• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abortus Dan Infanticide

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Abortus Dan Infanticide"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

ABORTUS DAN INFANTICIDE

dikumpulkan guna memenuhi tugas mata kuliah

Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

Damayanti Ika P G2A009057 Bagus Dermawan G2A009058

Seia Mahanani G2A009059 Anangga Aristantyo G2A009060

Ayu Fitria R G2A009061 A A Gede Agung H G2A009062

Novitasari R G2A009063 Etha Yosy K G2A009064 Juwita Kusumadewi G2A009065

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

RS Pendidikan RSUP Dr. Kariadi

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Abortus

Kehidupan manusia dimulai saat setelah pembuahan terjadi. Jika dengan sadar dan dengan segala cara kita mengakhiri hidup manusia tak berdosa, berarti kita melakukan suatu perbuatan tak bermoral dan asosial. Tidak semestinya kita membiarkan penghentian nyawa hidup siapapun atau hidup kita sebagai manusia menjadi tidak berharga lagi.. Sekarang ini praktek aborsi semakin merajalela, bukan hanya para kalangan mahasiswa saja yang melakukan praktek ini tetapi banyak juga pelajar yang melakukan praktek ini. Dalam permasalahan ini saya akan mengambil topik tentang aborsi. Dimana peran seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku (bidan) diperlukan dalam praktek ini dan bagaimana praktek ini dijalankan secara legal dan ilegal.

Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus”. Berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin

sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.

Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu: 1. Aborsi Spontan / Alamiah

2. Aborsi Buatan / Sengaja 3. Aborsi Terapeutik / Medis

Aborsi spontan / alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma, sedangkan Aborsi buatan / sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak). Aborsi terapeutik / medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik

(3)

calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa.

Frekuensi terjadinya aborsi di Indonesia sangat sulit dihitung secara akurat, karena aborsi buatan sangat sering terjadi tanpa dilaporkan – kecuali jika terjadi komplikasi, sehingga perlu perawatan di Rumah Sakit.Akan tetapi, berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada sekitar 2.000.000 kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Berarti ada 2.000.000 nyawa yang dibunuh setiap tahunnya secara keji tanpa banyak yang tahu. Jumlah kematian karena aborsi melebihi kematian perang manapun. Secara keseluruhan, di seluruh dunia, aborsi adalah penyebab kematian yang paling utama dibandingkan kanker maupun penyakit jantung.

Aborsi dilakukan oleh seorang wanita hamil - baik yang telah menikah maupun yang belum menikah dengan berbagai alasan. Akan tetapi alasan yang paling utama adalah alasan-alasan yang non-medis (termasuk jenis aborsi buatan / sengaja)

Alasan-alasan dilakukannya aborsi adalah:

1. Tidak ingin memiliki anak karena khawatir mengganggu karir, sekolah atau tanggung jawab lain (75%)

2. Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak (66%) 3. Tidak ingin memiliki anak tanpa ayah (50%)

Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama mereka yang hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak. Ada orang yang menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka tidak tahu akan keajaiban-keajaiban yang dirasakan seorang calon ibu, saat merasakan gerakan dan geliatan anak dalam kandungannya.

Profil pelaku aborsi di Indonesia tidak sama persis dengan di negara lain. Akan tetapi gambaran dibawah ini memberikan kita bahan untuk dipertimbangkan. Seperti tertulis dalam buku “Facts of Life” oleh Brian Clowes, Phd:

Para wanita pelaku aborsi adalah: 1. Wanita Muda.

Lebih dari separuh atau 57% wanita pelaku aborsi, adalah mereka yang berusia dibawah 25 tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah wanita remaja berusia dibawah 19 tahun. Usia Jumlah % Dibawah 15 tahun 14.200 0.9%, 15-17 tahun 154.500 9.9%, 18-19 tahun

(4)

224.000 14.4%, 20-24 tahun 527.700 33.9%, 25-29 tahun 334.900 21.5%, 30-34 tahun 188.500 12.1%, 35-39 tahun 90.400 5.8%, 40 tahun keatas 23.800 1.5%. 2. Wanita Belum Menikah

Jika terjadi kehamilan diluar nikah, 82% wanita di Amerika akan melakukan aborsi. Jadi, para wanita muda yang hamil diluar nikah, cenderung dengan mudah akan memilih membunuh anaknya sendiri. Untuk di Indonesia, jumlah ini tentunya lebih besar, karena didalam adat Timur, kehamilan diluar nikah adalah merupakan aib, dan merupakan suatu tragedi yang sangat tidak bisa diterima masyarakat maupun lingkungan keluarga. Waktu Aborsi:

Proses aborsi dilakukan pada berbagai tahap kehamilan. Menurut data statistik yang ada, aborsi dilakukan dengan frekuensi yang tinggi pada berbagai usia janin. Kasus Aborsi : 13-15 minggu : 90.000 kasus

16-20 minggu : 60.000 kasus 21-26 minggu : 15.000 kasus Setelah 26 minggu : 600 kasus

1.2. Latar Belakang Infanticide

Masyarakat Indonesia telah lama mengenal hak asasi yang bersumber pada Pancasila dan Undang- Undang Dasar Tahun 1945. Jadi dapat dikatakan bahwa masyarakat Indonesia juga mempunyai perhatian yang besar terhadap hak asasi manusia yang pada prinsipnya untuk melindungi hak-hak individu.

Anak adalah buah hati yang sangat berharga bagi setiap keluarga, sebagai pewaris dan penerus kedua orang tuanya. Sekarang ini berita-berita tentang ditemukannya bayi baru lahir dalam keadaan meninggal yang dimasukan dalam tas plastik atau di bak sampah sering dimuat di media masa.

Seorang gadis berparas cantik X ( 17 tahun ) Warga Purwobinangun, Pakem Sleman,Daerah Istimewa Yogyakarta nekat membunuh bayi yang baru di lahirkannya. Kenekatan X di duga karena merasa malu mengingat bayi yang berjenis kelamin laki-laki itu merupakan hasil hubungan gelap dengan F yang tak lain kakak iparnya sendiri.

(5)

Di Sumber Agung, Kecamatan Jetis, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, seorang pelajar SMA Swasta, T (17 tahun) membunuh bayinya yang baru dilahirkan karena hubungan gelap dengan pacarnya yang tidak mau bertanggung jawab.

. Selain, dua kasus di atas, bisa juga dilihat kasus yang diperiksa di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi, desa Murtigading, Sanden, Kabupaten Bantul, seorang ibu, Ny. IW (40 tahun), pada hari minggu 23 Maret 2008, sekitar pukul 06.30 WIB, membunuh bayi yang baru dilahirkannya dengan memasukkan bayi ke dalam lubang kloset.

Masalah pembunuhan bayi merupakan sebutan yang bersifat umum bagi setiap perbuatan merampas nyawa bayi di luar kandungan, sedangkan infanticide (yang dikenal di negara-negara Common Law) merupakan sebutan yang bersifat khusus bagi tindakan merampas nyawa bayi yang belum berumur satu tahun oleh ibu kandungnya sendiri. K e m a t i a n b a y i y a n g t e r j a d i d i I n d o n e s i a b i s a dimasukan kedalam kategori Kinderdoodslag yaitu tanpa rencana atau Kindermoord yaitu denganrencana, tergantung dari motif tersangka yangbukan lain adalah ibu kandungnya sendiri saat melakukan pembunuhan bayi. P e m b u n u h a n b a yi d i l a k u k a n d e n g a n r e n c a n a dan dilakukan lebih dari 24 jam setelah bayi lahir maka disebut pembunuhan bayi biasa sedangkan pembunuhan tanpa rencana yang dilakukan kurangdari 24 jam setelah bayi lahir maka disebutdengan infanticide.

Pengkhususan infanticide sebagai tindak pidana yang hukumannya lebih ringan tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa kondisi mental pada saat hamil, melahirkan dan menyusui sangat labil dan mudah terguncang akibat gangguan keseimbangan hormon.

Disamping alasan tersebut ada motivasi untuk melakukan kejahatan adalah karena si ibu takut ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak, oleh karena anak tersebut adalah anak sebagai hasil hubungan gelap atau anak yang tidak diinginkan. Selain alasan itu adalah saat dilakukan tindakan menghilangkan nyawa si anak, yaitu pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian yang dalam hal ini patokannya adalah sudah ada atau belum ada tanda-tanda perawatan, dibersihkan, dipotong tali pusatnya, atau diberi pakaian. Saat dilakukannya kejahatan tersebut dikaitkan dengan keadaan mental emosional dari si ibu dimana selain rasa malu, takut, benci, bingung serta rasa nyeri bercampur aduk menjadi satu sehingga perbuatan itu dianggap dilakukan tidak dalam keadaan mental yang tenang, sadar serta perhitungan yang matang. Inilah yang menjelaskan mengapa ancaman hukuman pada kasus pembunuhan bayi/anak lebih ringan dibandingkan dengan kasus-kasus pembunuhan lainnya.

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Abortus

A.2.1. Definisi Abortus

2.1.1 Berakhir

nya masa kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar (Bagian Obgyn Unpad, 1999). Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.

2.1.2 Pengelua

ran atau ekstraksi janin atau embrio yang berbobot 500 gram atau kurang dari ibunya yang kira – kira berumur 20 sampai 22 minggu kehamilan (Hacker and Moore, 2001).

A.2.2. Jenis Abortus, Macam Abortus, Definisi, Tanda dan Gejala

2.2.1 Spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran) merupakan ± 20% dari semua abortus.

Abortus spontan terdiri dari 7 macam, diantaranya :

a. Abortus imminens (keguguran mengancam) adalah Abortus ini baru mengancam dan ada harapan untuk mempertahankan.

Tanda dan Gejala

 Perdarahan per-vaginam sebelum minggu ke 20.

 Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai perdarahan.

 Nyeri terasa memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali.

 Tidak ditemukan kelainan pada serviks.

 Serviks tertutup.

b. Abortus incipiens (keguguran berlangsung) adalah Abortus sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi.

Tanda dan Gejala

 Perdarahan per vaginam masif, kadang – kadang keluar gumpalan darah.

 Nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim kuat.

(7)

c. Abortus incomplete (keguguran tidak lengkap) adalah Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tetapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal di rahim.

Tanda dan Gejala

 Perdarahan per vaginam berlangsung terus walaupun jaringan telah keluar.

 Nyeri perut bawah mirip kejang.

 Dilatasi serviks akibat masih adanya hasil konsepsi di dalam uterus yang dianggap sebagai corpus allienum.

 Keluarnya hasil konsepsi (seperti potongan kulit dan hati).

d. Abortus completus (keguguran lengkap) adalah Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan lengkap. Kontraksi rahim dan perdarahan mereda setelah hasil konsepsi keluar.

Tanda dan Gejala

 Serviks menutup.

 Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.

 Gejala kehamilan tidak ada.

 Uji kehamilan negatif.

e. Missed abortion (keguguran tertunda) adalah Missed abortion ialah keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22 tetapi tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.

Tanda dan Gejala

 Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorpsi air ketuban dan macerasi janin.

 Buah dada mengecil kembali.

 Gejala kehamilan tidak ada, hanya amenorea terus berlangsung.

f. Abortus habitualis (keguguran berulang – ulang) adalah abortus yang telah berulang dan berturut – turut terjadi sekurang – kurangnya 3 kali berturut – turut.

g. Abortus febrilis adalah Abortus incompletus atau abortus incipiens yang disertai infeksi.

Tanda dan Gejala

(8)

 Lochea berbau busuk.

2.2.2 Abortus provocatus (disengaja, digugurkan) merupakan 80% dari semua abortus.

Abortus provocatus terdiri dari 2 macam, diantaranya :

a. Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeutics adalah Pengguguran kehamilan dengan alat – alat dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu, misal ibu berpenyakit berat. Indikasi pada ibu dengan penyakit jantung (rheuma), hypertensi essensialis, carcinoma cerviks. b. Abortus provocatus criminalis Adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan

medis yang syah dan dilarang oleh hukum. A.2.3. Etiologi Abortus

2.3.1 Kelainan telur

Kelainan telur menyebabkan kelainan pertumbuhan yang sedinikian rupa hingga janin tidak mungkin hidup terus, misalnya karena faktor endogen seperti kelainan chromosom (trisomi dan polyploidi).

2.3.2 Penyakit ibu

Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus, yaitu:

a. Infeksi akut yang berat: pneumonia, thypus dapat mneyebabkan abortus dan partus prematurus.

b. Kelainan endokrin, misalnya kekurangan progesteron atau disfungsi kelenjar gondok.

c. Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan langsung pada ibu. d. Gizi ibu yang kurang baik.

e. Kelainan alat kandungan:

 Hypoplasia uteri.

 - Tumor uterus

 - Cerviks yang pendek

 - Retroflexio uteri incarcerata

 - Kelainan endometrium f. Faktor psikologis ibu. 2.3.3 Faktor suami

(9)

Etiologi:

Faktor kelainan telur. Faktor penyakit pada ibu Faktor suami

Faktor lingkungan /eksogen

Buah kehamilan pada usia 20 minggu dan berat < 500 gram

Janin dapat beradaptasi Janin tidak dapat beradaptasi

Usia kehamilan dapat dipertahankan > 37 minggu atau BB janin > 2500 gram Janin gugur

Rangsangan pada uterusLepasnya buah kehamilan dari implantasinyaTerganggunya psikologis ibu

Terputusnya pembuluh darah ibu

Defisit knowledge Kontraksi uterus

Perdarahan dan nekrose desidua Prostaglandin ↑

Kecemasan

Resiko terjadi infeksi Resiko gawat janin

Kelemahan

Resiko defisit volume cairan

Nyeri Dilatasi serviks

Terdapat kelainan bentuk anomali kromosom pada kedua orang tua serta faktor imunologik yang dapat memungkinkan hospes (ibu) mempertahankan produk asing secara antigenetik (janin) tanpa terjadi penolakan.

2.3.4 Faktor lingkungan

Paparan dari lingkungan seperti kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol serta paparan faktor eksogen seperti virus, radiasi, zat kimia, memperbesar peluang terjadinya abortus.

A.2.4. Web Of Caution (WOC)

(10)

A.2.5. Penatalaksanaan Abortus 2.5.1 Abortus imminens

Karena ada harapan bahwa kehamilan dapat dipertahankan, maka pasien: a. Istirahat rebah (tidak usah melebihi 48 jam).

b. Diberi sedativa misal luminal, codein, morphin.

c. Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan mengurangi kerentanan otot-otot rahim (misal gestanon).

d. Dilarang coitus sampai 2 minggu. 2.5.2 Abortus incipiens

Kemungkinan terjadi abortus sangat besar sehingga pasien:

a. Mempercepat pengosongan rahim dengan oxytocin 2 ½ satuan tiap ½ jam sebnayak 6 kali.

b. Mengurangi nyeri dengan sedativa.

c. Jika ptocin tidak berhasil dilakukan curetage asal pembukaan cukup besar. 2.5.3 Abortus incompletus

Harus segera curetage atau secara digital untuk mengehntikan perdarahan. 2.5.4 Abortus febrilis

a. Pelaksanaan curetage ditunda untuk mencegah sepsis, keculai perdarahan banyak sekali.

b. Diberi atobiotika.

c. Curetage dilakukan setelah suhu tubuh turun selama 3 hari. 2.5.5 Missed abortion

a. Diutamakan penyelesaian missed abortion secara lebih aktif untuk mencegah perdarahan dan sepsis dengan oxytocin dan antibiotika. Segera setelah kematian janin dipastikan, segera beri pitocin 10 satuan dalam 500 cc glucose.

b. Untuk merangsang dilatasis erviks diberi laminaria stift. A.2.6. Penyulit Abortus

(11)

b. Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis, infeksi dari tuba dapat menimbulkan kemandulan.

c. Renal failure disebabkan karena infeksi dan shock. d. Shock bakteri karen atoxin.

e. Perforasi saat curetage

A.2.7. Konsep Asuhan Keperawatan Ibu dengan Abortus 2.7.1 Pengkajian Data Fokus

Pada Ibu hamil dengan kasus abortus pada umumnya mengalami keluhan sebagai berikut:

a. Tidak enak badan.

b. Badan panas, kadang- kadang panas disertai menggigil dan panas tinggi. c. Sakit kepala dan penglihatan terasa kabur.

d. Keluar perdarahan dari alat kemaluan, kadang-kadang keluar flek-flek darah atau perdarahan terus-menerus.

e. Keluhan nyeri pada perut bagian bawah, nyeri drasakan melilit menyebar sampai ke punggung dan pinggang.

f. Keluhan perut dirasa tegang, keras seperti papan, dan kaku.

g. Keluhan keluar gumpalan darah segar seperti kulit mati dan jarinagn hati dalam jumlah banyak.

h. Perasaan takut dan khawatir terhadap kondisi kehamilan.

i. Ibu merasa cemas dan gelisah sebelum mendapat kepastian penyakitnya.

j. Nadi cenderung meningkat, tekanan darah meningkat, respirasi meningkat dan suhu meningkat.

Pemeriksaan Penunjang:

a. Pada pemeriksaan dalam ditemukan terdapat pembukaan serviks atau pada kasus abortus imminens sering ditemukan serviks tertutup dan keluhan nyeri hebat pada pasien.

b. Porsio sering teraba melunak pada pemeriksaan dalam, terdapat jaringan ikut keluar pada pemeriksaan.

c. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.

d. Pemeriksaan kadar HCG dalam urine untuk memastikan kehamilan masih berlangsung.

e. Pemeriksaan auskultasi dengan funduskop dan doppler untuk memastikan kondisi janin.

(12)

f. Pemeriksaan USG untuk memastikan kondisi janin. 2.7.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b/d adanya kontraksi uterus, skunder terhadap pelepasan separasi plasenta. 2. Resiko deficit volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui rute normal dan

atau abnormal (perdarahan).

3. Kelemahan b/d penurunan produksi energi metabolic, peningkatan kebutuhan energi (status hipermetabolik); kebutuhan psikologis/emosional berlebihan; perubahan kimia tubuh; perdarahan.

4. Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dan nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap perdarahan akibat pelepasan separasi plasenta.

5. Ketakutan/ansietas b/d krisis situasi (perdarahan); ancaman/perubahan pada status kesehatan, fungsi peran, pola interaksi; ancaman kematian; perpisahan dari keluarga (hospitalisasi, pengobatan), transmisi/penularan perasaan interpersonal. 6. Defisit knowledge / Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit,

prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemajanan/mengingat; kesalahan interpretasi informasi, mitos; tidak mengenal sumber informasi; keterbatasan kognitif.

7. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan skunder akibat perdarahan; prosedur invasif.

B. INFANTICIDE

B.2.1. Pengertian Infanticide

Infanticide memiliki beberapa pengertian. pengertian infanticide secara umum adalah tindakan membunuh bayi yang baru saja dilahirkan oleh ibu kandungnya sendiri untuk menutupi kehamilan atau kelahirannya.

Berdasarkan undang-undang di Indonesia, pengertiannya adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada waktu dilahirkan atau tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak.

B.2.2. Pasal-pasal dalam KUHP yang mengatur mengenai infanticide

Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum didalam bab kejahatan terhadap nyawa orang.

Pasal 341 KUHP : “ seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa

(13)

anaknya diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana paling lama tujuh tahun.”

Pasal 342 KUHP : “ seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut ketauan bahwa ia melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya sendiri diancam karena membunuh anak sendiri dengan rencana dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

Pasal 343 KUHP : “ kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi orang lain yang turut serta melakukan sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.

Dari undang-undang diatas maka terdapat 3 faktor penting : a. Ibu

Hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak sendiri. Tidak dipersoalkan dia kawin atau tidak.

b. Waktu

Dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat, tetapi hany dinyatakan “ pada saat dilahirkan atau beberapa saat kemudian atau sebelum diketahui oleh orang lain.

c. Psikis

Ibu membunuh anaknya karena terdorong rasa malu akan diketahui oleh orang telah melahirkan anak itu. Biasanya anak yang dibunuh tersebut didapat dari hubungan yang tidak sah.

B.2.3. Perbedaan kinderdoodslag dan kindermoord

Pasal 341 KUHP, kinderdoodslag adalah pembunuhan anak sendiri yang dilakukan tanpa rencana.

Pasal 342 KUHP, kindermoord adalah pembunuhan anak sendiri yang dilakukan dengan rencana.

Sehingga hukuman kindermoord lebih berat dibanding kinderdoodslag. B.2.4. Kriteria yang harus dipenuhi untuk digolongkan sebagai infanticide

Adapun kriteria yang harus dipenuhi agar suatu kasuh pembunuhan digolongkan sebagai infanticide, yaitu :

a. Pelaku harus ibu kandung.

b. Korban harus bayi anak kandung sendiri.

c. Pembunuhan harus dilakukan pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian. d. Motif pembunuhan karena takut akan ketahuan telah melahirkan anak dan tidak

ingin menanggung malu.

Bila kriteria diatas tidak dipenuhi, maka tindakan pembunuhan dikategorikan sebagai tindak pidana perampasan nyawa yang bersifat umum yang diuraikan dalam pasal 338 dan 340 KUHP dengan hukuman yang jauh lebih berat.

(14)

B.2.5. Bukti medik yang relevan bagi penyelesaian perkara

Bukti medik yang harus didapat untuk menyelesaikan perkara : a. Menyatakan bayi viable atau tidak.

b. Menyatakan bayi lahir hidup atau tidak. c. Ada tidaknya perawatan bayi.

d. Mengetahui lama hidup diluar kandungan. e. Mencari sebab kematian.

B.2.6. Viabilitas bayi

Viabilitas bayi sama artinya dengan melakukan penilaian terhadap tingkat kemampuan bayi untuk dapat mempertahankan hidupnya diluar kandungan tanpa peralatan.

Bayi dikatakan viable jika memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Telah dikandung ibunya selama paling tidak 28 minggu.

Adapun tanda-tanda bayi yang telah dikandung selama 28 minggu atau lebih oleh ibunya ialah :

 Tanda-tanda terukur :

 Panjang badan 35 cm atau lebih.

 Berat badannya 1,5 kilogram atau lebih.

 Tanda-tanda tidak terukur :

 Jenis kelamin sudah dapat dibedakan meski testis pada bayi laki-laki belum turun kedalam skrotum.

 Bulu badan, alis dan bulu mata sudah tumbuh.  Kuku sudah melewati ujung jari.

 Inti penulangan sudah terbentuk pada tulang kalkaneus atau talus.  Pertumbuhan gigi sudah sampai pada tingkat klasifikasi.

Untuk menentukan adanya penulangan atau kalsifikasi gigi ialah dengan melakukan pengirisan secara langsung atau dengan pemeriksaan ronsenologik.

b. Tidak mempunyai cacat berat, seperti misalnya anencephalus ( lack of brain ). B.2.7. Lahir hidup atau mati

Mempersoalkan lahir hidup atau mati atas jenazah bayi yang diduga meninggal karena dibunuh menjadi sangat penting sebab kalau ternyata bukti medik menunjukkan bahwa bayi lahir mati berarti dugaan adanya tindak pidana perampasan nyawa menjadi tidak relevan.

a.

Tanda-tanda bayi lahir hidup antara lain :

 Adanya pernapasan.

 Adanya denyut jantung.

 Adanya denyut tali pusat.

(15)

Tanda-tanda tersebut dapat ditanyakan langsung kepada sang ibu, namun tidak semua ibu yang melakukan pembunuhan mau mengakui sehingga perlu dilakukan pemeriksaan oleh dokter terhadap :

 Sistem pernafasan.

Pada sistem pernapasan jika sistem pernapasan pernah berfungsi akan ditemukan tanda :

 Dada sudah mengembang.

 Tulang iga akan terlihat lebih mendatar.  Sela iga melebar.

 Paru-paru :

 Memenuhi rongga dada  Tepi tumpul

 Warna berubah dari merah keunguan menjadi bercak-bercak merah muda seperti mozaik ( mottled pink ).

 Perabaan lembut seperti biasa.

 Tes apung paru ( tes hidrostatik ) mengapung.

 Pemeriksaan mikroskop terlihat edema, alveoli sudah mengembang dan diselaputi oleh membrane hialin yang terbentuk akibat kontak oksigen.

 Sistem pencernaan.

 Ditemukan makanan atau bakteri didalam lambung.

 Tunggul ( potongan ) tali pusat.

 Adanya proses pelepasan tunggul tali pusat, yang dimulai dari pengeringan dan pelisutan tunggul tali pusat pada hari kedua. Setelah itu akan terbentuk garis pemisah berwarna merah ( red line of separation ) pada pangkal tunggul dan kemudaian pada hari keempat sampai keenam terjadi pemisahan secara sempurna. Epitelisai akan terjadi pada hari kesembilan sampai hari kedua belas.

 Sistem kardiovaskuler.

 Pada bayi yang baru lahir akan terjadi perubahan aliran darah didalam jantung akibat berfungsinya paru-paru. Tekanan jantung sebelah kiri meningkat sehingga menyebabkan foramen ovale menutup. Arteria dan vena umbilikalis tidak lagi berfungsi dan kemudian menjadi obliterasi, sayangnya hal ini baru terlihat sesudah beberapa minggu, padahal infanticide biasanya tidak berapa lama sesudah dilahirkan.

b.

(16)

 Adanya cairan amnion disertai sel-sel squamosa dan meconeum didalam alveoli.

 Dada belum mengembang. Iga masih datar dan diafragma masih setinggi iga ketiga dan keempat.

 Tanda-tanda maserasi.

 Maserasi merupakan proses pembusukan intra uterin yang berlangsung dari luar ke dalam ( berlainan dari proses pembusukan yang berlangsung dari dalam ke luar ). Tanda-tanda maserasi baru terlihat setelah 8-10 hari kematian intero. Bila kematian baru terjadi 3 sampa 4 hari, hanya terlihat perubahan kulit saja, berupa vesikel atau bula yang berisi cairan kemerahan. Epidermis berwarna putih dan berkeriput, bau “tengik” (bukan bau busuk), tubuh mengalami perlunakan sehingga dada terlihat mendatar, sendi lengan dan tungkai lunak, sehingga dilakukan hiperekstensi, otot atau tendon terlepas dari tulang. Pada bayi yang mengalami maserasi organ tampak basah tetapi tidak berbau busuk. Bila janin sudah lama meninggal didalam akan terbentuk litopedion. Adanya gambaran deskuamasi epitel bronkus menunjukkan maserasi dini.

 Pemeriksaan makroskopis Paru

 Paru-paru mungkin masih tersembunyi di belakang kandung jantung atau telah mengisi rongga dada.

B.2.8. Sebab kematian bayi

Apabila dari hasil pemeriksaan yang dilakukan menunjukkan bahwa bayi lahir hidup maka pemeriksaan selanjutnya diarahkan untuk mencari sebab kematian. Sebab kematian dibedakan menjadi dua, yaitu wajar ( natural neonatal death ) atau tidak wajar ( unnatural neonatal death )

a.

Kematian wajar (tidak ada unsur pidana ) :

 Kerusakan otak waktu dilahirkan.

 Kekurangan oksigen akibat prolaps tali pusat.

 Kelainan placenta.

 Infeksi intra-uterine ( pneumonia ).

 Kelainan darah ( erythroblastosis foetalis ).

 Respiratory distress syndrome ( hyaline membrane disease ).

 Trauma cranial akibat persalinan.

 Infeksi ekstra uterine ( bronchopneumonia/sepsis umbilikalis ).

 Perdarahan massif paru. b.

Kematian tidak wajar ( ada unsure pidana ) :

(17)

 Pemukulan kepala.  Pencekikan.  Penjeratan.  Penusukan.  Menggorok leher.  Menenggelamkan bayi.

 Cara yang jarang :  Membakar.  Meracun.

 Mengubur bayi hidup-hidup.

 Kecelakaan :

 Jatuh dari gendongan.  Jatuh saat dimandikan. B.2.9. Lama hidup diluar kandungan.

Salah satu syarat untuk dapat dikatakan kinderdoodslag atau kindermoord adalah saat dilakukan pembunuhan, yaitu pada saat dilahirkan atau beberapa lama kemudian. Oleh karena itu harus dapat ditemukan fakta tentang lamanya bayi sempat hidup diluar kandungan untuk dipakai sebagai bukti adanya pembunuhan.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan lamanya bayi hidup diluar kandungan, yaitu ;

a. Kondisi bayi, masih kotor atau sudah dirawat.

b. Meconeum, biasanya sesudah dua hari tidak ada lagi meconeum. c. Tingkat proses pelepasan tunggul tali pusat

d. Ikterus biasanya pada hari keempat sampai kesepuluh.

e. Foramen ovale, biasanya menutup sesudah beberapa minggu.

f. Pembuluh darah umbilical, mengalami obliterasi sesudah beberapa minggu. B.2.10.Pemeriksaan terhadap suspek

Pada tindakan infanticide yang menjadi pelaku adalah ibu kandungnya sendiri. Namun, terkadang suspek ( tersangka ) menyangkal atas dasar tidak pernah melahirkan bayi. Dalam menghadapi kasus seperti ini penegak hukum dapat meminta bantuan dokter memeriksa suspek guna membuktikan :

a.

Adanya bekas-bekas kehamilan, yaitu :

 Striae gravidarum.

 Dinding perut kendor.

 Rahim dapat diraba diatas symphisis.

 Payudara besar dan kencang. b.

Adanya bekas-bekas persalinan, yaitu :

 Robekan perineum.

 Keluarnya cairan lochea.

c. Adanya hubungan genetic antara suspek dan korban. d.

Tanda-tanda perawatan pada bayi :

(18)

 Sudah dimandikan atau dibersihkan.

 Sudah diberi pakaian. B.2.11. Autopsi pada bayi

a. ada prinsipnya sama seperti autopsy pada orang dewasa.

b. Cara membuka tulang tengkorak dengan sistem jendela, yaitu menyisakan 2 cm disamping kanan kiri sutura sagitalis untuk membedakan perdarahan melewati jalan lahir atau trauma tumpul.

B.2.12.Tes konfirmasi a.

Test apung paru :

Dengan mengapungkan paru pada wadah yang berisi air. b.

Pemeriksaan patologis : Anatomi jaringan

Bab III

Penutup

3.1. Aborsi dan Infantisida Dipandang dari Aspek Hukum dan Medikolegal di Indonesia

Secara umum, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia melarang praktik aborsi di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya norma dan sanksi yang tegas berupa pidana penjara bagi dader (pelaku utama) yang melakukan praktik aborsi. Selain itu, orang yang turut membantu berjalannya praktik aborsi pun dapat dikenai

(19)

hukuman bilamana terbukti telah membantu praktik aborsi. Beberapa pasal yang menyebutkan mengenai aborsi dan infantisida, antara lain:

 Pasal 229, yang berbunyi:

1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah

2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga

3) Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencaharian maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian itu

Pasal 305, yang berbunyi, “Barang siapa menempatkan anak yang umurnya belum

tujuh tahun untuk ditemu, atau meninggalkan anak itu, dengan maksud untuk melepaskan diri dari padanya diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan”.

 Pasal 306, yang berbunyi:

1) Jika salah satu perbuatan tersebut dalam Pasal 304 dan 305 mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara tujuh tahun enam bulan 2) Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama sembilan tahun

Pasal 307, yang berbunyi, “Jika yang melakukan kejahatan-kejahatan tersebut Pasal

305 bapak atau ibu dari anak itu, maka pidana yang ditentukan dalam Pasal 305 dan 306 dapat ditambah dengan sepertiga”.

Pasal 308, yang berbunyi, “Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang

tentang kelahiran anaknya, tidak lama setelah melahirkan, menempatkan anaknya untuk ditemu atau meninggalkannya, dengan maksud untuk melepaskan diri dari padanya, maka maksimum pidana tersebut dalam Pasal 305 dan 306 dikurangi separuh”.

Pasal 305 sampai dengan pasal 308 bukan mengenai pembunuhan bayi, tetapi mengatur mengenai menempatkan anak dan meninggalkan anak. Dalam pasal 308 ancaman dikurangi separuh dengan alasan saat dilakukannya kejahatan tersebut dikaitkan dengan keadaan mental emosional dari si ibu dimana selain rasa malu, takut, benci, bingung serta rasa nyeri bercampur aduk menjadi satu sehingga perbuatannya

(20)

itu dianggap dilakukan tidak dalam keadaan mental yang tenang, sadar serta dengan perhitungan yang matang. Inilah yang menjelaskan mengapa ancaman hukuman pada kasus infantisida lebih ringan bila dibandingkan dengan kasus-kasus pembunuhan lainnya.

Pasal 341, yang berbunyi, “Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan

anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun”.

Yang dihukum di sini adalah seorang ibu, baik kawin maupun tidak, yang dengan sengaja (tidak direncanakan lebih dulu) membunuh anaknya pada waktu dilahirkan atau tidak berapa lama sesudah dilahirkan, karena takut ketahuan, bahwa ia sudah melahirkan anak. Kejahatan ini dinamakan “maker mati anak” atau “membunuh biasa anak” (kinderdoodslag).

Syarat terpenting dalam pembunuhan ini adalah dilakukan oleh ibunya dan harus terdorong akan rasa ketakutan akan diketahui kelahiran anak itu.

Pasal 342, yang berbunyi, “Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang

ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun”.

Pasal ini menunjukkan pembunuhan anak sendiri dengan rencana (kindermoord).

Pasal 343, yang berbunyi, “Kejahatan yang diterangkan dalam Pasal 341 dan 342

dipandang bagi orang lain yang turut serta melakukan sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana”.

Pasal 346, yang berbunyi, “Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan atau

mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.

 Pasal 347, yang berbunyi:

1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuan wanita itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun

(21)

2) Jika perbuatan itu mengakibatkan wanita itu meninggal, ia diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun

 Pasal 348, yang berbunyi:

1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuan wanita itu, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan

2) Jika perbuatan itu mengakibatkan wanita itu meninggal, ia diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun

Pasal 349, yang berbunyi, “Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu

melakukan kejahatan berdasarkan Pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam Pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan dalam mana kejahatan itu dilakukan”.

Dalam praktik ilmu kesehatan sendiri, ketentuan mengenai aborsi juga diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Ketentuan mengenai aborsi tercantum antara lain dalam:

 Pasal 75, yang berbunyi:

1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi

2) Larangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan: a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau

b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan

3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh seorang konselor yang kompeten dan berwenang

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah

(22)

Pasal 76, yang berbunyi, “Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya

dapat dilakukan:

a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;

b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh Menteri;

c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan; d. dengan izin suami; kecuali korban perkosaan; dan

e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri”.

Pasal 77, yang berbunyi, “Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan

dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan”.

Pasal 194, yang berbunyi, “Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi

tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.

Selain itu, dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) Pasal 10 disebutkan bahwa “Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup

makhluk insani”. Hal ini berarti bahwa baik menurut agama dan Undang-undang Negara

maupun menurut Etik Kedokteran seorang dokter tidak dibolehkan: a. Menggugurkan kandungan (abortus provocatus)

b. Mengakhiri hidup seorang penderita, yang menurut ilmu dan pengalaman tidak mungkin akan sembuh lagi (euthanasia)

3.2. Peran Ilmu Kedokteran Forensik dalam Kasus Aborsi dan Infantisida

Peran ilmu kedokteran forensik dalam rangka penyidikan sangat diperlukan dan harus dilakukan karena kapasitasnya sesuai Pasal 184 KUHAP adalah sebagai Keterangan Ahli dan Surat sebagaimana diatur pada Pasal 187 huruf c KUHAP yaitu Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya.

(23)

 Pemeriksaan ibu

a. Adanya bekas-bekas kehamilan yang ditandai dengan:

Striae gravidarum

 Dinding perut kendor

Rahim dapat diraba di atas symphisis

 Payudara besar dan kencang

 Hiperpigmentasi aerola mammae b. Adanya bekas-bekas persalinan, yaitu:

 Robekan perineum

Keluarnya cairan lochea

 Bercak darah pada vagina

 Vagina yang longgar

 Laserasi dan luka yang terdapat pada vagina

 Serviks membuka, bisa terdapat dan bisa juga tidak terdapat robekan

c. Pada kasus aborsi, perlu pula dibuktikan adanya usaha penghentian kehamilan, misalnya tanda kekerasan pada genitalia eksterna/interna, daerah perut bagian bawah

 Pemeriksaan bayi

a. Menentukan bayi viabel atau tidak

Viabilitas bayi sama artinya dengan melakukan penilaian terhadap tingkat kemampuan bayi untuk dapat mempertahankan hidupnya di luar kandungan tanpa peralatan.

Persyaratannya ialah:

1. Telah dikandung ibunya selama paling tidak 28 minggu, yang ditandai dengan (dengan kata lain bayi matang/matur):

 Panjang badan 35 cm atau lebih

 Berat badan 1,5 kilogram atau lebih

 Jenis kelamin sudah dapat dibedakan meskipun testis pada bayi laki-laki belum tentu turun ke dalam skrotum

 Bulu badan sudah jarang, alis dan bulu mata sudah tumbuh

(24)

 Inti penulangan sudah terbentuk pada tulang kalkaneus atau talus

 Pertumbuhan gigi sudah sampai pada tingkat kalsifikasi (dapat dibuktikan dengan melakukan pengirisan secara langsung atau dengan pemeriksaan ronsenologik)

2. Tidak mempunyai cacat berat, seperti anencephalus b. Menyatakan bayi lahir hidup atau lahir mati

Dikatakan lahir hidup (live birth) jika bayi menunjukkan tanda-tanda hidup sesudah seluruh tubuhnya berpisah dari badan ibunya. Tanda-tanda bayi hidup dapat dilihat dari:

1. Sistem pernapasan, dengan tanda-tanda sebagai berikut:

 Dada:

 mengembang

 diafragma sudah turun sampai sela iga 4 – 5

 tulang iga terlihat lebih mendatar

 sela iga melebar

 Paru:

 memenuhi rongga dada

 tepi tumpul

 warna berubah dari merah keunguan menjadi bercak-bercak merah muda seperti mosaik (motted pink)

 perabaan lembut seperti busa

 tes apung paru (tes pulmonal hydrostatic) mengapung

 pemeriksaan mikroskopik terlihat edema, alveoli sudah mengmbang dan diselaputi oleh membrana hialin yang terbentuk akibat kontak dengan oksigen

 beratnya kira-kira 1/35 berat badan akibat semakin padatnya vaskularisasi paru

2. Sistem pencernaan

 Ditemukannya makanan atau bakteri di dalam lambung 3. Sistem kardiovaskuler

Pada bayi yang lahir hidup akan terjadi perubahan arah aliran darah di dalam jantung akibat berfungsinya paru-paru. Tekanan pada jentung sebelah kiri

(25)

meningkat sehingga menyebabkan foramen ovale menutup. Arteria dan vena umbilikalis tidak lagi berfungsi dan kemudian mengalami obliterasi, sayangnya hal ini baru terlihat sesudah beberapa minggu, padahal infanticide biasanya dilakukan tidak berapa lama sesudah dilahirkan.

Dikatakan lahir mati (still birth) jika bayi dilahirkan setelah melewati usia kehamilan 28 minggu dan setelah dilahirkan tidak pernah menunjukkan adanya tanda kehidupan. Dan dikatakan sebagai dead born bila kematian telah terjadi di dalam rahim atau Intra Uterin Fetal Death (IUFD).

Pada bayi lahir mati, pada sistem pernapasannya sering kali dijumpai adanya cairan amnion disertai sel-sel skuamosa dan meconeum di dalam alveoli, sedangkan adanya gambaran deskuamasi epitel bronkus menunjukkan keadaan maserasi dini.

c. Ada tidaknya perawatan bayi

Tanda-tanda perawatan bayi, misalnya:

 Tali pusat yang terpotong rata dan diikat ujungnya, diberi antiseptik dan perban (bisa hilang sebelum diperiksa)

 Jalan napas bebas

 Vernix caseosa tidak ada lagi

 Berpakaian

 Air susu di dalam saluran cerna

d. Mengetahui umur bayi intra dan ekstra uterin

 Umur bayi intra uterin Rumus HAASE:

 Usia kehamilan 1 – 5 bulan:

Panjang kepala - tumit (cm) = kuadrat umur gestasi (bulan)

 Usia kehamilan > 5 bulan:

Panjang kepala – tumit (cm) = umur gestasi (bulan) x 5 Berdasarkan proses penulangan:

Pusat Penulangan Pada Umur (bulan)

(26)

Tulang panjang (diafisis) 2 Ischium 3 Pubis 4 Kalkaneus 5 – 6 Manubrium sterni 6 Talus Akhir 7

Sternum bawah Akhir 8

Distal femur Akhir 9/ Setelah lahir

Proksimal tibia Akhir 9/ Setelah lahir

Kuboid Akhir 9/ Setelah lahir (bayi wanita lebih cepat)

 Umur bayi ekstra uterin 1. Udara dalam saluran cerna

 Di lambung : baru saja lahir, belum tentu alhir hidup

 Di duodenum : > 2 jam

 Di usus halus : 6 – 12 jam

 Di usus besar : 12 – 24 jam

2. Meconeum keluar seluruhnya : ≥ 24 jam 3. Perubahan tali pusat

 Kemerahan di pangkalnya : 36 jam

 Kering : 2 – 3 hari

 Puput/ lepas : 6 – 8 hari, kadang 20 hari

 Sembuh : 15 hari

 A/ V umbilikalis menutup : 2 hari 4. Duktus arteriosus menutup : 3 – 4 minggu 5. Duktus venosus menutup : > 4 minggu 6. Eritrosit berinti hilang : > 24 jam e. Mencari sebab kematian bayi

(27)

 Kerusakan otak waktu dilahirkan

 Kekurangan oksigen akibat prolaps tali pusat

Kelainan placenta

Infeksi intra-uterine, misalnya pneumonia

Kelainan darah, misalnya erythroblastosis foetalis

Respiratory distress syndrome, misalnya hyalin membrane disease

 Trauma kranial akibat persalinan

Infeksi extra-uterine, misalnya bronchopneumonia, sepsis umbilikalis

 Perdarahan masif pada paru-paru

 Kematian tidak wajar (ada unsur pidana), misalnya:

 Pembekapan  Pemukulan kepala  Pencekikan  Penjeratan  Penusukan  Menggorok leher  Menenggelamkan bayi  Membakar  Meracun  Mengubur hidup-hidup  Kecelakaan, misalnya:

 Jatuh dari gendongan

 Jatuh saat dimandikan  Pemeriksaan hubungan ibu dan anak

 Mencocokkan waktu partus ibu dengan waktu lahir anak

 Mencari data antropologi yang khas pada ibu dan anak

 Memeriksa golongan darah ibu dan anak

Referensi

Dokumen terkait

dari kesatu primair Pasal 340 KUHP dan kedua Pasal 406 KUHP tentang dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain serta dengan sengaja

Ketika seorang ibu melahirkan bayinya akibat hubungan badan di luar nikah dengan seorang laki-laki, maka anak yang dilahirkan tersebut juga mempunyai hubungan

Bila seorang ibu, karena takut akan diketahui orang bahwa ia telah melahirkan anak, menempatkan anaknya itu untuk ditemukan atau meninggalkannya dengan maksud

Ketentuan tentang pembunuhan bayi sejalan dengan ketentuan Pasal 341 “Seorang ibu yang mengetahui karena takut akan melahirkan anaknya dengan sengaja membunuh dirinya sendiri

Pada suatu malam, karena merasa anak dalam kandungannya akan segera melahirkan, dan takut jika anak yang dikandungnya adalah seorang anak laki- laki, kemudian ibu tersebut pergi

pembunuhan adalah pasal 342 KUHPidana yang merumuskan : “Seorang ibu yang untuk pelaksanaan suatu rencana yang ditentukan karena pengaruh ketakutan akan ketahuan

Bila seorang ibu, karena takut akan diketahui orang bahwa ia telah melahirkan anak, menempatkan anaknya itu untuk ditemukan atau meninggalkannya dengan maksud

Menurut pasal 272 BW bahwa anak-anak luar kawin yang dapat diakui adalah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu tetapi yang tidak dibenihkan oleh seorang pria yang