89 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Subjek penelitian atau yang disebut sebagai responden adalah pihak-pihak yang dijadikan sampel berkaitan dengan penelitian yang sedang dijalankannya. dalam sebuah penelitian untuk memberikan informasi tentang data yang diperlukan peneliti.
Peneliti membahas analisis data yang diperoleh melalui penyebaran kuisioner pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung. Kuisioner ini membahas tentang pengaruh Kompetensi, Etika Auditor, dan Integritas terhadap Kualitas Audit. Kuisioner disebarkan secara langsung kepada responden. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari data penelitian.
4.1.1 Profil Responden
Unit observasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik di Wilayah Bandung. Subjek penelitian ini adalah Partner/ Rekan Kantor Akuntan Publik (KAP), Manager Auditor, Supervisor Auditor, dan Senior Auditor/Ketua Tim. Sedangkan unit analisis dari penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik di Bandung.
Penelitian ini menggunakan data primer dalam bentuk kuesioner yang diberikan kepada sumber langsung yaitu auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik di Bandung. Penyebaran dan pengumpulan kuesioner selama kurang lebih 2 bulan, yaitu mulai tanggal 1 Oktober 2018 sampai dengan 16 Desember 2018.
90
Penyebaran kuesioner dilakukan dengan beberapa cara, yaitu mendatangi langsung responden, dan mengirim google form kuesioner melalui e-mail dan melalui aplikasi Whatsapp. Jumlah kuesioner yang disebar adalah sebesar 108 (seratus delapan) buah.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah kantor akuntan publik. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 31 (tiga puluh satu) kantor akuntan publik dengan jumlah responden sebanyak 136 (seratus tiga puluh enam) responden. Jumlah kuesioner yang dikembalikan sebanyak 108 (seratus delapan) buah kuesioner atau sebanyak 79,41% (tujuh puluh sembilan koma empat puluh satu) persen.
Tingkat pengembalian kuesioner (responses rate) yang dapat diterima terdapat beberapa pendapat. Sekaran (2013:250) menyatakan bahwa “response rate
is almost always low a 30% rate is quite accepteble”. Zikmund (2000:2013-2014)
tidak secara tegas menyatakan berapa persen tingkat pengembalian kuesioner yang dapat diterima. Cooper dan Schindler (2006:314) menyatakan bahwa tingkat pengembalian sebesar 30% sudah termasuk baik dan dapat diterima, dan akan lebih baik jika mencapai 70%.
Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode regresi berganda (multiple regression) sebagai alat bantu dalam pengambilan kesimpulan. Untuk memberikan informasi yang dapat menggambarkan responden secara keseluruhan, maka digunakan uji statistik deskriptif. Dalam statistik deskriptif ini, peneliti mengelompokan data yang diperoleh serta menentukan nilai dan fungsi statistic. Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah jenis
91
kelamin, umur, pendidikan terakhir, jabatan dan lama pengalaman audit. Berikut adalah karakteristik responden yang disajikan dalam table berikut:
Tabel 4.1 Karakteristik Responden No Keterangan Jumlah % 1 Jenis Kelamin - Pria 44 43,14% - Wanita 58 56,86% 2 Usia - 20 - 30 tahun 56 54,90% - 31 - 40 Tahun 33 32,35% - 41 - 50 Tahun 4 3,92% - 51 - 60 Tahun 6 5,88% - 61 - 70 Tahun 3 2,94%
3 Lama Pengalaman Audit
- 1 - 5 Tahun 42 41,18% - 6 - 10 Tahun 47 46,08% - 11 - 15 Tahun 10 9,80% - 16 - 20 Tahun 3 2,94% 4 Jenjang Pendidikan - Diploma 3 5 4,90% - Diploma 4 1 0,98% - Sarjana (S1) 66 64,71% - Magister (S2) 30 29,41%
92
No Keterangan Jumlah %
5 Jabatan
- Ketua Tim/ Senior Auditor 71 69,61%
- Supervisor 21 20,59%
- Manager 7 6,86%
- Partner 3 2,94%
Sumber: Hasil Penelitian, 2018
Subjek penelitian ini adalah Partner/ Rekan Kantor Akuntan Publik (KAP), Manager Auditor, Supervisor Auditor, dan Senior Auditor/Ketua Tim, unit analisis dari penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik di Bandung. Berikut adalah data responden yang disajikan berdasarkan nama kantor akuntan publik serta jabatan dalam table berikut:
Tabel 4.2
Rekapitulasi Tanggapan Responden Berdasarkan Data Kantor Akuntan Publik
No. Kantor Akuntan Publik (KAP)
Jabatan
Jumlah Ketua
Tim Supervisor Partner
1 KAP AF. Rahman & Soetjipto WS. 2 1 - 3
2 KAP Achmad, Rashid, Hisbullah & Jerry
(Cabang) 2 1 - 3
3 KAP Asep Rahmansyah Manshur &
Suharyono (Cabang) 2 1 - 3
4 KAP Chris Hermawan 3 1 - 4
5 KAP Drs. Djaelani Hendrakusumah, CPA.,
CA., AK - - - -
6 KAP Derdjo Djony Saputro 1 1 - 2
7 KAP Djoemarma, Wahyudin & Rekan 7 2 - 9
8 KAP Doli, Bambang, Sulistiyanto & Ali
(Cabang) 2 3 - 5
93
No. Kantor Akuntan Publik (KAP)
Jabatan
Jumlah Ketua
Tim Supervisor Partner 10 KAP Prof. Dr. H. TB Hasanudin, MSc &
Rekan 6 1 - 7
11 KAP Dr. H.E.R. Suhardjadinata & Rekan 5 - - 5
12 KAP Hartman SE., AK., MM., CA., CPA 2 - - 2
13 KAP Heliantono & Rekan (Cabang) 4 - - 4
14 KAP Jojo Sunarjo & Rekan (Cabang) 2 1 - 3
15 KAP Drs. Josept Munthe, MS 1 - - 1
16 KAP DRS. Karel & Widyarta 2 - - 2
17 KAP Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih 4 1 - 5
18 KAP Drs. La Midjan & Rekan 3 1 - 4
19 KAP Lydia & Lim 1 1 - 2
20 KAP Nano Suyatna SE, Ak 1 2 1 4
21 KAP Dr. Moh. Mansur SE., MM., AK 3 - - 3
22 KAP Moch. Zainuddin, Sukmadi & Rekan 4 2 - 6
23 KAP Peddy HF. Dasuki - - 1 1
24 KAP Drs. R. Hidayat Effendy 2 - - 2
25 KAP Roebiandini & Rekan 5 3 1 9
26 KAP Drs. Ronald Haryanto 1 - - 1
27 KAP Sabar & Rekan 5 1 - 6
28 KAP Drs. Sanusi & Rekan 2 3 - 5
29 KAP Sugiono Poulus, SE, Ak, MBA - - - -
30 KAP Tanubrata Sutanto Fahmi & Rekan
(Cabang) 3 - - 3
31 KAP DRA. Yati Ruhiyati 2 - - 2
Jumlah 78 27 3 108
Sumber: Hasil penelitian, 2018
4.1.2 Analisis Deskriptif Data Penelitian
Gambaran data hasil penelitian dapat digunakan untuk memperkaya pembahasan, melalui gambaran data tanggapan responden dapat diketahui bagaimana tanggapan responden terhadap setiap variabel yang sedang diteliti. Agar lebih mudah menginterpretasikan variabel yang sedang diteliti, dilakukan
94
kategorisasi terhadap skor tanggapan responden. Prinsip kategorisasi jumlah skor tanggapan responden di adopsi dari bab sebelumnya.
Cooper & Schindler (2006:467) menyatakan bahwa untuk data ordinal atau interval/ratio yang memiliki distribusi asimetris, ukuran pemusatan dapat dilakukan melalui distribusi rentang antar kuartil. Pada kuesioner yang menggunakan skala 1 sampai 5, dimana nilai minimum = 1 dan nilai maksimum sama dengan 5, kuartil pertama (Q1) = 2, kuartil kedua (Q2) = 3, dan kuartil ketiga (Q3) = 4, maka rata-rata skor jawaban responden dapat dikategorikan menurut garis kontinum berikut.
Min Rendah Q1 Kurang Q2 Cukup Q3 Timggi Max --- --- --- ---
1 2 3 4 5
Pada penelitian ini kriteria rata-rata skor tanggapan responden dilakukan menggunakan nilai kuaril dengan ketentuan sebagai berikut:
Skor Minimum - Kuartil I (2) : Rendah
Kuartil I (2) - Kuartil II (3) : Kurang
Kuartil II (3) - Kuartil III (4) : Cukup
95
4.1.2.1 Tanggapan Responden Mengenai Variabel Kompetensi (X1)
Kuisioner mengenai pendapat responden tentang Kompetensi (X1) terdiri
dari 9 item pernyataan dan 108 responden. Tahapan selanjutnya adalah melakukan analisis data dengan menggunakan langkah-langkah yang telah dijabarkan sebelumnya.
Untuk melihat hasil pengolahan data mengenai pernyataan-pernyataan yang mengukur variabel Kompetensi (X1), berikut ini adalah hasil pengolahan data yang
telah dilakukan penulis mengenai variabel Kompetensi (X1).
Tabel 4.3
Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Variabel Kompetensi (X1)
No. PERNYATAAN Skor Jawaban Responden Total Skor Rata-rata Kategori 1 2 3 4 5 Kompetensi (X1) 1
Seorang auditor harus memahami prinsip yang berlaku umum berdasarkan standar yang berlaku untuk menerapkan nya di lapangan
0 21 6 38 43 427 3,95 Cukup
2
Seorang auditor harus mengetahui titik kritis atau sektor (akun) yang sensitif saat di lakukan pemeriksaan
12 10 12 27 47 411 3,81 Cukup
3
Bapak/ibu sebagai auditor kurang up to date mengenai isu isu akuntansi berdasarkan aturan terbaru
34 43 27 4 0 217 2,01 Kurang
4
Seorang auditor harus mengetahui industri yang akan di lakukan audit secara spesifik sehingga saat berjalannya audit pemeriksaan lapangan akan
lebih memudahkan
melakukan pemeriksaan
96 No. PERNYATAAN Skor Jawaban Responden Total Skor Rata-rata Kategori 1 2 3 4 5 5
Dengan kemampuan saya saat ini, saya sudah memahami cara kerja ataupun alur bisinis secara umum
7 16 8 33 44 415 3,84 Cukup
6
Saat melakukan audit, saya dapat dengan mudah menyelesaikan permasalahan saat audit pemeriksaan lapangan dilakukan
12 13 10 31 42 402 3,72 Cukup
7
Saya sudah berpengalaman menjadi auditor dari sisi lama nya saya menjadi auditor
0 32 5 35 36 399 3,69 Cukup
8 Jumlah klien saya pernah
audit terbilang sudah banyak 0 22 7 36 43 424 3,93 Cukup
9
Saya sudah pernah mengaudit berbagai jenis perusahaan baik perusahaan yang go public maupun yang bukan go public
11 6 7 26 58 438 4,06 Tinggi
Rata – rata 3,65 Cukup
Sumber: Hasil penelitian, 2018
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui rata-rata tanggapan responden mengenai variabel Kompetensi (X1). Rata-rata tertinggi pada variabel Kompetensi
(X1) terjadi pada pernyataan Saya sudah pernah mengaudit berbagai jenis
perusahaan baik perusahaan yang go public maupun yang bukan go public dengan rata-rata sebesar 4,06 dengan kategori tinggi. Sedangkan rata-rata terendah pada variabel Kompetensi (X1) terjadi pada pernyataan bapak/ibu sebagai auditor kurang
up to date mengenai isu isu akuntansi berdasarkan aturan terbaru dengan rata-rata sebesar 2,01 dengan kategori kurang.
97
Secara keseluruhan rata-rata tanggapan responden mengenai variabel Kompetensi (X1) yaitu sebesar 3,65 dengan kategori cukup. Adapun kriteria
interpretasi skor pada variabel Kompetensi (X1) dapat dilihat sebagai berikut.
Gambar 4.6
Garis Kontinum Variabel Kompetensi (X1)
Min Rendah Q1 Kurang Q2 Cukup Q3 Tinggi Max --- --- --- ---
1 2 3 4 5
4.1.2.2 Tanggapan Responden Mengenai Variabel Etika Auditor (X2)
Kuisioner mengenai pendapat responden tentang Etika Auditor (X2) terdiri
dari 13 item pernyataan dan 108 responden. Tahapan selanjutnya adalah melakukan analisis data dengan menggunakan langkah-langkah yang telah dijabarkan sebelumnya.
Untuk melihat hasil pengolahan data mengenai pernyataan-pernyataan yang mengukur variabel Etika Auditor (X2), berikut ini adalah hasil pengolahan data
yang telah dilakukan penulis mengenai variabel Etika Auditor (X2).
Tabel 4.4
Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Variabel Etika Auditor (X2)
No. PERNYATAAN Skor Jawaban Responden Total Skor Rata-rata Kategori 1 2 3 4 5 Etika Auditor (X2) 10
Bapak/ibu sebagai auditor memiki sikap tegas dalam bersikap
5 6 13 36 48 440 4,07 Tinggi
98 No. PERNYATAAN Skor Jawaban Responden Total Skor Rata-rata Kategori 1 2 3 4 5 11
Bapak/ibu sebagai auditor memiliki sikap jujur dalam pekerjaanya
0 10 26 41 31 417 3,86 Cukup
12
Bapak/ibu sebagai auditor menjalin hubungan profesional dengan klien
0 21 13 31 43 420 3,89 Cukup
13
Bapak/ibu sebagai auditor tidak membiarkan terjadinya benturan kepentingan (conflict
of interest)
0 9 15 48 36 435 4,03 Tinggi
14
Bapak/ibu sebagai auditor menghindari pengaruh buruk dari pihak lain
1 16 15 33 43 425 3,94 Cukup
15
Bapak/ibu sebagai auditor tetap menjaga kompetensi dalam ilmunya
0 6 14 36 52 458 4,24 Tinggi
16 Bapak/ibu sebagai auditor
selalu cermat dalam bekerja 1 6 17 39 45 445 4,12 Tinggi 17
Bapak/ibu sebagai auditor selalu menekankan sikap hati-hati dalam bekerja
1 15 21 40 31 409 3,79 Cukup
18
Bapak/ibu sebagai auditor mampu menyimpan informasi rahasia bersifat rahasia mengenai klien
1 8 14 43 42 441 4,08 Tinggi
19
Bapak/ibu sebagai auditor tidak menggunakan inforrmasi rahasia klien untuk kepentingan pribadi
0 14 18 44 31 413 3,88 Cukup
20
Bapak/ibu sebagai auditor menjaga rahasia klien di lingkungan KAP
1 10 10 31 56 455 4,21 Tinggi
21 Bapak/ibu mematuhi hukum
dan peraturan yang berlaku 0 18 14 43 33 415 3,84 Cukup 22
Bapak/ibu sebagai auditor menghindari tindakan yang dapat mendeskriditkan profesi
0 7 11 39 51 458 4,24 Tinggi
Rata – rata 4,01 Tinggi
99
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui rata-rata tanggapan responden mengenai variabel Etika Auditor (X2). Rata-rata tertinggi pada variabel Etika
Auditor (X2) terjadi pada pernyataan bapak/ibu sebagai auditor menghindari
tindakan yang dapat mendeskriditkan profesi dengan rata-rata sebesar 4,24 dengan kategori tinggi. Sedangkan rata-rata terendah pada variabel Etika Auditor (X2)
terjadi pada pernyataan bapak/ibu sebagai auditor selalu menekankan sikap hati-hati dalam bekerja dengan rata-rata sebesar 3,79 dengan kategori cukup.
Secara keseluruhan rata-rata tanggapan responden mengenai variabel Etika Auditor (X2) yaitu sebesar 4,01 dengan kategori tinggi. Adapun kriteria interpretasi
skor pada variabel Etika Auditor (X2) dapat dilihat sebagai berikut.
Gambar 4.7
Garis Kontinum Variabel Etika Auditor (X2)
Min Rendah Q1 Kurang Q2 Cukup Q3 Tinggi Max --- --- --- ---
1 2 3 4 5
4.1.2.3 Tanggapan Responden Mengenai Variabel Integritas (X3)
Kuisioner mengenai pendapat responden tentang Integritas (X3) terdiri dari
6 item pernyataan dan 108 responden. Tahapan selanjutnya adalah melakukan analisis data dengan menggunakan langkah-langkah yang telah dijabarkan sebelumnya.
Untuk melihat hasil pengolahan data mengenai pernyataan-pernyataan yang mengukur variabel Integritas (X3), berikut ini adalah hasil pengolahan data yang
telah dilakukan penulis mengenai variabel Integritas (X3).
100
Tabel 4.5
Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Variabel Integritas (X3)
No. PERNYATAAN Skor Jawaban Responden Total Skor Rata-rata Kategori 1 2 3 4 5 Integritas (X3) 23
Hasil audit bapak/ibu dapat dipercaya oleh pengguna, karena saat melakukan audit sangat menjunjung tinggi kejujuran
2 10 9 40 47 444 4,11 Tinggi
24
Sikap berani bapak/ ibu dalam menegakkan kebenaran dan tidak mudah diancam dengan berbagai ancaman menjadi prinsip utama saat melakukan pemeriksaan lapangan
1 6 22 48 31 426 3,94 Cukup
25
Bapak/ibu harus memiliki rasa percaya diri ketika menghadapi kesulitan dalam melakukan audit 5 7 10 53 33 426 3,95 Cukup 26 Bapak/ibu selalu mempertimbangkan permasalahan dalam melakukan auditnya 3 12 11 36 46 434 4,02 Tinggi 27
Bapak/ibu dinilai bertanggung jawab apabila hasil pemeriksaan masih dibutuhkan perbaikan berdasarkan aturan yang relevan
1 9 11 36 51 451 4,18 Tinggi
Rata – rata 4,04 Tinggi
Sumber: Hasil penelitian, 2018
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui rata-rata tanggapan responden mengenai variabel Integritas (X3). Rata-rata tertinggi pada variabel Integritas (X3)
terjadi pada pernyataan Bapak/ibu dinilai bertanggung jawab apabila hasil pemeriksaan masih dibutuhkan perbaikan berdasarkan aturan yang relevan dengan rata-rata sebesar 4,18 dengan kategori tinggi. Sedangkan rata-rata terendah pada
101
variabel Integritas (X3) terjadi pada pernyataan sikap berani bapak/ ibu dalam
menegakkan kebenaran dan tidak mudah diancam dengan berbagai ancaman menjadi prinsip utama saat melakukan pemeriksaan lapangan dengan rata-rata sebesar 3,94 dengan kategori cukup.
Secara keseluruhan rata-rata tanggapan responden mengenai variabel Integritas (X3) yaitu sebesar 4,04 dengan kategori tinggi. Adapun kriteria
interpretasi skor pada variabel Integritas (X3) dapat dilihat sebagai berikut.
Gambar 4.8
Garis Kontinum Variabel Integritas (X3)
Min Rendah Q1 Kurang Q2 Cukup Q3 Timggi Max --- --- --- ---
1 2 3 4 5
4.1.2.4 Tanggapan Responden Mengenai Variabel Kualitas Audit (Y)
Kuisioner mengenai pendapat responden tentang Kualitas Audit (Y) terdiri dari 6 item pernyataan dan 108 responden. Tahapan selanjutnya adalah melakukan analisis data dengan menggunakan langkah-langkah yang telah dijabarkan sebelumnya.
Untuk melihat hasil pengolahan data mengenai pernyataan-pernyataan yang mengukur variabel Kualitas Audit (Y), berikut ini adalah hasil pengolahan data yang telah dilakukan penulis mengenai variabel Kualitas Audit (Y).
102
Tabel 4.6
Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Variabel Kualitas Audit (Y)
No. PERNYATAAN Skor Jawaban Responden Total Skor Rata-rata Kategori 1 2 3 4 5
Kualitas Auditor (Y)
28
KAP menetapkan prosedur dan tanggung jawab kepemimpinan dalam bekerja
0 8 4 32 64 476 4,41 Tinggi
29
KAP dan personilnya menetapkan ketentuan etika profesi yang berlaku
0 1 5 39 63 488 4,52 Tinggi
30
KAP hanya akan menerima dan melanjutkan hubungan dengan klien jika memiliki kompetensi dan integritas untuk melakukan perikatan tertentu
0 10 5 34 59 466 4,31 Tinggi
31
KAP menetapkan kebijakan dan prosedur jumlah SDM atau personil yang memiliki kompetensi dan berprinsip pada etika profesi
0 2 2 47 57 483 4,47 Tinggi
32
KAP menetapkan kebijakan dan prosedur mengenai masa perikatan yang sesuai dengan standar profesi, hukum dan peraturan yang berlaku
0 15 3 29 61 460 4,26 Tinggi
33
KAP menetapkan kebijakan dan prosedur pemantauan pengendalian mutu yang relevan, memadai dan efektif
0 0 2 42 64 494 4,57 Tinggi
Rata – rata 4,42 Tinggi
Sumber: Hasil penelitian, 2018
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui rata-rata tanggapan responden mengenai variabel Kualitas Audit (Y). Rata-rata tertinggi pada variabel Kualitas Audit (Y) terjadi pada pernyataan KAP menetapkan kebijakan dan prosedur pemantauan pengendalian mutu yang relevan, memadai dan efektif dengan rata-rata sebesar 4,57 dengan kategori tinggi. Sedangkan rata-rata terendah pada variabel
103
Kualitas Audit (Y) terjadi pada pernyataan KAP menetapkan kebijakan dan prosedur mengenai masa perikatan yang sesuai dengan standar profesi, hukum dan peraturan yang berlaku dengan rata-rata sebesar 4,26 dengan kategori tinggi.
Secara keseluruhan rata-rata tanggapan responden mengenai variabel Kualitas Audit (Y) yaitu sebesar 4,42 dengan kategori tinggi. Adapun kriteria interpretasi skor pada variabel Kualitas Audit (Y) dapat dilihat sebagai berikut.
Gambar 4.9
Garis Kontinum Variabel Kualitas Audit (Y)
Min Rendah Q1 Kurang Q2 Cukup Q3 Tinggi Max --- --- --- ---
1 2 3 4 5
4.1.3 Analisa Data
Analisa data yang diuji terdiri dari dua pengujian, antara lain uji validitas dan uji realiabilitas.
4.1.3.1 Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk menguji valid tidaknya suatu kuesioner dalam mengukur suatu konstruk, dan apakah dimensi-dimensi yang diukur secara terukur mampu menjadi item-item dalam pengukuran.
104 Tabel 4.7 Uji Validitas r Total Correlation (r Hitung) r Tabel Kriteria X1 0,668 0,1874 Valid X2 0,641 0,1874 Valid X3 0,202 0,1874 Valid X4 0,647 0,1874 Valid X5 0,644 0,1874 Valid X6 0,523 0,1874 Valid X7 0,466 0,1874 Valid X8 0,700 0,1874 Valid X9 0,611 0,1874 Valid X10 0,677 0,1874 Valid X11 0,437 0,1874 Valid X12 0,295 0,1874 Valid X13 0,586 0,1874 Valid X14 0,569 0,1874 Valid X15 0,518 0,1874 Valid X16 0,364 0,1874 Valid X17 0,508 0,1874 Valid X18 0,240 0,1874 Valid X19 0,531 0,1874 Valid X20 0,528 0,1874 Valid X21 0,417 0,1874 Valid X22 0,524 0,1874 Valid X23 0,382 0,1874 Valid X24 0,341 0,1874 Valid X25 0,471 0,1874 Valid X26 0,436 0,1874 Valid X27 0,543 0,1874 Valid Total X 1 0,1874
Sumber: Hasil penelitian, 2018
Berdasarkan Tabel 4.7, maka dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan untuk variable kompetensi, etika, dan integritas auditor memiliki status valid, karena seluruh nlai r hitung lebih besar dari r table.
105
4.1.3.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas bertujuan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Dalam penelitian ini pengukuran dilakukan dengan menggunakan One Shot atau pengukuran sekali saja dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.
Tabel 4.8 Uji Reliabilitas Variabel Cronbach's Alpha
(r Alpha) Kriteria N of Items
Kompetensi 0,905 Hubungan Sangat Erat 9
Etika Auditor 0,891 Hubungan Erat 12
Integritas 0,775 Hubungan Erat 6
Sumber: Hasil penelitian, 2018
Berdasarkan Tabel 4.8 uji reliabilitas dilakukan terhadap item pertanyaan yang dinyatakan valid. Suatu variabel dikatakan reliabel atau handal jika jawaban terhadap pertanyaan selalu konsisten. Jadi hasil koefisien reliabilitas variable kompetensi adalah sebesar r Alpha = 0,905. Variable etika adalah sebesar r Alpha = 0,891. Variable integritas adalah sebesar r Alpha = 0,775. Hal tersebut artinya bahwa memiliki nilai “Alpha Cronbach” lebih besar dari 0,70. Hal tersebut seiring dengan teori yang mengatakan bahwa suatu konstruk atau variabel dikatakan
106
reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,70 (Nunnally, 1994), hal ini dapat diindikasikan bahwa responden menjawab dengan konsisten.
4.1.4 Uji Asumsi Klasik
Asumsi klasik yang diuji terdiri dari tiga pengujian, antara lain uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas.
4.1.4.1 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengevaluasi ada atau tidaknya korelasi kuat antar variabel bebas, di mana adanya korelasi yang kuat antar variabel bebas mengindikasikan bahwa penggunaan variabel-variabel bebas di dalam model regresi tidak efisien. Dengan menggunakan bantuan aplikasi program SPSS didapat hasil estimasi nilai VIF masing-masing variabel bebas untuk uji multikolinieritas sebagai berikut:
Tabel 4.9
Nilai VIF Uji Multikolinieritas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Kompetensi 0,818 1,222
Etika 0,955 1,047
Integritas 0,808 1,238
Sumber: Hasil penelitian, 2018
Hasil estimasi nilai VIF yang disajikan melalui tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa nilai VIF masing-masing variabel bebas bernilai di bawah nilai kritis sebesar 10, yakni Kompetensi (X1) = 1,222, Etika Auditor (X2) = 1,047,
107
dan Integritas (X3) = 1,238. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi. 4.1.4.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Hasil estimasi menggunakan bantuan aplikasi program SPSS yang disajikan melalui gambar scatterplot berikut akan menunjukkan hasil dari uji heteroskedastisitas melalui analisis grafik.
Gambar 4.10
Scatterplot Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan scatterplot di atas terlihat bahwa distribusi data residual tidak membentuk pola-pola tertentu, tersebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu
108
heteroskedastisitas. Atau dengan kata lain, model regresi telah memenuhi asumsi homoskedastisitas.
4.1.4.3 Uji Normalitas Data
Uji Normalitas untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak mendeteksi suatu data berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui melalui analisis statistic. Untuk dapat lebih memastikan, selanjutnya digunakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov terhadap data unstandardized residualpada tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 hal tersebut menunjukkan bahwa data telah berdistribusi normal (Ghozali, 2011:165).
Tabel 4.10
Nilai Probabilitas Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 108
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7 Std. Deviation 2,61225462 Most Extreme Differences Absolute ,097 Positive ,051 Negative -,097 Kolmogorov-Smirnov Z 1,011
Asymp. Sig. (2-tailed) ,258
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
109
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa besarnya nilai Kolmogorov-SmirnovZ adalah sebesar 1,011 dengan nilai probabilitas sebesar 0,258. Dikarenakan nilai probabilitas hasil estimasi lebih besar dari taraf nyata signifikansi yang ditetapkan (0,258 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data
unstandardized residual telah berdistribusi normal.
4.1.5 Analisis Regresi Linier Berganda 4.1.5.1 Persamaan Regresi Linier Berganda
Pada bagian ini akan diuji pengaruh Kompetensi, etika auditor dan Integritas terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik yang berdomisili di Bandung dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan dalam analisis regresi berdasarkan data 108 orang akuntan publik. Model regresi berganda yang akan dibentuk adalah sebagai berikut:
Y = α + β1.X1 + β2.X2 + β3.X3 + ε Dimana : Y = Kualitas Audit α = Intercept β 1,2,3 = Koefisien regresi X1 = Kompetensi X2 = Etika Auditor X3 = Integritas ε = Residu
110
Analisis regresi digunakan untuk menguji perubahan yang terjadi pada kualitas audit yang dapat diterangkan atau dijelaskan oleh Kompetensi, etika auditor dan Integritas. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan bantuan aplikasi program SPSS diperoleh output hasil perhitungan koefisien regresi sebagai berikut.
Tabel 4.11 Nilai Koefisien Regresi
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 10,718 1,978
Kompetensi ,102 ,034 ,249 ,818 1,222
Etika ,140 ,031 ,357 ,955 1,047
Integritas ,256 ,078 ,281 ,808 1,238
a. Dependent Variable: Kualitas Audit
Dari output di atas diketahui nilai intercept dan koefisien regresi sehingga dapat dibentuk persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = 10,718 + 0,102 X1 + 0,140 X2 + 0,256 X3 + ε
Persamaan di atas dapat diartikan sebagai berikut:
a = 10,718 artinya jika variabel-variabel Kompetensi (X1), Etika
Auditor (X2), dan Integritas (X3) bernilai nol (0), maka
111
demikian dapat diketahui bahwa garis-garis regresi memotong sumbu Y pada titik 10,718.
b1= 0,104 artinya jika Kompetensi (X1) meningkat sebesar satu
satuan sedangkan variabel lainnya konstan, maka Kualitas Audit (Y) akan meningkat sebesar 0,102 satuan.
b2= 0,138 artinya jika Etika Auditor (X2) meningkat sebesar satu
satuan sedangkan variabel lainnya konstan, maka Kualitas Audit (Y) akan meningkat sebesar 0,140 satuan.
b3= 0,222 artinya jika Integritas (X3) meningkat sebesar satu satuan
sedangkan variabel lainnya konstan, maka Kualitas Audit (Y) akan meningkat sebesar 0,256 satuan.
4.1.5.2 Koefisien Korelasi & Determinasi
Dengan menggunakan bantuan aplikasi program SPSS didapat output hasil estimesi koefisien korelasi sebagai berikut.
Tabel 4.12
Nilai Koefisien Korelasi Product Moment Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,628a ,394 ,376 2,650
a. Predictors: (Constant), Integritas Auditor, Etika Auditor, Kompetensi b. Dependent Variable: Kualitas Audit
112
Dari analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (R) adalah sebesar 0,628. Nilai tersebut kemudian diintepretasikan berdasarkan kriteria obyektif sebagai berikut.
Tabel 4.13
Koefisien Korelasi dan Taksirannya Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000 Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat Sumber :Sugiyono, 2002:183
Berdasarkan tabel interpretasi koefisien korelasi yang disajikan di atas, maka koefisien korelasi sebesar 0,628 menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Setelah diketahui nilai koefisien korelasi, maka koefisien determinasi dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
KD = R2 × 100%
= (0,628)2 × 100% = 39%
Dengan demikian, maka diperoleh nilai KD sebesar 39% yang menunjukkan bahwa variabel Kompetensi (X1), Etika Auditor (X2), dan Integritas (X3) secara
simultan, memberikan kontribusi sebesar 39% dalam mempengaruhi Kualitas Audit (Y). Sedangkan sisanya sebesar 61% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diamati dalam penelitian ini.
113
Untuk mengetahui besar pengaruh secara parsial dilakukan perkalian nila beta dengan zero order sebagai berikut:
Tabel 4.14
Koefisien Determinasi Parsial
Variabel
Standardized
Coefficients Correlations Beta Zero - Order
Kompetensi 0,249 0,423 Etika Auditor 0,357 0,451 Integritas Auditor 0,281 0,454 X1 Terhadap Y = 0,249 × 0,423 = 0,105 = 10,53% X2 Terhadap Y = 0,357 × 0,451 = 0,161 = 16,10% X3 Terhadap Y = 0,281 × 0,454 = 0,127 = 12,76%
Perhitungan di atas menunjukkan bahwa secara parsial Kompetensi (X1)
memberikan kontribusi pengaruh sebesar 10,53% terhadap Kualitas Audit (Y). Etika Auditor (X2) memberikan kontribusi pengaruh sebesar 16,10% terhadap
Kualitas Audit (Y). Dan Integritas (X3) memberikan kontribusi pengaruh sebesar
12,76% terhadap Kualitas Audit (Y). 4.1.5.3 Pengujian Hipotesis Parsial (Uji t)
Hipotesis uji:
1) H0 → bYX1 = 0 Kompetensi (X1) tidak berpengaruh signifikan
secara parsial terhadap Kualitas Audit (Y);
H1 → bYX1 ≠ 0 Kompetensi (X1) berpengaruh signifikan secara
114
2) H0 → bYX2= 0 Etika Auditor (X2) tidak berpengaruh signifikan
secara parsial terhadap Kualitas Audit (Y);
H1 → bYX2≠ 0 Etika Auditor (X2) berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap Kualitas Audit (Y).
3) H0 → bYX2= 0 Integritas (X3) tidak berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap Kualitas Audit (Y);
H1 → bYX2≠ 0 Integritas (X3) berpengaruh signifikan secara parsial
terhadap Kualitas Audit (Y). Statistik uji:
Uji t pada taraf signifikansi (α) = 5%.
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
- Tolak H0 dan terima H1 jika ttabel ≥ thitung ≥ ttabel; atau
- Terima H0 dan tolak H1 jika ttabel< thitung< ttabel.
Dengan menggunakan bantuan aplikasi program SPSS diperoleh nilai thitung
sebagai berikut:
Tabel 4.16
Nilai thitung Uji Hipotesis Parsial
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 10,718 1,978 5,419 ,000 Kompetensi ,102 ,034 ,249 2,953 ,004 Etika ,140 ,031 ,357 4,569 ,000 Integritas ,256 ,078 ,281 3,304 ,001
115
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai thitung untuk variabel Kompetensi
(X1) sebesar 2,953, Etika Auditor (X2) sebesar 4,569, dan Integritas (X3) sebesar
3,304. Nilai-nilai thitung tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai t pada tabel
distribusi t. Dengan α = 5% dan df = nk-1 = 1083-1 = 104 diperoleh nilai ttabel
dari tabel distribusi t untuk pengujian satu pihak sebesar 1,659 dan -1,659.
Untuk lebih mudah memahami kriteria pengujian, maka nilai thitung dan nilai
ttabeldipetakan ke dalam kurva pengujian dua pihak sebagai berikut.
Gambar 4.12
Kurva Pengujian Hipotesis Parsial Pengaruh X1 terhadap Y
Berdasarkan kriteria uji yang telah dipaparkan sebelumnya, terlihat bahwa nilai thitung variabel X1 berada pada daerah penolakan H0 (2,953 > 1,659). Hal ini
menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, artinya Kompetensi (X1)
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Kualitas Audit (Y).
Daerah penerimaan H0 Daerah penolakan H0 ttabel= -1,659 0 ttabel= 1,659 Daerah penolakan H0 thitung = 2,953
116
Gambar 4.13
Kurva Pengujian Hipotesis Parsial Pengaruh X2 terhadap Y
Berdasarkan kriteria uji yang telah dipaparkan sebelumnya, terlihat bahwa nilai thitung variabel X2 berada pada daerah penolakan H0 (4,569 > 1,659). Hal ini
menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, artinya Etika Auditor (X2)
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Kualitas Audit (Y).
Gambar 4.14
Kurva Pengujian Hipotesis Parsial Pengaruh X3 terhadap Y
Berdasarkan kriteria uji yang telah dipaparkan sebelumnya, terlihat bahwa nilai thitung variabel X2 berada pada daerah penolakan H0 (3,304 > 1,659). Hal ini
Daerah penerimaan H0 Daerah penolakan H0 ttabel= -1,659 0 ttabel= 1,659 Daerah penolakan H0 thitung = 4,569 Daerah penerimaan H0 Daerah penolakan H0 ttabel= -1,659 0 ttabel= 1,659 Daerah penolakan H0 thitung = 3,304
117
menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, artinya Integritas (X3) berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap Kualitas Audit (Y).
4.2 Pembahasan
Dalam penelitian ini pembahasan dilakukan setelah diperoleh hasil uji secara statistik. Pembahasan dilakukan untuk menjelaskan hasil uji empiris dibandingkan dengan teori yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya dan dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu. Hasil penelitian terdahulu dan penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori yang telah ada yang berhubungan dengan penelitian ini. Pembahasan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data hasil penelitian dan hasil uji statistik.
4.2.1 Pengaruh Kompetensi Audior terhadap Kualitas Audit
Hasil pengujian pengaruh Kompetensi terhadap kualitas audit ditunjukan dengan nilai absolute thitung variable kompetensi sebesar (2,953) lebih besar dari ttabel
(1,659), karena nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel maka pada tingkat kekeliruan
5% (α =0,05), diputuskan untuk menolak Ho sehingga Ha diterima. Jadi, berdasarkan hasil pengujian dengan tingkat kepercayaan 95%, menunjukan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit.
Bobot pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit dapat dilihat dari nilai
standardized coefficients yaitu sebesar 0,249. Sedangkan besar pengaruh
kompetensi terhadap kualitas audit adalah ((0,2492) x 100) = 6,20%. Berdasarkan pada hasil perhitungan grand mean skor tanggapan responden mengenai kompetensi berada di interval 3-4 yaitu dengan rata-rata skor 3,65 yang berarti
118
kriteria cukup, artinya rata-rata akuntan publik yang berdomisili di Bandung telah cukup berkompetensi.
Namun demikian jika dilihat dari penyelesaian masalah audit, rata-rata telah cukup berkompetensi, hal ini tercermin dari tanggapan responden terhadap pernyataan Saya sudah pernah mengaudit berbagai jenis perusahaan baik perusahaan yang go public maupun yang bukan go public dengan rata-rata skor jawaban 4,06 yang berada dalam tinggi 4-5, yang berarti rata-rata akuntan publik yang berdomisili di Bandung cukup berkompetensi di bidang audit. Sebaliknya tanggapan responden terhadap bapak/ibu sebagai auditor kurang up to date mengenai isu isu akuntansi berdasarkan aturan terbaru dengan rata-rata sebesar 2,01 yang berada dalam interval 2-3, menunjukan bahwa rata-rata akuntan publik yang berdomisili di Bandung kurang berpengalaman.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Dengan kata lain bahwa kualitas audit akan semakin baik, jika akuntan publik berpengetahuan dan berpengalaman cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama, saat auditor mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan. Fenomena masih adanya akuntan publik yang berkompeten namun masih ada akuntan publik yang mendapatkan sanksi dari Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (P2PK) mulai dari sanksi yang bersifat administratif maupun sanksi pembekuan ijin akuntan publik, hal ini disebabkan masih adanya akuntan publik yang memiliki kompetensi yang cukup, namun belum sepenuhnya mempunyai
119
pengalaman dalam mendeteksi kekeliruan. Kondisi tersebut dapat dilihat dari tanggapan responden terhadap pernyataan, bapak/ibu sebagai auditor kurang up to date mengenai isu isu akuntansi berdasarkan aturan terbaru menunjukan rata-rata total skor yang lebih rendah dibandingkan dengan tanggapan responden yang lainnya. Dari hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa pengalaman akuntan publik berpengaruh terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik yang berdomisili di Bandung, dengan pengaruh sebesar 6,20%. Sedangkan pengaruh lainnya sebesar 94,80% merupakan pengaruh faktor-faktor lain, misalnya ukuran Kantor Akuntan Publik, tanggung jawab akuntan publik, audit fee, dan lain-lain. Hal tersebut didukung oleh penelitian Bawono dan Singgih (2010) yang mana dalam penelitian nya menguji pengaruh pengalaman kerja, independensi, obyektifitas, integritas, kompetensi terhadap kualitas audit, dalam penelitian nya kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Serupa dengan penelitian Luqman Hakim (2012) kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.
4.2.2 Pengaruh Etika Auditor terhadap Kualitas Audit
Hasil pengujian pengaruh etika auditor terhadap kualitas audit ditunjukan dengan nilai absolute thitung variable etika auditor sebesar (4,569) lebih besar dari
ttabel (1,659), karena nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel maka pada tingkat
kekeliruan 5% (α =0,05), diputuskan untuk menolak Ho sehingga Ha diterima. Jadi, berdasarkan hasil pengujian dengan tingkat kepercayaan 95%, menunjukan bahwa etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.
120
Bobot pengaruh etika auditor terhadap kualitas audit dapat dilihat dari nilai
standardized coefficients yaitu sebesar 0,357. Sedangkan besar pengaruh etika
auditor terhadap kualitas audit adalah ((0,3572) x 100) = 12,74%. Berdasarkan pada hasil perhitungan grand mean skor tanggapan responden mengenai etika auditor berada di interval 4-5 yaitu dengan rata-rata skor 4,01 yang berarti kriteria tinggi, artinya rata-rata akuntan publik yang berdomisili di Bandung telah beretika dalam melakukan audit.
Demikian juga tanggapan responden terhadap pernyataan bapak/ibu sebagai auditor menghindari tindakan yang dapat mendeskriditkan profesi dengan rata-rata sebesar 4,24 yang berada pada interval 4-5 menunjukan kriteria tinggi, artinya rata-rata akuntan publik yang berdomisili di Bandung memiliki tingkat professional dalam menjaga kerahasiaan klien sangat tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Dengan kata lain bahwa kualitas audit akan semakin baik, jika akuntan publik yang melakukan audit memiliki etika dalam bidang audit. Fenomena masih adanya akuntan publik yang mendapatkan sanksi dari Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (P2PK) mulai dari sanksi yang bersifat administratif maupun sanksi pembekuan ijin akuntan publik, hal ini disebabkan masih ada sebagian kecil akuntan publik yang tidak menjaga rahasia klien di lingkungan KAP. Dari hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik yang berdomisili di Bandung, dengan pengaruh sebesar 12,74%. Sedangkan pengaruh lainnya
121
sebesar 87,26% merupakan pengaruh faktor-faktor lain, misalnya ukuran Kantor Akuntan Publik, tanggung jawab akuntan publik, audit fee, dan lain-lain.
Hal tersebut didukung oleh penelitian M. Budi Djatmiko dan M. Zulfa Hadi Rizkina (2014) yang mana dalam penelitian nya menguji pengaruh pengaruh etika profesi terhadap kualitas audit, dalam penelitian nya etika profesi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit yang artinya, etika profesi berpengaruh memberikan perubahan yang berarti terhadap kualitas audit. Titin Rahayu dan Bambang Suryono (2016) dalam penelitian pengaruh independensi auditor, etika auditor, dan pengalaman auditor terhadap kualitas audit, dengan hasil penelitian etika auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Semakin tinggi etika yang dimiliki oleh seorang auditor, maka kualitas audit yang dihasilkan juga akan semakin baik.
4.2.3 Pengaruh Integritas Auditor terhadap Kualitas Audit
Hasil pengujian pengaruh Integritas terhadap kualitas audit ditunjukan dengan nilai absolute thitung variable integritas sebesar (3,304) lebih besar dari ttabel
(1,659), karena nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel maka pada tingkat kekeliruan
5% (α =0,05), diputuskan untuk menolak Ho sehingga Ha diterima. Jadi, berdasarkan hasil pengujian dengan tingkat kepercayaan 95%, menunjukan bahwa etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.
Bobot pengaruh integritas terhadap kualitas audit dapat dilihat dari nilai
standardized coefficients yaitu sebesar 0,281. Sedangkan besar pengaruh
122
pada hasil perhitungan grand mean skor tanggapan responden mengenai Integritas berada di interval 3-4 yaitu dengan rata-rata skor 4,04 yang berarti kriteria tinggi.
Demikian juga tanggapan responden terhadap pernyataan bertanggung jawab apabila hasil pemeriksaan masih dibutuhkan perbaikan berdasarkan aturan yang relevan dengan rata-rata sebesar 4,18 yang berada pada interval 4-5 menunjukan bahwa auditor tetap bertanggung jawab apabila masih dibutuhkan walaupun pemeriksaan sudah selesai dilakukan, artinya rata-rata akuntan publik yang berdomisili di Bandung memiliki tanggung jawab yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa Integritas berpengaruh terhadap kualitas audit. Fenomena masih adanya akuntan publik yang mendapatkan sanksi dari Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (P2PK) mulai dari sanksi yang bersifat administratif maupun sanksi pembekuan ijin akuntan publik, hal ini disebabkan masih ada sebagian kecil akuntan publik yang tidak teguh pada pendirian saat menjalankan pekerjaan. Dari hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa Integritas berpengaruh terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik yang berdomisili di Bandung, dengan pengaruh sebesar 7,89%. Sedangkan pengaruh lainnya sebesar 92,11% merupakan pengaruh faktor-faktor lain, misalnya ukuran Kantor Akuntan Publik, tanggung jawab akuntan publik, audit fee, dan lain-lain.
Hal tersebut didukung oleh penelitian M. Budi Djatmiko dan M. Zulfa Hadi Rizkina (2014) yang mana dalam penelitian nya menguji pengaruh pengaruh etika profesi terhadap kualitas audit, dalam penelitian nya etika profesi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit yang artinya, etika profesi berpengaruh memberikan perubahan yang berarti terhadap kualitas audit. Titin
123
Rahayu dan Bambang Suryono (2016) dalam penelitian pengaruh independensi auditor, etika auditor, dan pengalaman auditor terhadap kualitas audit, dengan hasil penelitian etika auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Semakin tinggi etika yang dimiliki oleh seorang auditor, maka kualitas audit yang dihasilkan juga akan semakin baik.