• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pengembangan Formulasi Pembuatan Tablet Ekstrak Daun Jambu Biji

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Pengembangan Formulasi Pembuatan Tablet Ekstrak Daun Jambu Biji"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENGEMBANGAN FORMULASI PEMBUATAN TABLET

EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI

Disusun oleh :

Devita Puwardini

(1407062045)

Rinta Pujianti

(1407062046)

Sella Sylvia

(1407062047)

Retno Dwi Wahyuningsih

(1407062048)

Dian Novitasari

(1407062049)

Muhammad Reza Ramadhani

(1407062058)

Hengki Farozi

(1407062061)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER UNIVERSTAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA 2014

(2)

2

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Alhamdulillahirrobil’alamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke

hadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis diberi kekuatan dan kemudahan dalam menyelesaikan makalah dengan judul “Pengembangan Formulasi Pembuatan Tablet Ekstrak Daun Jambu Biji”.

Makalah ini disusun sebagai salah tugas dalam mata kuliah “Kapita Selekta dan Fitoterapi”. Dengan kerendahan hati, penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu farmasi khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Yogyakarta, Agustus 2014

(3)

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... 2 DAFTAR ISI ... 3 BAB IPENDAHULUAN ... 4 A. Latar Belakang ... 4 B. Tujuan ... 4 BAB IIPEMBAHASAN ... 5

A. Taksonomi Jambu Biji ... 5

B. Morfologi Tanaman Jambu Biji ... 5

C. Khasiat Jambu Biji ... 6

D. Pengertian Tablet ... 6

E. Syarat-Syarat Tablet ... 7

F. Bahan Tambahan Pembuatan Tablet ... 8

G. Rancangan Formulasi Tablet Ekstrak Daun Jambu Biji ... 10

H. Metode Pembuatan Tablet Ekstrak Daun Jambu Biji ... 12

I. Pemeriksaan terhadap Granul ... 13

J. Uji Sifat Fisik Tablet ... 14

BAB IIIPENUTUP ... 17

A. Kesimpulan ... 17

B. Saran ... 17

(4)

4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman obat yang terdapat di Indonesia sangat beragam, sebagai salah satu contoh tanaman obat yang bisa dimanfaatkan yaitu tanaman jambu biji (Psidium guajava L.). Daun jambu biji mengandung berbagai macam komponen diantaranya kuersetin (flavonoid) dan tanin. Beberapa khasiat dari jambu biji ini antara lain sebagai antidiare, antibakteri, antioksidan dan analgesik, antiinflamasi. Pengolahan untuk mendapatkan efek-efek tersebut juga berbeda, untuk buah biasanya bisa dimakan langsung, sedangkan daun direbus terlebih dahulu. Pemakaian obat seperti ini dinilai kurang efektif dari segi stabilitas penyimpanan, kepraktisan penggunaan, kenyamanan penggunaan dan dosis terapi. Rebusan daun jambu biji tidak memungkinkan untuk disimpan dalam waktu lama sehingga harus dibuat baru saat ingin dikonsumsi. Selain itu, kuantitas air rebusan yang dikonsumsi cukup besar dan meninggalkan rasa yang kurang enak di mulut. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan alternatif bentuk sediaan untuk pengobatan menggunakan ekstrak daun jambu biji yaitu dengan melakukan berbagai formulasi pembuatan tablet ekstrak daun jambu biji.

B. Tujuan

Untuk mengembangkan berbagai formulasi bahan dalam membuat sediaan tablet dari ekstrak daun jambu biji, serta mengetahui metode pembuatan tablet, uji sifat fisik dari sediaan tablet, dan untuk mengetahui pengaruh variasi bahan tambahan dalam proses pembuatan tablet.

(5)

5

BAB II PEMBAHASAN A. Taksonomi Jambu Biji

Jambu biji yang memiliki bahas ilmiah Psidium guajava L. adalah salah satu contoh tanaman yang sering kita jumpai di alam sekitar kita, pekarangan rumah, sekolah atau dipinggir jalan. Tanaman atau tumbuhan jambu biji ini memiliki rasa yang enak dan memiliki khasiat yang banyak. Taksonomi dari tanaman jambu biji adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiosperma Kelas : Dicotylenodae Bangsa : Myrtales Suku : Myrtaceae Marga : Psidium

Jenis : Psidium guajava L. (Anonim, 1985)

B. Morfologi Tanaman Jambu Biji

Jambu biji berasal dari Amerika tropik, tumbuh pada tanah yang gembur maupun liat, pada tempat terbuka, dan mengandung air yang cukup banyak. Pohon jambu biji banyak ditanam sebagai pohon buah-buahan. Namun sering tumbuh liar dan dapat ditemukan pada ketinggian 1 m sampai 1.200 m dari permukaan laut. Jambu biji berbunga sepanjang tahun. Perdu atau pohon kecil, tinggi 2 m sampai 10 m, percabangan banyak. Batangnya berkayu, keras, kulit batang licin, berwarna coklat kehijauan. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan, daun muda berambut halus, permukaan atas daun tua licin. Helaian daun berbentuk bulat telur agak jorong, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata agak melekuk ke atas, pertulangan menyirip, panjang 6 sampai 12 cm, lebar 3 cm sampai 6 cm. Bunga tunggal, bertangkai, keluar dari ketiak daun, berkumpul 1 sampai 3 bunga, berwarna putih. Buahnya buah buni, berbentuk bulat sampai bulat telur, berwarna hijau sampai hijau kekuningan. Daging buah tebal, buah yang masak bertekstur lunak, berwarna

(6)

6

putih kekuningan atau merah jambu. Biji buah banyak mengumpul ditengah, kecil-kecil, keras, berwarna kuning kecoklatan (Dalimartha, 2000).

C. Khasiat Jambu Biji

Beberapa khasiat dari jambu biji ini antara lain sebagai antidiare, antibakteri, antioksidan dan analgesik, antiinflamasi. Bagian tanaman yang digunakan agar diperoleh masing-masing aktivitas biologi dan farmakologi tersebut tidak selalu sama, misalnya agar diperoleh aktivitas sebagai alternatif pada terapi supportif demam berdarah dan antibakteri digunakan bagian daun, sedangkan jika diinginkan kandungan vitamin C digunakan buahnya. Pengolahan untuk mendapatkan efek-efek tersebut juga berbeda, untuk buah biasanya bisa dimakan langsung, sedangkan daun direbus terlebih dahulu. Rebusan daun jambu biji dengan berbagai konsentrasi diketahui dapat menghambat pertumbuhan beberapa strain bakteri, termasuk bakteri mulut. Rebusan daun jambu biji ini biasanya digunakan sebagai obat kumur. Kandungan yang diketahui berperan sebagai senyawa antibakteri adalah flavonoid guaijaverin dan avikularin (Prabu dkk., 2006).

Secara tradisional, akar, kulit kayu, daun dan buah dari psidium guajava yang belum matang, digunakan dalam pengobatan gastroenteritis, diare dan disentri. Daun dipakai untuk bisul dan linu, meredakan sakit gigi (Heinrich et al., 1998). rebusan tunas psidium guajava yang baru digunakan sebagai obat penurun panas. Campuran daun dan kulit digunakan untuk melepaskan plasenta setelah melahirkan (Mart'ınez dan Barajas, 1991). Ekstrak air daun Psidium guajava digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah pada penderita diabetes (Aguilar et al., 1994).

Hasil penelitian aktivitas biologi psidium guajava anti diare, anti mikoba, mengobati lesi jerawat, mengurangi plak gigi, anti malaria, anti genotoksik dan anti mutagenik, antialergi, antioksidan, anti tumor, anti kanker, anti hiperglikemik, anti hipertensi, anti inflammasi, anti nossiseptive.

D. Pengertian Tablet

Tablet adalah bentuk sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling populer di masyarakat. Bentuk sediaan tablet terbukti menguntungkan, karena masanya

(7)

7

dapat dibuat secara mesin dan harganya murah, tablet takarannya tepat, praktis transportasi dan penyimpannya, stabilitas obatnya terjaga dalam sediaannya, serta mudah cara pemakaiannya (Voigt, 1994). Berdasarkan metode pembuatan, tablet dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan. Komposisi utama dari tablet adalah zat berkhasiat yang terkandung di dalamnya, sedangkan bahan pengisi yang sering digunakan dalam pembuatan tablet yaitu bahan penghancur, bahan penyalut, bahan pengikat, bahan pemberi rasa dan bahan tambahan lainnya (Ansel, 1989).

E. Syarat-Syarat Tablet

Syarat-syarat tablet adalah sebagai berikut: 1. Keseragaman ukuran.

2. Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu sepertiga kali tebal tablet.

3. Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan

Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot jika zat aktif merupakan bagian terbesar dari tablet dan cukup mewakili keseragaman kandungan. Keseragaman bobot bukan merupakan indikasi yang cukup dari keseragaman kandungan jika zat aktif merupakan bagian terkecil dari tablet atau jika tablet bersalut gula. Oleh karena itu, umumnya farmakope mensyaratkan tablet bersalut dan tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50% bobot sediaan, harus memenuhi syarat uji keseragaman kandungan yang pengujiannya dilakukan pada tiap tablet.

4. Waktu hancur

Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberi per oral, kecuali tablet yang harus di kunyah sebelum di telan. Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang ditetapkan pada masing-masing monografi. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlalu sempurna. Pada pengujian waktu hancur, tablet dinyatakan hancur jika ada bagian tablet yang

(8)

8

tertinggal di atas kasa, kecuali fragmen yang berasal dari zat penyalut. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan keenam tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalutdan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut.

5. Uji Disolusi

Disolusi adalah suatu proses perpindahan molekul obat dari bentuk padat ke dalam larutan suatu media. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui apakah kadar zat aktif yang terkandung di dalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera pada masing-masing monografi. Bila zat aktif obat tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak akan memberikan efek terapi dan juga tidak layak untuk dikonsumsi. Banyaknya zat aktif yang terabsorbsi dan memberikan efek terafi di dalam tubuh. Kecepatan absorbsi obat tergantungpda cara pemberian yang dikehendaki dan juga harus dipertimbangkan frekuensi pemberian obat.

6. Penetapan kadar zat aktif

Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui apakah kadar zat aktif yang terkandung di dalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera pada masing-masing monografi. Bila zat aktif obat tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak akan memberikan efek terapi dan juga tidak layak untuk dikonsumsi.

F. Bahan Tambahan Pembuatan Tablet

Bahan tambahan dalam pembuatan tablet adalah suatu bahan pembantu yang turut memberikan bentuk pada sediaan. Pada dasarnya bahan tambahan harus bersifat netral, tidak berbau, tidak berasa dan sedapat mungkin tidak berwarna.

Untuk pembuatan tablet diperlukan zat tambahan berupa : 1. Bahan pengisi

Bahan pengisi diperlukan untuk memungkinkan suatu pencetakan sehingga menjamin tablet memiliki ukuran atau massa yang dibutuhkan.

Bahan pengisi harus memenuhi persyaratan: a) Non toksik

b) Tersedia dalam jumlah yang cukup c) Harga cukup murah

(9)

9 d) Inert atau netral secara fisiologis

e) Stabil secara fisik dan kimia, baik dalam kombinasi dengan berbagai obat atau komponen tablet lain

f) Bebas dari mikroba.

Bahan pengisi yang biasa digunakan antara lain: laktosa, sukrosa, amilum, kaolin, kalsium karbonat, dekstrosa, manitol, sorbitol, sellulosa, dan bahan lain yang cocok (Siregar, 2010).

2. Bahan pengikat

Zat pengikat ditambahkan dalam bentuk kering atau cairan selama granulasi basah untuk membentuk granul atau menaikkan kekompakan kohesi bagi tablet yang dicetak langsung. Penggunaan bahan pengikat yang terlalu banyak akan menghasilkan massa granul yang terlalu basah dan granul yang terlalu keras, sehingga tablet yang dihasilkan mempunyai waktu hancur yang lama. Sebaliknya, kekurangan bahan pengikat akan menghasilkan daya rekat yang lemah, sehingga tablet akan rapuh dan terjadi capping (Siregar, 2010). Bahan pengikat yang biasa digunakan adalah polivinil pirolidon (PVP), gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metil selulosa, karboksimetilselulosa, dan pasta pati terhidrolisis. Bahan pengikat kering yang paling efektif adalah selulosa mikrokristal.

3. Bahan penghancur

Zat penghancur ditambahkan guna memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika kontak dengan cairan saluran pernafasan. Dapat juga berfungsi menarik air ke dalam tablet, mengembang dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-bagiannya. Fragmen-fragmen tablet itu mungkin sangat menentukan kelarutan selanjutnya dari obat dan tercapainya bioavailabilitas yang diharapkan (Siregar, 2010). Bahan penghancur yang dapat digunakan adalah pati dan selulosa yang termodifikasi secara kimia, asam alginat, selulosa mikrokristal, dan povidon.

4. Bahan pelicin

Bahan pelicin berfungsi sebagai bahan pengatur aliran, dan bahan pemisah hasil cetakan. Bahan pelicin mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet. Pada umumnya bahan pelicin bersifat hidrofobik sehingga cenderung menurunkan

(10)

10

kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet, oleh karena itu kadar pelicin yang berlebihan harus dihindari. Bahan pelicin yang biasa digunakan antara lain talk, magnesium stearat, aluminium stearat, asam stearat, asam palmitat, dan pati (Siregar, 2010).

G. Rancangan Formulasi Tablet Ekstrak Daun Jambu Biji

Cara pembuatan tablet dengan metode granulasi basah. Tablet dibuat dengan komposisi pada Tabel 1. Ekstrak kering ditambah dengan laktosa dan explotab® dicampur hingga homogen ditambah bahan pengikat PVP. Campuran tersebut diaduk sampai diperoleh massa yang siap digranulasi. Massa granul diayak dengan ayakan no.16, lalu dikeringkan pada suhu 50–60 oC. Granul kering lalu diayak dengan ayakan no.18, lalu ditimbang. Granul lalu dicampur dengan bahan pelicin magnesium stearat di dalam botol kosong (pencampuran proses tumbling) selama 5 menit. Kemudian dikempa dengan berat tiap tablet sebesar 650 mg.

Tabel 1. Formulasi tablet ekstrak daun jambu monyet (Susilowati and Christanto, 2010)

Variasi bahan penghancur primojel dan bahan pengisi avicel PH 102 (24% : 35,3%) dapat menurunkan kekerasan, meningkatkan persentase kerapuhan, meningkatkan waktu terdispersi tablet dispersible dan meningkatkan daya serap air dari tablet. Perbandingan primojel : avicel PH 102 (24% : 35,3%) memiliki sifat fisik tablet dan hasil yang terbaik (Anonima).

Tablet kunyah dibuat dalam tiga formula berdasarkan variasi konsentrasi sorbitol : laktosa sebesar 100% : 0%; 50% : 50% dan 0% : 100% sebagai bahan pengisi. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa sorbitol-laktosa dapat digunakan dalam tablet kunyah daun jambu biji secara granulasi basah dan tablet dari ketiga formula memenuhi persyaratan sifat fisik tablet. Hasil persentase penyimpangan

(11)

11

bobot secara berurutan untuk formula I, II, III yaitu 1,27%; 0,86%; dan 1,09%. Hasil uji kekerasan tablet untuk formula I, II, dan III berturut-turut adalah 16,26 kg; 14,26 kg; dan10,40 kg. Hasil uji kerapuhan tablet untuk formula I, II, dan III berturut-turut adalah 1,24%; 0,53%; dan 1,44%. Formula II mempunyai tanggapan rasa yang paling enak (Anonimb)

Tablet hisap dibuat dalam 5 formula berdasarkan kombinasi monitol-sukrosa yaitu: F1(0%:100%) ; F2(25%:75%); F3(50%:50%); F4(75%:25%); F5(25%:75%) menggunakan bahan pengikat larutan gelatin 5%. Granul kering yang dihasilkan diuji sifat alirnya, dicampur homogennya dengan lubrikan dan dikempa. Tablet yang dihasilkan diuji keseragaman bobot, kekerasan tablet, kerapuhan dan tanggapan rasa. Tablet hisap masing-masing formula yang dihasilkan telah memenuhi syarat beberapa sifat fisik tablet hisap. Perubahan proporsi kombinasi manitol-sukrosa mempengaruhi sifat fisik granul maupun tablet. Berdasarkan analisis formula optimal diberikan oleh kombinasi manitol-sukrosa 82,28% : 17.72% (Juliantoni, Y., dan Mufrod, 2013)

Tablet hisap ekstrak daun jambu biji dibuat 4 formula dengan variasi konsentrasi gelatin F0 (0%), F1 (3%), F2 (5%) dan F3 (7%). Tablet hisap dibuat dengan metode granulasi basah. Granul diuji sifat fisiknya meliputi waktu alir, susut pengeringan granul (LOD) dan sudut diam, lalu ditambah bahan pelicin kemudian ditablet. Tablet hisap diuji sifat fisiknya meliputi uji keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan tablet, waktu melarut dan uji tanggapan rasa. Hasil penelitian menunjukkan formula tablet hisap ekstrak daun jambu biji dengan gelatin sebagai pengikat pada konsentrasi 3%, 5% dan 7% dapat menghasilkan tablet hisap yang memenuhi persyaratan. Tablet hisap yang banyak disukai adalah tablet hisap F2 (5%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna untuk semua formula pada uji sifat fisik granul yaitu waktu alir, semakin tinggi konsentrasi bahan pengikat gelatin akan mempersingkat waktu alir granul. Serta ada perbedaan bermakna untuk semua formula kecuali formula 2 dengan formula 3 pada uji sifat fisik tablet hisap yaitu kekerasan tablet, semakin tinggi konsentrasi bahan pengikat gelatin semakin tinggi kekerasan tablet (Gunarsih, 2013)

Tablet ekstrak daun jambu biji dibuat 3 formula dengan variasi laktosa dan dikalsium fosfat sebagai bahan pengisi. setiap formula dilakukan uji sifat fisik granul dan tablet. Dari hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa penggunaan laktosa dan

(12)

12

dikalsium fosfat berpengaruh terhadap sifat alir dan kompaktibilitas massa tablet dan sifat fisik tablet meliputi kerapuhan dan waktu hancur. Dari data hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa ketiga formula telah memenuhi persyaratan sifat fisik granul dan tablet (Kusumastuti, 2013)

Berdasarkan beberapa referensi diatas, formulasi sediaan tablet ekstrak daun jambu biji yang kami gunakan dapat dilihat pada tabel II :

Tabel II. Formulasi tablet ekstrak daun jambu biji

Komposisi Bahan Jumlah (mg)

Ekstrak kering Ekstrak daun jambu biji 300 Bahan pengisi + penghancur Avicel : Primojel (24 %: 35,3%) 221

Bahan pengikat PVP 3 % 19,5

Bahan pelicin Mg stearat 1 % 6,5

Aquades qs

H. Metode Pembuatan Tablet Ekstrak Daun Jambu Biji

1. Tahapan dalam pembuatan tablet ekstrak daun jambu biji adalah sebagai berikut : a. Pembuatan serbuk (simplisia)

Daun jambu biji yang diambil adalah yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Daun jambu biji kemudian disortir, dibersihkan dari kotoran yang melekat, dicuci sampai bersih kemudian dijemur pada sinar matahari langsung dengan bagian atas ditutupi kain hitam selama 4 hari dan dilanjutkan pengeringan menggunakan oven pada suhu 40-50°C hingga hari ke 5. Setelah kering, daun di blender, lalu diayak dengan ayakn no. 30 sehingga diperoleh serbuk simplisia daun jambu biji dengan derajat kehalusan tertentu.

b. Pembuatan ekstrak

Ekstrak daun jambu biji bersifat bakterisida dan bukan bakteriostatik sehingga dalam pembuatannya menggunakan metode maserasi yaitu proses pengekstrakkan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau penngadukan pada temperatur ruangan (kamar).

Pembuatan ekstrak daun jambu biji yang mengandung quersetin ini didahului dengan maserasi simplisia dengan petroleum eter selama 5 hari, dilanjutkan maserasi

(13)

13

dengan etanol 70% selama 7 hari. Ekstrak etanolik yang diperoleh dari proses maserasi ini kemudian dipekatkan dengan penguapan penyari menggunakan penangas air di atas kompor listrik dengan suhu sekitar 80-90°C selama ± 3 jam dan dibantu dengan kipas angin untuk mempercepat penguapan. Ekstrak kental yang diperoleh kemudian disisihkan sebagian untuk uji spesifikasi ekstrak dan analisis metabolit sekunder ekstrak.

c. Pembuatan tablet

Pembuatan tablet ada 3 yaitu, granulasi basah, granulasi kering (mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung. Metode yang kami gunakan adalah metode granulasi basah. Ekstrak kering ditambah dengan avicel dan primojel dicampur hingga homogen ditambah bahan pengikat PVP. Campuran tersebut diaduk sampai diperoleh massa yang siap digranulasi. Massa granul diayak dengan ayakan no.16, lalu dikeringkan pada suhu 50–60 oC. Granul kering lalu diayak dengan ayakan no.18, lalu ditimbang. Granul lalu dicampur dengan bahan pelicin magnesium stearat di dalam botol kosong (pencampuran proses tumbling) selama 5 menit. Kemudian dikempa dengan berat tiap tablet sebesar 650 mg.

I. Pemeriksaan terhadap Granul

1. Pemeriksaan waktu alir

Corong dipasang pada tempatnya, kemudian sebanyak 100 gram granul dimasukkan ke dalam corong yang ditutup bagian bawahnya. Penutup corong kemudian dilepas bersamaan dengan menghidupkan stopwatch. Waktu yang diperlukan untuk mengalirkan 100 gram serbuk tersebut dicatat.

2. Pemeriksaan sudut diam

Corong dipasang pada tempatnya, kemudian sebanyak 100 gram serbuk granul dimasukkan dalam corong yang ditutup bagian bawahnya. Selanjutnya penutup dilepaskan dan dibiarkan serbuk tersebut mengalir semuanya. Tinggi (h) dan diameter (d) tumpahan serbuk diukur. Sudut diam (α) lalu diukur dengan rumus:

Tan α = h/r ...(1) Keterangan:

(14)

14 α : Sudut diam

h : Tinggi kerucut

r : Jari-jari bidang dasar kerucut

3. Susut pengeringan dan kandungan lembab

Botol timbang dipanaskan dalam oven suhu 105°C hingga bobot konstan. Bahan serbuk/granul yang akan diuji ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam botol timbang. Selanjutnya dipanaskan dalam oven. Pemanasan dilakukan hingga bobot konstan. Botol dimasukkan ke dalam eksikator, sebelum penimbangan. Kemudian nilai LOD (Loss On Drying) dan MC (Moisture Content) dihitung dengan rumus:

% LOD = berat air dalam sampel x 100 ...(2) berat seluruh sampel basah

% MC = berat air dalam sampel x 100 ...(3) berat sampel kering

J. Uji Sifat Fisik Tablet

1. Keseragaman bobot tablet

Sebanyak 20 tablet ditimbang, dihitung rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari harga yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak boleh satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom. Jika perlu dapat digunakan 10 tablet dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B (Anief, 1997).

(15)

15 2. Kerapuhan

Sebanyak 20 tablet dibersihkan dari debu yang melekat pada tablet. Timbang 20 tablet tersebut, dimasukkan dalam alat friabilator. Alat diputar sebanyak 100 kali putaran atau putar selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm. Tablet dikeluarkan dari alat, debu dibersihkan, kemudian ditimbang dan dihitung angka kerapuhannya dengan rumus:

Angka kerapuhan =

x 100% ...(4)

Keterangan:

B0 : bobot awal tablet Ba : bobot akhir tablet

Kerapuhan tablet memenuhi syarat, bila angka kerapuhan kurang dari atau sama dengan 0,8% (Voigt, 1994)

3. Kekerasan

Tablet diletakkan dengan posisi tegak pada landasan, selanjutnya jarak landasan dan baut pegas yang ada di atasnya diatur sehingga tablet pada posisi berhimpit. Skala kekerasan diatur pada posisi nol, kemudian pengungkit di tekan hingga tablet pecah. Angka yang ditunjukkan pada skala kekerasan ( k g ) dicatat. Pada umumnya tablet dikatakan baik, apabila mempunyai kekerasan antara 4-8 kg (Parrott, 1970). Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima asalkan kerapuhannya tidak melebihi batas yang ditetapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan mengalami kerapuhan pada saat pengemasan dan transportasi. Kekerasan tablet yang lebih dari 10 kg masih dapat diterima, asalkan masih memenuhi persyaratan waktu hancur/desintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan (Rhoihana, 2008).

4. Waktu hancur

Untuk cara kerja uji waktu hancur, pertama-tama masukkan air kedalam alat, selanjutnya panaskan air pada suhu 37° ± 2° C. Masukkan 6 tablet (tiap tabung 1 tablet) pada alat uji waktu hancur kemudian hidupkan alat, dan stopwatch secara bersamaan, dan catat waktu hancur tiap tablet. Waktu yang diperbolehkan untuk

(16)

16

menghancurkan tablet tidak bersalut salut enterik adalah tidak lebih dari 15 menit (Depkes RI, 1979).

(17)

17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan beberapa referensi yang kami dapatkan maka formulasi tablet ekstrak daun jambu biji yang kami gunakan menggunakan bahan avicel pH 102 dan primojel sebagai pengisi dan penghancur, polivinil pirolidon (PVP) sebagai pengikat dan Mg stearat sebagai pelicin. Dengan formulasi tersebut, tablet dapat memenuhi persyaratan sesuai dengan yang telah ditetapkan untuk uji kekerasan, kerapuhan dan uji waktu hancur tablet.

B. Saran

Masih perlu tambahan referensi mengenai komposisi yang sesuai dengan lebih banyak variasi formulasi bahan tambahan yang digunakan untuk pembuatan tablet ekstrak daun jambu biji.

(18)

18

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, S., 2010, Optimasi formula fast disintegrating tablet ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) dengan bahan penghancur sodium starch glycolate dan bahan pengisi manitol, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah, Surakarta Ansel, H.C., 1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi Edisi IV, Ibrahim, F.,

penerjemah, Jakarta: Universitas Indonesia Press, terjemahan dari: introduction to pharmaceutical dosage forms.

Dalimartha, S., 2000, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2, Trubus Agriwidya: Jakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). FarmakopeIndonesia.Edisi III.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Gunarsih, F.C., 2013, Pengaruh Gelatin sebagai bahan pengikat terhadap sifat fisiktablet hisap ekstrak daun jambu biji(Psidium guajava L.) dengan metode granulasi basah, Laporan Akhir, UNS, Surakarta

Juliantoni, Y., dan Mufrod, 2013, Formulasi tablet hisap ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) yang mengandung flavonoid dengan kombinasi bahan pengisi manitol-sukrosa, Traditional medicine journal, 18(2): 103-108

Kusumastuti, P., 2013, Perbandingan penggunaanlakstosa dan dikalsium fosfat sebagai bahan pengisi terhadap sifat fisik tablet ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) secara granulasi basah, Laporan Akhir, UNS, Surakarta

Parrot, E. (1970). Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, Burgess Publishing Company, United States of America

Rahman, Z., Siddiqui, M.N., Khatun, M.A., and Kamruzzaman, M., 2013, Effect of guava (Psidium guajava L.) leaf meal on production performances and antimicrobial sensitivity in commercial broiler, Journal of Natural Products, Volume 6: 177-187

Rhoihana, D., 2008, Perbandingan Availibilitas In Vitro Tablet Metronidazol Produk Generik dan Produk Dagang, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Saraya, S., Kanta, J., Sarisuta, N., Temsiririrkkul, R., Suvathi, Y., Samranri K., and

Chumnumwat, S., 2008, Mahidol University Journal of Pharmaceutical Sciences, 35(1-4): 18-23

Sulistyaningrum, I.H., Djatmiko, M., dan Sugiyono, 2012, Uji sifat fisik dan disolusi tablet isosorbid dinitrat 5 mg sediaan generik dan sediaan dengan nama dagang yang beredar di pasaran, majalah farmasi dan farmakologi, 16(1): 21 – 30

(19)

19

Susilowati, S., and Christanto, Y.A., 2010, Uji mutu fisik tablet ekstrak daun jambu monyet (anacardium occidentale l.) dengan bahan pengikat pvp (polivinilpirolidon) secara granulasi basah, Jurnal Farmasi Indonesia, 7(2): 62-66

Voigt, R., 1994, Buku pelajaran teknologi farmasi Edisi V, soendani noerono, penerjemah. Yogyakarta: Gajah Mada University press, terjemahan dari: Lehrbuch der Pharmazeutischen Tecnologie

Gambar

Tabel  1.  Formulasi  tablet  ekstrak  daun  jambu  monyet  (Susilowati  and  Christanto,  2010)
Tabel II. Formulasi tablet ekstrak daun jambu biji

Referensi

Dokumen terkait

Tutkielmassa on selvitetty kaupunkisuunnittelun ristiriitaulottuvuuksien avulla puolueiden kaupunkisuunnitteluun liittyviä kantoja taloudellisesta, asuntotuotannollisesta

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dikesimpulan bahwa terdapat korelai positif antara ukuran lingkar perut dan lebar dada dengan bobot badan Domba Ekor Gemuk,

Penulisan tugas akhir ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Keperawatan DIII Fakultas Ilmu Kesehatan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ransum tepung bekicot pada ikan mas tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan asam lemak omega- 3, berat dan kadar lemak ikan mas

Maailmanlaajuisesti vaikutus voi näkyä maankäytön kehityksessä, muuttuneina arvoketjuina ja bioenergiatuotteiden kaupankäyntinä (Matzenberger ym. Tämä voi näkyä myös

Proses pengumpulan data untuk kajian ini dalam mendapatkan data premier adalah melibatkan soal selidik yang diedarkan kepada Saudara kita di sekitar negeri Johor dan telah

pengalihan dan pengembangan pegawai sekolah tinggi dan penataan SDM sesuai dengan struktur organisasi STMIK AMIKOM YOGYAKARTA menurut PP Nomor 6 Tahun 2004 dan STATUTA

Pekerja yang bekerja dengan menggunakan sistem borongan, sebagaimana dimaksud dalam bab ini adalah pekerja yang menerima upah dengan sistem terakhir yaitu diberi