• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. menguraikan rancangan penelitian. Kedua, menjelaskan pendekatan yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. menguraikan rancangan penelitian. Kedua, menjelaskan pendekatan yang"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Bab ini terdiri atas delapan pokok bahasan. Pokok bahasan pertama menguraikan rancangan penelitian. Kedua, menjelaskan pendekatan yang digunakan dalam penelitian. Ketiga, menguraikan ruang lingkup penelitian. Keempat, tentang lokasi penelitian. Kelima, menguraikan jenis dan sumber data penelitan. Keenam, berkaitan dengan metode dan teknik pengumpulan data. Ketujuh, metode dan teknik analisis data. Kedelapan, menyangkut metode dan teknik penyajian analisis data.

3.1 Rancangan Penelitian

Sebelum dilakukan penelitian, perlu disiapkan rancangan penelitian dengan cakupan komponen-komponen yang diperlukan. Rancangan penelitian dapat membimbing peneliti dalam proses pengumpulan data, analisis, dan interpretasi. Rancangan penelitian juga menentukan kemungkinan generalisasi, yakni interpretasi yang dicapai dapat digeneralisasikan terhadap situasi-situasi yang berbeda (Moleong, 1994: 236). Penelitian ini dirancang sebagai penelitian kajian budaya, yang merupakan bidang penelitian multidisiplin, sehingga mengaburkan batas-batas dirinya dengan subjek lain (Barker, 2006: 7).

Kajian budaya merupakan bagian dari ilmu humaniora. Sesuai dengan hakikat ilmu humaniora, menurut Ratna (2010: 508), objektivitas hasil penelitian tidak didasarkan atas pembuktian, generalisasi, melainkan pemahaman, sebagai

(2)

konstruksi transferabilitas. Penelitian bersifat terbuka, adanya perubahan merupakan nilai tambah, bukan sebagai kegagalan. Oleh karena itu, penelitian ini tidak menggunakan hipotesis dan variabel yang diperinci secara eksplisit.

Secara epistemologis kajian budaya termasuk ranah posmodernisme sehingga analisisnya dilakukan melalui teori-teori poststrukturalisme. Sebelum berkembangnya teori poststrukturalisme, strukturalisme sendiri telah menjadi suatu mode filosofis di Perancis pada dekade 1960-an. Beberapa prinsip dasar yang digunakan oleh tokoh-tokoh strukturalisme berasal dari teori linguistik Ferdinand de Saussure (Bertens, 1996: 179). Berkat peranan Roman Jacobson dan N. Trubetzkoy, linguistik mendapat kedudukan istimewa dalam ilmu pengetahuan manusia karena dapat membuka kemungkinan untuk mempelajari sebagian dari realitas manusia dengan cara objektif.

3.2 Pendekatan

Pendekatan dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai cara untuk mendekati objek dalam melakukan penelitian sehingga hakikat objek dapat diungkapkan sejelas mungkin. Rohrberger dan Woods (dalam Ratna, 2010: 45) menjelaskan bahwa pendekatan (approach) dalam penelitian adalah cara yang dilakukan untuk mendekati objek penelitian sehingga karya budaya sebagai struktur makna dapat diungkapkan secara jelas. Pendekatan penelitian menurut Ratna (2010: 44), dapat bertitik tolak dari bidang ilmu yang ditekuni oleh peneliti. Oleh karena itu, pendekatan penelitian ini mengacu pada induk bidang ilmu peneliti, yaitu desain. Sehubungan penelitian ini telah dirancang sebagai penelitian

(3)

kajian budaya, maka pendekatan penelitian ini ditekankan pada desain posmodern, yang menyangkut pembuatan simulasi desain ruang (arsitektur dan interior).

Desain posmodern lahir, sebagai akibat dari perkembangan desain modern mendapat kritikan pada pertengahan abad ke-20. Hal inilah kemudian melahirkan gerakan desain posmodern, yang membawa nilai-nilai baru sesuai dengan semangat zaman yang sudah berubah. Desain modern tersebut berkembang setelah dikembangkannya pendidikan desain oleh kelompok Bauhaus di Jerman, yang mengajarkan metode desain secara ilmiah pada awal abad ke-20 (Widagdo, 2005: 181). Para pemerhati desain sepakat, bahwa revolusi industri di Eropa pada abad ke-18 itulah yang menjadi titik tolak lahirnya desain. Oleh karena, revolusi industri memicu tumbuhnya konsumerisme dan aneka barang hasil industri sehingga memerlukan sentuhan desain.

Dalam bidang desain, penelitian kajian budaya merupakan pendekatan baru, yang memiliki prinsip, aturan dan metode-metode yang khusus. Hal ini diperkuat dengan pendapat Piliang (dalam Walker, 2010: xx--xxii) sebagai berikut.

“Kajian budaya adalah pendekatan baru di dalam penelitian desain, dengan prinsip, aturan main dan metode-metode khusus, yang tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan strukturalisme. Di dalam kajian budaya (postrukturalisme), bukan kajian struktur yang ditekankan, tetapi perubahan, dengan melihat perlunya kekuatan subversif, ketakstabilan, permainan, kode ganda, eklektisisme, dan skizofrenia, yang mengembangkan penafsiran berorientasi ke depan, melalui mekanisme permainan bebas interpretasi”.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penelitian kajian budaya berupa representasi posrealitas desain Gedung Pusat Pemerintahan (Puspem) Kabupaten Badung, merupakan sebuah proses pembacaan tanda atau kode

(4)

(decoding), di mana tanda diciptakan melalui kode-kode tertentu (encoding). Akan tetapi, makna yang dikodifikasi (encoded meaning) tidak selalu sama dengan makna yang dipahami (decoded meaning). Oleh karena, kajian budaya memberi peluang kepada adanya perubahan, transformasi, dan kreativitas tanda, sehingga diperoleh hal-hal baru atau makna baru yang dapat ditawarkan oleh dunia pertandaan.

Oleh karena penelitian ini dirancang sebagai penelitian kajian budaya, maka pendekatan penelitian ini diarahkan pada desain yang masuk ke ranah budaya posmodern, yang berkaitan dengan postrukturalisme (semiotika). Wacana semiotika pada bidang desain diawali oleh Robert Venturi, kemudian disusul oleh Charles Jenks. Fungsi semiotika dalam desain adalah untuk membahas desain menggunakan parameter filosofis. Dalam proses desain, semiotika digunakan untuk mengevaluasi karya desain yang sudah diwujudkan (Widagdo,1993: 9). Semiotika adalah teori tanda yang dikemukakan oleh Charles Sanders Pierce (1839--1914), seorang filsuf dari Amerika. Istilah semiologi, digunakan dalam teori tanda yang dikemukakan oleh Ferdinand de Sausure (1857--1913), pelopor linguistik modern asal Swiss. Semiologi kemudian diaplikasikan sebagai ilmu tentang tanda atau science of signs (Adams, 1996: 133). Dalam ranah budaya posmodern, menurut Sachari (2005: 80) masalah tanda-tanda perlu dicermati karena revolusi informatika dan komunikasi telah meruntuhkan sekat-sekat antarnegara pada era global.

Penggunaan semiotika dalam penelitian kajian budaya ini juga berkaitan dengan teori-teori yang digunakan dalam penelitian, khususnya teori simulasi dan

(5)

teori dekonstruksi. Hubungan teori simulasi (Baudrillard) dengan semiotika, terletak pada adanya relasi tanda, citra, dan kode, yang banyak terjadi pada simulasi dalam masyarakat posmodern. Kemudian hubungan semiotika dengan teori dekonstruksi Derrida adalah pada upaya membongkar tradisi filsafat agar menjadi sistem simbol-simbol dan makna. Akan tetapi makna dalam dekonstruksi tidak selalu sama, berbeda-beda sampai tak terhingga, sehingga disebut sebagai semiotics of chaos atau semiotika ketidakberaturan

3.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian adalah hasil simulasi desain Gedung Pusat Pemerintahan (Puspem) Kabupaten Badung yang dibuat menggunakan teknologi komputer desain tiga dimensi (3D) dengan realitas virtual, dan desainnya yang telah diwujudkan sebagai pembanding (lihat Gambar 3.1). Objek yang diteliti ditekankan pada representasi posrealitas dari hasil simulasi desain ruang arsitektur dan simulasi desain interior (lobby dan ruang tunggu) Kantor Bupati Badung.

Gambar 3.1

Simulasi Desain Gedung Puspem Badung (Sumber: CV Cipta Mandala/ Gomudha)

(6)

Teknologi yang telah digunakan untuk membuat desain ini merupakan teknologi simulasi mutakhir yang masuk pada ranah budaya posmodern. Mengacu kepada pendapat Yin (2002: 1--13), maka objek yang diteliti dapat mengunakan metode studi kasus, karena ruang lingkup penelitian menyangkut fenomena kontemporer (masa kini). Rumusan masalah dengan pertanyaan bagaimana atau mengapa dapat diarahkan ke serangkaian peristiwa kontemporer. Penelitian dengan metode studi kasus dapat memberikan nilai tambah pengetahuan, antara lain untuk memahami fenomena sosial yang kompleks.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penelitian tentang representasi posrealitas desain Gedung Pusat Pemerintahan (Puspem) Kabupaten Badung merupakan studi kasus tunggal fenomena kontemporer. Oleh karena pembuatan desain Gedung Puspem Badung menggunakan teknologi simulasi mutakhir, yang telah mewarnai kehidupan budaya manusia Bali kontemporer dalam aktivitas pembuatan desain gedung perkantoran. Teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan fenomena kontemporer ini, juga dapat diaplikasikan pada penelitian dengan kasus yang serupa di Bali.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman terhadap pembuatan desain arsitektural dan interior pada dimensi baru ruang, berupa desain ruang-ruang elektronik buatan yang dilengkapi unsur gerak atau citra kronoskopi. Penggunaan teknologi simulasi mutakhir ini telah menimbulkan implikasi terhadap wacana tentang desain, dari cara mendesain ruang di dalam dunia fisik nyata menggunakan elemen-elemen material, fisikal, dan spasial, menuju ke

(7)

pembuatan desain ruang mutakhir menggunakan elemen-elemen nonmaterial, nonfisikal dan nonspasial di layar elektronik komputer.

3.4 Lokasi

Penelitian disertasi ini dilakukan di dua tempat, yaitu di Mangupura dan di Kota Denpasar. Pertimbangannya adalah (1) Mangupura merupakan lokasi Gedung “Mangupraja” Puspem Kabupaten Badung (lihat Gambar 3.2); (2) di Kota Denpasar dilakukan pencarian data dan informasi-informasi terkait penelitian ini, khususnya dokumen menyangkut simulasi desain Gedung Puspem Badung di Kantor CV Cipta Mandala, yang belamat di Jln. Laksamana 30A Denpasar.

Gambar 3.2 Peta lokasi Penelitian (Sumber: Humas Badung dan Gomudha)

Fungsi Gedung Puspem Mangupraja Kabupaten Badung adalah untuk Kantor Kepala Daerah, Sekretariat Daerah, staf lain, dan untuk kegiatan tata usaha

Br .Um ag un un g

Br.Kw an ji Br. Ubu ng SD N 0 8 KEC AMAT AN MEN GWI Br .Da ng inye h

Pu ra Da lem

Br . Ka ja KELUR AHAN K APAL KEC AMAT AN MEN GW I

Pom Be nsin Kan to r Desa Pr. Des a Pu se h PAM SDN 0 1 DESA D ALUN G KEC AMA TAN KUT A UT ARA

Br .G ro ga k

Ka nt or Lu ra h Sem pid i Pu ske sm as M en gw i 3 KEL URAH AN SEM PIDI

Br.Ba ta n As em Br. Pan de

Pu ra De sa Pus eh

SMP

Peta Pulau Bali Lokasi Puspem Badung

Peta Kab. Badung

(8)

Kabupaten Badung. Menurut Bupati A.A. Gde Agung, pembangunan gedung Puspem Kabupaten Badung yang baru dilatarbelakangi oleh terbentuknya pemerintahan Kota Denpasar sehingga Badung secara bertahap harus pindah ke wilayahnya sendiri (http://bali.antaranews.com). Gedung Puspem Kabupaten Badung yang baru, diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) RI Mardiyanto pada 5 Agustus 2008 (http://www.balipost.com). Selanjutnya, nama ibu kota Kabupaten Badung yang baru, Mangupura, diresmikan oleh Mendagri Gamawan Fauzi pada 12 Februari 2010. Dalam peresmian tersebut diserahkan juga Peraturan Pemerintah (P.P.) Nomor 67, Tahun 2009 tentang Pemindahan Ibu kota Kabupaten Badung dari wilayah Kota Denpasar ke wilayah Kabupaten Badung di Kecamatan Mengwi. Sejak saat itu Puspem Kabupaten Badung yang baru diberi nama Mangupraja.

Menurut Mendagri Gamawan Fauzi, Gedung Puspem Mangupraja Kabupaten Badung merupakan gedung perkantoran kabupaten termegah yang ada di Indonesia. Kemegahan gedung ini diharapkan diimbangi dengan peningkatan pelayanan kepada masyarakat secara maksimal. Mendagri Gamawan Fauzi sangat memaklumi mengapa Badung mampu membangun perkantoran megah seluas 46, 67 hektare. Hal itu disebabkan oleh pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Badung yang tinggi. Beberapa tahun sebelumnya, PAD Badung kurang dari Rp 400 miliar. Akan tetapi, kini PAD Badung lebih dari Rp 800 miliar. Padahal, PAD daerah biasanya hanya 5–20 persen dari pendapatan keseluruhan, tetapi Badung mampu mencapai 60 persennya. Hal ini merupakan sesuatu yang luar biasa menurut Mendagri (http://bali.antaranews.com).

(9)

3.5 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Jenis data yang digunakan adalah kualitatif berkaitan dengan fenomena desain dalam budaya kontemporer. Objek penelitiannya adalah simulasi desain 3D dengan realitas virtual Gedung Puspem Badung, yang merepresentasikan citra simulasi posrealitas. Penekanan penelitian ini bukan pada pengukuran, melainkan penjelasan yang bersifat holistik, tentang fakta-fakta yang terjadi dalam proses dan hasil pembuatan simulasi desain menggunakan komputer desain 3D dengan realitas virtual.

Sumber data yang digunakan ada dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah berupa perencanaan kawasan, desain gedung (detail engineering design) Puspem Badung, dan hasil simulasi desain 3D dengan realitas virtual berupa video perencanaan kawasan dan Gedung Puspem Badung. Data-data ini diperoleh dari koordinator konsultan desain, yang diperkuat dengan informasi dari beberapa pejabat di lingkungan Pemda Badung yang menangani pembangunan Puspem Badung.

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen gambar desain (data visual), literatur atau referensi ilmiah, seperti jurnal, hasil penelitian terdahulu, makalah seminar, peraturan daerah tentang bangunan, dan referensi lainnya yang mendukung maksud penelitian. Data sekunder ini diperoleh dari sejumlah buku di perpustakaan Program Studi Kajian Budaya Unud, koleksi pribadi dan koleksi para sahabat, serta referensi-referensi yang diunduh lewat media internet.

(10)

3.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendukung maksud dan tujuan penelitian ini, maka pengumpulan data penelitian dilakukan dengan beberapa teknik seperti di bawah ini.

3.6.1 Observasi

Observasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah upaya mengumpulkan data dengan mencermati kenyataan-kenyataan, yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dalam hal ini, data yang dicermati adalah desain gedung Puspem Kabupaten Badung yang didesain berbantuan komputer. Kegiatan observasi diperluas dan dicari jawabannya saat melakukan wawancara mendalam untuk mengetahui proses pembuatan desain berbantuan komputer.

Dalam kegiatan observasi, juga dilakukan komparasi (perbandingan) data, antara data visual desain (gambar teknik dan wujud simulasi desain 3D dengan realitas virtual), dan desain yang telah diwujudkan sebagai realitas. Dengan langkah-langkah komparasi data desain dalam penelitian, akan dapat diketahui perbedaan prinsip antara desain yang berupa gambar teknik dengan animasi hasil simulasi desain 3D dengan realitas virtual serta wujud desain gedung Puspem Kabupaten Badung sebagai realitas.

3.6.2 Wawancara

Informasi dalam penelitian dapat diperoleh dari nara sumber melalui wawancara. Wawancara adalah cara-cara memeroleh data dengan berhadapan

(11)

langsung, bercakap-cakap dengan informan atau narasumber (Ratna, 2010: 222). Pelaksanaan pengumpulan informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposif. Teknik ini digunakan karena informan yang diwawancarai telah dapat ditentukan. Teknik ini menurut Sutopo (1996: 37), lebih mampu menangkap realitas yang tidak tunggal. Teknik ini memberikan kesempatan maksimal pada kemampuan peneliti untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan sehingga dapat menyusun teori yang dibentuk di lapangan (grounded theory) dengan memerhatikan kondisi subjek penelitian dengan kekhususan ideografis atau nilai-nilainya.

Informan-informan yang telah ditentukan untuk diwawancarai dalam penelitian ini adalah informan yang mengetahui proses pembuatan desain dan pembangunan Gedung Puspem Badung, seperti dari kalangan birokrat, DPRD Badung, dan konsultan desain. Informan-informan lain yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah dari dunia pendidikan (arsitektur dan desain interior) untuk memeroleh informasi tentang penggunaan teknologi komputer desain dalam dunia pendidikan. Informan dari kalangan profesional, khususnya pada bidang arsitektur dan desain interior diperlukan untuk memeroleh informasi tentang penggunaan teknologi komputer desain 3D dengan realitas virtual di dunia profesional. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat tentang desain Gedung Puspem Badung, dicari informasinya dari beberapa karyawan Puspem Badung dan masyarakat umum.

Informan-informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah dari kalangan profesional, birokrat, akademisi, karyawan dan masyarakat umum. Ketentuan dari informan yang dipilih adalah sebagai berikut.

(12)

(1) Arsitek dan staf yang ikut membantu pembuatan desain Gedung Puspem Kabupaten Badung dengan bantuan komputer.

(2) Pimpinan instansi/dinas yang mengetahui dan ikut menangani proyek pembangunan Puspem Kabupaten Badung.

(3) Karyawan dan masyarakat umum yang ditemui di kawasan Puspem Badung dan dapat memberikan komentar tentang desain Puspem Badung.

(4) Arsitek dan desainer interior yang sudah membuat desain menggunakan bantuan teknologi komputer desain.

(5) Arsitek dan desainer interior yang masih menggunakan teknik mendesain secara manual untuk membuat gambar teknik proyek desain.

Wawancara pada para narasumber atau informan dalam penelitian ini, dilakukan secara mendalam tentang objek penelitian, terutama mengenai proses desain berbantuan komputer, konsep dan falsafah desain, serta hal-hal lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Penelitian dengan teknik wawancara mendalam yang dilakukan pada penelitian ini, merupakan wawancara yang dilakukan dengan cara mengajak para informan (narasumber) untuk berbicara secara bebas dan mendalam. Teknik wawancara ini diperlukan untuk dapat memberikan informasi yang mendalam tentang pengunaan teknologi komputer desain 3D dengan realitas virtual, khususnya dalam pembuatan desain Gedung Puspem Kabupaten Badung.

(13)

Informan dari dunia pendidikan tinggi arsitektur dan interior diperlukan untuk dapat memberikan informasi tentang penggunaan teknologi komputer desain 3D dengan realitas virtual di dunia pendidikan tinggi saat ini. Informan dari dunia profesional diperlukan untuk dapat memberikan informasi tentang penggunaan komputer desain 3D dengan realitas virtual dalam dunia profesional, yang sudah mulai menggunakan komputer virtual 3D. Dari informasi-informasi yang diperoleh, dapat diketahui adanya pergulatan antara keterampilan manusia dalam mendesain ruang secara manual dan teknologi komputer desain 3D dengan realitas virtual. Di samping itu, dapat memberikan informasi tentang perbedaan hasil desain ruang yang dibuat secara manual dibandingkan dengan hasil simulasi desain ruang berbantuan komputer virtual 3D.

Sehubungan dengan penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif, sesuai dengan pendapat Moleong (1994: 4), maka instrumen utama penelitian ini adalah peneliti, yang dilengkapi dengan pedoman wawancara, alat perekam suara, kamera, dan alat tulis. Pedoman wawancara yang digunakan berisi pokok-pokok pertanyaan yang dibuat sesuai dengan permasalahan. Selanjutnya, pokok pertanyaan ini dikembangkan sesuai dengan informasi yang diperoleh dalam wawancara, sehingga diperoleh data atau informasi yang memadai sesuai dengan permasalahan dalam penelitian.

3.6.3 Kepustakaan

Penelitian ini juga menggunakan studi kepustakaan dan dokumen yang terkait dengan permasalahan penelitian. Kepustakaan yang dimaksud dalam

(14)

penelitian ini adalah buku-buku, jurnal, orasi ilmiah, hasil penelitian, dan media internet untuk memeroleh acuan tentang definisi, pengertian, karakter sehingga metode ini berfungsi untuk memperjelas secara teoretis ilmiah tentang studi kasus penelitian. Selain itu, beberapa buku juga diperlukan untuk melengkapi data, sehingga analisis data bisa dilakukan lebih akurat.

Dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambar desain dan hasil simulasi desain 3D Gedung Puspem Badung, Profil Kabupaten Badung, dan foto-foto yang menunjang permasalahan penelitian. Data ini dapat menjadi data faktual, sebagai bukti yang dapat dipertanggungjawabkan. Interpretasi terhadap dokumen dan kebudayaan material, menurut Hodder (dalam Salain, 2011: 69), sangat penting untuk mendukung interpretasi teks-teks tertulis, gambar, atau foto dari desain gedung Puspem Kabupaten Badung.

3.7 Metode dan Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca. Proses analisis data dalam penelitian ini pada dasarnya dilakukan secara bersamaan dengan proses pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif, proses pengumpulan data, proses analisis dan analisis yang dilakukan setelah pengumpulan data saling berkaitan dan berinteraksi.

Proses analisis ini menggunakan Model Analisis Interaktif berdasarkan teori Miles dan Huberman (Sutopo, 1996: 85). Berdasarkan model analisis ini, dalam pengumpulan data selalu dilakukan reduksi dan sajian data. Data yang telah digali dan dicatat di lapangan, dibuat rumusannya secara singkat berupa

(15)

pokok-pokok temuan yang penting (yang telah dipahami), kemudian dilanjutkan dengan penyusunan sajian data. Data disajikan secara sistematis setelah dilakukan penyuntingan. Agar maknanya menjadi lebih jelas dipahami, dilengkapi dengan sajian gambar secara grafis atau teknis dan foto yang mendukung sajian data. Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir, mulai dilakukan usaha untuk menarik simpulan dan verifikasi berdasarkan semua hal yang terdapat, baik dalam reduksi maupun sajian datanya. Bila simpulan dirasakan kurang mantap akibat kurangnya rumusan, baik dalam reduksi maupun sajian datanya, maka bisa dilakukan kembali pengumpulan data yang sudah terfokus untuk lebih mendukung simpulan dan pendalamannya sehingga proses penelitian kualitatif ini terlihat seperti sebuah siklus.

3.8 Metode dan Teknik Penyajian Data

Hasil analisis data dalam penelitian ini disajikan secara informal dan formal. Penyajian secara informal adalah dalam bentuk deskripsi dan objektif. Analisis data yang disajikan secara informal adalah deskripsi analisis data kualitatif yang didukung penyajian formal gambar dan tabel. Sebaliknya data kuantitatif, disajikan secara formal dalam bentuk foto, gambar, gambar teknis, bagan dan dideskripsikan secara kualitatif. Hasil analisis data tersebut kemudian dituangkan ke dalam bab-bab secara terstruktur dan sistematis.

Gambar

Gambar 3.2 Peta lokasi Penelitian  (Sumber: Humas Badung dan Gomudha)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis, telah dibuktikan bahwa novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara karya Boris Akunin termasuk ke dalam jenis

Selain komponen konsumsi rumah tangga, komponen PDRB Penggunaan yang mengalami peningkatan peranan pada triwulan III tahun 2014 dibandingkan dengan triwulan II

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang berhubungan dengan biaya tetap dan biaya variabel perusahaan, pendapatan penjualan serta anggaran dan realisasi laba

Media yang digunakan adalah TSA (Tryptic Soy Agar), dibuat dengan cara: 45,7 g serbuk TSA dituangkan ke dalam 1 L aquades mendidih pada labu Erlenmeyer, kemudian

A32 Peraturan yang belaku belum diterapkan dengan baik A33 Tidak dilakukan pengecekan bahan baku sebelum proses produksi A34 Tidak dilakukan pengecekan produk sebelum

Weiss (dalam Brehm, 2002) mengatakan bahwa kelompok dengan penghasilan yang lebih rendah cenderung mengalami kesepian.. Hal

Jika dilihat dari 10 indikator pernyataan yang berkaitan dengan pengetahuan keuangan secara umum, menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini telah memiliki

Manajer Investasi dapat menghitung sendiri Nilai Pasar Wajar dari Efek tersebut dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab berdasarkan metode yang menggunakan