• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN METODE RANGSANG IMAJINATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA TEKS FIKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN METODE RANGSANG IMAJINATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA TEKS FIKSI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA TEKS FIKSI

Nina Nurhasanah

1

, Kurniawati

2

, Titing Rohayati

3

Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Kampus Cibiru

Universitas Pendidikan Indonesia nurhasanahnina33@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi masalah kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca di kelas Va SDN Sukahati 02, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Berdasarkan hasil observasi, kemampuan membaca sebagian besar siswa masih kurang, khususnya dalam membaca pemahaman. Masalah tersebut muncul karena beberapa faktor, di antaranya karena pembelajaran membaca hanya diarahkan untuk menjawab pertanyaan. Selain itu, kurangnya variasi pada pembelajaran membaca yang dilaksanakan oleh guru, sehingga pembelajaran membaca terkesan monoton, akhirnya berdampak pada kurangnya minat baca siswa. Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan, tujuan penelitian ini adalah untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan kurangnya aktivitas dan kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca. Oleh karena itu, peneliti menggunakan metode rangsang imajinatif untuk meningkatkan aktivitas dan kemampuan siswa dalam membaca teks fiksi. Metode rangsang imajinatif menjembatani siswa dalam memaksimalkan daya bayang siswa serta memberikan kebebasan dalam memilih cerita. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Elliot, dilaksanakan selama tiga siklus yang terdiri dari tiga tindakan pada setiap siklusnya. Adapun perolehan nilai rata-rata aktivitas membaca siswa pada siklus I: 55,74, siklus II:71,67, dan siklus III: 80,8. Nilai kemampuan membaca teks fiksi siswa pada siklus I: 68,37, siklus II: 74,26 dan siklus III: 83,96. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode rangsang imajinatif dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan siswa membaca teks fiksi. Peneliti merekomendasikan metode rangsang imajinatif sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa membaca teks fiksi. Guru diharapkan dapat menerapkan metode ini dengan pemilihan media pembelajaran yang tepat, agar tujuan pembelajaran tercapai.

Kata kunci: Metode Rangsang Imajinatif, Membaca Teks Fiksi, Siswa Sekolah Dasar

1

Penulis

2

Penulis Penanggung Jawab

(2)

PENGGUNAAN METODE RANGSANG IMAJINATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA TEKS FIKSI | 2

THE USING OF IMAGINATIVE STIMULATION METHOD FOR

IMPROVING STUDENT’S ABILITY TO READ A FICTIONAL TEXT

Nina Nurhasanah

1

, Kurniawati

2

, Titing Rohayati

3

Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Kampus Cibiru

Universitas Pendidikan Indonesia nurhasanahnina33@yahoo.com

ABSTRACT

The research is motivated by the problem of student’s ability in reading learning in class Va SDN Sukahati 02, Cileunyi subdistrict of Bandung Regency. Based on the observation result, most of the students are still less in reading skills, especially in reading comprehension. The problem is occured because of several factors, such as the reading learning is only focused on answering questions. Moreover, the reading learning are not various, monotonous, so it affects student’s interest in reading. Based on the issues, the purpose of research is to solve problems which related to the less of reading learning activities of the students. Therefore, researcher uses imaginative stimulation method to increase activity and the ability of students in reading the fictional text. Imaginative stimulation method bridges students in maximizing the power of the imaginations as well as giving students freedom in choosing stories. This research uses classroom action research (CAR) method based on Elliott model, implemented during three cycles and consists of three actions in each cycle. As for the derivation of the average value of the student’s reading activity in cycle I: 55.74, cycle II: 71,67, and cycle III: 80.8. The value of the reading fictional text skills of students in cycle I: 68.37, cycle II: 74.26 and cycle III: 83.96. The results show that the using imaginative stimulation method can increase the activity and the ability of students reading fictional text. Researcher recommends that imaginative stimulation method can be an alternative learning to improve student’s ability in reading fictional text. The teacher demanded to implement this method by using appropiate medias, so it can achieve the learning goals.

Keywords: Imaginative Stimulation Method, Reading the Text Fiction, Elementary School Students.

1

Penulis

2

Penulis Penanggung Jawab

(3)

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA

TEKS FIKSI

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas Va SDN Sukahati 02 Kecamatan Cileunyi

Kabupaten Bandung) NINA NURHASANAH

1205066

Pendidikan berperan sangat penting dan dapat dikatakan sebagai poros dari segala perubahan dalam kehidupan manusia. Demikian pentingnya pendidikan hingga kita semua diperintahkan menuntut ilmu sepanjang hayat tanpa batasan usia, sejauh dan sesulit apapun harus tetap kita tempuh. Seyogyanya, pendidikan yang diharapkan pada zaman sekarang ini bukan hanya mencetak generasi cerdas, melainkan pendidikan yang mampu mencetak generasi yang dapat bersaing dalam perkembangan dunia, serta mampu membangun peradaban bangsa ke arah yang lebih baik.

Pendidik dan peserta didik memerlukan komunikasi dalam setiap proses pembelajaran, sedangkan berkomunikasi berarti berbahasa. Oleh karena itu, bahasa merupakan hal yang sangat penting yang tidak bisa dianggap sepele. Pembelajaran mata pelajaran lainnya tidak akan terlaksana tanpa adanya bahasa dan komunikasi yang baik dalam proses pembelajarannya. Betapa pentingnya penguasaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, terutama bagi warga negara Indonesia yang multikultur dan multibahasa. Dalam Bahasa Indonesia dikenal empat keterampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara, menulis dan membaca. Keterampilan membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang tidak kalah penting dari keterampilan-keterampilan lainnya. Sebagaimana Farr (dalam Dalman, 2013) mengungkapkan bahwa “reading is the heart of education”, membaca adalah jantung pendidikan. Jantung adalah organ terpenting dalam kelangsungan hidup manusia, sama

dalam pendidikan, ungkapan tersebut menyatakan sedemikian pentingnya membaca. Membaca dapat diartikan beragam tergantung pandangan pribadi dan kebutuhan seseorang, yakni sebagai upaya untuk memaknai apa yang disampaikan penulis di dalam tulisannya. Sedangkan Abidin (2012b) berpendapat bahwa membaca merupakan sebuah proses berpikir, karena ketika membaca, seorang pembaca mengartikan, menafsirkan dan memperoleh informasi dari bahan bacaan yang dibacanya. Kemudian Cox (dalam Abidin, 2012a) memberikan pengertian lain bahwa membaca merupakan proses psikologis untuk menentukan arti kata-kata tertulis yang melibatkan penglihatan, gerak mata, pembicaraan batin, ingatan, pengetahuan mengenai kata yang dipahami, dan pengalaman pembacanya. Pengertian lain menurut Nurhadi (dalam Somadayo, 2011) menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang kompleks dan rumit yang melibatkan faktor internal dan eksternal pembaca. Meskipun membaca diartikan berbeda-beda, namun semua penafsiran bertujuan sama. Dengan demikian, membaca merupakan sebuah kegiatan kompleks yang melibatkan berbagai indrawi manusia, tidak hanya melibatkan indra penglihatan semata melainkan aktivitas batin yang merupakan bagian dari ruhani, dalam menafsirkan pesan yang disampaikan penulis. Yin (2009) mengatakan bahwa keterampilan membaca merupakan keterampilan dasar yang harusnya dimiliki oleh setiap orang. Hal tersebut relevan dengan pengertian membaca yang telah dipaparkan, meskipun membaca merupakan proses yang sangat kompleks, tetapi penerapannya sangat penting untuk dilaksanakan. Pengertian membaca juga terus berkembang sesuai dengan kebutuhan manusia, sejalan dengan pendapat Fischer (2004) bahwa membaca tidak hanya terbatas pada simbol-simbol tertulis, tetapi pada jaman sekarang termasuk mengkodekan dari layar elektronik. Selanjutnya, pengertian membaca akan terus berkembang di masa depan.

(4)

PENGGUNAAN METODE RANGSANG IMAJINATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA TEKS FIKSI | 4 Keterampilan membaca merupakan

keterampilan yang bersifat reseptif, bahwa dalam membaca, pembaca harus dapat memahami apa yang terkandung dalam bahan bacaan. Abidin (2012a) mengungkapkan tiga tujuan utama dalam membaca, yaitu: (1) memungkinkan siswa agar mampu menikmati kegiatan membaca (2) mampu membaca dalam hati dengan kecepatan membaca yang fleksibel dan (3) serta memperoleh tingkat pemahaman yang cukup terhadap isi bacaan.

Berdasarkan pengamatan lapangan, kondisi pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya keterampilan membaca pada kenyataannya belum sesuai dengan yang diharapkan. Pembelajaran bahasa sering dianggap sebagai hal yang tidak terlalu penting, ditandai dengan kurangnya minat belajar siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia, rata-rata nilai bahasa Indonesia di bawah mata pelajaran lainnya, pengunjung perpustakaan sangat sedikit jumlahnya, serta minimnya aktivitas membaca di dalam kelas. Begitupun dengan pembelajaran membaca yang belum mendapat perhatian lebih. Abidin (2012b) menyatakan bahwa masalah utama yang sedang dihadapi yaitu pembelajaran membaca di sekolah masih dilaksanakan asal-asalan yang hanya bertujuan untuk kepentingan praktis, siswa dapat menjawab pertanyaan dari bacaan. Selain itu, Abidin (2012a) juga menyatakan bahwa berdasarkan hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemampuan efektif membaca dan tingkat pemahaman sebagian besar siswa sekolah dasar hingga perguruan tinggi sangat rendah. Sedangkan kemampuan efektif membaca yang rendah dapat dikatakan indikator utama gagalnya pembelajaran membaca.

Ada beberapa kemampuan

pembelajaran membaca, diantaranya adalah membaca pemahaman. Sejalan dengan pendapat Abidin yang menyatakan bahwa kualitas membaca siswa di Indonesia masih rendah, penulis akan berusaha meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa melalui membaca teks fiksi. Penulis memilih wacana fiksi dengan maksud bahwa dengan sifatnya yang menghibur diharapkan siswa

mau membaca. Oleh karena itu, membaca cerita fiksi seharusnya disenangi oleh anak-anak. Dari cerita-cerita tersebut dapat diambil sikap dan pelajaran hidup yang akan berguna untuk masa depan siswa. Penanaman karakter sejak dini merupakan hal penting yang tidak boleh dilupakan. Melalui cerita, siswa dapat belajar mengenai sifat-sifat tokoh yang harus dicontoh dan sifat yang tidak boleh dicontoh tanpa merasa diperintah atau digurui.

Berdasarkan kondisi di atas, penulis melakukan penelitian dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca teks fiksi menggunakan metode rangsang imajinatif. Metode rangsang imajinatif merupakan metode yang mengaktifkan imajinasi siswa terhadap bahan bacaan. Metode ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan membaca siswa, karena metode ini menggunakan bahan ajar yang menarik, serta siswa dapat memilih sendiri bahan ajar yang akan dipelajari pada hari itu sesuai dengan beberapa bahan ajar yang ditawarkan oleh guru. Hal tersebut dapat membuat siswa lebih antusias dalam pembelajaran, karena siswa belajar berperan dalam memilih bahan ajar yang akan dipelajari dan mereka inginkan. Metode rangsang imajinatif ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahapan prabaca, tahapan membaca dan tahapan pascabaca. Penelitian ini difokuskan pada kemampuan siswa dalam membaca teks fiksi. Selain pembelajaran menyenangkan, siswa dapat menghasilkan produk tulisan hasil karya sendiri. Dari latar belakang di atas, penulis melaksanakan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penggunaan Metode Rangsang Imajinatif untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Membaca Teks Fiksi”.

Langkah-langkah pembelajaran membaca dengan metode rangsang imajinatif ini terdiri dari tahapan prabaca, tahapan membaca dan tahapan pascabaca. Adapun langkah-langkahnya dikemukakan (Abidin, 2012a) adalah sebagai berikut:

1. Tahap Prabaca:

a. Apersepsi: pada tahap ini guru menyajikan dua atau tiga cerita yang akan dibahas. Kemudian memperlihatkan gambar atau

(5)

masing cerita tersebut.

b. Menebak cerita: pada tahap ini guru meminta siswa untuk mengamati gambar dan menebak cerita yang akan dibacakan. Atau siswa menebak cerita yang lebih menarik dilihat dari gambar. Selanjutnya siswa diminta menebak jalan cerita kedua ilustrasi tersebut. Akhirnya, siswa diberi kebebasan memilih cerita mana yang akan dibaca.

2. Tahap Membaca:

c. Menangkap satuan peristiwa: pada tahap ini, selama cerita dibacakan, siswa diminta untuk mencatat hal-hal penting dari cerita yang dibacakan.

d. Merespons karya

Menanggapi cerita bisa berupa keunggulan , daya tarik, dan ringkasannya.

e. Membandingkan cerita

Setelah cerita pertama selesai, siswa membacakan cerita lain, kemudian mengomentari cerita, tahapannya sama dengan tahapan pada saat cerita pertama disajikan.

f. Menguji cerita: menuliskan kesamaan, perbedaan,

3. Tahap Pascabaca:

g. Membuat cerita versi sendiri. Berkreativitas melalui kegiatan menulis. Penggunaan metode ini, diawali dengan memperkenalkan beberapa gambar ilustrasi kepada siswa, gambar ilustrasi berperan sebagai pengantar sebelum kegiatan membaca, agar membuka prediksi-prediksi siswa mengenai cerita yang akan dibaca. Kemudian siswa diarahkan untuk memprediksi cerita berdasarkan gambar. Selanjutnya siswa membaca cerita, lebih ditekankan kepada membaca pemahaman atas bacaan, kemudian siswa membandingkan kedua cerita untuk memperkuat pemahaman terhadap cerita sebelum membuat cerita versi sendiri. Metode ini menghubungkan antara kemampuan membaca siswa dengan kemampuan menulis siswa. Sebagaimana dinyatakan bahwa membaca dan menulis merupakan sebuah proses yang tersusun, sebuah proses yang

(Fitzgerald & Shanahan; Tierney & Pearson; dalam Zsigmond, 2015). Tidak mungkin siswa dapat membuat cerita sendiri berdasarkan bahan bacaan jika sebelumnya tidak memahami bahan bacaan. Bahkan Shanahan (dalam Zsigmond, 2015) menyarankan untuk selalu menggabungkan antara pelaksanaan membaca dengan menulis.

Dengan ini, penulis berharap pembelajaran membaca lebih variatif, dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Membaca merupakan keterampilan bersifat reseptif yakni menuntut pembaca memahami bahan bahan bacaan. Bahan bacaan disajikan dalam bentuk teks yang harus dibaca untuk kemudian dipahami oleh siswa.

METODE

Dalam penelitian ini, penulis menetapkan untuk memilih metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam melaksanakan penelitian, atau istilah lain dalam bahasa Inggris yaitu Classroom Action Research (CAR). Metode PTK ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Sedangkan

desain penelitian yang dianggap cocok adalah desain PTK yang dikembangkan oleh John Elliot. Penelitian dilaksanakan selama tiga siklus, dan setiap siklusnya terdiri dari 3 tindakan. Pembelajaran membaca dilaksanakan dalam satu siklus utuh, karena pembelajaran tidak selesai dalam satu tindakan.

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VA SDN Sukahati 02 yang berlokasi di Jl. Sukahati No.20 RT 05/11 Desa Cinunuk Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung 40393. Dengan jumlah siswa 36 orang yang terdiri dari 20 orang siswa perempuan dan 16 orang siswa laki-laki.

Metode rangsang imajinatif dalam pembelajaran membaca pada penelitian ini adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari tahapan prabaca, tahapan membaca, dan tahapan pascabaca yang difokuskan pada kegiatan membaca teks fiksi. Kemampuan membaca teks fiksi dalam penelitian ini dapat diukur melalui indikator kemampuan siswa dalam menulis cerita versi sendiri, meliputi beberapa indikator penilaian, yaitu: (1)

(6)

PENGGUNAAN METODE RANGSANG IMAJINATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA TEKS FIKSI | 6 Pengorganisasian alur cerita (2) Tata bahasa

cerita yang terdiri dari aspek ejaan, tanda baca dan penempatan huruf kapital, (3) Isi cerita yang terdiri dari aspek kemenarikan cerita dan originalitas cerita, dan (4) Tampilan cerita terdiri dari panjang cerita dan kerapihan tulisan.

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman penilaian, lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan, LKP dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif, teknik analisis data kuantitatif dan triangulasi untuk memperoleh keakuratan data hasil penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses penelitian diawali dengan perencanaan seluruh perangkat pembelajaran meliputi pengkajian kurikulum untuk kemudian dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media penunjang pembelajaran, serta instrumen pendukung yang telah dipaparkan, terutama instrumen penilaian.

Penelitian ini dilaksanakan mulai hari Sabtu tanggal 23 April 2016 sampai dengan hari Rabu, 25 Mei 2016.

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 23 April, 25 April dan 27 April 2016. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 7 Mei, 9 Mei dan 11 Mei 2016. Siklus III dilaksanakan pada tanggal 23-25 Mei 2016. Satu siklus pembelajaran dilaksanakan selama 3 tindakan, sesuai dengan tahapan desain penelitian yang digunakan. Pada tindakan 1, pembelajaran diarahkan untuk kegiatan siswa dalam memprediksi cerita berdasarkan gambar ilustrasi yang diamati. Pada tindakan 2, pembelajaran diarahkan untuk kegiatan siswa membaca dua buku cerita, selanjutnya siswa mengidentifikasi unsur cerita dengan cara membuat mind maping, serta membandingkan kedua cerita yang telah dibaca. Selanjutnya pada tindakan 3 pembelajaran diarahkan untuk kegiatan siswa dalam membuat cerita versi sendiri. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara berulang mulai dari siklus I hingga

siklus III, perbedaanya hanya terletak pada variasi pembelajarannya saja. Selain itu, cerita yang diberikan oleh peneliti berbeda pada setiap siklusnya untuk menambah referensi cerita.

Selama penelitian berlangsung, diperoleh beberapa temuan pada setiap siklusnya. Pembelajaran siklus I peneliti memberikan tiga gambar ilustrasi, kemudian siswa memilih gambar 1 dan 3 yaitu cerita yang berjudul “Pemburu yang Mahir Bersiul” dan cerita yang berjudul “Pemburu Bertemu dengan Harimau”.

Adapun kekurangan yang peneliti rasakan selama siklus I meliputi kemampuan menulis cerita versi sendiri adalah siswa masih kurang mampu dalam menuliskan cerita versi sendiri Sebagian besar siswa masih kurang mampu dalam penggunaan tata bahasa dan kerapihan tulisan. Siswa masih kurang tepat dalam penempatan titik, koma dan huruf kapital. Siswa masih ragu-ragu dalam menuliskan cerita. Namun, peneliti berupaya memberikan penekanan pada tata bahasa yang digunakan ketika siswa menulis cerita. Peneliti menjelaskan mengenai tanda baca dan penempatan huruf kapital serta pentingnya kerapihan tulisan, kemudian meminta siswa untuk menuliskan nama lengkap, tanggal, dan alamat rumah untuk berlatih menuliskan huruf kapital. Selain itu, peneliti mengenalkan lagu “Huruf Kapital”, karena belajar melalui lagu lebih mudah diingat dan menyenangkan. Selain itu, peneliti menemukan dua orang siswa yang memilihi hambatan membaca atau belum bisa membaca. Selanjutnya peneliti menerapkan sistem tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan siswa tersebut.

Pada keseluruhan pembelajaran siklus I, selain peneliti berupaya untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa, peneliti juga berupaya meminimalisir kesalahan yang berasal dari peneliti sendiri. Misalnya dengan meningkatkan kemampuan menyampaikan materi pembelajaran, memilih strategi pembelajaran yang tepat, dan penguasaan 8 keterampilan mengajar. Khususnya keterampilan mengelola kelas, memberikan penguatan, dan keterampilan mengajar

(7)

bersikap tegas kepada siswa yang tidak mengikuti aturan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Berdasarkan analisis siklus II tindakan 1, 2, dan 3 di atas, sebagian besar siswa sudah mengalami peningkatan kemampuan membaca. Namun peneliti terus berupaya untuk memperbaiki hambatan dan kekurangan yang masih terjadi selama siklus II berlangsung, agar pada siklus selanjutnya diperoleh hasil pembelajaran yang lebih baik lagi. Keseluruhan proses pembelajaran berlangsung sesuai rencana, Adapun siswa yang mengalami hambatan dalam belajar membaca, kedua siswa tersebut sudah mulai terlihat perkembangan belajarnya. Sistem tutor sebaya tetap dilakukan, sedangkan peneliti tetap membimbing dan memantau perkembangan belajar siswa terutama dalam mengerjakan LKP.

Kemampuan membaca teks fiksi dalam bentuk menulis cerita versi sendiri sudah terlihat peningkatan, sebagian besar siswa sudah mampu menggunakan tata bahasa yang baik dan tulisan siswa sudah lebih rapih daripada sebelumnya. Namun, peneliti tetap berupaya memberikan penekanan bahwa tata bahasa dan kerapihan tulisan merupakan hal penting yang tidak bisa diabaikan. Peneliti bertanya kembali mengenai lagu “Huruf Kapital”, dan menanyakan apa saja yang harus ditulis menggunakan huruf kapital.

Pada keseluruhan proses pembelajaran siklus II, pembelajaran dirasakan sudah cukup baik. Namun peneliti tetap melakukan upaya-upaya untuk memperbaiki pembelajaran agar pada siklus selanjutnya lebih baik lagi.

Berdasarkan analisis siklus III dan refleksi siklus II, sudah terlihat bahwa hambatan kekurangan yang terjadi selama siklus I dan II sudah dapat diperbaiki. Pembelajaran membaca teks fiksi meningkat daripada siklus sebelumnya, kemampuan membaca siswa sudah lebih meingkat lagi. Keseluruhan proses pembelajaran berlangsung dengan baik, siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran yang dilaksanakan. Suasana kelas kondusif untuk dilaksanakannya pembelajaran, serta

meningkat drastis daripada dua siklus sebelumnya. Siswa yang mengalami hambatan belajar pun sudah mengalami peningkatan, pada siklus III ini peneliti tetap memantau perkembangan siswa tersebut.

Kemampuan menulis cerita versi sendiri, yang menjadi tolak ukur kemampuan membaca siswa dalam membaca teks fiksi. Secara keseluruhan, siswa sudah mampu mengorganisasi cerita dengan baik, isi cerita menarik, dan menuliskannya dengan rapih. Adapun penggunaan tata bahasa seperti penempatan titik, koma dan huruf kapital pun sudah lebih baik. Sebagian besar siswa sudah mampu menempatkannya dengan baik. Namun ada beberapa siswa yang tetap memerlukan bimbingan lebih lanjut, karena untuk mengajarkan hal tersebut diperlukan waktu yang relatif lama, pembelajaran selama tiga siklus tidak serta merta membuat seluruh siswa benar-benar mengerti dan langsung baik secara keseluruhan.

Selain melakukan refleksi pada setiap siklus, peneliti juga melakukan refleksi keseluruhan siklus pada kemampuan membaca. Berdasarkan perolehan data pada siklus I, II dan III, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran membaca baik ditunjukkan dengan kemampuan membaca siswa meningkat pada setiap siklusnya. Nilai kemampuan membaca yang paling tinggi diperoleh pada siklus III.

Dari penelitian ini, peningkatan kemampuan membaca ditunjukkan dengan kenaikan nilain yang diperoleh siswa dalam bentuk cerita hasil karya siswa. Dari pembelajaran tersebut dapat diketahui pencapaian nilai rata-rata kemampuan membaca siswa dari siklus I sampai siklus III dipaparkan dalam grafik berikut ini.

(8)

PENGGUNAAN METODE RANGSANG IMAJINATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA TEKS FIKSI | 8

Dari data di atas, dapat diketahui bahwa perolehan rata-rata nilai kemampuan membaca siswa dengan metode rangsang imajinatif meningkat. Pada siklus I, rata-rata perolehan nilai siswa adalah 68,37, kemudian nilai tersebut meningkat pada siklus II yaitu menjadi 74,26 dan mengingkat kembali pada siklus III menjadi 83,96 kenaikan dari siklus I ke siklus II sebesar 5,89 dan kenaikan dari siklus II ke siklus III sebesar 9,7. Peningkatan nilai kemampuan membaca siswa yang lebih besar yaitu dari siklus II ke siklus III. Penilaian nilai kemampuan membaca terdiri dari beberapa indikator penilaian, yaitu mencakup 4 indikator dengan masing-masing skor maksimum 4 pada setiap indikatornya. Meliputi indikator mengorganisasi alur cerita, tata bahasa, isi cerita dan tampilan cerita. Adapun lebih jelasnya, peningkatan setiap indikator akan dipaparkan dalam grafik di bawah ini.

Dari grafik di atas terlihat peningkatan setiap indikator pada setiap siklusnya. Pada indikator mengorganisasi alur cerita, mengalami kenaikan sebesar 0,93 selama 3 siklus. Pada indikator tata bahasa yang meliputi ejaan dan tanda baca kenaikan sebesar 1,08. Pada indikator isi cerita meliputi kemenarikan cerita dan orisinalitas cerita mengalami kenaikan sebesar 0,94 selama 3 siklus. Indikator ke-4 atau indikator terakhir adalah tampilan cerita meliputi panjang cerita dan kerapihan cerita mengalami kenaikan sebesar 0,51. Seluruh indikator penilaian kemampuan membaca siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Peningkatan tertinggi yang diperoleh siswa yaitu pada indikator tata bahasa, kenaikan dari siklus I sampai siklus III sebesar 1,08. Sedangkan peningkatan terrendah yang diperoleh siswa yaitu pada indikator tampilan cerita, hanya 0,51 selama tiga siklus.

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, pembelajaran membaca dengan menggunakan metode rangsang imajinatif mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Dari mulai siklus I sampai siklus III pada nilai kemampuan membaca siswa. Bahkan ada siswa yang pada akhirnya menyatakan bahwa ternyata membuat cerita itu mudah, tidak harus terlalu banyak berpikir ketika akan membuat cerita, dan hal apapun dapat dijadikan cerita. Peningkatan tertinggi kemampuan membaca diperoleh siswa pada indikator tata bahasa yang meliputi penempatan huruf kapital, ejaan, dan tanda baca. Hal ini diluar dugaan peneliti, karena pada siklus I, siswa paling sulit diarahkan terutama dalam penempatan huruf kapital. Selain itu, keberhasilan juga ditunjukkan dengan meningkatnya persentase siswa yang mencapai nilai KKM pada setiap siklusnya. Pada siklus III, siswa yang mencapai nilai KKM sudah lebih dari 75%.

Peningkatan yang diperoleh pada nilai kemampuan siswa dalam membaca teks fiksi menggunakan metode rangsang imajinatif, memperkuat penelitian sebelumnya yang telah berhasil dilaksanakan oleh Eneng Iriani tahun 2014. Penelitian tersebut berjudul “Penggunaan Metode Rangsang Imajinatif

0 50 100

Siklus I Siklus II Siklus III 68.37 74.26 83.96

Nilai Rata-rata

Kemampuan Membaca

Siswa Siklus I, II, III

3.03 3.2 3.96 2.42 2.79 3.5 2.66 2.94 3.6 2.81 2.94 3.32

0 2 4 6

Alur Tata Bahasa Isi cerita Tampilan Cerita

P e n j a b a r a n I n d i k a t o r

K e m a m p u a n

M e m b a c a S i s w a

S i k l u s I , I I , I I I

(9)

dalam Pembelajaran Menyimak”. Penelitian ini memiliki relevansi pada kesamaan metode yang digunakan dalam penelitian. Namun, letak perbedaannya adalah pada fokus peningkatan kemampuan. Penelitian sebelumnya memfokuskan pada kemampuan menyimak, sedangkan penelitian ini memfokuskan pada kemampuan membaca siswa. Selain itu, kemampuan menyimak dan membaca sama-sama bersifat reseptif, menuntut penyimak untuk memahami bahan simakan dan pembaca untuk memahami bahan bacaan.

Selain itu, penelitian ini juga memperkuat penelitian sebelumnya yang telah berhasil dilaksanakan oleh Wuri Rizki Amalia tahun 2015. Penelitian tersebut berjudul “Penerapan Metode Sugesti-Imajinatif dengan Media Lagu Pada Pembelajaran Menulis Cerpen Kelas V SD”. Penelitian ini tidak memiliki relevansi pada kesamaan metode ataupun kemampuan yang ditingkatkan. Namun, relevansinya adalah pada fokus untuk memaksimalkan daya bayang atau imajinasi siswa. Penelitian ini menstimulasi siswa dalam menulis cerpen melalui media lagu, sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan berbeda dengan penelitian ini, peneliti menstimulasi kemampuan membaca siswa dengan gambar ilustrasi yang berkaitan dengan cerita. Kemampuan yang akan ditingkatkan pun berbeda, yaitu kemampuan membaca siswa.

Keberhasilan yang dicapai pada penelitian ini bukan berarti penelitian ini sempurna. Ada beberapa kekurangan penelitian yang dirasakan oleh peneliti. Dari beberapa indikator yang telah ditetapkan, indikator yang peningkatannya kurang signifikan. Pada kemampuan membaca siswa, indikator tampilan cerita mengalami peningkatan yang kurang signifikan. Hal ini diperkirakan bahwa sebenarnya siswa sudah mampu menulis cerita dengan baik, namun siswa malas dan terburu-buru menuliskan cerita sehingga siswa hanya menulis sedikit dengan tulisan yang kurang kurang rapih.

Kemampuan membaca teks fiksi yang diperoleh siswa mengalami peningkatan yang signifikan pada setiap siklusnya. Pada siklus I, rata-rata nilai kemampuan membaca yang diperoleh siswa adalah 68,37, pada siklus II rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 74,26, dan pada siklus III rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 83,96. Oleh karena itu, metode rangsang imajinatif mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca teks fiksi. Penelitian yang dilaksanakan dalam pembelajaran membaca dengan menggunakan metode rangsang imajinatif, dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa, khususnya dalam membaca teks fiksi.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2012a). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Refika Aditama.

Abidin, Y. (2012b). Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Refika Aditama.

Amalia, W. R. (2015). Penerapan Metode Sugesti-Imajinatif dengan Media Lagu Pada Pembelajaran Menulis cerpen Siswa Kelas V SD. (Skripsi) Kampus Cibiru, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Dalman. (2013). Keterampilan Membaca. Jakarta: Pt RajaGrafindo Persada. Fischer, S. G. (2004). The History of Reading.

London: Reaktion Books Ltd.

Iriani, E. (2014). “Penggunaan Metode Rangsang Imajinatif dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pembelajaran Menyimak”. (Skripsi). Kampus Cibiru, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

(10)

PENGGUNAAN METODE RANGSANG IMAJINATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA TEKS FIKSI | 10 Somadayo, S. (2011). Strategi dan Teknik

Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Yin, R. K. (2009). Case Study Research: Design and Methods. (L. Bickman & D. J. Rog, Eds.), Essential guide to qualitative methods in organizational research (Vol. 5). Sage Publications. http://doi.org/10.1097/FCH.0b013e31 822dda9e.

Zsigmond, I. (2015). Writing Strategies for Fostering Reading Comprehension. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 180(November 2014), 1698–1703.

http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015. 05.073.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Value Added Capital Employed merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya berupa capital asset yang jika dikelola dengan baik dapat meningkatkan kinerja

Puji dan syukur Penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan karunia dan rahmat-Nya, Penulis dapat menyelesaikan Laporan Skripsi yang berjudul “ Pengaruh

Mereti, nimbang sereta ngenataika idea enggau buah runding senentang sesebengkah pekara ti didinga, dikejaku, dibacha enggau ditulis dalam mayuh bengkah situasyen ngambika

Cara Menghilangkan Kutil Di Kelamin Tipe-tipe virus HPV yang dapat menyebabkan kanker sering disebut sebagai “Infeksi diam”, karena tidak ada gejala-gejala yang jelas,

Metode literature review yang mengidentifikasi, menilai, dan menginterpretasi seluruh temuan-temuan pada suatu topik penelitian, untuk menjawab pertanyaan penelitian (research

Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang