Katalog BPS : 9302008.3403
Bekerjasama dengan /
in cooperation with
PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
The Regional Development Planning Board of Gunungkidul
g
p
g
f
g
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
MENURUT PENGGUNAAN, 2005-2009
ISBN : 979.472.458.0
Nomor Publikasi : 3403.10.02
Nomor Katalog: 9302005.3403
Naskah :
Seksi Statistik Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Penulis :
Endarto, S.Si, M.Si
Diterbitkan oleh :
Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul
SAMBUTAN
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami menyambut gembira atas terbitnya buku “Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Gunungkidul menurut Penggunaan Tahun 2005-2009“ hasil kerjasama antara Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul dengan Bappeda Kabupaten Gunungkidul.
Publikasi ini merupakan publikasi kelima dan diharapkan penerbitannya dapat berkelanjutan serta dapat ditingkatkan kualitasnya dimasa yang akan datang. Penerbitan Publikasi PDRB yang dihitung dari sisi penggunaan ini adalah untuk dapat mengetahui siapa pengguna dan sejauh-mana pemanfaatan dari nilai tambah bruto yang dihasilkan di wilayah Kabupaten Gunungkidul, sehingga dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam perencanaan, perumusan kebijakan serta dapat pula digunakan sebagai bahan evaluasi bagi pemerintah, khususnya dibidang ekonomi makro.
Kepada Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul kami ucapkan terima kasih atas kerjasamanya selama ini. Kepada semua pihak dinas/instansi dan swasta agar dapat memanfaatkan buku ini dan terus membantu kelancaran penyediaan data pada penerbitan tahun-tahun mendatang. Akhirnya kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan publikasi ini.
Wonosari, Juli 2010
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gunungkidul
Kepala,
Ir. Syarief Armunanto, M.M.
NIP.19590728 199003 1 003
KATA PENGANTAR
Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Gunungkidul menurut Penggunaan Tahun 2005-2009 merupakan publikasi tahunan yang diharapkan berkelanjutan pada tahun berikutnya.
Berbeda dengan PDRB menurut Lapangan Usaha (Sektoral), pada PDRB menurut Penggunaan ini akan dijelaskan tentang komposisi penggunaan dari nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh PDRB Sektoral. Untuk mempermudah pengguna data, pada buku ini juga akan disajikan konsep, definisi dan metodologi yang digunakan dalam penghitungannya. Selain itu juga disajikan ulasan sederhana hasil penghitungan pada tahun 2005 – 2009.
Oleh karena adanya keterbatasan data yang tersedia, maka disadari pada penerbitan ini masih banyak ditemukan kekurangan dan kelemahan yang perlu disempurnakan pada penerbitan mendatang. Saran dan kritik perbaikan tetap diharapkan dari para pembaca dan pengguna data pada umumnya.
Akhirnya kami ucapkan terimakasih kepada Bappeda (Pemerintah Kabupaten) Gunungkidul yang telah bersedia mendukung penerbitan buku ini, serta terimakasih kami ucapkan pula kepada pihak terkait yang telah mambantu hingga dapat tersusunnya publikasi ini.
Wonosari, Juli 2010 Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul
Kepala,
Drs.Harjana
ABSTRAKSI
Publikasi ini berisi tentang gambaran PDRB yang dilihat dari sisi komponen penggunaannya. Komponen penggunaan tersebut adalah komponen untuk konsumsi yaitu Konsumsi Rumahtangga, Konsumsi Pemerintah dan Konsumsi Lembaga Nirlaba dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)). Sedangkan komponen lainnya adalah perubahan stok serta ekspor dan impor.
Selama tahun 2005-2009, komponen penggunaan PDRB terbesar masih digunakan untuk konsumsi, diikuti Pembentukan Modal Tetap Bruto dan komponen lainnya. Konsumsi terbesar digunakan untuk konsumsi rumah tangga, diikuti kemudian konsumsi pemerintah dan konsumsi terkecil adalah untuk konsumsi lembaga nirlaba.
Pada tahun 2009 pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga mencapai 2,83 trilyun rupiah (47,31 %) dimana 24,99 persen diantaranya untuk konsumsi makanan dan sisanya 22,32 persen untuk konsumsi non makanan. Dilain pihak pengeluaran untuk konsumsi pemerintah mencapai 1.493,040 milyar rupiah ( 24,95 %); konsumsi lembaga nirlaba hanya 65,846 milyar rupiah (1,10 %), pembentukan modal tetap bruto mencapai 1.670,524 milyar rupiah (27,91 %), dan sisanya digunakan untuk yang lainnya (- 1,27 %).
Dibandingkan tahun sebelumnya, laju pertumbuhan PDRB pada tahun 2009 mencapai 4,20 persen. Dimana pertumbuhan untuk masing-masing komponen penggunaan adalah sebagai berikut: pertumbuhan terbesar dicapai oleh Lembaga Nirlaba yang tumbuh mencapai 18,23 persen diikuti konsumsi pemerintah tumbuh 7,83 persen, pengeluaran konsumsi rumah tangga 2,71 persen dan komponen PMTB tumbuh 3,94 persen.
Selama periode tahun 2005-2009 nilai ICOR mencapai 5,14 sehingga dapat disimpulkan bahwa selama periode tersebut rata-rata dibutuhkan 5,14 unit investasi untuk meningkatkan 1 unit PDRB. Pada tahun 2009 ICOR tahunan sebesar 5,06. Nilai ICOR sebesar ini dikategorikan masih terjadi inefisiensi dalam penggunaan investasi karena menurut Widodo (1990) angka ICOR yang memiliki produktivitas investasi yang baik berkisar antara 3-4.
DAFTAR ISI
Halaman SAMBUTAN ………...… iii KATA PENGANTAR………...…. iv ABSTRAKSI ………...…… v DAFTAR ISI………. viDAFTAR TABEL………. vii
DAFTAR GAMBAR ……….… ix
I. PENDAHULUAN……… 1
II. KONSEP DAN DEFINISI………..….. 4
2.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga ……….…...… 4
2.2 Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba ………….………...…. 7
2.3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah ...………. 8
2.4 Pembentukan Modal Tetap Bruto……….….… 8
2.5 Perubahan Stok………..……..….……….… 9
2.6 Ekspor dan Impor……….………. 10
III . TINJAUAN PDRB KABUPATEN GUNUNGKIDUL DARI PENDEKATAN PENGGUNAAN ……….…. 12
3.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga………..……….…..…… 14
3.2 Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba …..……….… 15
3.3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah………...….. 15
3.4 Pembentukan Modal Tetap Bruto……….…. 17
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gunungkidul menurut Penggunaan atas dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2009
(Jutaan Rupiah) .……….. 19
Tabel 2 : Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gunungkidul menurut Penggunaan atas dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005 – 2009 (Jutaan
Rupiah) .……… 20
Tabel 3 : Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gunungkidul menurut Penggunaan atas dasar Harga Berlaku Tahun
2005–2009 (Persen)..…..………..……… 21 Tabel 4 : Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten
Gunungkidul menurut Penggunaan atas dasar Harga Konstan 2000
Tahun 2005–2009 (Persen) .……… 22 Tabel 5 : Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten
Gunungkidul menurut Penggunaan atas dasar Harga Berlaku
Tahun 2005 – 2009 (Persen) ……….. 23 Tabel 6 : Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten
Gunungkidul menurut Penggunaan atas dasar Harga Konstan 2000
Tahun 2005 – 2009 (Persen)……… ……… 24 Tabel 7 : Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gunungkidul
menurut Penggunaan atas dasar Harga Berlaku Tahun 2005 – 2009
(Persen)…………..… ……….………. 25
Tabel 8 : Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gunungkidul menurut Penggunaan atas dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005 – 2009
(Persen) ..… ………. 26
Tabel 9 : Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gunungkidul
menurut Penggunaan Tahun 2005 – 2009 (Persen) ……… 27 Tabel 10 : Indeks Implisit Berantai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten
Gunungkidul menurut Penggunaan Tahun 2005 – 2009 (Persen) ………. 28 Tabel 11 : Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gunungkidul
menurut Penggunaan atas dasar Harga Berlaku Tahun 2005 - 2009
(Persen) ………... 29
Tabel 12 : Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gunungkidul menurut Penggunaan atas dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005– 2009
Tabel 13 : Produk Domestik Regional Bruto Perkapita Kabupaten Gunungkidul menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005 – 2009
(Jutaan Rupiah) ………... 31 Tabel 14 : Produk Domestik Regional Bruto Perkapita Kabupaten Gunungkidul menurut
Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005–2009
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 : PDRB menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000 Tahun 2009 (Jutaan Rupiah)………... 13 Gambar 3.2 : Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) ….... 16 Gambar 3.3 : Kontribusi PMTB terhadap PDRB Tahun 2005-2009 (Persen)..……… 17
I. PENDAHULUAN
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu daerah dalam satu periode tertentu adalah dengan menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha atau jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit kegiatan ekonomi dalam suatu daerah/wilayah. Secara kuantitatif PDRB merupakan nilai barang dan jasa, oleh karena itu PDRB dihitung atas harga berlaku (at current price) dan PDRB atas dasar harga konstan (at constant price). PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat perubahan struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi riil.
Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan yaitu pendekatan produksi (production approach), pendekatan pendapatan (income approach), dan pendekatan pengeluaran (expenditure approach). Secara konsep, ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama antara jumlah pengeluaran
dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan, dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan (balas jasa) untuk faktor-faktor produksinya.
PDRB yang dihitung melalui pendekatan produksi menjelaskan bagaimana PDRB dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi yang beroperasi di suatu wilayah. PDRB yang demikian disebut sebagai PDRB menurut sektor atau biasa disebut sebagai PDRB dari sisi penyediaan (supply side). PDRB yang disusun melalui pendekatan pengeluaran menjelaskan bagaimana PDRB suatu wilayah digunakan atau dimanfaatkan, baik untuk memenuhi kebutuhan permintaan di dalam wilayah (region) maupun untuk memenuhi kebutuhan di luar wilayah. PDRB demikian itu disebut sebagai PDRB menurut penggunaan (terminologi yang akan digunakan dalam publikasi ini) atau disebut PDRB menurut Pengeluaran (Gross Regional Domestic Product by Type of Expenditure), atau biasa juga disebut sebagai PDRB yang ditinjau dari sisi permintaan (demand side)
Dalam penghitungan PDRB mulai tahun 2000 sampai dengan sekarang
mengalami pergeseran tahun dasar dari tahun 1993 menjadi 2000. Secara umum, pergeseran tersebut mempunyai beberapa alasan :
1. Pertumbuhan ekonomi yang dihitung berdasarkan tahun dasar 1993 menjadi makin tidak realistis, karena perubahan struktur ekonomi yang relatif cepat mengakibatkan pertumbuhan ekonomi berdasarkan PDRB tahun dasar 1993 menjadi kecil.
2. Perkembangan ekonomi tahun 1993– 2000 dipengaruhi oleh adanya krisis ekonomi yang berdampak kepada perubahan perekonomian di suatu daerah. Atau dengan kata lain struktur ekonomi tahun 2000 telah berbeda dengan tahun 1993 sehingga pemutakhiran tahun dasar penghitungan PDRB dari tahun 1993 ke tahun 2000 perlu dilakukan agar hasil estimasi PDRB sektoral maupun penggunaannya akan menjadi realistik, dalam pengertian mampu memberikan gambaran yang jelas terhadap gambaran pergeseran struktur produksi lintas sektor.
3. Telah selesainya penyusunan Tabel Input-Output Indonesia 2000.yang secara baku dipakai sebagai basis bagi
penyusunan series baru penghitungan PDB/PDRB baik sektoral maupun penggunaan. Besaran PDB yang diturunkan dari Tabel Input-Output telah mengalami uji konsistensi pada tingkat sektoralnya dengan mempertimbangkan kelayakan struktur permintaan dan penawarannya. Oleh karena itu Tabel I-O dapat dijadikan sebagai basis dasar (bench marking) bagi penyempurnaan estimasi PDB/PDRB.
4. Menurut rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagaimana tertuang dalam buku panduan yang baru “Sistem Neraca Nasional” dinyatakan bahwa estimasi PDB/PDRB atas dasar harga konstan sebaiknya dimutakhirkan secara periodik dengan menggunakan tahun referensi yang berakhiran 0 dan 5. Hal ini dimaksudkan agar besaran angka–angka PDB/PDRB dapat saling diperbandingkan antar negara dan antar waktu guna keperluan analisis kinerja perekonomian dunia atau wilayah.
5. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) maupun Indeks Harga Konsumen (IHK) menggunakan tahun dasar baru, yaitu tahun 2000 dan 2002. Penyempurnaan metodologi berikut perluasan cakupan komoditinya akan menghasilkan suatu series IHPB dan IHK baru yang akan
digunakan sebagai deflator dalam penghitungan estimasi PDRB sektoral maupun penggunaan.
6. Ketersediaan data dasar (raw data) baik harga maupun volume (quantum) tahun 2000 secara rinci pada masing-masing sektor ekonomi relatif lebih lengkap dan berkelanjutan. Dengan dukungan data-data yang lebih lengkap dan terinci serta berkesinambungan, diharapkan estimasi PDRB dengan tahun dasar 2000 dapat disusun lebih akurat dan konsisten.
Penyusunan publikasi PDRB Kabupaten Gunungkidul menurut penggunaan dilatarbelakangi oleh semakin meningkatnya kebutuhan terhadap data PDRB yang dirinci menurut penggunaannya, yaitu permintaan domestik yang berupa pengeluaran konsumsi rumahtangga baik untuk makanan maupun non makanan, konsumsi lembaga nirlaba, konsumsi pemerintah, dan pembentukan modal tetap bruto. Sedangkan permintaan dari luar wilayah adalah berupa ekspor. Namun karena sebagian permintaan terhadap barang dan jasa dalam suatu wilayah termasuk barang dan jasa yang berasal dari luar wilayah (impor), maka dalam PDRB menurut penggunaan ekspor barang dan jasa dikurangi dengan impor
barang dan jasa untuk memperoleh ekspor neto. Dalam PDRB menurut penggunaan, selisih antara permintaan (demand) dan penyediaan (supply) yang mencerminkan perbedaan statistik (statistical descrepancy) dicakup dalam perubahan stok (change in stock).
Informasi yang rinci tersebut diharapkan dapat membantu para pengguna data terutama para peneliti untuk dapat memahami kondisi perekonomian Kabupaten Gunungkidul dari sisi permintaan (demand side).
PDRB menurut Penggunaan meng- gambarkan penggunaan barang dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. Penggunaan PDRB tersebut secara Garis besar ada dua macam yaitu: Konsumsi Antara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam proses produksi dan Konsumsi Akhir untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat.
Untuk melihat hubungan antara pendapatan dan permintaan terhadap barang dan jasa dapat ditulis sebagai berikut :
PDRB SAMA DENGAN NILAI SELURUH PENGELUARAN AKHIR DIKURANGI NILAI TOTAL IMPOR.
Pengeluaran akhir merupakan pembelian dari semua barang dan jasa (barang konsumsi, output pemerintah dan lembaga swasta Nirlaba, barang modal, perubahan persediaan, semua barang yang di ekspor) yang disuplai dalam suatu perekonomian. Nilainya akan melebihi dari output akhir yang diproduksi oleh sektor-sektor produksi domestik sebesar nilai impor barang dan jasa akhir. Nilai produksi domestik akan diperoleh dari selisih pengeluaran akhir dengan total impor, yang persamaan nya dapat ditulis :
Y = Ch + Cn + Cg + Ii + Is + X – M …… 1
dimana :
Ch : Konsumsi Rumah Tangga,
Cn : Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba, Cg : Konsumsi Pemerintah & Pertahanan Ii : Pembentukan Modal Tetap Bruto, Is : Perubahan Stok,
X : Ekspor, M : Impor, Y : PDRB
Dari persamaan (1) dapat disederhanakan menjadi
Y = C + I + X – M ………….. ……….2 dimana :
C : Konsumsi RT, Lembaga Nirlaba Rumah tangga, Pemerintah dan Pertahanan I : Investasi. X : Ekspor, M : Impor, Y : PDRB
2.1
Pengeluaran Konsumsi
Rumahtangga
Pengeluaran konsumsi rumah-tangga mencakup seluruh pengeluaran barang dan jasa dikurangi penjualan neto barang bekas atau afkiran. Pengeluaran tersebut termasuk
pembelian aktiva berwujud yang tidak dapat diproduksi kembali (kecuali tanah) seperti karya seni, barang-barang koleksi dan barang antik. Termasuk juga pembelian barang tahan lama seperti meubeler, sepeda motor, mobil dan barang elektronik dan imputasi sewa rumah sendiri. Pengeluaran rumah tangga juga meliputi nilai barang dan jasa yang dihasilkan untuk konsumsi sendiri seperti hasil kebun, peternakan, kayu bakar dan biaya hidup lainnya.
Disamping itu pengeluaran untuk pemeliharaan kesehatan, pendidikan, rekreasi, pengangkutan dan jasa-jasa lainnya termasuk dalam konsumsi rumah tangga, tetapi pembelian rumah tidak termasuk pengeluaran konsumsi dan sebaliknya pengeluaran atas rumah yang ditempati seperti sewa rumah, perbaikan ringan, rekening air, listrik, telepon dan lain-lain merupakan konsumsi rumah tangga.
Sumber data utama perkiraan nilai konsumsi rumah tangga, adalah hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Provinsi D.I.Yogyakarta khususnya untuk Kabupaten Gunungkidul, hasil pengolahan Badan Pusat Statistik untuk besarnya konsumsi. Sedang untuk harga setiap jenis bahan yang dikonsumsi diperoleh dari hasil pengolahan statistik harga konsumen yang dilakukan oleh BPS Kabupaten Gunungkidul.
Disamping itu digunakan data lainnya seperti PDRB sektoral, Indeks Harga Konsumen dan Jumlah penduduk per-tengahan tahun.
Dari hasil SUSENAS, diperoleh rata-rata konsumsi per kapita per minggu untuk bahan makanan dan rata-rata nilai konsumsi per kapita per bulan untuk non makanan.
Pengeluaran untuk konsumsi makanan terdiri dari pegeluaran untuk bahan makanan, makanan dan minuman jadi, rokok dan tembakau. Sedangkan pengeluaran konsumsi bukan makanan terdiri dari pengeluaran untuk perumahan, bahan bakar, air dan penerangan; aneka barang dan jasa; pakaian, alas kaki dan tutup kepala; pajak dan asuransi serta keperluan untuk pesta dan upacara.
Cara memperoleh nilai konsumsi bahan makanan per bulan dilakukan dengan cara konsumsi per kapita per minggu dikalikan tiga puluh dibagi tujuh. Nilai konsumsi bahan makanan dan bukan bahan makanan setahun diperoleh dengan cara nilai konsumsi per kapita per bulan dikali dua belas dikalikan pula dengan jumlah penduduk pertengahan tahun (hasil proyeksi).
Perkiraan nilai konsumsi rumahtangga untuk tahun yang tidak tersedia data SUSENAS modul konsumsi dihitung berdasarkan data susenas dan elastisitas pendapatan.
a. Konsumsi Rumah Tangga Kelompok Makanan.
Perkiraan konsumsi kelompok makanan digunakan model fungsi eksponensial. Model ini dipilih berdasarkan asumsi bahwa setiap penambahan pendapatan akan menyebabkan pertambahan konsumsi, tetapi pada suatu saat (titik jenuh) konsumsi tersebut mulai menurun, dengan bentuk kurva seperti parabola.
Fungsi eksponensial tersebut adalah
Untuk mempermudah perhitungan, persamaan diatas dapat dimodifikasikan dalam bentuk persamaan linier logaritma, yaitu
ln Q
i= ln a + b ln Y
iDimana :
Qi : Rata-rata konsumsi perkapita sebulan (kuantum)
Yi : Pendapatan Perkapita sebulan a : Konstanta
b : Koefisien elastisitas
Koefisien elastisitas diperoleh dari suatu analisis silang antar variabel pendapatan dengan dengan variabel konsumsi dari data hasil pengolahan susenas 1999 akan diperoleh a sebagai konstanta dan b sebagai koefisien arah. Koefisien arah ini yang dipergunakan sebagai koefisien ekastisitas, sehingga untuk tahun-tahun yang tidak ada susenas modul konsumsi, konsumsi perkapita setiap jenis barang dapat diperkirakan.
Perhitungan nilai konsumsi makanan pada tahun-tahun yang tak ada survei, secara umum diformulasikan sebagai berikut :
C
(n+1)= C
n. (1 + b . d
p)
Dimana :
C(n+1) : Rata-rata konsumsi (kuantum)
perkapita sebulan pada tahun (n+1)
Cn : Rata-rata konsumsi (kuantum)
perkapita sebulan pada tahun dasar (n).
Dp : Perubahan pendapatan perkapita harga konstan tahun ke-n dengan tahun ke (n+1)
Untuk kelompok makanan nilai konsumsi atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara mengalikan nilai konsumsi dalam satuan kuantum dengan harga konsumen atau harga eceran pada tahun yang bersangkutan. Sedang nilai konsumsi atas dasar harga konstan
Q
i = a . Yidiperoleh dengan metode revaluasi, artinya konsumsi dalam satuan kuantum dikalikan dengan harga tahun dasar PDRB.
a. Konsumsi Rumah Tangga Kelompok Bukan makanan
Perkiraan Konsumsi rumah tangga untuk kelompok bukan makanan menggunakan model regresi linier, artinya setiap kenaikan pendapatan akan selalu diikuti oleh penambahan permintaan konsumsi kelompok bukan makanan misalnya permintaan akan pakaian dan sebagainya. Model yang digunakan sebagai berikut :
Q
i= a + b.Y
i Dimana :Qi : Rata-rata konsumsi perkapita sebulan (kuantum)
Yi : Pendapatan perkapita sebulan a : Konstanta
b : Koefisien elastisitas.
Nilai konsumsi rumahtangga untuk bukan makanan atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara mendeflasi, yaitu membagi konsumsi harga berlaku dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang sesuai.
Pengeluaran konsumsi rumahtangga ini telah dilengkapi dengan perkiraan besarnya konsumsi makanan/minuman yang dikonsumsi di luar rumah.
2.2
Pengeluaran Konsumsi Lembaga
Nirlaba
Lembaga Nirlaba yang melayani rumah tangga adalah lembaga formal maupun informal yang dibentuk atau dibiayai oleh perorangan atau kelompok masyarakat dalam rangka menyediakan jasa pelayanan yang bersifat non komersial khususnya bagi anggota masyarakat umum tanpa adanya motivasi untuk meraih keuntungan.
Bentuk Lembaga Nirlaba yang melayani rumah tangga adalah sebagai berikut : Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS), Organisasi Sosial (Orsos), Organisasi Profesi, Perkumpulan Sosial / Kebudayaan / Olahraga dan Hobi, Lembaga swadaya masyarkat (LSM), Lembaga Keagamaan, dan Organisasi Bantuan kemanusiaan/Beasiswa.
Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba tersebut meliputi pembelian barang dan jasa dan penerimaan transfer dalam bentuk natura, pembayaran upah dan gaji, penyusutan barang modal dan pajak tak langsung neto yang dibayarkan lembaga ini, dikurangi dengan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan.
Perkiraan besarnya nilai konsumsi Lembaga Nirlaba sampai saat ini diperolah dari hasil penghitungan survei khusus yaitu
diperoleh dari penjumlahan output sub sektor jasa sosial dan kemasyrakatan, dimana Lembaga Nirlaba banyak berperan seperti kegiatan panti asuhan, tempat ibadah dan sebagainya dikurangi surplus usahanya.
Dari hasil penghitungan Nilai Produk Domestik Bruto menurut lapangan usaha, diperoleh perkiraan nilai konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, baik atas dasar harga yang berlaku maupun atas dasar harga konstan 1993.
2.3
Pengeluaran Konsumsi
Pemerintahan
Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran untuk belanja pegawai, penyusutan barang modal dan belanja barang (termasuk belanja perjalanan dinas, pemeliharaan, dan pengeluaran lain yang bersifat rutin) dikurangi penerimaan dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan. Pengeluaran konsumsi pemerintah tersebut meliputi pemerintah pusat dan daerah.
Data mengenai belanja pegawai, belanja barang dan belanja rutin lainnya serta perkiraan belanja pembangunan yang merupakan belanja rutin diperolah dari realisasi pengeluaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pengeluaran pemerintah
pusat diperoleh dari Kantor Perbendaharaan Negara sedangkan untuk pengeluaran pemerintah daerah dalam hal ini daerah otonom tingkat I, tingkat II dan tingkat desa diperoleh dari daftar K.1; K.2 dan K.3.
Kalau diteliti dari pengeluaran pemerintah, terdiri dari dua kelompok, yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, subsidi dan pengeluaran lainnya. Dari kelompok pengeluaran rutin yang dihitung sebagai pengeluaran konsumsi pemerintah adalah belanja pegawai, belanja barang dan pengeluaran rutin lainnya. Sedang yang lainnya tidak dimasukkan karena pengeluaran disini merupakan transfer.
Dari kelompok pengeluaran pembangunan yang tujuan utamanya untuk peningkatan fisik di segala bidang merupakan investasi pemerintah. Tetapi pembiayaan yang bersifat rutin, seperti pengeluaran untuk riset dan pengeluaran pengembangan ilmu pengetahuan, dimasukkan sebagai konsumsi pemerintah.
2.4
Pembentukan Modal Tetap Bruto
Pembentukan modal tetap domestik bruto mencakup pengadaan, pembuatan dan pembelian barang-barang modal baru dari
dalam negeri ataupun barang bekas dari luar negeri. Pengertian dalam/luar negeri dalam hal ini termasuk luar wilayah.
Barang modal adalah peralatan yang digunakan untuk berproduksi dan biasanya mempunyai umur pamakaian satu tahun atau lebih. Pembentukan modal tetap domestik bruto dapat dibedakan menjadi :
a. Pembentukan modal dalam bentuk bangunan/konstruksi terdiri dari bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, bangunan/konstruksi lainnya seperti : jalan, jembatan, irigasi, pembangkit tenaga listrik, instalasi, komunikasi dan sebagainya. b. Pembentukan modal dalam bentuk
mesin-mesin dan alat-alat perleng- kapan baik yang berasal dari impor maupun produksi dalam negeri.
c. Penanaman baru untuk tanaman keras/pembukaan lahan.
d. Penambahan ternak yang khusus dipelihara untuk diambil susunya, bulunya, atau dipakai tenaganya dan lain-lain terkecuali ternak yang untuk dipotong.
Pembentukan modal tetap bruto atas dasar harga yang berlaku, diperoleh dengan cara menghitung nilai barang-barang modal yang masuk ke region dan barang modal yang masuk antar region atau antar pulau,
ditambah dengan persentase tertentu terhadap nilai produksi bruto sektor konstruksi/ bangunan.
Perkiraan pembentukan modal tetap bruto atas dasar harga konstan tahun 1993, diperoleh dengan cara mendeflasi nilai pembentukan modal tetap bruto (nilai barang impor) atas dasar harga yang berlaku dengan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) barang-barang impor, dan dengan IHPB barang-barang industri untuk barang modal antar pulau.
2.5
Perubahan Stok
Stok disini mencakup persediaan barang-barang pada akhir tahun baik berasal dari pembelian yang akan dipakai sebagai input pada suatu kegiatan ekonomi atau untuk dijual lagi, maupun barang yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang belum dijual, baik barang yang sudah jadi maupun yang sedang dalam proses.
Pemegang stok salah satunya adalah pemerintah yang berupa stok barang keperluan strategis seperti bahan pangan yang kan dikeluarkan ke pasaran pada waktu krisis. Produsen dan pedagang juga merupakan pemegang stok. Stok pada produsen pada umumnya berupa bahan mentah, barang-barang atau alat-alat yang diproduksi tetapi
masih dalam proses atau barang-barang yang belum dipasarkan.
Perubahan stok pada suatu tahun diperoleh dari seluruh nilai stok pada akhir tahun dikurangi dengan seluruh nilai stok pada awal tahun yang bersangkutan (pada awal tahun yang bersangkutan). Dalam menghitung perubahan stok dapat dilakukan dengan dua metode yakni :
1. Metode Langsung
Nilai stok diperoleh dari setiap kegiatan dan jenis barang yang dikumpulkan melalui sensus dan survei. Berdasarkan laporan neraca keuangan perusahaan dari hasil survei tahunan diperoleh nilai stok pada awal tahun dan akhir tahun, yang kemudian dinilai dengan rata-rata harga pasar pada periode tahun perhitungan tersebut.
2 Metode Tidak Langsung (Metode Arus Barang)
Yaitu dengan menghitung stok awal dan stok akhir dari tiap jenis barang. Data seperti ini mungkin tersedia hanya untuk beberapa jenis barang. Oleh karena itu maka komponen perubahan stok diestimasi berdasarkan residual dari PDRB yang dihitung secara sektoral dikurangi dengan komponen-komponen yang sudah dihitung dengan data yang tersedia.
Perubahan stok penghitungannya ditaksir sebagai residual karena tidak tersedianya data yang diperlukan untuk membuat perkiraan prubahan stok. Dengan demikian stok merupakan sisa, yaitu PDRB dikurangi konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto dan ekspor neto (ekspor – impor) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.
2.6
Ekspor dan Impor
Ekspor dan impor merupakan kegiatan transaksi barang dan jasa antara penduduk suatu daerah dengan daerah lain atau dengan luar negeri. Kegiatan ekspor impor di tingkat kabupaten meliputi :
a. Ekspor dan impor dengan luar negeri. b. Ekspor dan impor antar daerah
(propinsi/kabupaten/kota)
Dari nilai ekspor dan impor luar negeri dan antar daerah masing-masing tahun diperoleh nilai ekspor dan impor atas dasar harga berlaku.
Nilai ekspor atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan mendeflasi nilai ekspor atas dasar harga berlaku, dengan deflator indeks harga perdagangan besar umum ekspor tanpa minyak. Sedang nilai
impor dideflasi dengan indeks harga perdagangan besar umum kelompok barang-barang impor.
Nilai barang yang keluar antar daerah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara mendeflasi masing-masing komoditas dengan IHPB umum.
Data mengenai ekspor dan impor luar negeri diperoleh dari Dinas Perindustrian,
Perdagangan, Koperasi dan Pertambangan Kabupaten. Sedang untuk barang yang keluar dan masuk antar daerah diperoleh dengan cara menghitung selisih produksi domestik dengan konsumsi domestik. Konsumsi domestik terdiri dari konsumsi rumah tangga dan konsumsi rumah tangga industri.
III. TINJAUAN PDRB KABUPATEN GUNUNGKIDUL DARI
PENDEKATAN PENGGUNAAN, 2005 - 2009
Menurut Nelis dan Parker (2002), di dalam ekonomi sebagai suatu kesatuan, pelaku ekonomi dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok yakni:
1. Rumah Tangga (termasuk lembaga nirlaba)
2. Pemerintah (goverment) 3. Korporasi (firm)
4. Jasa keuangan (financial services)
5. Kelompok luar daerah/luar negeri (foreign)
Masing-masing institusi tersebut berperan sebagai pelaku ekonomi, dimana antar daerah satu institusi dengan yang lainnya dapat dibedakan berdasarkan fungsi dan perilakunya dalam sistem perekonmian.
Pada tingkat paling dasar, rumah tangga menyediakan sumber daya berupa faktor-faktor produksi yang dibutuhkan oleh korporasi untuk memproduksi barang dan jasa. Faktor produksi tersebut dapat berupa tenaga kerja, tanah dan modal. Sebagai balas jasanya rumah tangga menerima pembayaran dari korporasi berupa upah dan gaji, sewa dan bunga serta keuntungan (profit dan deviden).
Berbeda dengan peran rumah tangga, korporasi mempekerjakan dan memberikan balas jasa atas faktor yang disediakan rumah tangga. Tugas korporasi adalah memproduksi barang dan jasa yang kemudian dikonsumsi oleh rumah tangga, pemerintah, korporasi lain dan pasar luar daerah/luar negeri. Korporasi juga memainkan peran vital dalam pembentukan investasi dalam pengadaan mesin dan peralatan, tanah dan bangunan serta kapasitas produk lainnya.
Seperti halnya korporasi, Pemerintah memainkan berbagai peran dalam perekonomian seperti penyediaan layanan kesehatan, pendidikan, pertahanan dan keamanan, penegakan hukum dan kegiatan lainnya. Kemudian Pemerintah memberikan balas jasa berupa upah dan gaji kepada pegawainya yang juga merupakan bagian dari kelompok rumah tangga
.
Gambar 3.1 PDRB menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku & Konstan 2000 Tahun 2009 (Jutaan Rupiah)
-500000 0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 Berlaku Konstan
Konsumsi RT LNP Pemerrintah PMTB Lainnya
Untuk memenuhi konsumsinya, Pemerintah memerlukan barang dan jasa konsumsi akhir dari perusahaan. Di bidang pembentukan modal Pemerintah juga mengeluarkan dana melalui pembangunan jalan baru, bangunan untuk sarana umum seperti rumah sakit, sekolah yang pada akhirnya pemerintah memungut pajak dari individu dan perusahaan untuk mendanai konsumsi pemerintah termasuk pembayaran transfer kepada penduduk yang memerlukan berupa subsidi baik langsung maupun tidak langsung.
Kelompok jasa keuangan berperan menjalankan fungsi intermediasi keuangan seperti bank, perusahaan asuransi, dana pensiun dan lain-lain. Institusi ini tidak memproduksi output secara fisik sehingga mereka biasanya dikelompokkan terpisah dari korporasi. Peran kelompok ini adalah menyediakan layanan untuk menjembatani antara penabung dan peminjam. Penabung bisa berasal dari rumah tangga, korporasi, pihak asing dan badan-badan lainnya yang melayanai publik.
Adapun kelompok luar daerah/negeri memberikan sumbangan langsung dalam hal transaksi ekspor dan impor baik untuk transaksi dengan daerah lain maupun dengan luar negeri. Selanjutnya, meningkatnya ketergantungan antar daerah/negara karena dampak globalisasi, perlunya arus investasi dari luar cenderung meningkat. Arus modal ini berperan menutup kekurangan tabungan domestik untuk pembiayaan investasi dan belanja konsumsi yang diperlukan penduduk.
Besaran PDRB tahun 2009 meningkat menjadi 5,98 trilyun rupiah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 5,50 trilyun rupiah. Apabila PDRB tahun 2009 di lihat dari sisi penggunaannya, terlihat bahwa konsumsi yang meliputi konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan konsumsi lembaga nirlaba tercatat sebesar 73,36 persen sehingga masih mendominasi, meskipun sedikit menurun dari tahun sebelumnya (73,93 persen). Sementara sisanya adalah untuk komponen lainnya seperti pembentukan modal, ekspor dan impor luar daerah.
Pertumbuhan PDRB pada tahun 2009 mencapai 4,20 persen sedikit lebih kecil dari tahun sebelumnya ynag tercatat sebesar 4,39 persen. Menurut jenis penggunaan, pertumbuhan PDRB tertinggi adalah pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba sebesar 18,23 persen diikuti oleh pengeluaran konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga non makanan yang masing-masing tercatat sebesar 7,83 persen dan 4,99 persen.
3.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pola konsumsi masyarakat Gunungkidul akan menentukan pemanfaatan sumber daya daerahnya. Pemanfaatan tersebut akan menjadi optimal apabila kebutuhan masyarakatnya memperoleh prioritas. Dalam kondisi ekonomi yang masih serba terbatas, pola konsumsi seharusnya diarahkan agar tidak menjurus pada pola hidup konsumtif dan berlebihan. Pola konsumsi sebaiknya diarahkan untuk menunjang kegiatan produktif dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan mengembangkan potensi yang ada secara efisien, sehingga tercipta ekonomi yang sehat.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan komponen yang dominan dalam perekonomian Gunungkidul. Hal ini tercermin dari kontribusi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap nilai PDRB. Dari tahun 2005 hingga 2009 sebagian besar PDRB Gunungkidul digunakan untuk konsumsi rumah tangga meskipun peranannya cenderung sedikit mengalami penurunan, yaitu dari 48,50 persen dari tahun 2008 menjadi 47,31 persen. Pada tahun 2009 nilai PDRB digunakan untuk membiayai konsumsi rumah tangga sebesar 2,83 trilyun rupiah.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga umumnya didominasi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan yang selalu fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 pengeluaran untuk konsumsi makanan secara riil meningkat sebesar 0,84 persen dari tahun 2008, demikian juga pengeluaran konsumsi non makanan naik sebesar 4,99 persen.
Dilihat dari harga berlaku, perkembangan konsumsi rumah tangga pada tahun 2005 hingga tahun 2009 selalu bertambah; tahun 2005 sebesar 68,45 persen; tahun 2006 sebesar 98,25 persen; tahun 2007 sebesar 116,35 persen; tahun 2008 sebesar 147,25 dan pada tahun 2009 sebsesar 162,34.
Secara garis besar memang pengeluaran konsumsi rumah tangga masyarakat Gunungkidul terus meningkat, namun jika dilihat lebih teliti, tampak bahwa secara riil pada tahun 2005 hingga tahun 2006 mengalami peningkatan setiap tahun dengan persentase yang menurun, namun pada tahun 2007-2008, persentase kenaikan mengalami peningkatan dan tahun 2009 persentase kenaikan kembali mengalami penurunan. Pada tahun 2005 untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 0,99 persen; dan tahun 2006 hanya meningkat sebesar 0,67 persen. Pada tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 1,87 persen. Sementara pada tahun 2008 persentase peningkatan konsumsi rumah tangga secara riil mengalami peningkatan cukup dratis yaitu sebesar 4,62 persen dan pada tahun 2009 konsumsi riil rumah tangga mengalami peningkatan sebesar 2,71 persen.
3.2 Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba.
Pengeluaran konsumsi Lembaga Nirlaba merupakan pengguna PDRB terkecil baik dalam kelompok konsumsi maupun pada komponen penggunaan PDRB secara keseluruhan. Konsumsi Lembaga Nirlaba adalah nilai penggunaan barang dan jasa oleh lembaga swasta formal ataupun non formal dalam rangka menyediakan jasa sosial kemasyarakatan bagi anggotanya.
Komponen ini seperti halnya dengan konsumsi rumah tangga peranannya meningkat dalam perekonomian Gunungkidul, tetapi dari tahun ke tahun kontribusi pengeluaran berkisar lebih kurang 1,00 persen terhadap perekonomian secara makro. Pada tahun 2009 pengeluaran konsumsi Lembaga Nirlaba ini memberikan andil 1,10 persen terhadap total PDRB Kabupaten Gunungkidul.
3.3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Anggaran Pembangunan harus diarahkan untuk menunjang kegiatan masyarakat dengan menyediakan prasarana dan sarana yang dibutuhkan masyarakat terutama yang memiliki potensi untuk segera berkembang lebih diprioritaskan.
Pada tahun 2009, pengeluaran konsumsi pemerintah mempunyai peranan sekitar 24,95 persen dari besaran PDRB yang tercipta di Kabupaten Gunungkidul. Besar kecilnya pengeluaran konsumsi pemerintah dipengaruhi oleh belanja pegawai, belanja barang dan belanja pemerintah lainnya. Dari ketiga komponen tersebut yang paling dominan dalam menentukan besarnya pengeluaran konsumsi pemerintah adalah belanja pegawai.
Di Kabupaten Gunungkidul persentase belanja pegawai terhadap konsumsi pemerintah pada tahun 2009 mencapai sekitar 58,15 persen. Sedangkan belanja barang merupakan komponen kedua yang menentukan besarnya pengeluaran konsumsi pemerintah. Persentase belanja barang dan jasa terhadap pengeluaran konsumsi ini selama periode yang sama sekitar 12,07 persen. 0 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 1.200.000 1.400.000 1.600.000 2005 2006 2007 2008* 2009**
Gambar 3.2 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah)
Seperti halnya konsumsi rumah tangga dan lembaga nirlaba, konsumsi pemerintah atas dasar harga berlaku pada tahun 2009 juga mengalami kenaikan yaitu menjadi 1.493,040 milyar rupiah atau meningkat 10,87 persen terhadap tahun sebelumnya. Sedangkan bila berdasarkan harga konstan meningkat 7,83 persen menjadi 573,889 milyar dibanding tahun sebelumnya.
Pengeluaran untuk konsumsi pemerintah dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya.
3.4 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
Salah satu faktor yang sangat penting dalam rangka untuk mengembangkan perekonomian suatu daerah/wilayah adalah investasi. Investasi merupakan salah satu komponen PDRB. Menurut teori “Harold Domar” adalah semakin tinggi investasi yang ditanamkan, maka semakin besar output/PDRB yang dapat dihasilkan dan akan mengakibatkan tingginya pertumbuhan ekonomi suatu daerah/wilayah.
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan Stok dapat juga dikatakan investasi, meskipun ada sebagian komponen perubahan stok yang bukan investasi. Investasi yang dimaksud disini adalah investasi dalam bentuk barang modal berupa bangunan/konstruksi, mesin-mesin dan perlengkapannya. Barang modal tersebut merupakan peralatan yang digunakan untuk berproduksi berupa barang maupun jasa.
Gambar 3.3 Kontribusi PMTB Terhadap PDRB Tahun 2005-2009 (Persen) 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 2005 2006 2007 2008* 2009** Berlaku Konstan
Rata-rata kontribusi PMTB terhadap PDRB atas dasar harga berlaku selama tahun 2005-2009 adalah sebesar 25,79 persen per tahun. Pada tahun 2005 distribusinya 21,43 persen kemudian pada tahun 2006 menjadi 25,07 persen; pada tahun 2007 naik menjadi 26,64 persen dan tahun 2008 naik menjadi 27,90 persen; serta pada tahun 2009 kembali mengalami kenaikan menjadi 27,91 persen.
PMTB memang cenderung meningkat setiap tahun. Pada tahun 2006 tejadi peningkatan dari 826,299 milyar menjadi 1.106,148 milyar (33,87 persen). Sedangkan pada tahun 2007 meningkat lagi sebesar 17,35 persen menjadi 1.298,028 milyar dibandingkan pada tahun 2006. Pada tahun 2008 kembali mengalami kenaikan sebesar 18,25 persen menjadi 1.534,880 milyar dibanding tahun 2007; namun tahun 2009 ini hanya meningkat 8,84 persen.
Pada tahun 2009 ICOR tahunan mengalami kenaikan dari 4,87 pada tahun 2008 menjadi 5,06. Selama periode tahun 2005-2009 ICOR tahunan nilainya antara 4,71 – 5,63. Selama 2005-2009 besaran ICOR mengalami fluktuasi, yakni 4,71 pada tahun 2005, naik menjadi 5,63 pada tahun 2006; kemudian pada tahun 2007 turun kembali menjadi 5,43; tahun 2008 turun lagi menjadi 4,87 dan terakhir naik lagi di tahun 2009 menjadi 5,06. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2009 ini untuk meningkatkan satu unit PDRB dibutuhkan investasi yang sedikit lebih besar dari tahun 2008. Sedangkan ICOR periode 2005-2009 mencapai 5,14 sehingga dapat disimpulkan bahwa selama periode tersebut rata-rata dibutuhkan 5,14 unit investasi untuk meningkatkan 1 unit PDRB.
Salah satu keterkaitan (korelasi) antara PDRB dengan investasi yang dalam kaitan ini disebut PMTB dikenal dengan Incremental Capital Output Ratio (ICOR). ICOR menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi relatif akibat adanya investasi. Semakin tinggi ICOR memberikan indikasi terjadinya inefisiensi dalam penggunaan investasi. Ukuran ini merupakan rasio (perbandingan) antara nilai PMTB dengan tambahan PDRB pada satu tahun atau periode waktu tertentu di suatu wilayah yang dihitung dengan harga konstan 2000.
3.5 Komponen Lainnya
Khusus untuk komponen perubahan stok, ekspor dan impor baik luar negri maupun antar wilayah kontribusi dan pertumbuhannya tidak diperhitungkan karena masih belum tersedianya data yang cukup memadai untuk diestimasi. Komponen-komponen tersebut diatas estimasinya merupakan sisa/residual dari total PDRB (baik atas dasar harga berlaku maupun konstan 2000), sehingga belum bisa dijadikan bahan analisis.
2005 2006 2007 2008* 2009**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I. Konsumsi 2,596,537 3,106,023 3,521,891 4,067,909 4,390,309
I.1.Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga 1,818,063 2,139,654 2,335,030 2,668,545 2,831,423
a. Makanan 992,078 1,155,410 1,266,439 1,421,876 1,495,768
b. Bukan Makanan 825,985 984,244 1,068,591 1,246,669 1,335,655
I.2.Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 755,636 935,839 1,147,809 1,346,710 1,493,040
Jenis Penggunaan Tahun
Tabel 1.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gunungkidul menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005 - 2009
(Jutaan Rupiah)
I.3.Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba 22,838 30,530 39,052 52,654 65,846
II. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 826,299 1,106,148 1,298,028 1,534,880 1,670,524
III. Lainnya 432,256 200,673 52,204 -100,581 -73,052
Produk Domestik Regional Bruto 3,855,092 4,412,844 4,872,123 5,502,208 5,987,782
*) angka sementara **) angka sangat sementara
2005 2006 2007 2008* 2009**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I. Konsumsi 1,635,723 1,674,588 1,743,466 1,831,586 1,912,255
I.1.Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga 1,188,720 1,196,725 1,219,156 1,275,462 1,310,071
a. Makanan 680,983 682,226 688,001 700,683 706,595
b. Bukan Makanan 507,737 514,499 531,155 574,779 603,476
I.2.Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 432,237 460,647 504,494 532,192 573,889
Tabel 2.
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gunungkidul
Jenis Penggunaan Tahun
menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005 - 2009 (Jutaan Rupiah)
I.3.Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba 14,766 17,216 19,816 23,932 28,296
II. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 533,460 586,252 600,988 628,653 653,435
III. Lainnya 557,206 569,743 596,834 610,059 633,625
Produk Domestik Regional Bruto 2,726,389 2,830,583 2,941,288 3,070,298 3,199,315
*) angka sementara **) angka sangat sementara
2005 2006 2007 2008* 2009**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I. Konsumsi 67.35 70.39 72.29 73.93 73.32
I.1.Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga 47.16 48.49 47.93 48.50 47.29
a. Makanan 25.73 26.18 25.99 25.84 24.98
b. Bukan Makanan 21.43 22.30 21.93 22.66 22.31
I.2.Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 19.60 21.21 23.56 24.48 24.93
Tabel 3.
Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gunungkidul menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005 - 2009 (Persen)
Jenis Penggunaan Tahun
I.3.Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba 0.59 0.69 0.80 0.96 1.10
II. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 21.43 25.07 26.64 27.90 27.90
III. Lainnya 11.21 4.55 1.07 -1.83 -1.22
Produk Domestik Regional Bruto 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
*) angka sementara **) angka sangat sementara
2005 2006 2007 2008* 2009**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I. Konsumsi 60.00 59.16 59.28 59.65 59.77
I.1.Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga 43.60 42.28 41.45 41.54 40.95
a. Makanan 24.98 24.10 23.39 22.82 22.09
b. Bukan Makanan 18.62 18.18 18.06 18.72 18.86
I.2.Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 15.85 16.27 17.15 17.33 17.94
Tabel 4.
Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gunungkidul menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005 - 2009 (Persen)
Jenis Penggunaan Tahun
I.3.Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba 0.54 0.61 0.67 0.78 0.88
II. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 19.57 20.71 20.43 20.48 20.42
III. Lainnya 20.44 20.13 20.29 19.87 19.81
Produk Domestik Regional Bruto 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
*) angka sementara **) angka sangat sementara
2005 2006 2007 2008* 2009**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I. Konsumsi 184.47 220.67 250.22 289.01 311.91
I.1.Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga 168.45 198.25 216.35 247.25 262.34
a. Makanan 158.50 184.59 202.33 227.16 238.97
b. Bukan Makanan 182.19 217.10 235.71 274.99 294.62
I 2 P l K i P i t h 233 05 288 63 354 00 415 35 460 48
Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gunungkidul Tabel 5.
menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2009 (Persen)
Jenis Penggunaan Tahun
I.2.Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 233.05 288.63 354.00 415.35 460.48
I.3.Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba 567.45 758.56 970.31 1308.27 1636.04
II. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 224.66 300.74 352.91 417.31 454.19
III. Lainnya 84.02 39.01 10.15 -19.55 -14.20
Produk Domestik Regional Bruto 168.36 192.72 212.78 240.29 261.50
*) angka sementara **) angka sangat sementara
2005 2006 2007 2008* 2009**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I. Konsumsi 116.20 118.96 123.86 130.12 135.85
I.1.Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga 110.14 110.88 112.96 118.18 121.38
a. Makanan 108.80 108.99 109.92 111.94 112.89
b. Bukan Makanan 112.00 113.49 117.16 126.78 133.11
I 2 P l K i P i t h 133 30 142 06 155 58 164 12 176 98
Tabel 6.
Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gunungkidul menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005 - 2009
(Persen)
Jenis Penggunaan Tahun
I.2.Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 133.30 142.06 155.58 164.12 176.98
I.3.Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba 359.36 418.98 482.26 582.43 688.63
II. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 130.50 143.41 147.02 153.79 159.85
III. Lainnya 117.71 120.36 126.09 128.88 133.86
Produk Domestik Regional Bruto 119.07 123.62 128.45 134.09 139.72
*) angka sementara **) angka sangat sementara
2005 2006 2007 2008* 2009**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I. Konsumsi 113.75 119.62 113.39 115.50 107.93
I.1.Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga 111.40 117.69 109.13 114.28 106.10
a. Makanan 111.27 116.46 109.61 112.27 105.20
b. Bukan Makanan 111.56 119.16 108.57 116.66 107.14
I.2.Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 118.88 123.85 122.65 117.33 110.87
Tabel 7.
Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gunungkidul menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005 - 2009
(Persen)
Jenis Penggunaan Tahun
I.3.Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba 152.46 133.68 127.91 134.83 125.05
II. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 120.81 133.87 117.35 118.25 108.84
III. Lainnya 102.13 46.42 26.01 -192.67 72.63
Produk Domestik Regional Bruto 113.73 114.47 110.41 112.93 108.83
*) angka sementara **) angka sangat sementara
2005 2006 2007 2008* 2009**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I. Konsumsi 102.30 102.38 104.11 105.05 104.40
I.1.Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga 100.99 100.67 101.87 104.62 102.71
a. Makanan 100.73 100.18 100.85 101.84 100.84
b. Bukan Makanan 101.35 101.33 103.24 108.21 104.99
I.2.Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 105.09 106.57 109.52 105.49 107.83
Tabel 8.
Indek Berantai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gunungkidul menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005 - 2009
(Persen)
Jenis Penggunaan Tahun
I.3.Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba 138.28 116.59 115.10 120.77 118.23
II. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 106.13 109.90 102.51 104.60 103.94
III. Lainnya 108.92 102.25 104.75 102.22 103.86
Produk Domestik Regional Bruto 104.33 103.82 103.91 104.39 104.20
*) angka sementara **) angka sangat sementara
2005 2006 2007 2008* 2009**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I. Konsumsi 158.74 185.48 202.01 222.10 229.59
I.1.Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga 152.94 178.79 191.53 209.22 216.13
a. Makanan 145.68 169.36 184.08 202.93 211.69
b. Bukan Makanan 162.68 191.30 201.18 216.90 221.33
I.2.Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 174.82 203.16 227.52 253.05 260.16
Tabel 9.
Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gunungkidul menurut Penggunaan Tahun 2005 - 2009 (Persen)
Jenis Penggunaan Tahun
I.3.Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba 154.67 177.34 197.07 220.02 232.70
II. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 154.89 188.68 215.98 244.15 255.65
III. Lainnya 77.58 35.22 8.75 -16.49 -11.53
Produk Domestik Regional Bruto 141.40 155.90 165.65 179.21 187.16
*) angka sementara **) angka sangat sementara
2005 2006 2007 2008* 2009**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I. Konsumsi 111.20 116.85 108.91 109.95 103.37
I.1.Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga 110.31 116.90 107.12 109.24 103.30
a. Makanan 110.46 116.25 108.69 110.24 104.32
b. Bukan Makanan 110.08 117.59 105.17 107.81 102.04
I.2.Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 113.12 116.21 111.99 111.22 102.81
Jenis Penggunaan Tahun
Tabel 10.
Indeks Implisit Berantai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gunungkidul menurut Penggunaan Tahun 2005 - 2009(Persen)
I.3.Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba 110.25 114.66 111.13 111.64 105.77
II. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 113.83 121.81 114.47 113.04 104.71
III. Lainnya 93.77 45.40 24.83 (188.49) 69.93
Produk Domestik Regional Bruto 109.01 110.25 106.25 108.19 104.44
*) angka sementara **) angka sangat sementara
2005 2006 2007 2008* 2009**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I. Konsumsi 13.75 19.62 13.39 15.50 7.93
I.1.Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga 11.40 17.69 9.13 14.28 6.10
a. Makanan 11.27 16.46 9.61 12.27 5.20
b. Bukan Makanan 11.56 19.16 8.57 16.66 7.14
I.2.Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 18.88 23.85 22.65 17.33 10.87
Tabel 11.
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gunungkidul menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005 - 2009
( Persen )
Jenis Penggunaan Tahun
I.3.Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba 52.46 33.68 27.91 34.83 25.05
II. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 20.81 33.87 17.35 18.25 8.84
III. Lainnya 2.13 -53.58 -73.99 -292.67 -27.37
Produk Domestik Regional Bruto 13.73 14.47 10.41 12.93 8.83
*) angka sementara **) angka sangat sementara
2005 2006 2007 2008* 2009**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I. Konsumsi 2.30 2.38 4.11 5.05 4.40
I.1.Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga 0.99 0.67 1.87 4.62 2.71
a. Makanan 0.73 0.18 0.85 1.84 0.84
b. Bukan Makanan 1.35 1.33 3.24 8.21 4.99
I.2.Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 5.09 6.57 9.52 5.49 7.83
Tabel 12.
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gunungkidul menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005 - 2009
( Persen )
Jenis Penggunaan Tahun
I.3.Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba 38.28 16.59 15.10 20.77 18.23
II. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 6.13 9.90 2.51 4.60 3.94
III. Lainnya 8.92 2.25 4.75 2.22 3.86
Produk Domestik Regional Bruto 4.33 3.82 3.91 4.39 4.20
*) angka sementara **) angka sangat sementara
2005 2006 2007 2008* 2009**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I. Konsumsi 3.810 4.545 5.140 5.923 6.380
I.1.Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga 2.668 3.131 3.408 3.886 4.115
a. Makanan 1.456 1.691 1.848 2.070 2.174
b. Bukan Makanan 1.212 1.440 1.560 1.815 1.941
I.2.Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1.109 1.369 1.675 1.961 2.170
Produk Domestik Regional Bruto Perkapita Kabupaten Gunungkidul menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005 - 2009
(Jutaan Rupiah)
Jenis Penggunaan Tahun
Tabel 13.
I.3.Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba 0.034 0.045 0.057 0.077 0.096
II. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 1.212 1.618 1.894 2.235 2.428
III. Lainnya 0.634 0.294 0.076 -0.146 -0.106
Produk Domestik Regional Bruto 5.656 6.457 7.110 8.012 8.701
*) angka sementara **) angka sangat sementara
2005 2006 2007 2008* 2009**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I. Konsumsi 2.400 2.450 2.544 2.667 2.779
I.1.Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga 1.744 1.751 1.779 1.857 1.904
a. Makanan 0.999 0.998 1.004 1.020 1.027
b. Bukan Makanan 0.745 0.753 0.775 0.837 0.877
I.2.Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 0.634 0.674 0.736 0.775 0.834
Jenis Penggunaan Tahun
(Jutaan Rupiah) Tabel 14.
Produk Domestik Regional Bruto Perkapita Kabupaten Gunungkidul menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005 - 2009
I.3.Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba 0.022 0.025 0.029 0.035 0.041
II. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 0.783 0.858 0.877 0.915 0.950
III. Lainnya 0.818 0.834 0.871 0.888 0.921
Produk Domestik Regional Bruto 4.000 4.142 4.293 4.471 4.649
*) angka sementara **) angka sangat sementara