• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat Alga Coklat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Manfaat Alga Coklat"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MANFAAT ALGA COKLAT ( Sargassum duplicatum )

DALAM BIDANG KESEHATAN

Budiarto Heru Sayogo

1606841036

Magister Ilmu Kelautan

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Indonesia

2016

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...i

BAB I PENDAHULUAN...2

1. Latar Belakang...2

2. Tujuan...3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...4

1. Rumput Laut Coklat...4

2. Deskripsi, Habitat dan Manfaat Sargassum duplicatum...5

BAB III PEMBAHASAN...6

BAB IV PENUTUP...11

DAFTAR PUSTAKA...12

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Indonesia memiliki sumberdaya yang cukup besar, baik yang alami maupun yang dibudidayakan. Salah satu sumberdaya yang memiliki potensi yang cukup besar adalah rumput laut. Potensi rumput laut di Indonesia mempunyai prospek yang cukup cerah karena diperkirakan terdapat 555 spesies rumput laut yang tersebar di perairan Indonesia dengan total luas lahan perairan yang dapat dimanfaatkan sebesar 1,2 juta hektar (Nindyaning 2007). Rumput laut merupakan salah satu komoditas ekspor yang potensial untuk dikembangkan. Saat ini Indonesia masih merupakan eksportir penting di Asia. Sayangnya rumput laut yang banyak diekspor masih berupa bahan mentah yaitu berupa rumput laut kering, sedangkan hasil olahan rumput laut masih banyak diimpor dengan nilai yang cukup besar. Rumput laut akan memiliki nilai jual yang lebih tinggi seandainya diolah menjadi produk intermediet (agar-agar, karaginan, dan alginat) dan produk pangan siap konsumsi (Yorita 2010).

Pada umumnya, rumput laut (alga) dikelompokkan menjadi empat kelas, yaitu alga hijau (Chlorophyceae), alga hijau biru (Cyanophyceae), alga coklat (Phaeophyceae), dan alga merah (Rhodophyceae) (Winarno 1996). Beberapa jenis rumput laut yang bernilai ekonomi tinggi adalah dari golongan Rhodophyceae (ganggang merah) dan Phaeophyceaea (ganggang coklat). Rhodophyceae merupakan rumput laut penghasil agar-agar dan karaginan, sedangkan

Phaeophyceaea merupakan rumput laut coklat yang belum dioptimalkan pemanfaatannya

(Permana 2008). Rumput laut coklat sering dianggap sebagai sampah karena mengotori pantai, padahal banyak manfaat yang dapat diambil dari rumput laut coklat tersebut. Pemanfaatan rumput laut coklat dalam bidang industri sangat luas, diantaranya untuk industri makanan, minuman, obat-obatan, kosmetik, kertas, detergen, cat, tekstil, vernis, fotografi, dan lain-lain.

Selain di bidang industri, pemanfaatan rumput laut coklat untuk pengobatan sudah dikenal sejak lama. Di Vietnam bagian selatan hingga tengah seperti Khanh Hoa, Quang Nam, Quang Ngai, Binh Dinh, dan lain-lain, telah memanfaatkan Sargassum dan Porphyra sebagai minuman teh yang berkhasiat medis. Pemanfaatan teh Sargassum oleh masyarakat Vietnam ini telah dilakukan sejak lama (Susanto 2009). Olahan rumput laut coklat berupa teh bisa disajikan dengan dicelup (seperti teh celup), serbuk (powder), instan dalam kemasan

(4)

3 gelas. Lain halnya di Indonesia, air rebusan rumput laut atau rumput laut yang digerus digunakan sebagai obat luar yaitu obat antiseptik dan pemeliharaan kulit. Selain itu, air rebusan dari Sargassum dapat digunakan untuk penyakit gondongan dan penyakit urinari (Yunizal 2004). Novaczek dan Athy (2001) menyatakan dalam bukunya bahwa Sargassum dapat dibuat sebagai minuman sejenis slimming tea yang direkomendasikan bagi seseorang yang memiliki kelebihan berat badan dan ingin mencoba menurunkan berat badannya.Oleh karena itu,pada makalah ini bertujuan untuk mengetahui kandungan yang terdapat pada

Sargassum dan manfaat kandungan tersebut untuk bidang kesehatan.

2. Tujuan

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui kandungan yang terdapat pada rumput laut coklat (Sargassum duplicatum.) dan manfaat kandungan dalam bidang kesehatan.

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Rumput laut coklat ( Phaeophyceae )

Rumput laut coklat adalah kelompok alga yang secara umum berwarna coklat atau pirang. Warna tersebut tidak berubah walaupun alga ini mati atau kekeringan. Namun pada beberapa jenis misal pada Sargassum, warnanya akan sedikit berubah menjadi hijau kebiru-biruan apabila mati kekeringan. Bentuk thallus bervariasi dan dapat mencapai ukuran relatif besar. Ukuran thallus beberapa jenis dari alga coklat ini lebih tinggi dari jenis-jenis alga merah dan alga hijau (Atmadja 1996). Menurut Aslan (1999), ciri-ciri umum alga coklat ini yaitu saat bereproduksi alga ini memiliki stadia gamet atau zoospora berbulu cambuk seksual dan aseksual; mempunyai pigmen klorofil a dan c, beta karoten, violasantin dan fukosantin; warna umumnya coklat; persediaan makanan (hasil fotosintesis) berupa laminaran (beta, 1-3 ikatan glukan); pada bagian dalam dinding selnya terdapat asam alginik dan alginat; mengandung pirenoid dan tilakoid (lembaran fotosintesis); ukuran dan bentuk thallus beragam dari yang berukuran kecil sebagai epifit, sampai yang berukuran besar, bercabang banyak, berbentuk pita atau lembaran, cabangnya ada yang sederhana dan ada pula yang tidak bercabang; umumnya tumbuh sebagai algae benthik. Di perairan Indonesia terdapat 28 spesies rumput laut coklat yang berasal dari 6 genus yaitu : Dictyota, Padina, Hormophysa,

Sargassum, Turbinaria, dan Hydroclathrus. Spesies rumput laut coklat yang telah

diidentifikasi yaitu Sargassum sp. sebanyak 14 spesies, Turbinaria sebanyak 4 spesies,

Hormophysa 1 spesies, Padina 4 spesies, Dictyota 5 spesies, dan Hydroclathrus 1 spesies

(Yunizal 2004).

Pemanfaatan secara komersial dari alga coklat belum banyak dilakukan. Namun dewasa ini sudah mulai lebih diperhatikan untuk diteliti dan dimanfaatkan sebagai sumber koloid berupa alginat dan yodium (iodin) (Atmadja 1996). Rumput laut coklat dalam pengobatan secara tradisional telah banyak dimanfaatkan yaitu untuk makanan suplemen pada penyakit gondok. Hal ini disebabkan oleh kandungan iod-nya yang tinggi, terutama pada jenis Fucus vesiculosus, Ascophyllum, dan Laminaria. Selain itu, Ascophylum juga telah dibuat sebagai sediaan pada sejenis ”slimming tea” (Chapman 1980 dalam Rachmat 1999).

(6)

5

2. Deskripsi, Habitat dan Manfaat

Sargassum

duplicatum

Deskripsi

Sargassum duplicatum adalah salah satu genus dari kelompok rumput laut coklat yang

merupakan genera terbesar dari Famili Sargassaceae. Klasifikasi Sargassum duplicatum menurut Bold dan Wayne (1985) adalah sebagai berikut :

Divisio : Phaeophyta Class : Phaeophyceae Ordo : Fucales

Familia : Sargassaceae Genus : Sargassum

Species : Sargassum duplicatum ( J.Agardh )

Sargassum merupakan alga coklat yang terdiri dari kurang lebih 400 jenis di dunia (Kadi dan Wanda 1988 dalam Rachmat 1999b). Jenis-jenis Sargassum sp.

yang dikenal di Indonesia ada sekitar 12 spesies, yaitu : Sargassum duplicatum, S.

histrix, S. echinocarpum, S. gracilimun, S. obtusifolium, S. binderi, S. policystum, S.

crassifolium, S. microphylum, S. aquofilum, S. vulgare, dan S. polyceratium (Rachmat 1999).

Gambar 1. Sargassum duplicatum

Ciri-ciri umum dari marga ini adalah bentuk thallus umumnya silindris atau gepeng, cabangnya rimbun menyerupai pohon di darat, bentuk daun melebar, lonjong, atau seperti pedang, mempunyai gelembung udara (bladder) yang umumnya soliter, panjang umumnya

(7)

6 mencapai 7 meter (di Indonesia terdapat 3 spesies yang panjangnya 3 meter), warna thalllus umumnya coklat (Aslan 1999). Sargassum biasanya dicirikan oleh tiga sifat yaitu adanya pigmen coklat yang menutupi warna hijau, hasil fotosintesis terhimpun dalam bentuk laminaran dan algin serta adanya flagel (Tjondronegoro et al. 1989).

Habitat

Sargassum dapat tumbuh subur pada daerah tropis dengan suhu perairan 27,25-29,3

Co dan salinitas 32-33,5%. Kebutuhan intensitas cahaya matahari lebih tinggi karena kandungan klorofil pada Sargassum sp. lebih banyak dan klorofil tersebut berperan dalam fotosintesis (Kadi, 2005).

Lingkungan tempat tumbuh algae Sargassum terutama di daerah perairan yang jernih yang mempunyai substrat dasar batu karang, karang mati, batuan vulkanik dan benda-benda yang bersifat massive yang berada di dasar perairan. Algae Sargassum tumbuh dari daerah intertidal, subtidal sampai daerah tubir dengan ombak besar dan arus deras. Kedalaman untuk pertumbuhan dari 0,5 – 10 m. Marga Sargassum termasuk dalam kelas Phaeophyceae tumbuh subur pada daerah tropis, suhu perairan 27,25 - 29,3 Co dan salinitas 32-33,5 %o. Kebutuhan intensitas cahaya matahari marga Sargassum lebih tinggi dari pada marga algae merah.

Sargassum merupakan genus yang sangat besar (mendekati 400 spesiaes) yang menyebar si

seluruh dunia. Di Indonesia saja, lebih dari 50 jenis Sargassum telah dikoleksi. Manfaat

Rumput laut Sargassum telah lama dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan obat. Sebagai sumber gizi, rumput laut memiliki kandungan karbohidrat (gula atau vegetable-gum), protein, sedikit lemak, dan abu yang sebagian besar merupakan senyawa garam natrium dan kalium. Selain itu, rumput laut juga mengandung vitamin-vitamin, seperti A, B1, B2, B6, B12, dan

C; betakaroten; serta mineral, seprti kalium, kalsium, fosfor, natrium, zat besi, dan yodium. Hidrokoloid dari Rumput laut (Karaginan, Agar dan Alginat) sangat diperlukan mengingat fungsinya sebagai gelling agent, stabilizer, emulsifier agent, pensuspesi, pendispersi yang berguna dalam berbagai industri seperti industri makanan, minuman, farmasi dan kosmetik, maupun industri lainnya seperti cat tekstil, film, makanan ternak, keramik, kertas, fotografi dan lain- lain (Utami, 2013).

(8)

BAB III

PEMBAHASAN

1. PEMBAHASAN

Komponen utama dari alga adalah karbohidrat (sugars or vegetable gums), sedangkan komponen lainnya yaitu protein, lemak, abu (sodium dan potasium) (Ishibashi et al. 1960

dalam Chapman 1970) dan air 80-90 % (Chapman 1970). Komposisi kimia Sargassum

menurut Yunizal (2004) dapat dilihat pada Tabel 1.

Karbohidrat

Karbohidrat dalam alga sangat dipengaruhi oleh jenis alga. Pada alga coklat terdiri atas fukoidan, laminaran, selulosa, alginat dan manitol. Polisakarida lain yang terdapat pada dinding sel dengan jumlah yang lebih sedikit adalah fukoidan (rumput laut coklat), xylan (beberapa rumput laut merah dan hijau), ulvan (rumput laut hijau). Selain itu terdapat juga polisakarida yang tersimpan seperti laminarin (β-1,3 glucan) pada rumput laut coklat dan pati floridean pada rumput laut merah (Dawczynski et al., 2007). Bila intensitas cahaya yang diterima pada alga rendah, maka jumlah cahaya yang diterima oleh setiap luasan permukaan daun alga dalam jangka waktu tertentu rendah (Gardner et al., 1991). Kondisi kekurangan cahaya berakibat terganggunya metabolisme, sehingga menyebabkan menurunnya laju fotosintesis dan sintesis karbohidrat (Sopandie et al., 2003).

Alginat

Alginat merupakan fikokoloid atau hidrokoloid yang diekstraksi dari alga coklat (phaeophyceae). Senyawa tersebut merupakan suatu polimer linier yang disusun oleh dua unit monomerik, yaitu β-D-mannuronic acid dan α-L-guluronic acid. Pemanfaatan alginat di dunia industri, adalah sebagai bahan pengental, pengemulsi, stabilizer dan additive antara lain di industri tekstil, industri farmasi dan kosmetika, juga industri makanan. Keuntungan utama alginat sebagai pembentuk gel adalah kemampuannya untuk membentuk gel yang stabil pada

(9)

8 suhu kamar. Ini tentu berbeda dengan hidrokoloid lain seperti agar-agar dan karaginan yang pembentukan gelnya memerlukan pemanasan (Utami, 2013). Manfaat alginat dalam industri tekstil, alginat digunakan sebagai pengental pesta yang megandung zat warna. Alginat tidak bereaksi dengan zat pewarna dan dengan mudah dicuci dari tekstil sehingga alginat menjadi pengental yang terbaik untuk zat warna.

Dalam bidang makanan, sifat kekentalan alginat dapat digunakan dalam pembuatan saus serta sirup, sebagai penstabil dalam pembuatan es krim (McHugh, 2003). Pembungkus buah, daging dan makanan lain untuk pengawetan dan merupakan pengepak alternatif karena mudah terurai oleh mikroorganisme sehingga bersifat ramah lingkungan. Sebagai pembungkus yang dapat dimakan, alginat berperan sebagai komponen diet seperti serat karena hanya meningkatkan volume usus, tidak diabsorbsi dalam saluran pencernaan, berkalori rendah dan tidak berpotensi untuk merusak (Cancela, 2003).

Dalam bidang farmasi, alginat dapat digunakan sebagai pembalut luka yang dapat menyembuhkan luka karena dapat mengabsorpsi cairan dari luka, dimana kalsium alginat dalam serat diubah oleh cairan tubuh menjadi natrium alginat yang larut (McHugh, 2003). Alginat dalam bentuk garam dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan polimer pembentuk gel lainya untuk mengontrol pelepasan obat dari matriks tablet. Dalam cairan lambung, natrium alginat terhidrasi dan dikonversi menjadi bentuk asam alginat yang tidak dapat larut, sehingga menekan pelepasan obat dalam perut

Fenol

Fenol adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan yang mengandung cincin aromatik dengan satu atau 2 gugus hidroksil. Fenol cenderung mudah larut dalam air karena berikatan dengan gula sebagai glikosida atau terdapat dalam vakuola sel (Harborne, 1987). Senyawa fenol biasanya terdapat dalam berbagai jenis sayuran, buah-buahan dan tanaman. Senyawa fenol diproduksi oleh tanaman melalui jalur sikimat dan metabolisme fenil propanoid (Apak et al., 2007).

Beberapa senyawa fenol telah diketahui fungsinya. Misalnya lignin sebagai pembentuk dinding sel dan antosianin sebagai pigmen. Namun beberapa lainnya hanya sebatas dugaan sementara. Senyawa fenol diduga mempunyai aktivitas antioksidan, antitumor, antiviral, dan antibiotik. Semua senyawa fenol merupakan senyawa aromatik sehingga semua menunjukkan serapan kuat terhadap spektrum UV. Fenol dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu fenol sederhana dan polifenol. Contoh fenol sederhana : orsinol, 4-metilresolsinol, 2- metilresolsinol,

(10)

9

resolsinol, katekol, hidrokuinon, pirogalol dan floroglusinol. Contoh polifenol adalah lignin, melanin dan tanin (Harborne, 1987; Apak et al., 2007).

Sargassum duplicatum memiliki kandungan fenol yang berpotensi sebagai bahan

antimikroba terhadap beberapa jenis bakteri patogen yang dapat menyebabkan diare. Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami buang air besar yang sering dan masih memiliki kandungan air berlebihan (Sastry dan Rao, 1994).

Antioksidan

Antioksidan merupakan substansi nutrisi maupun non-nutrisi yang terkandung dalam bahan pangan, yang mampu mencegah atau memperlambat terjadinya kerusakan oksidatif dalam tubuh. Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (elektron donor) atau reduktan/reduktor. Antioksidan mampu menghambat reaksi oksidasi dengan cara mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif sehingga kerusakan sel dapat dicegah. Senyawa ini mempunyai berat molekul kecil tapi mampu menginaktivasi reaksi oksidasi dengan mencegah terbentuknya radikal (Winarsi, 2007). Tamat et al. (2007) menyatakan bahwa antioksidan merupakan zat yang dapat menunda, memperlambat dan mencegah terjadinya proses oksidasi. Antioksidan sangat bermanfaat bagi kesehatan dan berperan penting dalam mempertahankan mutu produk pangan.

Antioksidan penting untuk kesehatan dan kecantikan serta mempertahankan mutu produk pangan. Di bidang kesehatan dan kecantikan, antioksidan berfungsi untuk mencegah penyakit kanker dan tumor, penyempitan pembuluh darah, penuaan dini, dan lain-lain (Tamat

et al. 2007). Antioksidan juga mampu menghambat reaksi oksidasi dengan cara mengikat

radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif sehingga kerusakan sel dapat dicegah. Reaksi oksidasi dengan radikal bebas sering terjadi pada molekul protein, asam nukleat, lipid dan polisakarida (Winarsi, 2007).

Konsumsi antioksidan dalam jumlah memadai mampu menurunkan resiko terkena penyakit degeneratif seperti kardiovaskuler, kanker, aterosklerosis, osteoporosis dan lain-lain. Konsumsi makanan yang mengandung antioksidan dapat meningkatkan status imunologi dan menghambat timbulnya penyakit degeneratif akibat penuaan. Kecukupan antioksidan secara optimal dibutuhkan oleh semua kelompok umur (Winarsi, 2007).

Serat Pangan

Salah satu fungsi utama dari alga coklat adalah sebagai serat pangan, karena alga memiliki kandungan polisakarida yang tinggi. Serat pangan adalah komponen yang terdapat pada dinding sel tumbuhan, strukturnya kompleks yang terdiri dari polisakarida. Dinding sel pada alga tersusun dari dua lapis senyawa selulosa, di antara kedua lapisan selulosa terdapat

(11)

10 rongga yang dinamakan lamel tengah (Middle Lamel) yang dapat terisi oleh zat-zat penguat seperti lignin, kitin, pektin dan lain-lain (Venugopal, 2009). Alga coklat merupakan sumber serat pangan yang terdiri dari serat larut air dan serat tidak larut air (Ortiz et al., 2006). SDF (soluble dietary fiber) adalah serat pangan yang dapat larut dalam air hangat atau panas serta dapat terendapkan oleh air : etanol dengan perbandingan 1 : 4, antara lain gum dan pektin. Sedangkan IDF (Insoluble Dietary Fiber) diartikan sebagai serat pangan yang tidak larut dalam air, antara lain selulosa, lignin dan sebagian besar hemiselulosa (Ebook pangan, 2008).

Abu

Abu adalah sisa anorganik dari pengabuan bahan organik. Kadar abu merupakan sisa berat yang terjadi selama oksidasi dengan temperatur tinggi melalui basa-basa bahan organik (Nollet, 1996). Kadar abu suatu bahan adalah kadar residu hasil pembakaran semua komponen-komponen organik didalam bahan (Sasmito, 2006). Penentuan kandungan mineral suatu bahan yaitu dengan cara pengabuan kering (dry ashing) dan pengabuan basah (wet

ashing). Pemilihan cara tersebut tergantung pada zat organik dalam bahan, sifat zat anorganik

yang ada dalam bahan, mineral yang akan dianalisa serta sensitivitas cara yang digunakan. Pengabuan kering dapat diterapkan pada hampir semua analisa mineral kecuali merkuri dan arsen. Cara ini membutuhkan sedikit ketelitian dan mampu menganalisa bahan lebih banyak daripada pengabuan basah. Prinsip penetapan total abu adalah abu dalam bahan pangan ditetapkan dengan menimbang sisa mineral hasil pembakaran bahan organik pada suhu sekitar 550 Co (Apriyanto et al., 1989).

(12)

BAB IV PENUTUP KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan :

Kandungan yang terdapat dalam alga coklat Sargassum dupliicatum adalah Karbohidrat (alginat), Fenol, Anti Oksidan, Serat Pangan dan Abu.

 Manfaat Alginat dalam kesehatan adalah sebagai bahan baku alami pembuatan kapsul obat yang mudah larut dalam air, Fenol sebagai obat pembunuh mikroba dan bakteri yang menimbulkan penyakit diare, Anti oksidan sebagai pencegah penyakit kanker, Serat pangan sebagai obat diet.

SARAN

Diperlukan penelitian lebih lanjut terkait manfaat alginat, fenol dan anti oksidan untuk diaplikasikan dalam bidang kesehatan.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Apak, R., K. Güçlü, B. Demirata, M. Özyürek, S. E. Çelik, B. Bektaşoğlu, K. I. Berker and D. Özyurt. 2007. Comparative Evaluation of Various Total Antioxidant

Capacity Assay Applied to Phenolic Compounds with The CUPPRAC Assay.

Molecules, 12 : 1496-1547.

Apriyantono. A, D. Fardiaz, N. Puspitasari, Sedarnawati dan S. Budiyanto. 1989. Analisis

Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan DIKTI Pusat Antar

Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Bogor. Aslan, L. M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Kanisius, Yogyakarta.

Atmadja, W. S., A. Kadi, Sulistijo dan R. Satari. 1996. Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut

Indonesia. Puslitbang Oseanologi LIPI, Jakarta.

Chapman VJ. 1970. Seaweeds and their uses. London : Metheun & Co. LTD.

Dawczynski, C., R. Schubert and G. Jahreis. 2007. Amino Acids, Fatty Acids,

and Dietary Fibre In Edible Seaweed Product. Food Chemistry 103 (2007)

891–899. Friedrich Schiller University of Jena, Institute of Nutrition, Dornburger Strasse 24, D-07743 Jena, Germany.

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Institut Teknologi Bandung, Bandung. (diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro).

Kadi A. 2005. Beberapa Catatan Kehadiran Marga Sargassum di Perairan Indonesia. Jakarta : Bidang Sumberdaya Laut, Puslitbang Oseanologi-LIPI.

Novaczek I dan Athy A. 2001. Sea Vegetable Recipes for The Pasific Islands. Fiji Islands : Community Fisheries Training Pacific Series-3B.

Ortiz, J., E. Romer., P. Robert., J. Araya., J. Lopez., C. Bonzo., E. Navarrete., A. Osorio ang A. Rios. 2006. Dietary Fiber, Amino Acid, Fatty Acid and Tocopherol

Contents of The Edible Seaweeds Ulva lactuca and Durvillaea antarctica.

Food Chemistry 99 (2006) 98–104. Santiago.Chile

Permana RA. 2008. Karakteristik serbuk minuman sari buah jeruk lemon (Citrus medica var lemon) dengan penambahan na-alginat yang diekstraksi dari rumput laut

Sargassum filipendula [skripsi]. Bogor : Program Studi Teknologi Hasil

Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Sasmito, B.B. 2006. Metode Analisis Kimia Bahan Pangan. Universitas Brawijaya. Malang

(14)

13 Sopandie D, Chozin MA, Sastrosumarjo S, Juhaeti T, dan Sahardi. 2003. Toleransi Padi

Gogo terhadap Naungan. Hayati. 10(2): 71-75.

Rachmat, R. 1999a. Pemanfaatan Produk Alam Algae Laut untuk Obat dan Kosmetik. Prosiding Pra Kipnas VII Forum Komunikasi I Ikatan Fikologi Indonesia (IFI).

Rachmat, R. 1999b. Kandungan dan Karakteristik Fisiko Kimia Alginat dari Sargassum sp.

yang Dikumpulkan dari Perairan Indonesia. Laboratorium Produk Alam Laut,

Puslitbang Oseanologi LIPI, Jakarta.

Tamat, S. R., T. Wikanta dan L. S. Maulina. 2007. Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas

Senyawa Bioaktif dari Ekstrak Rumput Laut Hijau Ulva reticulata Forsskal.

Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 5 (1) : 31-36.

Tjondronegoro PD, Natasaputra M, Kusumaningrat T, Gunawan AW, Jaelani M, Suwanto A. 1989. Botani Umum II. Bogor: Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor.

Venugopal,V. 2009. Marine Products for Healthcare. CRC Press. London. Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor : M-BRIO Press.

Winarsi, H, 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Kanisius, Yogyakarta.

Yunizal, Murtini JT, Dolaria N, Purdiwoto B, Abdulrokhim, Carkipan. 1998. Prosedur Analisis Kimiawi Ikan dan Produk Olahan Hasil-Hasil Perikanan. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan.

Yorita N. 2010. Karakteristik permen jelly rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan penambahan pati termodifikasi sebagai bahan pengisi [skripsi]. Bogor : Departemen Teknologi hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar 1. Sargassum duplicatum

Referensi

Dokumen terkait

Lan sadhengah apa kang koktin- dakake iku tindakna kalawan terus ing batin kayadene kagem Gusti, ora kanggo manungsa. Data

I forbindelse med besvarelsen av studieoppgaven i første semester ble studenter uten praksiserfaring med premature barn, tilbudt én dags punktpraksis på nyfødtavdeling.. De skulle

Berdasarkan tinjauan Iiteratur penyelidik telah mengenal pasti pelbagai faktor yang menjadi penyebab kepada berlakunya tingkah laku delinkuen dalam kalangan pelajar sekolah

522 Techniques, equipment, etc. Bahkan notasi notasi yang terdapat dalam bagan klasifikasi dapat digabungkan dengan tabel- tabel pembantu agar mendapatkan notasi yang

Produktivitas tambak untuk rumput laut tertinggi didapatkan pada salinitas 25,6 ppt dan oksigen terlarut 8,39 mg/L dan rumput laut masih tumbuh baik pada kisaran pH

Adapun ruang lingkup dari pada Standar Operation Procedure (SOP) ini meliputi tata cara pelayanan informasi. Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan dan

Varietas Inpari 1, Siramos dan Siboru Tambun memperoleh persentase gabah berisi per malai pada interaksi penggenangan kontiniu dan pupuk kandang kerbau C/N

Dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa guru PAI sebagai ujung tombak suksesi pembelajaran telah menggunakan model pembelajaran PAI yang terdapat dalam ketentuan-ketentuan