• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORESPONDENSI PROTO MELAYU POLINESIA, BAHASA JAWA YOGYAKARTA DAN BAHASA INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KORESPONDENSI PROTO MELAYU POLINESIA, BAHASA JAWA YOGYAKARTA DAN BAHASA INDONESIA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

oleh Endang Nurhayati FBS Universitas Negeri Yogyakarta

Abstract

This article is based on a research study focussing on correspondence among Proto Malay Polynesian (PMP, for short), the Yogyakarta Javanese dialect, and Indonesian. The research employed a top-down reconstruction analysis.

The results of the analysis have indicated that PMP is reflected in the Yogyakarta Javanese dialect with the retention of the vowels /a/, /i/, /u/, and /ê/ and the consonants /b/, /p/, /m/, /t/, /n/, /k/, /K/, /l/, and /s/ and an innovation in the vowels /i/, /ey/, and /ê/ and the consonants /z/, /q/, /b/, /R/, /s/, /S/, and /D/ and that PMP is reflected in Indonesian with the retention of the vowels /a/, /i/, /u/, and /ê/ and the consonants /b/, /p/, /m/, /t/, /d/, /n/, /k/, /K/, /l/, /r/, and /s/ and an innovation in the vowel /i/ and the consonants /q/, /z/, /R/, /D/, /s/, and /S/.

Keywords: correspondence, reflection: retention, innovation

A. PENDAHULUAN Lehmann (dalam Fernandez,1995: 26) rumpun ini merupakan rumpun bahasa yang terluas Bahasa Jawa Yogyakarta merupakan

wilayahnya dibanding dengan rumpun bahasa salah satu dialek bahasa Jawa yang memiliki

lain di dunia. Nama Melayu Polinesia mula-hubungan kekerabatan dengan bahasa Jawa,

mula diberikan oleh Wilhelm Humboldt untuk bahasa Indonesia dan dan Proto Melayu

menyebut rumpun bahasa di kawasan Asia Polinesia. Untuk mengetahui sejauh mana letak

Tenggara Pasifik. Cara penentuan kognat hubungan kekerabatan bahasa-bahasa tersebut,

dilakukan dengan cara merefleksikan dua ratus perlu dilakukan perunutan korespondensinya.

kosa kata bahasa Jawa Yogyakarta, bahasa Jawa Adapun perunutan korespondensi bunyi pada

Standar atau Baku dan bahasa Indonesia dengan kajian ini adalah korespondensi bunyi teratur

daftar etimon PMP pada tabel daftar tanyaan atau bunyi primer. Hal ini dilakukan karena

Swades. Dengan cara ini akan diketahui dengan pelacakan ini secara inklusif telah

refleksinya yang menyatakan letak hubungan terunut pula korespondesi bunyi sekunder atau

kekerabatan yang dimaksud. bunyi sporadis.

Pelacakan korespondensi suatu bahasa Alat pelacakan kognat yang digunakan

dikaji dalam studi linguistik komparatif. Prinsip untuk menentukan kedekatan hubungan bahasa

pengkajian bertujuan untuk mengetahui Jawa Yogyakarta dengan bahasa Jawa dan

hubungan kognat, dan untuk melihat seberapa bahasa Indonesia berupa daftar tanyaan dua

besar unsur-unsur warisan dan pengembangan ratus kosa kata Swades atau etimon Proto

s u a t u b a h a s a d a r i b a h a s a a s a l a t a u Melayu Polinesia yang seterusnya akan ditulis

protobahasanya yang diwariskan padanya. dengan singkatan PMP. Bahasa Austronesia

Dalam hal pengamatan hubungan kekerabatan atau Melayu Polinesia adalah nama rumpun

antarbahasa, perangkat kognat atau kata seasal/ bahasa yang wilayahnya tersebar luas di

sekerabat mendapat perhatian penting pada kawasan Asia Tenggara Pasifik. Menurut

(2)

taraf awal dalam rangka menentukan kedekatan dibedakan atas cabang primer yaitu kelompok kekerabatan suatu bahasa (Fernandez, bahasa Formusa dan Melayu Polinesia. Jika 1996:21). Pengamatan terhadap perangkat ditelusur lebih lanjut, bahasa Melayu Polinesia kognat ini mempunyai relevansi historis karena dapat dibagi menjadi dua cabang utama yaitu dengan memannfaatkan perangkat kognat ini subkelompok bahasa Oceania dan Non dapat diformalasikan kaidah-kaidah perubahan Oceania. Berdasarkan pembedaan kualitatif, bunyi yang teratur atau korespondensi bunyi Bob Blust (dalam Fernandez, 1995: 31) antarbahasa sekerabat. Hal ini sesuai dengan mengelompokkan bahasa-bahasa Austronesia teori perubahan bahasa, bukan mustahil darinya yang hampir sama dengan Dyen, yaitu dapat ditarik kesimpulan mengenai fakta atau pencabangan simpai bipartit primer, sedangkan keterangan yang berhubungan dengan pencabangan simpai bipartit sekunder hasilnya peristiwa historis yang mempengaruhi bahasa. agak berbeda yaitu subkelompok Melayu Berdasarkan pemahaman terhadap kaidah Polinesia Barat, dan Melayu Polinesia Timur. perubahan bunyi teratur, misalnya dapat Selanjutnya subkelompok terakhir dibedakan dilakukan pemilihan kata-kata bahasa sekarang pula atas subkelompok Melayu Polinesia yang merupakan kelanjutan dari bahasa asalnya Tengah dan Timur.

(Dyen dalam Fernandez, 1996:21). Sugono (1994:1) menerangkan bahwa yang termasuk Melayu Polinesia Barat anatar lain Melayu Polinesia, Filipina dan Polinesia B. KONSEP PROTOBAHASA

Barat termasuk Chamorro dan kepulauan Protobahasa merupakan cikal bakal

Mikronesia Barat, bahasa-bahasa Chamic di bahasa-bahasa di dunia, pada dasarnya

daratan Asia Tenggara dan Malagasi. Adapun merefleksi pada bahasa-bahasa modern atau

yang termasuk Polinesia Barat adalah dapat juga dikatakan bahwa suatu perubahan

Indonesia Barat, Bali, Lombok, bagian barat bahasa sebenarnya jika ditelusur dapat

Sumbawa, dan Sulawesi. Yang termasuk dikembalikan pada protobahasanya dengan

Melayu Polinesia Tengah Timur adalah bahasa-cara melacak kaidah perubahan bunyinya.

bahasa kelompok Melayu Polinesia Tengah dan Perubahan bahasa dapat terjadi pada

bahasa-Melayu Polinesia Timur. Termasuk dalam bahasa alami yang mengindikasikan suatu

Polinesia Timur adalah bahasa-bahasa di hakekat bahasa yaitu bahwa pada prinsipnya

Halmahera Selatan, Papua Nugini, dan bahasa manusia mengalami perubahan dari

kelompok Oseanik. masa ke masa (Crowley, 1987:15). Perubahan

B a h a s a I n d o n e s i a b e r d a s a r k a n tersebut dapat diamati dalam semua sitem

rumpunnya termasuk kelompok Polinesia kebahasaan meliputi perubahan fonologis,

Barat. Berdasarkan sejarah perkembangannya leksikon, tatabahasa dan semantik.

bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Perubahan fonologis merupakan

Perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa perubahan bahasa yang sering terjadi pada

Indonesia mengalami proses pertumbuhan bahasa-bahasa sekerabat apabila dibandingkan

yang cukup lama atau berabad-abad. Ada dengan protobahasanya. Perubahan ini dapat

pendapat yang mengatakan bahwa bahasa dibedakan menjadi dua jenis yaitu perubahan

Indonesia berasal dari bahasa Melayu Riau, bunyi primer atau perubahan bunyi yang

pendapat ini tentunya tidak dapat diikuti begitu teratur, dan perubahan sekunder atau perubahan

saja karena bahasa Melayu Riau hanyalah bunyi yang sporadis. Keduanya dapat diamati

merupakan salah satu dialek dari bahasa dengan menelusuri refleksi bahasa-bahasa

Melayu. modern dari protobahasanya.

Ada suatu dialek yang sudah Dyen dengan memperlihatevidensi

digunakan sebagai bahasa perhubungan atau kuantitatif (dalam Fernandez, 1995:31)

lingua franca di Nusantara, yang disebut membuat kesimpulan bahwa dalam diagram

Melayu Pasar. Bahasa melayu Pasar inilah yang kekerabatan, rumpun bahasa Austronesia dapat

(3)

digunakan sebagai penetapan embrio bahasa Yogyakarta tidak direkonstruksi sendiri-sendiri Indonesia. Tentang bahasa Indonesia telah karena pada prinsipnya keduanya memiliki banyak dikaji antara lain oleh Lapoliwa (1981), kesamaan.

Adelaar (1992), dan Northofer (1975). Kajian Ditinjau dari kekerabatan bahasa Jawa tersebut membagi bunyi konsonan dalam Yogyakarta, bahasa Jawa dan bahasa Indonesia bahasa Indonesia menjadi 23 konsonan yaitu sama-sama masuk rumpun bahasa Austronesia. /p/, /b/, /t/, /d/, /k/, /g/, /?/, /f/, /s/, /z/, /c/, /x/, /h/, Bahasa Jawa Yogyakarta, Bahasa Jawa dan /c/, /j/, /m/, /n/, /?/, /ñ/, /l/, /r/, /w/, /y/, bahasa Indonesia jika dilihat dari fitur-fitur dan sedangkan vokalnya ada 6 yaitu /i/, /e/, /a/, /u/, kaidah kebahasaannya memiliki kemiripan,

/o/, /?/. begitu pula dalam hal kosa katanya terdapat

Bahasa Jawa adalah bahasa yang banyak sekali kata-kata yang seasal atau kognat digunakan sebagai bahasa ibu dan alat (Poedjasoedarmo, 1979). Dialek Yogyakarta komunikasi masyarakat tutur Jawa Tengah, pernah dikaji oleh Adisumarto, dkk.(1985) Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta. dengan fokus kajian variasi leksikal khususnya Disamping digunakan di tiga propinsi tersebut, yang berkaitan dengan budaya daerah setempat. bahasa Jawa digunakan juga di propinsi lain Kajian ini tidak sama dengan kajian di dimana daerah itu tinggal sekelompok penutur atas karena fokus kajian ini adalah kajian Jawa (pemukiman Jawa) seperti daerah refleksi PMP terhadap bahasa Jawa Yogyakarta, Lampung, DKI Jakarta, Sumatra Selatan dan Jawa dan Indonesia dalam aspek perubahan Suriname (data sensus 1990). Adapun bahasa bunyi primer. Oleh karena itu diharapkan kajian Jawa Yogyakarta adalah bahasa Jawa dialek ini dapat melengkapi kajian-kajian yang telah Yogyakarta dan dialek ini digunakan oleh ada, sehingga memperkaya studi linguistik masyarakat tutur Yogyakarta. Dialek ini komparatif dan dialektologi.

disebut juga sebagai bahasa baku bahasa Jawa

seperti halnya bahasa Jawa Surakarta. C. REFLEKS PMP PADA BAHASA JAWA Meskipun bahasa Jawa Yogyakarta adalah

DAN JAWA YOGYAKARTA bahasa baku bahasa Jawa, tetapi bahasa ini

Perunutan hubungan atau refleks PMP memiliki ciri khas yang berbeda dengan bahasa

dengan bahasa Jawa dan bahasa Jawa Surakarta, sehingga keduanya bisa juga disebut

Yogyakarta dilakukan dengan metode top down sebagai bahasa Jawa dialek Yogyakarta dan

reconstruction atau rekonstruksi dari atas ke Surakarta, tetapi juga dapat disebut sebagai

bawah pada etimon 200 daftar tanyaan Swadez, bahasa Jawa Baku atau standar, sehingga dalam

yang hasilnya adalah seperti berikut ini. rekonstruksi nanti Bahasa Jawa dan Jawa

1. Retensi Fonem Vokal

PMP BJ/ BY Glos

*a > a/ (kecuali -#)

*Zalan > dalan ‘jalan’

*qatey > ati ‘hati’

*anak > ana? ‘anak’

*i > i/ (kecuali ultima tertutup)

*talih > tali ‘tali’

*Kipi > Kimpi ‘bermimpi’

(4)

*u > u/ (kecuali ultima tertutup)

*m-utaq > mutah ‘muntah’

*bulu > wulu ‘bulu’

*asu > asu ‘anjing’

2. Retensi Fonem Konsonan

PMP BJ/ B Glos

*b > b/ (kecuali -#)

*buka > mbuka? ‘membuka’

*ma-bênêr > bênêr ‘benar’

*baRiw > bôsô? ‘busuk’

*p > p

*maKuDip > urIp ‘hidup’

*ma-putih > putIh ‘putih’

*ma-nipis > tipIs ‘tipis’ *m > m

*mamaq > mamah ‘mengunyah’

*Rumaq > omah ‘rumah’

*zaRum > dôm ‘jarum’

*t > t

*talih > mbuka? ‘membuka’

*matey > matir ‘mati’

*laKit > laKIt ‘langit’

*K > n/ (kecuali -#)

*manuk > manu? ‘burung’

*Zalan > dalan ‘jalan’

*aKiK > aKIn ‘angin’

*k > k/ (kecuali -#)

*kulit > kulIt ‘kulit’

*kaSiw > kayu ‘kayuh’

*buka > mbuka ‘membuka’

*K > n/ (kecuali -#)

*bêKi > wêKi ‘malam’

*bilaK > netUn ‘menghitung’

*taKis > naKIs ‘menangis’

*l > l/ posisi tengah

*zalan > dalan ‘jalan’

*bulu > wulu ‘bulu’

*talih > tali ‘tali’

*s > s/ (kecuali -#)

*taKis > naKIs ‘menangis’

*asu > asu ‘anjing’

(5)

3. Inovasi Fonem Vokal

PMP BJ/ BY Glos

*i > I/ ultima tertutup

*kulit > kulIt ‘kulit’

*ma-kuniK > kunIK ‘kuning’

*piliq > milIh ‘memilih’

*ey > i/ (hanya -#)

*qatey > ati ‘hati’

*matey > mati ‘mati’

*e > ê / (kecuali #-)

*sepsep > nêsêp ‘mengisap’

*telu > têlu ‘tiga’

*ma-bener > bênêr ‘benar’

*tanem > tanêm ‘tanam’

4. Inovasi Fonem Konsonan

PMP BJ/ BY Glos

*z > d/ (kecuali -#)

*Zalan > dalan ‘jalan’

*Zarum > dôm ‘jarum’

*quZan > udan ‘hujan’

*q > ø/ (kecuali -#)

*qatey > ati ‘hati’

*quZan > udan ‘hujan’

*qabu > awu ‘abu’

*taqun > taun ‘tahun’

*q > h/ -#

*m-utaq > mutah ‘muntah’

*mamaq > mamah ‘mengunyah’

*piliq > milIh ‘memilih’

*b > w/ (kecuali -#)

*bulu > wulu ‘bulu’

*buaq > wôh ‘buah’

*qabu > awu ‘abu’

*R > ø

*Rumaq > omah ‘rumah’

*ZaRum > dôm ‘jarum’

*tuduR > turu ‘tidur’

*S > ø / (kecuali -#)

*i-kaSu > ko/ kowe ‘kamu’

*ma-Suab > aKôp ‘menguap’

(6)

*s > ø

*Dusa > ro/ loro ‘dua’

*Dasun > rôn ‘daun’

*sapuy > api (api suci) ‘api’ *D > r

*tuDur > turu ‘tidur’

*Dusa > ro/ loro ‘dua’

*maKuDip > urIp ‘hidup’

Dari rekonstruksi tersebut dapat dibuat kaidah sebagai berikut: h *q ø *R *D _____________ r (substitusi) *S ø *s *Z_____________ d (substitusi)

D. REFLEKSI PMP PADA BAHASA metode top down reconstruction atau INDONESIA rekonstruksi dari atas ke bawah pada etimon 200 daftar tanyaan Swadez, yang hasilnya Perunutan hubungan atau refleks PMP

adalah seperti berikut ini. dengan bahasa Indonesia dilakukan dengan

1. Retensi Fonem Vokal

PMP B.Indonesia Glos

*a > a

*akar > akar ‘akar’

*Zalan > jalan ‘jalan’

*buKa > buKa ‘bunga’

*i > i

*ini > ini ‘ini’

*kilat > kilat ‘kilat’

*diRi > diri ‘diri’

*u > u/ (kecuali #-)

*Rumaq > rumah ‘rumah’

*bulu > bulu ‘bulu’

(7)

*ê > ê (kecuali -# >a)

*beli > bêli ‘beli’

*qateluR > têlur ‘telur’

*ma-bener > bênar ‘benar’

2. Retensi Fonem Konsonan

PMP B.Indonesia Glos

*b > b/ (kecuali -#)

*batu > batu ‘batu’

*qabu > abu ‘abu’

*buKa > buKa ‘bunga’

*p > p

*ma-putih > putih ‘putih’

*ma-nipis > tipis ‘tipis’

*qatap > atap ‘atap’

*m > m

*mata > mata ‘mata’

*Rumaq > rumah ‘rumah’

*inum > minum ‘minum’

*t > t*

*taliKa > têliKa ‘telinga’

*mata > mata ‘mata’

*kabut > kabut ‘kabut’

d > d/ (kecuali -#)

*(d)aReq > darah ‘darah’

*tuduR > tidur ‘tidur’

*diRi > bêrdiri ‘berdiri’

*n > n/ (kecuali -#)

*ma-panas > panas ‘panas’

*Zalan > jalan ‘jalan’

*qutan > hutan ‘hutan’

*k > k/ (kecuali -#)

*kulit > kulIt ‘kulit’

*ma-sakit > sakit ‘sakit’

*kutu > kutu ‘kutu’

*n > n/ (kecuali -#)

*taliKa > taliKa ‘telinga’

*bilaK > hituK ‘menghitung’

* ma-kuniK > kunIK ‘kuning’

*l > l/ (kecuali -#)

*laKit > laKit ‘langit’

*kulit > kulit ‘kulit’

(8)

*r > r/ ( -#)

*akar > akar ‘akar’

*liqer > leher ‘leher’

*ma-banar > bênar ‘benar’

*s > s

*susu tuho > susu ‘susu’

*ma-sakit > sakit ‘sakit’

*isap > mêKhisap ‘menghisap’

*ma-panas > panas ‘panas’

3. Inovasi Fonem Vokal

PMP B.Indonesia Glos *i > i > i/ (kecuali pada ultima tertutup)

*kulit kulit ‘kulit’

*taKis mênaKis ‘menangis’

*ma-putih putih ‘putih’

4. Inovasi Fonem Konsonan

PMP B.Indonesia Glos

*q > h

*quZan > hujan ‘hujan’

*ma-taqu > tahu ‘tahu’

*ma-Zauq > jauh ‘jauh’

*Z > j/ (kecuali -#)

*Zalan > jalan ‘jalan’

*Zaqat > jahat ‘jahat’

*Quzan > hujan ‘hujan’

*R > r

*Rumaq > rumah ‘rumah’

*(d) aReq > darah ‘darah’

*ikuR > ekôr ‘ekor’

*q > ø/ (kecuali -#)

*qatap > atap ‘atap’

*ma-teqah > tua ‘tua’

*qabu > abu ‘abu’

*D > d/ (kecuali -#)

*tiDur > tidur ‘tidur’

*Dasun > daun ‘daun’

*Dusa > dua ‘dua’

*s > ø

*Dasun > daun ‘daun’

(9)

*S > ø

*Sapuy > api ‘api’

*kaSiw > kayu ‘kayu’

*i-kaSu > kau ‘kau’

Dari refeks diatas dapat dibuat kaidah sebagi berikut: *z _____________ j *R _____________ r *D _____________ d h *q ø *S *s

E. KORESPONDENSI ANTARA PMP, dan Indonesia di atas dapat diuraikan B A H A S A J A W A , J A W A korespondensi antara PMP, bahasa Jawa, Y O G YA K A RTA D A N B A H A S A bahasa Jawa Yogyakarta dan bahasa Indonesia

INDONESIA seperti berikut ini.

Berdasarkan hasil rekonstruksi refleksi PMP dengan bahasa Jawa, Jawa Yogyakarta

1. Retensi Fonem Vokal

PMP BJ/ BY BI Glos

*a > a > a

*Zalan dalan jalan ‘jalan’

*anak ana? ana? ‘anak’

*buka mbuka? Buka ‘membuka’

*i > i > i/ (kecuali pada ultima tertutup)

*talih tali tali ‘tali’

*ini iki ini ‘ini’

*nipi Kimpi bermimpi ‘bermimpi’

*u > u > u/ (kecuali pada ultima tertutup)

*bulu wulu bulu ‘bulu’

*batu watu batu ‘batu’

2. Retensi Fonem Konsonan

PMP BJ/ BY BI Glos

*b > b > b/ (kecuali -#)

*buka mbuka? membuka ‘membuka’

*bulan mbulan bulan ‘rembulan’

(10)

*p > p > p

*ma-putih putIh putih ‘putih’

*ma-nipis tipIs tipis ‘tipis’

*maKuDip urIp hidup ‘hidup’

*m > m > m

*mata môtô mata ‘mata’

*Rumaq omah rumah ‘rumah’

*ZaRum dôm jarum ‘jarum’

*t > t > t

*talih tali tali ‘tali’

*matey mati mati ‘mati’

*kulit kulIt kulit ‘kulit’

*n > n > n/ (kecuali -#)

*Zalan dalan jalan ‘jalan’

*me-panas panas panas ‘panas’

*aKin aKIn aKin ‘angin’

*k > k > k/ (kecuali -#)

*kulit kulIt kulit ‘kulit’

*buka mbuka? buka ‘membuka’

*ma-kuniK kuniK kuniK ‘kuning’

*K > n > n/ (kecuali -#)

*taKis taKIs mênaKis ‘menangis’

*ijusuK irUK hiduK ‘hidung’

* laKit laKIt laKit ‘langit’

*l > l > l

*laKit laKit laKit ‘langit’

*bulu wulu bulu ‘bulu’

*piliq milIh mêmilih ‘memilih’

*s > s > s

*susu tuho susu susu susu

*nasu masa? mêmasa? ‘memasak’

*ma-panas panas panas ‘panas’

3. Inovasi Fonem Vokal

PMP BJ/ BY BI Glos

*i > i > i/ (kecuali pada ultima tertutup)

*kulit kulIt kulit ‘kulit’

*taKÕis naKÕIs mênaKÕis ‘menangis’

(11)

4. Inovasi Fonem Konsonan

PMP BJ/ BY BI Glos

*Z > d > j/ (kecuali -#)

*Zalan dalan jalan ‘jalan’

*quzan udan hujan ‘hujan’

*ma-zauq adôh jauh ‘jauh’

*q > h > h/ (-#)

*m-utaq muntah muntah ‘muntah’

*Rumaq omah rumah ‘rumah’

*buah wôh buah ‘buah’

*q > ø > h/ (kecuali -#)

*quZan udan hujan ‘hujan’

*qatey ati hati ‘hati’

*taqun taUn tahun ‘tahun’

*R > ø > r

*Rumaq omah rumah ‘rumah’

*ZaRum dôm jarum ‘jarum’

*tuDur turu tidur ‘tidur’

*b > w > b (kecuali -#)

*bulu wulu bulu ‘bulu’

*batu watu batu ‘batu’

*qabu awu abu ‘abu’

*D > r > d/ (kecuali -#)

*Dusa ro dua ‘dua’

*tuDur turu tidur ‘tidur’

*S > ø > ø/ (kecuali -#)

*ijuSuKÕ irUKÕ hiduKÕ ‘hidung’

*ma-Suab aKÕôp mêKÕuap ‘menguap’

*i-kaSu ko/ kowe kau ‘kau’

F. PENUTUP konsonannya /z/, /q/, /b/, /R/, /s/, /S/, /D/ pada bahasa Jawa, Jawa Yogyakarta.

Dari hasil rekonstruksi di atas dapat

disimpulkan bahwa bahasa Jawa, Jawa Refleks PMP terhadap bahasa Yogyakarta dan bahasa Indonesia memiliki Indonesia berupa retensi fonem vokal /a/, /i/, hubungan kerabat atau seasal protonya yaitu /u/, /ê/, dan fonem konsonan /b/, /p/, /m/, /t/, /d/, Proto Melayu Polinesia. Adapun refleks PMP /n/, /k/, /K/, /l/, /r/, /s/. Inovasi terjad pada terhadap bahasa Jawa, dan Jawa Yogyakarta inovasi fonem vokal /i/ dan inovasi fonem berupa refleks unsur retensi atau warisan tetap konsonan /q/, /z/, /R/, /D/, /s/, /S/. Hasil yaitu retensi fonem vokal /a/, /i/, /u/, dan /ê/, dan rekonstruksi refleksi PMP terhadap bahasa retensi fonem konsonan /b/, /p/, /m/, /t/, /n/, /k/, Jawa, bahasa Jawa Yogyakarta dan bahasa /K/, /l/, dan /s/. Unsur inovasi atau warisan yang Indonesia tersebutlah yang menunjukkan letak mengalami perkembangan yaitu inovasi fonem hubungan kekerabatan mereka.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Adelaar, K. Alexander. 1992. Proto Malayo: The Reconstruction of its Phonology and Part of its Lecsicon and Morphology. Canberra: The Australian National University.

Crowley. Terry. 1987. An Introduction to Historical Linguistics. Papua New Guinea: University of Papua New Guinea University Press.

Fernandez, Inyo Yos. 1995. “Pengelompokan Mikro dan Makro dalam Kajian L i n g u i s t i k A u s t ro n e s i a S e c a r a Diakronis” dalam Humaniora I/ 1995. Fakultas Sastra UGM.

__________________. 1996. Relasi Historis Kekerabatan Bahasa Flores. Ende: Nusa Indah.

Lapoliwa, Hans. 1981. A Generative Approach to The Phonology of Bahasa Indonesia. Canberra: The Australian National University.

Northofer, Bernd. 1975. The Reconstruction of P r o t o - M a l a y o - J a v a n i c . S . Gravenhage: Martinus Nijhoff.

Poedjasoedarma, Soepama. Et.al.1979.b. Tingkat Tutur Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Sugono, Dendy. 1994. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Puspaswara.

Referensi

Dokumen terkait

Informasi keuangan di atas diambil dari Laporan Keuangan Konsolidasian PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Dan Banten (Persero) Tbk ("Bank") dan Entitas Anaknya tanggal

(4) Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (2), mengadakan musyawarah untuk menentukan calon anggota BPD paling sedikit 2 (dua) kali dan paling banyak 3 (tiga) kali dari kuota

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran kontekstual dengan metode snowball

Tidak seperti di madrasah, kurikulum pembelajaran bahasa Arab yang digunakan di perguruan tinggi Islam agaknya lebih fleksibel, karena pencapaian tujuan

Adapun manfaat kemampuan motorik kasar anak usia dini menurut Hurlock (1978: 162) yaitu melalui keterampilan motorik anak dapat menghibur dirinya untuk memperoleh

didapat dari: evaluasi dan reaksi thdp info yang ditemukan dari dorongan yang jelas.  Stimulus/dorongan ini didpat dari

Seingnya terjadi sengketa dalam pelaksanaan suatu kontrak konstruksi terjadi karena adanya perubahan lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan konstruksi, yang bagi penyedia jasa

masyarakat tentang aktivitas makan bayi dan balita · Peningkatan ketersediaan dan aksebilitas makanan sehat · Adanya kerjasasama lintas sektoral (dinas pertanian, agama dan