• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada masa kini periklananlah yang semakin pesat perkembanganya. Iklan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada masa kini periklananlah yang semakin pesat perkembanganya. Iklan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada masa kini periklananlah yang semakin pesat perkembanganya. Iklan banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Kini iklan telah menjadi bisnis besar. Pada dasarnya iklan merupakan bagian dari industri modern. Kreativitas iklan mulai beraneka ragam, sehingga periklanan menjadi lebih variasi. Media yang digunakan tidak lagi hanya bertumpu pada surat kabar, majalah, radio, dan televisi semata namun juga menggunakan beragam media lain.

Periklanan banyak yang dirancang untuk mempromosikan dan memperkenalkan produk-produk baru dari satu masyarakat ke masyarakat yang lain, seringkali ini menyebabkan perubahan radikal dalam gaya hidup, pola perilaku masyarakat, merangsang misalnya adopsi makanan cepat saji, pakaian kasual atau kesehatan dan produk kecantikan.1

Iklan memang telah menjadi bagian dari masyarakat industri kapitalis yang begitu powerfull dan sulit untuk dielakan. Ia menyediakan gambaran tentang realitas, dan sekaligus mendefinisikan keinginan dan kemauan setiap individu.

1

Kusmawati. Jurnal penelitian analisis pemakaian gaya bahasa pada iklan produk kecantikan perawatan kulit wajah di televisi. Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta 2010 2- 28

(2)

Iklan telah merambah jauh kedalam kehidupan manusia, mulai dari sejak bangun tidur, hingga kembali ke peraduan untuk istirahat dari rutinitas keseharian. Sedangkan menurut Kotler menyatakan bahwa : “Iklan adalah segala bentuk presentasi non-pribadi dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor tertetu yang harus dibayar”.2

Iklan televisi adalah tayangan yang dibuat khusus untuk media promosi produk tertentu, dengan tujuan memotivasi konsumen untuk membeli dan mempromosikan suatu produk atau jasa. Iklan televisi mampu mentransformasikan gambar, suara, dan warna sesuai dengan aslinya. Kemampuan iklan televisi yang dapat menembus ruang dan waktu, maka iklan akan mengikutinya dalam menembus batasan dunia.

Televisi dalam perkembangannya telah menjadi sarana utama pemenuhan kebutuhan masyarakat akan hiburan. Kalau dulu di Amerika Serikat televisi dijadikan sebagai tuhan kedua manusia, maka saat ini sepertinya televisi telah berkembang menjadi tuhan pertama manusia.3 Hal ini disebabkan seluruh gaya hidup masyarakat mayoritas “berkiblat” ke layar televisi.

Realitas sosial yang diciptakan oleh iklan televisi ini semakin lama semakin mendasar sehingga sulit bagi sebagian masyarakat untuk mengkonsumsi produk apa yang harus menjadi prioritas utama mereka. Hal ini berhasil menggiring masyarakat pada gaya hidup konsumerisme.

2

Kotler, Philip. Management Pemasaran. Jakarta. PT. Indeks. 2005. Hal 277

3

Jalaluddin Rakhmat. 1997. Catatan Kang Jalal: Visi Media, Politik, dan Pendidikan. Bandung. Rosdakarya. Hal 26.

(3)

Salah satu bentuk iklan yang paling menarik di televisi saat ini adalah iklan yang menggambarkan atau merepresentasikan tentang perempuan. Banyak iklan-iklan yang memasukkan konsep tentang performa tubuh ideal. Nilai-nilai tentang tubuh ideal ataupun kecantikan versi iklan televisi merupakan citra bagi khalayak yang dipaksakan menjadi konsep bagi masyarakat tersebut tanpa menyadari bagaimana sebenarnya konsep tersebut. Maka menjadi lumrah jika dalam iklan masa kini, citra utama perempuan cantik senantiasa bertubuh langsing, berkulit putih, berambut lurus dan sebagainya. Padahal, tidak semua perempuan terlahir berkulit putih, berpostur langsing, berambut lurus dan sebagainya.

Dalam kehidupan sehari-hari, perempuan banyak digunakan dalam iklan. Keterlibatan tersebut didasari dua faktor utama yaitu pertama bahwa perempuan adalah pasar yang sangat besar dalam industri. Faktanya lebih banyak produk industri diciptakan manusia bagi semua jenis kelamin ini. Bagi laki-laki, produk yang dimaksudkan untuk perawatan pribadi tidaklah sebanyak produk yang dikhususkan untuk perempuan. 4

Faktor kedua adalah bahwa perempuan luas dipercaya mampu menguatkan pesan iklan5. Perempuan dianggap mampu menguatkan pesan iklan karena perempuan sebagai simbol keindahan. Keterlibatan perempuan dalam iklan akan membuat iklan semakin menarik untuk dilihat.

4

Widyatama, Rendra. Pengantar Periklanan. Pustaka Book Publiesher. Yogyakarta. 2007. Hal : 41-42

(4)

Perempuan merupakan elemen agar iklan mempunyai unsur menjual. Karena mampu sebagai unsur menjual sehingga menghasilkan keuntungan, maka penggunaan perempuan dalam iklan tampaknya merupakan suatu yang sejalan dengan ideologi kapitalisme. Bagi pria, kehadiran perempuan merupakan syarat penting bagi kemapananya. Sementara bila target marketnya perempuan merupakan wajah aktualisasi yang mewakili jati dirinya/eksistensinya (Martadi, dalam Jurnal Diskomfis, 2001).

Dari kedua faktor tersebut penggunaan perempuan dalam iklan setidaknya akan menambah daya tarik khalayak untuk menikmati pesan iklan. Perempuan adalah sebuah iklan. Dalam arti perlibatan perempuan dalam iklan akan membuat iklan makin sedap dinikmati dan 90% model iklan penuh dengan figur perempuan (Dedy Mulyana, 2008).

Dalam iklan, pemakaian wanita sudah cukup lama dilakukan, sekalipun baru tahun 70-an mendapat perhatian peneliti, seiring dengan meluasnya ide gender6. Menurut catatan Sita Van Bammelen (1992), khususnya terhadap iklan di Barat telah membuktikan bahwa wanita ada dirumah, tergantung pria, diperlihatkan dalam sedikit profesi, dan ditampilkan dalam objek seksual. Pendek kata, perempuan banyak digambarkan dalam streotipe tradisional yang cenderung merendahkan posisi perempuan dihadapan laki-laki.

(5)

Selama beberapa dekade terakhir, banyak studi-studi telah meneliti penggambaran perempuan dalam iklan. Minat pada pelajaran terdorong oleh gerakan perempuan di tahun 1960-an. Studi iklan dalam berbagai laki-laki, perempuan, dan majalah kepentingan umum telah dikategorikan perempuan dalam berbagai peran: ibu rumah tangga, elemen dekoratif, objek seks, dan bergantung pada laki-laki (Ferguson, Kreshel, dan Tinkham, 1990).7

Lima belas tahun kemudian, ketika diteliti kembali atas hal yang sama, ternyata tidak ada perubahan kesimpulan berarti. Perempuan masih diperlihatkan dalam sosok kedudukan di bawa pria, terbatas, lemah, lebih banyak diperlihatkan sisi fisik dan objek seksual, serta ada dalam dunia domestik.8

Tampaknya, penggambaran yang streotipe dan cenderung bias gender itulah yang akhirnya menjai ide sentral dan citra dalam berbagai iklan. Sehingga Esther. H, Kuncara menuliskan bahwa perempuan adalah makhluk yang dimaksudkan untuk dilihat, bukan untuk didengar. Berbeda dengan pria, perempuan kebanyakan ditandai dengan gaya rambut, mode pakaian, make up wajah, dan aksesoris lain, sedangkan umumnya pria mempunyai gaya yang standar, dengan menggunakan celana jeans, pakaian yang berwarna terang, dan model rambut yang standar. 9

7

Zimmerman, Amanda dan John Dahlberg. “The Sexual Objectification of Women in Advertising” Journal of Advertising Research. March 2008. DOI: 10.2501/S0021849908080094.

8

Ibid. 43

(6)

Pada umumnya perempuan dalam iklan televisi direpresentasikan berwajah cantik, kulitnya lembut, bersih dan berseri. Tetapi kecantikan pada iklan tidak hanya pada wajah saja namun juga pada bentuk tubuh. Seorang perempuan cantik bila perempuan tersebut memiliki tubuh ramping dan ideal. Iklan televisi juga sering kali membuat perempuan cantik dengan gerak-gerik dan pose-pose sensual. Salah satu iklan televisi yang dikaitkan dengan sensualitas adalah iklan sabun. Popularitas serta sosok yang menawan dijadikan senjata untuk memikat konsumen. Hal ini terlihat jelas dari banyak iklan sabun yang menonjolkan keindahan tubuh, kecantikan dan sensualitas.

Cantik sering diartikan sebagai wanita seksi berpakaian ketat atau minim serta memperlihatkan lekuk tubuh, punya tubuh ideal, montok, dan bohay atau memiliki tubuh seperti gitar spanyol. Seksi telah menjadi definisi untuk gambaran perempuan dengan tubuh ideal dan memperlihatkan beberapa bagian tubuhnya. Iklan berusaha menampung itu dan menampilkan perempuan yang memperlihatkan sisi sensualitas yang disebut seksi.10

Menurut Carry Cheng, ahli mode dan juru bicara Best of British, perempuan erat kaitannya dengan sensualitas entah melalui bentuk tubuh, gaya, busana aksesoris maupun wewangian yang digunakan.

(7)

Daya tarik dari selebriti ini salah satunya dalam bentuk sensualitas. Sesungguhnya daya tarik berupa seksualitas/sensualitas mempunyai beberapa peran yang pontensial. Pertama, materi sensual dalam periklanan bertindak sebagai daya tarik untuk mengambil perhatian dan juga mempertahankan perhatian tersebut untuk waktu yang lebih lama seringkali dengan mempertunjukan model yang menarik dalam pose yang merangsang. Ini disebut “peran kekuatan untuk menghentikan” dari seks. 11

Peran potensial kedua adalah untuk “meningkatkan ingatan” terhadap pesan. Riset menunjukan bahwa iklan yang berisi daya tarik sensual/seksual akan meningkatkan ingatan hanya apabila hal itu cocok dengan kategori produk sesuai dengan pelaksanaan kreatif iklan. Peran ketiga yang dijalankan oleh isi sensual dalam periklanan untuk membangkitkan tanggapan emosional seperti perasaan arousal (merangsang) atau bahkan nafsu. Reaksi-reaksi ini dapat meningkatkan pengaruh persuasif iklan, dengan kebalikannya yaitu bisa menimbulkan perasaan negatif seperti jijik, rasa malu, atau perasaan tidak senang.12

Berkaitan dengan iklan yang menggunakan perempuan dan mengandalkan sensualitas, tidak dapat dipungkiri dalam dunia iklan penuh dengan figur-figur perempuan. Tubuh perempuan dianggap mengandung sensualitas karena mampu menggugah birahi laki-laki. Meskipun perempuan didalam iklan tidak ada kaitannya dengan produk perempuan.

11

Shimp, A. Terence. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta. Erlangga. 2003. Hal : 481-483

(8)

Proses rekayasa dalam iklan untuk perempuan, seperti yang dapat diamati selama ini, baik dalam televisi, surat kabar, majalah maupun radio, sudah sedemikian kuatnya bahkan cenderung vulgar. Pada beberapa jenis iklan tertentu, citra yang terbentuk lebih kuat unsur sensualitasnya daripada mengekspresikan kelebihan produk yang dimaksudkan. Kesan tersebut dapat dibentuk dari beberapa komponen iklan, misalnya unsur verbal (ucapan atau teks iklan) dan unsur visual atau gambar. Dalam unsur visual misalnya susunan makna sebagai ekspresi cita rasa, lebih banyak mengeksploitasi tubuh perempuan sebagai alat untuk mempengaruhi seseorang yang ditunjukan sebagai tanda dari simbol-simbol tertentu yang streotipe ada pada diri perempuan. Misalnya keanggunan, kelembutan, kelincahan dan keibuan.13

Dalam perkembangan dewasa ini, eksploitasi perempuan di sekitar persoalan tubuh dan kecantikan nyaris mewarnai hampir semua iklan di media Tanah Air. Bisa dikatakan sebagai terorisme seksis yang karena kelembutan ekspos pesannya sehingga dikalangan banyak perempuan sendiri kurang menyadarinya. Bahkan banyak perempuan yang berlomba menjadi bintang iklan baru yang siap mengeksploitasi dirinya sendiri. Mereka belum bisa mengangkat harkat dan jati dirinya sebagai perempuan yang mulia dan patut dimuliakan, karena keterjepitan ekonomi menghadapi derasnya cobaan kehidupan.

13

http://.elib.unikom.ac.id/files/disk1/456/jbptunikompp-gdl-evisetiani-22786-2-babii.pdf diakses tanggal 12

(9)

Dalam produk iklan TV, banyak melukiskan bahwa setelah para perempuan memakai produk yang diiklankan seperti bedak, krim kulit, deodoran, shampo, pasta gigi dan sabun mandi tentunya dengan ekspos keindahan tubuh dan kecantikannya membuat para pria melirik mereka dengan penuh kekaguman. Bahkan ada iklan yang menggambarkan perempuan setelah menggunakan sebuah produk mampu menundukan suaminya untuk betah tinggal dirumah. Hal tersebut secara nyata digambarkan posisi perempuan hanya sebatas pemuas nafsu pria, sebagai makhluk yang terletak pada fisik dan penampilannya.14

Dalam konteks tersebut, iklan televisi mempunyai daya untuk menciptakan perempuan-perempuan “palsu” yang memainkan peran-peran palsu. Perempuan sebagai asimilasi budaya kepalsuan yang ditawarkan iklan televisi. Kelaziman tentang posisi perempuan dalam berbagai iklan yang ditayangkan televisi sepertinya telah menjadi kesadaran palsu masyarakat modern saat ini. 15

Dari sekian banyak iklan, iklan sabun mandi yang lebih banyak memasukkan unsur sensualitas didalam iklannya. Dengan alasan sebagai daya tarik mempromosikan produknya dan senjata untuk memikat konsumen.

Iklan sabun lux merupakan iklan yang paling fenomenal di Indonesia. Yang merupakan salah satu iklan kecantikan. Sabun lux pertama kali diperkenalkan di dunia pada tahun 1925 oleh Lever bersaudara. Dalam bahasa Latin “Lux” berasal dari kata “Luxury” yang berarti kemewahan.

14

Dedy Mulyana dan Idi Subandy Ibrahim. 1997. Bercinta dengan Televisi: ilusi, Impresi, dan Imaji Sebuah Kotak Ajaib. Bandung. Remaja Rosdakarya. Hal 158

(10)

Awalnya lux beredar Indonesia yang menampilkan para bintang iklan yang merupakan bintang-bintang global seperti Michele Pfeiffer. Selama ini bintang iklan yang menjadi iklan bintang Lux seperti Ida Iasha, Desy Ratnasari, Nadya Hutagalung, Febi Febiola, Bella Saphira, Tamara Bleszyenski, hingga Dian Sastro yang sudah lalu lalang didepan layar kaca dan menghiasi berbagai media. Sementara ini kontrak terlama dipegang oleh Tamara Bleszyenski yang hingga kini masih disejajarkan dengan bintang muda berbakat seperti Maria Renata, Luna Maya, Atiqah Hasiholan, dan Bunga Citra Lestari. Lux dalam setiap iklannya selalu mencoba untuk menampilkan sisi kecantikan, kemewahan, feminim, dan elegan dari seorang perempuan16.Sudah menjadi rahasia umum bahwa Lux selalu memilih bintang-bintang ternama dari seluruh dunia sebagai ikon.

P.T Unilever Indonesia sebagai perusahaan produsen sabun lux, memutuskan bahwa Lux dipersembahkan bagi perempuan. Mulai dari tampilan hingga sensasi yang didapatkan dari produk baik kemasan maupun wewangian yang ditawarkan.

Saat ini Lux merayakan kebahagiaan menjadi seorang wanita. Wanita Lux ingin dicintai, dikagumi dan pada saat yang sama mengekspresikan diri mereka dengan cara yang feminin.17

16

Noviani, Ratna. Jalan Tengah Memahami Iklan Antara Realitas, Representasi, dan Simulasi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 2002. Hal: 103-104

17

http://www.unilever.co.id/id/brands-in-action/detail/Lux/320668/?WT.contenttype=view%20brands diakses pada tanggal 14 Oktober 2014 jam 09.00

(11)

Memasuki tahun 2014 Sabun mandi Lux mengusung tema untuk kampanyenya “Bangkitkan Getaran Cinta” untuk bertujuan mengajak wanita untuk mengambil langkah pertama dalam mengembalikan letupan-letupan asmara dan romantisme bersama pasangan. Mengenai “Getaran Cinta” lux mempunyai alasan berdasarkan dari riset yang dilakukan Lux 500 perempuan Indonesia usia 18-35 tahun ditemukan fakta 76% perempuan Indonesia memikirkan cara untuk membangkitkan getaran cinta namun hanya 1 dari 10 yang berani mengambil langkah pertama dan mewujudkanya.Dengan menjadikan Bunga Citra Lestari dan Ashraf sebagai brand ambassador baru Lux. Mereka dianggap pasangan yang romantis dan merupakan inspirasi dari setiap pasangan. (m.beritasatu.com).

Berdasarkan fenomena yang ada kita mengenal dengan subjektivitas dan objektivitas perempuan. Yang menjadi pertanyaan bagaimana seorang perempuan yang berprofesi sebagai artis contohnya Bunga Citra Lestari yang mempunyai latar belakang kehidupan sehari-hari sebagai artis yang seksi dan sensual (memperlihatkan keindahan tubuh) yang sudah melekat pada dirinya memberi pemaknaan atas seksualitas tubuhnya. Apakah ia menjadi objek yang dikuasai oleh pihak lain atau ia menjadi subjek yang otonom dapat menentukan arah diri dari tubuhnya sendiri.

(12)

Perempuan yang tampil cantik dan seksi tidak semata-mata untuk menarik perhatian laki-laki, intervensi atas pakaian, sikap ataupun gerakan perempuan untuk penjualan suatu produk. Namun demikian di sisi lain perempuan sadar tubuh mereka adalah realitas dari keindahan manusia; mereka menjadikan tubuhnya sebagai aset. Aset ini tentu saja dapat ‘dijual’ atau digunakan untuk mendapatkan keuntungan tertentu.18

Komodifikasi tubuh perempuan dalam hal ini dapat dilihat dalam dua sisi, sebagai objek ataupun subjek. Sebagai objek, tubuh perempuan adalah korban komodifikasi dari kekuatan lain diluar tubuh si perempuan itu sendiri, tetapi sebagai subjek perempuan justru menjadi pelaku komunikasi.

Bunga Citra Lestari didalam iklan Lux ini dikatakan sebagai subjek seksual karena ia melakukan hal tersebut sudah biasa (wajar) dengan tampil seksi dan sensual sehingga tidak ada faktor atau pengaruh dari luar. Terbukti foto-foto dirinya @instagram.com/bclsinlair dan Bunga Citra Lestari masuk 20 Artis Indonesia Terseksi versi Majalah FHM 2013.

Perempuan dalam Iklan Lux Soft Touch Versi Love Bunga Citra Lestari & Ashraf Sinclair ini merupakan subjek karena perempuan justru menjadi pelaku komunikasi. Akan tetapi perempuan yang dijadikan subjek ini telah di objektifikasi secara terstruktur, yaitu tubuhnya diperlihatkan tidak hanya kepada pasangannya namun jutaan mata atau masyarakat demi mendapatkan keuntungan dirinya dan pemilik modal. Kemesraan mereka pun dijadikan konsumsi publik untuk kepentingan suatu produk.

18

http://journal.ui.ac.id/index.php/jsm/article/viewFile/3750/2988 diakses tanggal 5 Desember 2014 pukul

(13)

Di dalam iklan Lux Soft Touch Versi Love Bunga Citra Lestari & Ashraf Sinclair cenderung vulgar dimana lebih banyak menampilkan sisi sensualitas dibandingkan kelebihan produk. Indonesia merupakan budaya timur yang mempunyai norma-norma yang berlaku dimasyarakat, jadi sebuah penayangan juga harus mempunyai sensor norma bagi pemirsa.

Berdasarkan hukum di Indonesia ada Undang-Undang Pornografi Nomor 44 Tahun 2008 yang berhubungan dengan Larangan dan Pembatasan, yaitu pasal 4 : (1) Setiap orang dilarang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi.

(2) Setiap orang dilarang menyediakan jasa pornografi yang: (a) menyajikan secara eksplisit ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan; (b) menyajikan secara eksplisit alat kelamin; (c) mengeksploitasi atau memamerkan aktivitas seksual; atau (d) menawarkan atau mengiklankan, baik langsung maupun tidak langsung.19 Sedangkan dari segi agama sesuatu yang mengandung sensualitas akan mendekati zina karena dapat memberikan rangsangan hawa nafsu.

Dari visualisasi iklan sabun Lux menggambarkan bahwa iklan itu mengandung unsur sensualitas. Apakah unsur ini terespresikan dalam wajah gerak-gerik tubuhnya? Dan apabila iklan itu terdapat unsur sensualitas dan ditayangkan secara terus menurus dapat merusak moral bangsa.

(14)

Seperti yang dipaparkan oleh Guillaume Duchenne dalam bukunya berjudul Mécanisme de la Physionomie Humaine, beliau mengatakan : Manusia dapat mengalami ekspresi wajah tertentu secara sengaja, tapi umumnya ekspresi wajah dialami secara tidak sengaja akibat perasaan atau emosi manusia tersebut. Biasanya amat sulit untuk menyembunyikan perasaan atau emosi tertentu dari wajah, walaupun banyak orang yang merasa amat ingin melakukannya. Misalnya, orang yang mencoba menyembunyikan perasaan bencinya terhadap seseorang, pada saat tertentu tanpa sengaja akan menunjukkan perasaannya tersebut di wajahnya, walaupun ia berusaha menunjukkan ekspresi netral.20

Sensualitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “segala sesuatu yang mengenai badani bukan rohani”. Sedangkan sensual adalah berhubungan dengan kenikmatan yang bersifat naluri.

Sensualitas sering dipersepsikan pada tubuh seorang wanita. Sensualitas merupakan tataran imajinasi seksual individu terhadap objek yang dilihatnya. Sensualitas tak lepas dari fashion, make-up serta tubuh itu sendiri.

20

http://blog.okkypedia.com/2011/04/definisi-banyak-sekali-ekspresi-wajah.html diakses tanggal 13 Oktober

(15)

Sensualitas yaitu memanfaatkan keindahan tubuh untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan atau dianggap sebagai penggoda laki-laki, ditambah kejadian-kejadian di masyarakat yang melabeli kebanyakan perempuan cantik sekarang lebih mementingkan kecantikan lahiriah. Jadi dapat digambarkan sensualitas seperti dua sisi mata uang dengan konsekuensinya masing-masing tergantung bagaimana ia menghayati sensualitasnya itu dan bagaimana ia mengekspresikannya ke luar.21

Dalam setiap iklan yang mengandung unsur sensualitas memiliki tanda yang disajikan oleh pengiklannya dan menimbulkan sebuah makna yang penonton tangkap setelah menonton iklan tersebut. Untuk melihat penandaanya dapat dilihat secara struktural, dimana iklan terdiri dari tanda-tanda (sign), yaitu signifier (penanda berupa gambar, foto, ilustrasi) dan signifier (petanda berupa konsep atau makna yang ada dibalik penanda). Makna tersebut dapat bersifat denotatif dan konotatif yang menentukan iklan menyajikan realitas atau menyembunyikan realitas. Maka dalam penelitian ini peneliti akan mengupas dan mencari tahu jawabannya. Penelitian ini diberi judul Representasi Sensualitas Bunga Citra Lestari Dalam Iklan Sabun Lux Soft Touch Versi Love Bunga Citra Lestari & Ashraf Sinclair yang akan mengupas makna dibalik unsur sensualitas pada iklan Lux Soft Touch dengan menggunakan Semiotika Roland Barthes.

21

Melliana S. Annastasia. Menjelajah Tubuh, Perempuan dan Mitos Kecantikan. Yogyakarya. LKIS. Hal 148-149

(16)

1.2. Fokus Penelitian

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang masalah diatas, maka fokus penelitian kali ini adalah: “Bagaimana Representasi Sensualitas Ekspresi wajah dan Isyarat tubuh Bunga Citra Lestari dalam Iklan Sabun Lux Soft Touch versi Love Bunga Citra Lestari & Ashraf Sinclair”?.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai beikut:

1. Mengungkapkan Representasi sensualitas Bunga Citra Lestari dalam Iklan Sabun Lux Soft Touch Versi Bunga Citra Lestari & Ashraf Sinclair.

2. Mengidentifikasi Ekspresi Wajah dan Isyarat Tubuh Bunga Citra Lestari dalam Iklan Sabun Lux Soft Touch versi Love Bunga Citra Lestari & Ashraf Sinclair.

3. Menganalisis Pemaknaan Sensualitas Ekspresi Wajah dan Isyarat Tubuh Bunga Citra Lestari dalam Iklan Sabun Lux Soft Touch versi Love Bunga Citra Lestari & Ashraf Sinclair.

(17)

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini diharapkan sebagai berikut:

1. Secara Teoritis, Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan Ilmu Komunikasi, khususnya Bidang Studi Visual and Art Communication.

2. Secara Sosialis, Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pemirsa atau masyarakat bagaimana merepresentasikan sensualitas ekspresi wajah dan isyrat tubuh dengan penggunaan perempuan dalam iklannya.

Referensi

Dokumen terkait

Telah berhasil direncanakan dan dibuat suatu aplikasi yang mampu menghitung kekuatan sambungan dengan alat sambung baut berdasarkan peraturan SNI 7973-2013,

4.5.2 Hubungan Berat Badan Responden dengan Perubahan Pola Menstruasi pada Pengguna KB Suntik DMPA di Desa Mawea Tobelo Timur. Berdasarkan perubahan berat badan

Berdasarkan analisis dan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai pengaruh sponsorship ARDANESIA terhadap citra merek BNI 46, maka pada tahap akhir

Fokus penelitian ini ada pada 3 (tiga) aspek yaitu (1) Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Siswa Slow Learner di Kelas Inklusi SDN Bolo Demak, (2) Penerapan

aspek kehidupan manusia khususnya dalam bidang pelayanan jasa.. pengiriman paket barang atau

Data tersebut disediakan oleh pengelola yang mengerjakan sesuai metode yang diberikan oleh Dosen, atau metode hasil modifikasi PLP.. Mahasiswa dan Dosen adalah pengguna atau

Sebagai seorang murid dari Socrates, ia dikenal sebagai murid yang taat dan mempunyai pengaruh tinggi dibandingkan murid yang lainnya. Selain dikenal

Analysis of sensitivity on the fattening beef cattle with coffee bran is required to see the extent of fattening cattle sensitivity to changes (deductions