

probabilitas kenaikan suku bunga dalam jangka pendek dan menengah, namun potensi tersebut tetap ada. Risiko dihentikannya stimulus moneter ECB akan membuat yield surat hutang Uni Eropa meningkat dan dapat ikut mengerek yield obligasi global termasuk Indonesia.

Rencana The Fed melakukan penyusutan balance

sheet-nya memberikan risiko baru bagi para investor

obligasi global. Tindakan melepas obligasi yang terlalu masif dapat menyebabkan kondisi over supply di pasar dan membuat yield meningkat sebelum kembali pada titik ekuilibrium.

Rencana Donald Trump untuk menaikkan tarif impor dan merenegosiasikan perjanjian perdagangan menciptakan ketidakpastian pada dunia usaha. Mengingat AS merupakan negara dengan ekonomi terbesar di dunia, maka kebijakan yang diambil dapat memberikan dampak signifikan pada negara lainnya. Janji Donald Trump untuk memangkas pajak korporasi dan individu disambut positif oleh masyarakat AS. Dampak dari pemangkasan pajak akan meningkatkan permintaan dan pada akhirnya meningkatkan inflasi melebihi inflasi rata-rata tahunan. Tingginya inflasi akan memaksa The Fed menaikkan suku bunga dan membuat harga obligasi berisiko terkoreksi.

Risiko capital outflow akan membayangi pasar keuangan di tahun ini. Harus diakui bahwa porsi kepemilikan investor asing di pasar saham maupun obligasi relatif besar. Dengan membaiknya kondisi ekonomi AS maka memperbesar tekanan outflow untuk keluar dari emerging market yang dapat memberikan tekanan baik di pasar saham maupun obligasi.

RISK

TO WATCH

Pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia merupakan katalis kuat yang mendorong IHSG untuk kembali mencetak rekor tertingginya. Bila melihat dari kondisi fundamental saat ini sesungguhnya IHSG menjadi kurang menarik karena memiliki valuasi yang tidak murah dan menunjukkan pertumbuhan laba bersih yang biasa saja. Besar kemungkinan faktor tersebut menjadi justifikasi investor asing untuk keluar dari IHSG dalam beberapa bulan terakhir. Namun dengan telah memasuki semester kedua maka pasar mulai memfokuskan bagaimana potensi pada tahun depan. Dengan pemerintah terus aktif melakukan pelonggaran moneter dan rencana deregulasi demi menaikkan pertumbuhan, maka ekuitas merupakan aset alokasi yang paling diuntungkan. Ditopang oleh selarasnya pemulihan ekonomi global, mengecilnya potensi kenaikkan suku bunga AS pada Desember, dan rencana Uni Eropa yang masih akan melanjutkan stimulus moneter dalam jangka menengah, maka ekuitas kembali menjadi pilihan investasi yang paling menarik dilihat dari potensi risk/return. Kami bullish pada ekuitas secara jangka menengah dan panjang, namun tetap memperhatikan risiko ketidakpastian jangka pendek dari ECB , The Fed, dan kebijakan pemerintah AS.

Hingga akhir tahun diperkirakan pasar obligasi masih akan menarik, ditopang oleh kemungkinan rendahnya inflasi hingga akhir tahun yang berada di bawah 4,0% dan adanya ruang untuk penurunan suku bunga acuan lebih lanjut. Dari global, inflasi AS yang masih lambat dari perkiraan awal dan belum mencapai target yang diinginkan The Fed, membuat probabilitas kenaikan FFR yang lebih agresif pada tahun ini semakin kecil. Selain itu di tengah kondisi geopolitik yang meningkat membuat investor akan lebih cenderung berinvestasi pada obligasi ketimbang saham. Namun perlu dicermati aksi-aksi bank sentral dunia terutama ECB dan The Fed terhadap kebijakan ke depannya.

Dengan adanya keputusan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia pada Agustus lalu, memberikan stimulus pada pasar saham maupun pasar obligasi, dengan demikian porsi kas dalam portofolio direkomendasikan untuk diturunkan untuk kembali berinvestasi ke instrumen saham maupun obligasi.

REKOMENDASI

(10)

Based on Risk Profile

Dynamic Model Portfolio

REKOMENDASI

(11)

Pada bulan September ini AUD bergerak fluktuatif dengan kecenderungan naik dalam range 0.7805 – 0.8125 seiring dengan positifnya data ekonomi Australia dan China serta kembali naiknya harga komoditi. Sektor tenaga kerja diestimasi kembali melemah di bulan September ini disertai dengan data pengangguran yang stabil di 5.6%. Secara keseluruhan momentum pertumbuhan ekonomi Australia masih cukup terjaga. Outlook suku bunga RBA untuk tahun 2018 akan ada kenaikan suku bunga sebanyak 3x. Untuk jangka waktu pendek AUD masih cenderung berpotensi kembali melemah terhadap

mata uang lainnya dikarenakan ketidaknyamanan RBA jika nilai tukar AUD terlalu mahal serta prospek kenaikan suku bunga US di bulan desember masih ada dan cukup menyita perhatian market. Fokus masalah geopolitik seperti ketegangan di semenanjung Korea juga membuat investor urung memburu aset beresiko seperti AUD. Diperkirakan AUD/USD akan cenderung bergerak dengan rentang 0.7850 – 0.8150 pada kurun waktu bulan September-Oktober 2017.

AUD/USD

Nilai tukar Euro terhadap USD berhasil menguat secara signifikan ke level tertinggi selama kurun waktu 2 tahun dengan range 1.1660 – 1.2090 di bulan Agustus-September ini, dipicu oleh statemen dari bank sentral Eropa ECB yang memberikan indikasi bahwa ECB akan memberikan rincian yang jelas mengenai kebijakan pengurangan pembelian asetnya di pertemuan Oktober.

Masalah-masalah geopolitik untuk jangka waktu menengah berpotensi memberikan sentiment positif untuk pergerakan EUR.

Untuk jangka menengah diperkirakan EUR/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.1800 – 1.2100 pada kurun waktu bulan September-Oktober 2017.

EUR/USD

Pergerakan USD/IDR hingga September 2017 mengalami depresiasi dengan range antara 13125 – 13382 Janet Yellen mensinyalkan secara konsisten bahwa Federal Reserve tidak akan terburu-buru dalam menaikkan suku bunga seiring laju inflasi masih berada di bawah target. Yellen memberikan statement bahwa perekonomian AS akan terus bertumbuh dalam beberapa tahun kedepan, memberikan ruang bagi bank sentral untuk terus mengetatkan kebijakan moneter, sambil memantau laju inflasi yang lambat. Penyerapan tenaga kerja yang berkurang, bertambahnya pengangguran dan turunnya pertumbuhan upah mengindikasikan pertumbuhan ekonomi yang agak melambat.

USD/IDR

Untuk kedepannya market akan kembali dengan fokus dengan masalah geopolitik yang berpotensi kembali memanas antara Korea Utara dan Amerika Serikat dimana sangsi baru berupa embargo minyak sudah diberikan oleh PBB dan untuk selanjutnya menunggu respon dari Korea Utara memberikan peluang untuk Investor untuk kembali melepas aset berisiko seperti IDR, Pertumbuhan ekonomi dirilis membaik di level 4% memberikan efek positif terhadap pergerakan IDR. Diperkirakan nilai tukar Rupiah akan berada di rentang 13,100 – 13,300, pada kisaran bulan September-Oktober ini.

ANALISA

VALAS

Tensi geopolitik makin memanas mendorong kenaikan permintaan terhadap aset safe-haven seperti emas, obligasi dan yen. Beberapa waktu belakangan ini Trump semakin fokus terhadap masalah geopolitik, fokus terhadap rencana stimulus fiskal diperkirakan berkurang, sehingga menekan ekspektasi pengetatan lanjutan oleh the Fed direspon oleh pasar dengan pelemahan dollar dan penurunan yield. Penurunan dollar dan yield tidak bisa tertahan karena inflasi AS Juli 17 dirilis tidak seoptimis ekspektasi market 1,7% berbanding 1,8%. Penyerapan tenaga kerja yang melambat, pertumbuhan upah yang lemah dan naiknya tingkat pengangguran menaikkan ekspetasi kenaikan suku bunga akan mundur sampai tahun 2018.

(12)

USD/JPY

*Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.

Entry Point Profit Taking Cut Loss

USD/IDR EUR/USD GBP/USD AUD/USD USD/JPY

RECOMMENDATION

JPY masih bergerak fluktuatif pada bulan Agustus ini dengan range 107.30 – 110.90 disebabkan oleh beberapa masalah geopolitik seperti ketidakpastian politik di US, masalah geopolitik antara US dan Korea Utara yang makin memanas setelah uji coba nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara dan sangsi yang diberikan oleh Dewan keamanan PBB terhadap Korea Utara membuat investor kembali memburu aset safe haven menyebabkan JPY kembali menguat ke level 107.30. BoJ juga memberikan indikasi akan tetap berkomitmen

menggunakan suku bunga dan pembelian aset sebagai alat kebijakan utama untuk menghidupkan kembali perekonomian menyebabkan JPY berpotensi kembali melemah signifikan untuk jangka waktu menengah dan panjang jika masalah geopolitik mulai mereda.

Diperkirakan USD/JPY akan cenderung bergerak dengan rentang 108.50 – 111.50 pada bulan September-Oktober 2017.

GBP/USD

Pada bulan Agustus-September ini poundsterling bergerak sangat stabil dengan range 1.2775 – 1.3330,

level ini adalah level tertinggi dalam kurun waktu setahun,

untuk saat ini pasar fokus pada proses negosiasi Brexit antara Uni Eropa dan Inggris dimana dalam negosiasi terakhir sudah mencapai kata sepakat untuk RUU Brexit memberikan indikasi penyelesaian Brexit yang lebih soft Prospek naiknya suku bunga bank sentral Inggris juga membesar seiring naiknya data inflasi ke level 2.9%.

Beberapa data ekonomi memberikan indikasi bahwa ekonomi inggris masih cukup terjaga momentumnya seperti rilis data pertumbuhan upah yang dirilis stabil di 2,1% dan GDP masih terjaga di level 1,7%.

Diperkirakan GBP/USD akan bergerak dalam rentang 1.3000 – 1.3350 pada kurun waktu bulan September-Oktober 2017.

Expected buying level 13.100 - 13.150 1.1800 - 1.1850 1.3000 - 1.3050 0.7850 - 0.7900 108.50 - 109.00 Expected selling level 13.300 - 13.350 1.2100 - 1.2150 1.3350 - 1.3400 0.8100 - 0.8150 111.50 - 112.00 Long profit taking 13.300 and above 1.2100 and above 1.3350 and above 0.8100 and above 111.50 and above Short profit taking 13.150 and below 1.1850 and below 1.3050 and below 0.7900 and below 109.00 and below Long cut loss 13.000 - 13.050 1.1700 - 1.1750 1.2900 - 1.2950 0.7750 - 0.7800 107.50 - 108.00 Short cut loss 13.400 - 13.450 1.2200 - 1.2250 1.3450 - 1.3500 0.8200 - 0.8250 112.50 - 113.00

(13)

dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup”. Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapat manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat atau tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan, pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak, memberitahukan perkembangan terkini atau harus terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksidan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan. Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki risiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan/atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silakan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi Call Centre kami di 15000 30 atau email kami di customercare@commbank.co.id.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Di samping gaji dan penghasilan-penghasilan lainnya yang erat berhubungan dengan gaji maka kepada Kepala Daerah diberikan juga tunjangan-tunjangan yang lebih

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui Iklim Komunikasi Organisasi berbasis Kearifan Lokal di Puslatbang PKASN LAN-RI Jatinangor; hambatan didalam Iklim

Dalam tindak tutur tidak langsung, kalimat perintah dapat digunakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya untuk melembutkan tuturan.. Tuturan yang diutarakan secara tidak

Dan dari 11 materi dalam mata pelajaran olahraga terlihat di SMP negeri terlihat yang paling lengkap memilki ketersediaan sarana prasarana olahraga adalah materi

Dalam penelitian ini proses komunikasi yang dilakukan oleh mahasiswa asal Sumatera Utara Suku Batak Karo tidak selalu menjadikan dirinya sebagai komunikator, karena pada

Sesuai dengan Perda No. 13 tahun 2006 tentang Nagori, disebutkan bahwa Nagori memiliki weweenang mengatur dan mengurus urusan masyarakat setempat sesuai dengan asal usul dan

Indeks Kesejahteraan Rakyat Malaysia (IKRM) meningkat kepada 1.7% setahun Meningkatkan potensi produktiviti untuk memastikan pertumbuhan mampan dan inklusif

Uraian tentang bentuk dan nilai yang terkandung dari gerak yang terdapat pada tari Melinting akan dibaca sebagai kumpulan mozaik dimana masing-masing