• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komponen Selular Imunitas Alamiah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Komponen Selular Imunitas Alamiah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Komponen Selular Imunitas Alamiah Imunitas Alamiah / Innate Immunity

• Mekanisme pertahanan jenis ini timbul secara alamiah atau given dalam

menghadapi keberadaan mikroba atau musuh tanpa proses “berpikir panjang” dan beradaptasi, karena sudah ada secara alamiah.

• Pengenalan terhadap keasingan berkisar dari nol (seperti barier kimia dan

sik! hingga "ang tertinggi struktur molekul sekelompok mikroba terkait dan ketidak#adaan M$% I pada sel tubuh "ang terin&eksi 'irus dan kanker.

• espons imun alamiah kita sudah dirancang oleh Allah S)* mampu

mengenali “ciri keasingan”. espons imun adapti& perlu proses “belajar” dalam mengenali “keasingan” antigen, sedangkan pada imunitas alamiah pengenalan “keasingan” musuh sudah ada tanpa perlu “belajar” atau pemrosesan antigen.

•  +adi pada respons imun alamiah pengenalan “keasingan” musuh seperti

AKSIMA "ang tidak terbantahkan dan sudah “given”. Sistem pertahanan kita dari jalur respons imun alamiah, juga dibekali dengan reseptor#reseptor "ang mampu mengenal “keasingan” seperti reseptor mannosa mengenali mannosa "ang terdapat di dinding bakteri, reseptor -PS (lipopolisakarida! mengenali molekul lipopolisakarida "ang juga terdapat di dinding sel bakteri.

• iperkirakan ada /0

1 pola molekul "ang mampu dikenali oleh sistem imun

alamiah ini.

Makrofag dan netrol

Merupakan pasukan in&antri. Pencaplok 2 &agosit pro&esional. alam proses

pencaplokan 2 &agositosis makro&ag mempun"ai “pengendus” kehadiran kuman "ang diperankan oleh reseptor#reseptor berikut 3

Reseptor mannosa

Merupakan reseptor "ang mengendus keberadaan gula khas bakteri Reseptor scavenger 

Merupakan reseptor pengendus keberadaan -- (lo4 densit" lipoprotein! khas bakteri

(3)

Reseptor opsonin/reseptor Fc (imunitas adaptif)

Makro&ag 2 netrol mempun"ai kemampuan mengendus mikroba "ang telah diselimuti oleh 5at#5at seperti antibodi, protein komplemen dan lektin. 6ntuk mengendus keberadaan antibodi "ang sudah men"elimuti mikroba, makro&ag 2 netrol memiliki reseptor 7c. eseptor 7c makro&ag 2 netrol melekat seperti kunci dan anak kunci dengan 7c antibodi. 6ntuk mengendus komplemen makro&ag 2 netrol juga mempun"ai reseptor %1b dari komplemen. an untuk mengendus lektin dengan secara tidak langsung, karena lektin mengakti&kan komplemen, dan komplemen inilah "ang menimbulkan “gairah” pencaplokan makro&ag 2 netrol Toll-like receptors (TLRs)

Ada /0 jenis protein ka"a leusin, ber&ungsi mengendus keberadaan lipopolisakarida dari mikroba. Kontak komponen lipopolisakarida mikroba dengan *-s menstimulasi produksi 5at#5at mikrobisid (pembunuh mikroba! dan sitokin dalam sel &agosit.

!"#

Merupakan molekul "ang tertanam di permukaan sel makro&ag, monosit dan netrol "ang berperan sebagai pengendus keberadaan lipopolisakarida mikroba.

Reseptor tu$uh heliks transmem%ran %er%eda/ G-protein coupled receptor 

eseptor ini mempun"ai kapasitas mengendus peptida N#&orm"lmethion"l milik bakteri, kemokin dan mediator lipid "ang merupakan “asap#asap” pertempuran. $asil akhir dari pengendusan ini adalah perubahan rangka seluler (c"toskeletal! dan peningkatan kapasitas &ungsional integrin (molekul homing! "ang membuat

makro&ag 2 netrol bergerak menuju tempat “pertempuran” dengan bakteri. Imunitas Adaptif 

• -im&osit

• 8atural killer cells • -im&osit *

• Sel * %9 • Sel * %: • -im&osit ;

• Sel plasma

&el Natural Killer 

• 6kurann"a lebih besar dari lim&osit, tetapi sitoplasman"a lebih mirip dengan

netrol dan makro&ag, ban"ak granul#granul “persenjataan "ang mematikan”.  *idak mempun"ai reseptor sel * sehingga dia tidak mampu mengenali

antigen. ianggap sebagai sel *. Mempun"ai karakter pembunuh musuh dengan memuntahkan senjata#senjata granul lisosom toksik mereka

• ibandingkan dengan sel ; dan sel *, sel 8K lebih “siap” tempur. Sehingga

tidak perlu “pelatihan khsusus” atau biasa disebut co# stimulan atau bentuk "ang lain seperti saling kerja sama dengan sel lain untuk membuat mereka siap membunuh musuh.

(4)

• “Aroma” lipopolisakarida bakteri sudah cukup mampu membuat sel 8K

“mengendus” keberadaan bakteri lalu dengan sigap “menghajarn"a”. Selain karakter pembunuh musuh "ang dimiliki, sel 8K juga mengeluarkan “bahasa sandi” inter&eron γ  (I78#γ ! agar “prajurit” makro&ag datang “membantu

pen"erangan. (dalam hal ini makro&ag berperan sebagai prajurit!

•  *arget musuh "ang akan dibunuh harus tidak mempun"ai ciri tubuh sendiri

(M$% I!. ;ila rusak M$%#/n"a seperti pada sel "ang rusak akibat in&eksi 'irus atau sel kanker, langsung tanpa ampun dibunuh oleh sel 8K.

; %ells and * %ells Limfosit T

• -im&osit * atau sel * dan lim&osit ; atau sel ;, analog dengan per4ira,

(kemampuan organisatoris koordinati& dalam pen"erangan, mengenali musuh secara detil dan memberikan komando pen"erangan!

• “Pendidikan militer” di timus membuat sel * mempun"ai “kecerdasan” dalam

membedakan mana musuh dan mana saudara.

• -im&osit * sangat tergantung “in&ormasi” intel sel dendrit (ban"ak dijumpai di

ba4ah epitel di hampir semua organ!

• -im&osit * “dirakit” di sumsum tulang, pematangan &ungsin"a berada di

timus.

• -im&osit * atau sel * mempun"ai tiga kelas utama3

• -im&osit * %9 karena dipermukaan membran seln"a terdapat molekul

glikoprotein %9

• -im&osit * %: karena di permukaan membran seln"a terdapat molekul

glikoprotein %:

• Sel Natural Killer  dalam porsi kurang dari < = di dalam sirkulasi darah,

mempun"ai &ungsi "ang sangat khusus seperti tentara sebagai pasukan khusus pembunuh 3 sel tubuh "ang terin&eksi 'irus dan sel tubuh "ang “berkhianat” menjadi sel kanker

Limfosit T !# / sel T ! # / sel Th / sel T helper

• ;iasa dikenal dengan sel * $elper. Sel ini tidak membunuh mikroorganisme,

tetapi sebagai “pro'okator kebaikan” agar sel * %: atau sel * Sitotoksik terakti'asi, sel ; merubah diri menjadi sel plasma untuk menghasilkan antibodi, dan melakukan “pengaturan pen"erangan” atau koordinasi

mekanisme respons imun. Agar sel * $elper bisa akti& bekerja, para “intel” dalam hal ini sel pen"aji antigen 2 antigen presenting cells 2 AP% harus bekerja keras membuat laporan "ang rapi, sehingga sel * $elper mampu mengolah lebih lanjut mengenai “in&ormasi” dari antigen.

• Saat sel * helper terakti'asi (setelah menerima “laporan” antigen dari AP%!

sel * helper menggandakan dirin"a (proli&erasi! "ang membutuhkan 4aktu beberapa minggu, untuk menjadi e&ektor atau dalam bahasa tentara "aitu, melakukan eksekusi dalam hal ini berkoordinasi dengan sel %:2 sel *c2sel * sitotoksik dan sel ; 2 lim&osit ; "ang nantin"a berubah menjadi sel plasma untuk menghasilkan antibodi. alam berkoordinasi dengan kedua jalur tersebut sel *h menggandakan diri menjadi dua macam sel3

(5)

• Sel *h/ menspesialisasikan diri berkoordinasi dengan sel %: dan pasukan

lain seperti makro&ag "ang biasa dikenal dengan respons imun"ang diperantarai seluler (pembahasan rinci ada di bab respons imunadapti&!

• Sel *h< menspesialisasikan diri berkoordinasi dengan sel ; "ang akhirn"a

menjadi sel plasma menghasilkan antibodi "ang biasa dikenal dengan respons imun"ang diperantarai humoral 2 cairan (pembahasan ada di bab respons imunadapti&!

Limfosit T !' / sel T ! ' / sel Tc / sel T sitotoksik 

• Sel * sitotoksik merupakan tentara pembunuh "ang kuat, sering kali berguna

dalam proses eliminasi sel tubuh "ang terin&eksi. ;erperan dalam respons imun "ang diperantarai sel

• Agar sel *c ini bisa mengha&al antigen dengan benar saat pengenalan

antigenn"a dibantu ko#stimulasi luas dan stimulasi sitokin

• Setelah diakti'asi, dalam hal ini sel *c sudah ha&al betul antigen "ang akan

diburu, sel *c ini menggandakan diri di dalam kelenjar lim&e, kemudian

memasuki pembuluh darah dan melakukan migrasi menuju tempat "ang ada antigen "ang dimaksud dan melakukan aksi “pembunuhan” terhadap ob"ek tersebut.

• Agar sel *c ini bisa mengha&al antigen dengan benar saat pengenalan

antigenn"a dibantu ko#stimulasi luas dan stimulasi sitokin

• Setelah diakti'asi, dalam hal ini sel *c sudah ha&al betul antigen "ang akan

diburu, sel *c ini menggandakan diri di dalam kelenjar lim&e, kemudian

memasuki pembuluh darah dan melakukan migrasi menuju tempat "ang ada antigen "ang dimaksud dan melakukan aksi “pembunuhan” terhadap ob"ek tersebut.

Limfosit  dan &el lasma

• Merupakan bagian dari “tentara "ang cerdas” sehingga bisa berperan

sebagai “sutradara” pen"erangan terutama bila menggunakan “senjata

pelumpuh langsung” immunoglobulin juga bisa digunakan untuk “mengunci” gerak musuh sehingga dalam jangkauan “tembakan” dan “pen"erangan” senjata dan “pasukan” sel pen"erang "ang lain.

• 7ungsi ini dikenal dengan nama opsonisasi.

• Penggunaan imunoglobulin sebagai strategi kunci dalam pen"erangan

musuh, membuatn"a diberi nama respons imun"ang diperantarai humoral.

• 6ntuk bisa menghasilkan antibodi 2 immunoglobulin ini sel lim&osit ; harus

merubah dirin"a menjadi sel plasma.

• Satu jenis antigen han"a dikenali secara spesik oleh satu jenis antibodi. Satu

 jenis antibodi khusus ini han"a dihasilkan oleh satu jenis sel ; "ang

menggandakan diri secara khusus untuk mengatasi satu jenis antigen itu sebelum menjadi sel plasma.

(6)

• Sel dendrit didapatkan di ba4ah epitel kulit (juga bisa terdapat di sistem

pencernaan dan respirasi! dan di hampir semua organ , dimana mereka teracuni atau malah menangkapi antigen asing, dan menggiring antigen# antigen ini menuju organ#organ lim&oid peri&er.

• Secara sederhanan"a pekerjaan rutinn"a seperti ikan sapu#sapu akuarium,

menelan apa saja benda asing ada di sekitarn"a.

• “Perakitan” sel dendrit juga sama dengan sel#sel sistem imun "ang lain, di

sumsum tulang.

• Sel indukn"a sama dengan &agosit mononuklear.

• Keluar dari sumsum tulang masih dalam keadaan belum matang, kemudian

masih immatur di ba4ah epitel dan berbagai organ.

• Setelah menangkapi protein antigen asing dia bermigrasi menuju kelenjar

lim&e menjadi matang dan sangat pro&esional sebagai “int>l” dalam memberikan in&ormasi mengenai “ciri asing” antigen kepada sel * "ang masih polos (nai'e * cells!.

• 7ungsin"a "ang khas ini membuat sel dendrit "ang sudah matang termasuk

salah satu jenis sel "ang bergelar “intel pro&esional” atau AP% (antigen presenting cells! pro&esional, di samping makro&ag dan monosit.

• Setelah “diberi in&ormasi”, “ditraining” dan “didorong” barulah sel * "ang

polos (nai'e * cells! ini menjadi tidak polos lagi. Ia terpacu untuk

menggandakan diri dalam keadaan siap membasmi antigen "ang telah di”latihkan” padan"a oleh AP% pro&esional tadi.

•  *entu saja sesuai dengan hak, 4e4enang, tanggung ja4ab dan ke4ajiban

dari masing#masing jenis sel * tadi (lihat pembahasan tentang sel * di atas!

M* I+ T cel receptor dan ! '

• Molekul M$% I, * cell receptor dan % : adalah satu kesatuan dalam

melakukan pemrosesan antigen, apakah antigen "ang ditampilkan kepada sel  *, nantin"a akan direspons oleh sel * atau tidak.

• Pemrosesan antigen bisa diibaratkan seperti proses “&otokopi”. ?ang

“di&otokopi” adalah antigen "ang disajikan oleh “tangan” M$% I, sementara “tangan” dari lim&osit * dalam hal ini diperankan oleh * cell receptor. Agar proses perlekatan ini kokoh “lengan” sel * "ang panjang dalam hal ini

molekul %: “mengepal” dan “berpegangan” pada “pangkal” lengan M$% I.

• Ada rumus : untuk pasangan % dan M$%. %: han"a “mau” memegang

“pangkal lengan” M$% I@ artin"a : × /  :. M$% I terdapat di semua sel

tubuh.

• Setelah “&otokopi” antigen "ang dipaparkan di”tangan” M$% I berhasil

direkam oleh sel * % :, sel * % : akan terakti'asi. M* II+ T cell receptor dan ! #

• Sama dengan proses “&otokopi” di atas, diperlukan tiga tangan dalam proses

“&otokopi” antigen "ang melibatkan sel * %9 atau sel * helper, "aitu “tangan” * cell receptor “bersalaman” dengan “tangan” M$% II "ang

(7)

antigen presenting cell (AP%!, sekaligus pemilik “tangan” M$% II. an “lengan panjang” molekul % 9 "ang “menggenggam” pangkal lengan molekul M$% II.

Ada rumus : untuk pasangan % dan M$%. %9 han"a “mau” memegang “pangkal lengan” M$% II@ artin"a 9 × <  :. M$% II han"a terdapat di sel#sel lim&oretikuler

seperti sel pen"aji antigen 2 antigen presenting cell dan sel#sel darah putih lainn"a. ! ,' - . dan ! # - ! # L untuk ko0stimulasi

• Seringkali dalam pengajuan “proposal” perlu dorongan tambahan agar

“proposal” diA%%. alam pen"ajian antigen juga diperlukan dorongan

tambahan agar “proposal antigen” "ang diajukan benar#benar diA%% untuk dilakukan operasi “pen"erangan” lebih lanjut, karena situasi "ang terlihat oleh “sang jendral” sel * dianggap “normal#normal” saja.

• Molekul % <: 2 % 90 - tertanam di membran sel * sedangkan molekul ;B 2

% 90 tertanam pada sel pen"aji antigen 2 antigen presenting cell atau “intel pro&esional” dan juga tertanam pada sel "ang menjadi sasaran

“pen"erangan” dari sistem imun &itokin

• Sitokin merupakan “alat komunikasi” antar sel di dalam sistem imun. Sebuah

sel menginginkan sel lain agar terakti'asi dan ikut dalam pen"erbuan terhadap musuh, dengan mengirim “kata sandi” sitokin kepada sel "ang dimaksud. Ada pula sebuah sel menginginkan agar sel#sel tertentu

mengadakan penggandaan diri dalam rangka untuk melakukan persiapan “peperangan” terhadap musuh dengan mengirimkan “surat rekomendasi” sitokin untuk perban"akan “pasukan”.

• ;ahasa komunikasi antar sel menggunakan molekul kimia "ang merupakan

molekul polipeptida, "ang tidak stabil. &ifat0sifat penting sitokin

• Pleitropisme@ artin"a satu jenis sitokin bisa mengakti'asi bermacam

keperluan dan berbagai sel. Atau dapat dikatakan satu “kalimat perintah” dapat “dipersepsi” bermacam#macam tergantung pada “kapasitas” sel penerima pesan. Misaln"a sel * helper "ang terakti'asi mengeluarkan I-#9 mempun"ai e&ek "ang bermacam#macam tergantung pada jenis sel "ang “diberi pesan”3 pada lim&osit ; memacu produksi IgC@ pada sel * %9 memacu di&erensiasi *$<@ dan pada makro&ag menghambat akti'itas

• edundanc"@ artin"a berbagai macam sitokin mempun"ai &ungsi "ang sama.

Misaln"a I-#<, I-#9 dan I-#D memacu sel ; untuk melakukan penggandaan diri atau proli&erasi. apat dikatakan suatu sel “menerima perintah” "ang

“beraneka ragam” untuk tujuan "ang sama pada sel tersebut.

• Sinergi@ dua sitokin dari dua sel "ang berbeda mempun"ai e&ek "ang sinergis

pada satu akti'itas di berbagai macam jenis sel. Misaln"a I78#γ  "ang

diproduksi oleh lim&osit dan *87 "ang dihasilkan makro&ag sama#sama bersinergi dalam meningkatkan ekspresi molekul M$% kelas I pada

berbagaimacam tipe sel. apat dikatakan “dua komandan” sel mempun"ai “dua perintah "ang berbeda” terhadap satu sel "ang sama, tetapi “dua perintah” itu saling memberi e&ek sinergis.

(8)

• Antagonisme3 dua sitokin dari dua jenis sel saling menghambat akti'itas satu

sama lainn"a. Misaln"a I78#γ  "ang dihasilkan oleh sel *h/ mengakti'asi

makro&ag, sedangkan I-#/0 "ang diproduksi oleh sel *h< menghambat akti'asi makro&ag. ua sel “"ang saling berkomunikasi” tetapi “komunikasi tersebut” mempun"ai pengaruh "ang saling melemahkan.

Referensi

Dokumen terkait

Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul &#34; Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar IPA dengan Metode

No.. Membantu mendaftarkan pasien VIP. Mendampingi pasien saat di Rumah Sa kit. Membantu proses pembayaran. Membantu pengambilan obat. Membantu mendaftarkan kontrol berikutnya.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2016 merupakan kerangka pokok pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Mojokerto Tahun Anggaran 2016 sehingga RKPD Tahun

informasi lain di bidang tekhnologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum! Misalnya &gt;oca$cola menggunakan rahasia dagang

1) Keterlibatan masyarakat secara luas dalam perilaku yang berkelanjutan : Kampanye Bangga di Sierra de Manatlan dan kawasan Bisover El Triunfo di Meksiko mendorong perilaku yang

Tenaga Pengajar adalah orang yang memberikan informasi, dan pengetahuan kepada peserta dalam suatu kegiatan pembelajaran, yang terdiri dari pengampu materi

Pada glaukoma primer sudut terbuka, peningkatan tekanan intraokular biasanya tidak meningkat melebihi 30 mmHg oleh karena perjalanan penyakit yang berjalan secara progresif

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas maka dapat diajukan permasalahannya dalam penelitian ini yaitu belum adanya pengkajian tentang jenis-jenis