• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN No Vol.24, No.1, April 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISSN No Vol.24, No.1, April 2010"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Jurnal Keteknikan Pertanian merupakan publikasi resmi Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (PERTETA) yang didirikan 10 Agustus 1968 di Bogor, berkiprah dalam pengembangan ilmu keteknikan untuk pertanian tropika dan lingkungan hayati. Jurnal ini diterbitkan dua kali setahun. Pada tahun 2010 ini Ketua Dewan Redaksi diganti menjadi Dr.Ir. Wawan Hermawan, MS. Selain itu, pada lembaga penerbit terdapat pergantian nama, dari Departemen Teknik Pertanian menjadi Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Penulis makalah tidak dibatasi pada anggota PERTETA tetapi terbuka bagi masyarakat umum. Lingkup makalah, antara lain: teknik sumberdaya lahan dan air, alat dan mesin budidaya, lingkungan dan bangunan, energi alternatif dan elektrifikasi, ergonomika dan elektronika, teknik pengolahan pangan dan hasil pertanian, manajemen dan sistem informasi. Makalah dikelompokkan dalam invited paper yang menyajikan isu aktual nasional dan internasional, review perkembangan penelitian, atau penerpan ilmu dan teknologi, technical paper hasil penelitian, penerapan, atau diseminasi, serta research methodology berkaitan pengembangan modul, metode, prosedur, program aplikasi, dan lain sebagainya. Pengiriman makalah harus mengikuti panduan penulisan yang tertera pada halaman akhir atau menghubungi redaksi via telpon, faksimili atau e-mail. Makalah dapat dikirimkan langsung atau via pos dengan menyertakan hard- dan soft-softcopy, atau e-mail. Penulis tidak dikenai biaya penerbitan, akan tetapi untuk memperoleh satu eksemplar dan 10 re-prints dikenai biaya sebesar Rp 50.000. Harga langganan Rp 70.000 per volume (2 nomor), harga satuan Rp 40.000 per nomor. Pemesanan dapat dilakukan melalui e-mail, pos atau langsung ke sekretariat. Formulir pemesanan terdapat pada halaman akhir.

Penanggungjawab:

Ketua Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia

Ketua Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB Dewan Redaksi:

Ketua : Wawan Hermawan Anggota : Asep Sapei

Kudang B. Seminar Daniel Saputra Bambang Purwantana Y. Aris Purwanto Redaksi Pelaksana:

Ketua : Rokhani Hasbullah Sekretaris : Satyanto K. Saptomo Bendahara : Emmy Darmawati Anggota : Usman Ahmad

I Wayan Astika M. Faiz Syuaib Ahmad Mulyawatullah Penerbit:

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (PERTETA) bekerjasama dengan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, IPB Bogor

Alamat:

Jurnal Keteknikan Pertanian, Departemen Teknik Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian,

Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680. Telp. 0251-8624691, Fax 0251-8623026, E-mail: [email protected] atau [email protected]. Website: ipb.ac.id/~jtep. Rekening:

BRI, KCP-IPB, No.0595-01-003461-50-9 a/n: Jurnal Keteknikan Pertanian Percetakan:

PT. Binakerta Adiputra, Jakarta

(3)

Pendahuluan

Belimbing manis (Averrhoa carambola L) merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang berpotensi besar untuk dikembangkan secara komersial dan berpeluang sebagai salah satu buah andalan ekspor Indonesia. Salah satu kendala ekspor yang dihadapi di antaranya tingginya serangan hama/lalat buah sehingga mengakibatkan banyak buah tidak lolos dalam proses karantina. Beberapa teknologi karantina yang biasa digunakan di antaranya adalah iradiasi, perlakuan dingin (cold

treatment), fumigasi dan perlakuan panas.

Metode iradiasi hingga saat ini belum dapat diterima konsumen secara luas karena faktor keamanannya masih meragukan, sedangkan keefektifan metode perlakuan dingin dalam mengendalikan hama pascapanen tergantung pada rendahnya suhu yang digunakan dan lamanya waktu aplikasi. Metode ini menjadi kurang efektif karena beberapa buah tidak tahan pada suhu yang terlalu rendah dan dalam waktu yang lama. Sementara

metode fumigasi (penggunaan etilen bromida) yang telah diterapkan secara luas di seluruh dunia, diketahui menyisakan residu yang tidak aman bagi kesehatan manusia, selain itu juga merusak lapisan ozon. Oleh karena itu metode perlakuan panas menjadi alternatif untuk proses disinfestasi. Beberapa perlakuan panas yang biasa digunakan antara lain dengan menggunakan air panas (hot

water treatment), perlakuan uap panas (Vapor Heat Treatment) dan udara panas (hot air treatment)

(Lurie, 1998).

Secara umum penelitian ini adalah mempelajari proses disinfestasi lalat buah pada buah belimbing manis dengan menggunakan metode VHT. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengamati daur hidup lalat buah jenis B. carambolae dan menentukan tingkat mortalitas fase telur lalat buah pada beberapa suhu dan lama pemanasan, (2) menentukan suhu dan waktu optimum dalam proses VHT pada buah belimbing manis, dan (3) mengkaji pengaruh penyimpanan terhadap mutu buah belimbing setelah VHT.

Technical Paper

Perlakuan Uap Panas (Vapor Heat Treatmant) untuk Disinfestasi

Lalat Buah dan Mempertahankan Mutu Buah Belimbing (Averrhoa

carambola L.)

Vapor Heat Treatment (VHT) for Fruit Fly Disinfestation and Maintaining Starfruit Quality

(Averrhoa carrambola L)

Eti Rohaeti1, Rizal Syarief2 dan Rokhani Hasbullah3

Abstract

The objectives of this research were to study mortality of carambola fruit fly (B. carambolae D & H) and to study responses of VHT on quality of carambola (A. carambola L). Fruit fly mortality due to heat has been investigated by immersing fruit fly eggs into hot water at temperatures of 40, 43, 46 dan 49oC for 30

minutes and then at temperature of 46.5oC for 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30 minutes. Star fruit were treated

at temperature of 46.5oC for 5, 15, 30 minutes and then stored in temperatures of 5, 15oC and room

temperature (28-30 oC). The result show that mortality has been achieved 100% at temperature more than

43.0oC for 30 minutes and at temperature 46.0oC for more than 15 minutes. VHT had significant influences

to decrease the fruit respiration rates, chilling injury, antraknose, to increase the weight loss, color, and soluble solid content. However, there were no significant change in the hardness, water content, vitamin C and organoleptic test. VHT at temperature 46.5oC for 20 up to 30 minutes were effective to kill fruit flies

inside carambola and VHT combined by storing in temperature of 15oC were able to maintain carambola

quality during storage.

Keywords: vapor heat treatment, fruit fly, B. carambolae, carambola, disinfestation

Diterima: 1 Februari 2010; Disetujui: 19 April 2010

1 Dinas Kelautan dan Pertanian Prov. DKI Jakarta

2 Staff pengajar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor

3 Staff pengajar Departemen Teknik Mesin & Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian-Institut Pertanian Bogor.

(4)

46

Vol. 24, No. 1, April 2010

Bahan dan Metode Bahan dan Alat

Bahan utama belimbing manis (Averrhoa carambola L) dan telur lalat buah (Bactrocera carambolae). Belimbing diperoleh dari petani di daerah Depok Jawa Barat dan telur lalat buah diperoleh dengan melakukan pembiakan (rearing) di laboratorium dan pupa dari Laboratorium Entomologi Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta.

Peralatan yang digunakan adalah VHT chamber,

hybrid recorder, color reader, rheometer model CR-300, gas analyzer Shimadzu, refraktometer,

kurungan kayu dan lain-lain.

Metode Penelitian

Penelitian tahap pertama adalah mengetahui tingkat mortalitas telur lalat buah dengan merendam telur lalat buah pada air panas bersuhu 40, 43, 46 dan 49ºC selama 30 menit dan pada suhu 46ºC selama 0, 5, 10, 15, 20, 25 dan 30 menit. Penelitian tahap kedua adalah mempelajari pengaruh lama VHT dan suhu penyimpanan terhadap mutu belimbing manis. Tahap ini meliputi penentuan waktu kondisioning, yakni waktu yang dibutuhkan hingga pusat buah belimbing mencapai 46ºC.

VHT diaplikasikan selama 0, 10, 20, dan 30 menit

kemudian buah didinginkan dan disimpan pada suhu yang berbeda yaitu suhu 5oC, 15oC dan suhu

ruang (28-30ºC). Pengamatan perubahan mutu dilakukan setelah VHT, setiap 3 hari sekali selama 30 hari masa simpan.

Hasil dan Pembahasan Mortalitas Lalat Buah

Dari hasil pengamatan selama pembiakan diketahui bahwa lalat buah B. carambolae mengalami siklus metamorfosis sempurna dengan melalui empat fase yaitu telur (1-2 hari), larva (6-9 hari), pupa (4-10 hari) dan imago (± 25 hari). Dari hasil pengujian diketahui bahwa mortalitas telur tercapai 80% pada perendaman dengan suhu 40 ºC selama 30 menit. Mortalitas 100% tercapai pada perendaman dengan air bersuhu 43ºC selama 30 menit. Suhu di atas 43ºC dipastikan sudah mencapai tingkat kematian 100% pada telur lalat buah B.

carambolae (Tabel 1). Sharp and Halman (1992)

melaporkan pengujian lalat buah jenis Anastrepha

suspensa L, yang menyerang belimbing varietas

”Arkin” pada suhu 43ºC mencapai tingkat mortalitas 98.5%.

Selanjutnya dipilih suhu 46ºC untuk melakukan uji mortalitas telur lalat buah terhadap panas dengan memvariasikan lama perendamannya. Suhu 46ºC selain sudah dapat mengakibatkan mortalitas 100%, juga suhu yang direkomendasikan untuk perlakuan belimbing dengan metode VHT, karena perlakuan karantina pada belimbing menggunakan metode VHT dan HWT adalah pada kisaran suhu 46.0-46.7ºC tergantung pada ukuran dan varietas buah. Hasil pengujian mortalitas telur lalat buah B. carambolae pada suhu 46ºC pada berbagai lama (menit) pemanasan yang telah dirata-ratakan ditampilkan pada Tabel 2.

Perendaman selama 5 menit pada air bersuhu 46ºC mengakibatkan tingkat mortalitas 77% dan Tabel 1 Hasil pengujian mortalitas telur pada beberapa suhu selama 30 menit

Tabel 2 Hasil pengujian mortalitas telur pada air bersuhu 46.0-46.5 ºC dengan beberapa lama perendaman

(5)

perendaman selama 10 menit mengakibatkan mortalitas 97%, sedangkan perendaman ≥15 menit sudah mengakibatkan tingkat mortalitas 100% . Pengaruh Perlakuan Panas dan Penyimpanan Suhu Dingin

a. Waktu Kondisioning

Waktu kondisioning adalah waktu yang dibutuhkan hingga suhu pusat buah belimbing mencapai suhu yang diinginkan. Belimbing yang diuji dipasangi termokopel yang terhubung dengan hybrid recorder untuk memantau penetrasi suhu proses VHT. Suhu pusat yang ingin dicapai adalah 46ºC dengan menggunakan VHT chamber bersuhu 46.5ºC dan RH>90%.

Dari hasil pengukuran diketahui, bahwa suhu pusat buah dari ketiga sampel buah dari tempat pengukuran yang berbeda, dapat mencapai suhu mendekati suhu medium (46ºC) dengan waktu 60-65 menit, sehingga waktu kondisioning yang dibutuhkan buah belimbing hingga suhu pusatnya mencapai 46ºC adalah selama 60-65 menit (Gambar 1).

b. Respirasi

Laju respirasi merupakan petunjuk umur simpan buah sesudah panen karena berhubungan dengan laju penurunan mutu. Semakin rendah laju respirasi umur simpan buah semakin lama atau sebagai ciri cepat lambatnya perubahan komposisi kimiawi dalam produk, hal tersebut berhubungan dengan daya simpan produk hortikultura setelah panen. Dari hasil sidik ragam dapat disimpulkan bahwa perlakuan VHT cenderung menurunkan laju respirasi buah belimbing.

c. Perubahan Sifat Fisikokimia Buah Belimbing 1. Total Padatan Terlarut (TPT)

Pada Gambar 2 ditampilkan nilai TPT buah belimbing selama penyimpanan pada suhu

5ºC, 15ºC dan suhu ruang (28-30ºC). Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan VHT selama 20 menit memberikan nilai TPT yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lainnya, sedangkan buah belimbing yang disimpan pada suhu ruang (28-30ºC) memberikan nilai TPT yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa suhu penyimpanan yang rendah akan menghambat proses pematangan.

2. Kekerasan

Suhu penyimpanan yang berbeda dapat menghasilkan pengaruh yang berbeda terhadap kekerasan (firmness) produk buah yang disimpan. Buah belimbing yang disimpan pada suhu dingin memberikan nilai kekerasan yang lebih baik dibanding buah yang disimpan pada suhu ruang. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa buah belimbing mempunyai nilai kekerasan tertinggi pada penyimpanan suhu 5ºC. Hal ini dapat disebabkan karena penyimpanan dingin dapat menghambat proses metabolisme, pemasakan, pelunakan dan penuaan, sedangkan buah belimbing yang disimpan pada suhu ruang teksturnya cepat menjadi lebih lunak. Hal ini disebabkan karena pada suhu ruang proses penguapan lebih tinggi sehingga mempercepat turunnnya nilai kekerasan dan terjadi perubahan dinding sel yang disebabkan oleh degradasi senyawa-senyawa penyusun dinding sel.

Interaksi antara lama VHT dan suhu penyimpanan tidak memberikan pengaruh terhadap nilai kekerasan buah belimbing. Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena perlakuan VHT atau perlakuan panas dapat menghambat hidrolisis pektin sehingga dapat memperlambat/mempercepat aktifitas enzim dalam mendegradasi dinding sel.

(6)

48

Vol. 24, No. 1, April 2010

3. Susut Bobot

Susut bobot selama penyimpanan merupakan salah satu parameter mutu yang mencerminkan tingkat kesegaran buah, semakin tinggi susut bobot, maka buah tersebut semakin berkurang tingkat kesegarannya. Selama penyimpanan terjadi peningkatan susut bobot pada buah belimbing yang mengindikasikan terjadinya kehilangan air selama penyimpanan. Pada Gambar 3 diperlihatkan diagram susut bobot belimbing setelah perlakuan VHT 10, 20, 30 menit dan kontrol yang kemudian disimpan pada suhu 5ºC, 15ºC dan suhu ruang (28-30ºC).

4. Kadar Air

Buah belimbing mengandung kadar air cukup tinggi yaitu sekitar 92-94%. Hilangnya kandungan air yang tinggi mengakibatkan penampakan buah tidak menarik karena permukaan buah kelihatan layu dan keriput. Menurut Tranggono dan Sutardi (1990), kelayuan yang terjadi pada buah diakibatkan laju kecepatan respirasi meningkat, suhu

udara yang tinggi atau kelembaban di bawah 85-95%. Pantastico (1986) menyatakan bahwa setelah pemetikan buah masih mempunyai kadar air yang tinggi kemudian akan terus menurun sampai proses pemasakan.

Dari analisa sidik ragam, diketahui bahwa buah belimbing mempunyai nilai kadar air tertinggi pada perlakuan penyimpanan suhu 5ºC, hal ini disebabkan pada penyimpanan suhu 5ºC aktivitas transpirasi, respirasi dan penguapan H2O berjalan lebih lambat dibanding pada suhu 15ºC dan suhu ruang (28-30ºC), sehingga kehilangan air relatif kecil dan komoditas yang disimpan tetap dalam keadaan segar.

5. Chiling Injury

Penyimpanan dingin adalah proses pengawetan bahan dengan cara pendinginan pada suhu diatas suhu pembekuannya. Bahan yang didinginkan pada suhu lebih rendah dari suhu optimum tertentu akan mengalami kerusakan yang dikenal dengan chiling injury.

Gambar 2. Nilai Total Padatan Terlarut (TPT) pada perlakuan VHTsuhu 5º C, 15ºC dan suhu ruang (28-30 ºC ) selama penyimpanan

Gambar 3. Nilai susut bobot (%) pada perlakuan VHT suhu 5ºC, 15ºC dan suhu ruang (28-30 ºC) selama penyimpanan

(7)

Menurut Kader (2000), buah belimbing yang mengalami kerusakan chiling injury, ditandai dengan adanya gejala sebagai berikut : bintik-bintik coklat, cekungan dipermukaan kulit buah, sirip menjadi coklat sehingga menimbulkan kegagalan dalam proses pematangan. Selain itu chiling injury selama penyimpanan dapat menyebabkan terjadinya surface pitting, diskoloriasi, gagal matang, internal breakdown dan turunnya daya tahan terhadap penyakit (Winarno, 2002). Pengamatan kerusakan chiling injury selama penyimpanan buah belimbing dilakukan secara visual. Kerusakan CI hanya terjadi pada penyimpanan suhu 5ºC, kerusakan terjadi pada buah yang diberi VHT 10 menit dan perlakuan tanpa VHT. Gejala kerusakan mulai muncul pada pengamatan hari ke-15 dan semakin lama semakin banyak timbul bintik-bintik hitam/coklat pada permukaan kulit buah. Pada penyimpanan suhu 15ºC dan suhu ruang (28-30ºC) tidak terlihat ada gejala kerusakan yang diakibatkan oleh suhu dingin. Perlakuan VHT 20 dan 30 menit pada penyimpanan suhu 5ºC mampu mengurangi kerusakan chiling injury.

Hasil penelitian Larasati (2003) menunjukkan bahwa perlakuan panas dengan Hot WaterTreatment (HWT) dapat mengurangi chiling injury pada buah tomat yang disimpan pada suhu 5ºC. Perlakuan VHT yang terbaik dapat mengurangi chiling injury dan tidak menurunkan kualitas buah adalah perlakuan VHT selama 20 menit.

6. Serangan Cendawan

Pengamatan serangan penyakit secara visual dilakukan dengan mengamati timbulnya bercak-bercak kecil berwarna coklat kehitaman pada buah belimbing yang diduga merupakan serangan penyakit antraknosa. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Colletotrichum gloeosporioides (penz) Sacc. Gejala serangan penyakit ini tampak pada buah yang menjelang masak, berupa bulatan-bulatan kecil berwarna gelap. Bila buah bertambah masak, bulatan-bulatan semakin besar dan membusuk membentuk cekungan kearah dalam buah. Di pusat bercak terbentuk jaringan cendawan kecil berwarna hitam, bercak-bercak itu bersatu sehingga membentuk bercak besar sehingga seluruh bagian buah lunak dan membusuk. Kader (2000) melaporkan salah satu penyakit pascapanen yang biasa menyerang buah belimbing adalah antraknose yang disebabkan cendawan Colletotrichum

gloeosporioides (penz) Sacc.

Pada penyimpanan suhu ruang (28-30ºC) serangan penyakit mulai terlihat pada hari

ke-10, yaitu pada buah yang tidak diberi perlakuan VHT. Pada belimbing yang diberi perlakuan VHT juga terjadi serangan penyakit selama penyimpanan tetapi penyebarannya tidak secepat buah belimbing yang tidak diberi perlakuan VHT. Pada penyimpanan suhu 15 ºC serangan terjadi pada hari ke 18 pada buah yang tidak diberi perlakuan VHT, sedangkan penyimpanan pada suhu 5 ºC sampai akhir penyimpanan tidak terserang cendawan, sedangkan buah yang diberi perlakuan VHT memperlihatkan kondisi yang lebih baik. Dari hasil tersebut terlihat bahwa pemberian panas mampu mengendalikan perkembangan cendawan selama penyimpanan. Seperti yang dilaporkan oleh Rokhani (2002) bahwa perlakuan panas metode VHT dan HWT dapat memperlambat perkembangan penyakit antraknose (cendawan Colletotrichum gloeosporioides ) dan stem end rot pada mangga irwin.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

1. Lalat buah B. carambolae mengalami metamorfosis sempurna melalui fase telur (1-2 hari), larva (6-9 hari), pupa (4-10 hari) dan imago (± 25 hari).

2. Pada pemanasan 30 menit, mortalitas lalat buah

B. carambolae mencapai 100% pada suhu di

atas 43ºC, sedangkan pada suhu 46ºC tercapai pemanasan minimal 15 menit.

3. Belimbing manis dengan ukuran ± 300 gr, panjang ± 11cm dan diameter ± 6.5 cm membutuhkan waktu kondisioning 60-65 menit hingga suhu pusat buah mencapai 46ºC.

4. Proses VHT berpengaruh terhadap penurunan laju respirasi, menekan perkembangan cendawan Colletotrichum gloeosporioides, mampu mengurangi kerusakan akibat chiling

injury, mampu mempertahankan nilai TPT, tidak

mempengaruhi kadar air buah, susut bobot, kekerasan buah belimbing dari awal sampai akhir penyimpanan.

5. Suhu penyimpanan menghambat laju respirasi buah belimbing, mempertahankan kekerasan buah, mempertahankan nilai TPT, mempertahankan nilai kekerasan dan memperlambat atau mempercepat susut bobot buah dan mempertahankan kandungan air dalam buah

6. Perlakuan VHT 20-30 menit dapat menekan kerusakan chiling injury pada penyimpanan 5ºC dan menekan serangan penyakit antraknosa serta dapat mendisinfestasikan lalat buah dan tidak menyebabkan penurunan mutu buah belimbing selama penyimpanan

(8)

50

Vol. 24, No. 1, April 2010

Saran

Setelah perlakuan VHT hendaknya buah segera didinginkan dengan menggunakan air yang bersuhu rendah ( air + es atau air yang didinginkan) sehingga perlu dilakukan kajian precooling yang dimodifikasi dengan pengemasan atmosfer termodifikasi (MAP),mengingat kulit buah belimbing sangat rentan terhadap gesekan, sehingga akan mempererpanjang masa simpan dan tahankan mutu buah belimbing lebih baik.

Daftar Pustaka

Jacobi, KK., J. Giles, E. Macrae and T. Wegrzyn, 1995. Conditioning ’Kensington’ mango with hot air alleviates hot water disinfestation injuries. HortScience 30, 562-65.

Klein, J.D., Lurie, S. 1990. Prestorage heat treatment

as a means of improving poststorage quality of apples. J. Am. Soc. Hort. Sc. 115:265-269

Kader, A.A. 2000. Starfruit (Carambola) Recommendations for Maintaining Postharvest Quality. University of California. Amerika Serikat. Produce/ProduceFact/Frui/starfruit.html update July, 5, 2000

Lurie, S. 1998. Postharvest heat treatments. J. Postharvest Biology and Technology 14:257-29.

Larasati, D. 2003. Kajian Penerapan Metode

Hot Water Treatment Terhadap Mutu Buah

Tomat (Lycopersicum esculantum M)

Selama Penyimpanan Dingin. Tesis. Sekolah

Pascasarjana IPB Bogor

Marlisa, E. 2007. Kajian Disinfestasi Lalat Buah

dengan Perlakuan Uap Panas (Vapor heat treatment) pada Mangga Gedong Gincu. Tesis

Program Studi Teknologi Pascapanen Sekolah Pascasarjana IPB Bogor

Rokhani, H. Kawasaki, S. Kojima, T. And Akinaga, T. 2001. Effect of heat treatment on respiration and

quality of ’irwin’ mango. J. Society of Agricultural

Structure, Vol.9. No. 2

Rokhani, H. 2002. Studies on the posharvest

treatment for export preparation of tropical fruits: mango Disertation. The United Graduate School

of Agricultural Sciences. Kagoshima University Japan

Syarif dan Halid. 1991. Teknologi Penyimpanan

Pangan. Penerbit ARCAN Jakarta

Sharp, J.L. and Hallman G.J. 1992. Hot air treatment

for carambola infested with Carribean Fruit Fly

(Diptera:Tephritidae), J. Con. Entomol.

Tranggono dan Sutardi, 1990. Biokimia dan

Teknologi Pasca Panen. UGM. Yogjakarta

Winarno, F.G. dan Aman, S. 1981. Fisiologi Lepas Panen. IPB. PT. Sastra Hudaya. Jakarta.

Winarno, F.G. 2002. Fisiologi Lepas Panen Produk

(9)

Jurnal Keteknikan Pertanian merupakan media publikasi untuk tulisan asli yang belum pernah diterbitkan di dalam jurnal ilmiah nasional maupun internasional, dan berkaitan dengan teknik pertanian(agricultural engineering) secara luas. 1. Pedoman Umum

Naskah termasuk Abstract diketik menggunakan program Microsoft Word huruf Times New Roman 12 point (font 12), ukuran kertas A4 (21x29.5cm). Pias 3 cm, spasi 1.5, maksimum 15 halaman termasuk tabel dan gambar s erta diberi nomor halaman pada sudut bawah sebelah kanan. Tabel dan gambar diletakkan pada akhir naskah atau pada lembar dan file terpisah. Pengiriman naskah bisa melalui pos berupa CD berisi file softcopy ataupun melalui e-mail. Bila dikirim melalui pos, ditujukan ke alamat:

Redaksi Jurnal Keteknikan Pertanian Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Kampus IPB Dramaga, Bogor 16690. E-mail: [email protected] atau

[email protected] 2. Susunan Naskah

Naskah disusun dalam urutan Judul, Penulis dan alamat instansinya, Abstract, Pendahuluan, Bahan dan Metode, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan, Ucapan Terima Kasih, Daftar Pustaka, Tabel dan Gambar. Naskah undangan tidak harus mempunyai susunan seperti tersebut di atas.

3. Judul

Judul memberikan subyek penelitian dengan ringkas dan dicetak tebal (bold) dengan huruf kapital pada setiap awal kata, kecuali untuk kata depan dan kata sambung. Untuk naskah dalam Bahasa Indonesia harus disertai judul dalam Bahasa Inggris yang dicetak miring (italic). Judul dalam Bahasa Indonesia tidak lebih dari 14 kata dan dalam Bahasa Inggris tidak lebih dari 10 kata. Nama lengkap, nama lembaga afiliasi serta alamat para penulis, ditulis secara berurutan di bawah Judul. Tambahkan alamat email pada nama penulis untuk korespondensi.

Contoh Penulisan Judul:

Pemodelan Sistem Filtrasi

Terkendali pada Sistem

Resirkulasi Pembenihan Ikan

Modeling Controlled Filtration System in Fish Hatchery Recirculation System

Alfin Najwan, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Institut Pertanian Bogor, Email: [email protected]

Ikhlasul Amal, Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor.

4. Abstract dan Kata Kunci

Abstract menggambarkan esensi isi keseluruhan

tulisan dan di dalamnya tidak terdapat kutipan pustaka. Abstract ditulis dalam bahasa Inggris dan dalam satu paragraf tidak lebih dari 200 kata. Kata kunci ditulis setelah Abstarct maksimum 5 kata, masing-masing dalam bahasa Inggris dan Indonesia. Kata kunci yang ditulis pertama merupakan kata kunci yang terpenting.

5. Naskah Utama

Penulisan sub judul utama (Pendahuluan, Bahan dan Metode, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan dan Ucapan Terima Kasih) menggunakan huruf kapital pada setiap awal kata, tanpa nomor, dicetak tebal dan posisi di tengah.

Pendahuluan menjelaskan alasan mengapa penelitian dilakukan, perumusan dan pemecahan masalah, status ilmiah (state of the art) penelitian-penelitian terdahulu serta tujuan dan hasil penelitian-penelitian yang diharapkan.

Bahan dan Metode menjelaskan bagaimana penelitian dilakukan atau cara-cara untuk mencapai tujuan penelitian.

Hasil dan Pembahasan mencantumkan data yang diperoleh, analisis data, temuan-temuan yang spesifik serta perbandingannya dengan penelitian-penelitian terdahulu secara berurutan sesuai dengan urutan dalam tujuan. Hindari penyajian tabel dan gambar dari data yang sama.

Sub-sub judul ditulis dengan huruf kapital pada setiap awal kata, tanpa nomor, dicetak tebal dan posisi di sebelah kiri.

Kata/kalimat dalam bahasa asing ditulis miring. Nama organisma harus diikuti dengan nama ilmiahnya secara lengkap pada pengungkapan

(10)

pertama. Singkatan pertama kali ditulis di dalam kurung setelah kata-kata yang disingkatnya. Penulisan angka mengggunakan US System seperti: 1,000,000 menyatakan satu juta dan 2.5 menyatakan dua lima per sepuluh. Sistem satuan yang digunakan adalah SI Unit: cgs (centimeter, gram, second/detik). Simbol/notasi ditulis menggunakan huruf miring dan disertai keterangannya pada pengungkapan pertama. Persamaan diberi nomor urut yang dituliskan di belakang persamaan dan di dalam tanda kurung.

6. Tabel dan Gambar

Tabel ditulis dalam halaman terpisah setelah halaman terakhir dari naskah. Di dalam naskah cantumkan nomor dan judul tabel pada paragraf dimana tabel tersebut akan ditempatkan.

Contoh pada naskah:

…...Sifat fisik bahan pada masing-masing kadar air ditunjukkan pada Tabel 1.

[Tabel 1. Berat jenis lada berdasarkan kadar air]

Contoh pada halaman tabel:

Tabel 1. Berat jenis lada berdasarkan kadar air

Gambar dibuat hitam putih (B/W) atau greyscale dalam lembaran terpisah pada halaman terakhir setelah halaman tabel. Apabila ukurannya besar, gambar dapat disimpan dalam file terpisah yang lain(*.jpg, *.gif,*.wmf atau *.emf). Di dalam naskah

cantumkan nomor dan nama gambar pada paragraf dimana gambar tersebut akan diletakkan.

Contoh pada naskah:

…..(paragraf sebelumnya)

[Gambar 1. Perubahan suhu dengan waktu proses pengendalian]

…..(paragraf sesudahnya)

7. Daftar Pustaka

Daftar pustaka mencantumkan pustaka-pustaka bermutu (primer, mutakhir dan relevan) yang dirujuk saja. Pustaka diketik berdasarkan urutan alfabet dari nama akhir (nama keluarga) penulis pertama dan tahun. Apabila terdapat beberapa pustaka yang ditulis yang sama, tambahkan huruf ‘a’,’b’ dan seterusnya di belakang tahun. Pustaka dari internet hanya boleh dilakukan bila berasal dari lembaga yang resmi.

Berikut beberapa contoh penulisan pustaka : Jurnal :

Suhardiyanto, H., M.M. Fuad dan Y. Widiningrum.2007. Analisis pindah panas pada pendinginan dalam tanah untuk sistem hidroponik. Jurnal Keteknikan Pertanian Vol.21 (4):355-362.

Prosiding :

Fukuda, T.,Y. Nakano, Kuroda, S. Takeuchi, B.I.Setiawan, A. Sapei and F. Nurrochmad.2001. Water manajemen and water quality of paddyarea in Cidanau watershed at West Java. Proceedings of the 1st Seminar: Toward Harmonization

between Development and Environmental Conservation in Biological Production, Tokyo, February 21-23, 2001. p 201-205.

Buku :

Morga, R.P.C.1996. Soil Erosion and Conservation. 2ndEd. Longman. Harlow

Bab dalam buku :

Howell, T.A., F.K. Alijiburi, H.M. Gitlin, I. Pai Wu, A.W.Warrick dan P.A.C. Raats. 1980. Design and operation of trickle (drip) irrigation, in Jensen, M.E.(Ed.). Design and Operation of Farm Irrigation System. ASAE. Michigan. p 663-717.

Skripsi/Tesisi/Disertasi :

Arifanto, T. 2002. Teknik perbaikan filter fisik dan filter kimia pada sistem resirkulasi pembenihan ikan patin. (Skripsi). Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.

(11)

FORMULIR PEMESANAN JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN

1

Kepada Yth.

Sekertariat Jurnal Keteknikan Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 Tel: 0251-8624691 ; Fax: 0251-8623026

Email: [email protected] & [email protected]; Website: http://web.ipb.ac.id/~jtep/ Bersama ini, saya

Nama Alamat Telp. HP Email

1. Memesan Jurnal Keteknikan Pertanian: (Harga Rp 40.000,- per eksemplar, belum termasuk ongkos

kemas dan kirim)

Vol/No/Tahun Jumlah

2. Memesan re-prints Jurnal Keteknikan Pertanian: (Harga Per set (10 eksemplar) Rp 50.000,- belum

termasuk ongkos kemas dan kirim)

Judul

Penulis Vol/No/Tahun Jumlah

3. Berlangganan Jurnal Keteknikan Pertanian: (Harga Rp 70.000,- belum termasuk ongkos kemas dan

kirim)

Mulai Tahun Sampai Tahun Jumlah

Pembayaran kami lakukan melalui wesel pos ke alamat redaksi/transfer, ke Rekening No.0595-01003461-50-9, BRI KPC IPB, a/n Jurnal Keteknikan Pertanian2. Bersama ini disampaikan bukti pembayarannya3.

Pemesan,

[ ]

1 Formulir pemesanan ini dapat di-download di http://web.ipb.ac.id/`jtep/ 2 Coret yang salah satu

Gambar

Tabel 2   Hasil  pengujian  mortalitas  telur  pada  air  bersuhu  46.0-46.5  ºC  dengan  beberapa  lama  perendaman
Gambar 1. Perkembangan suhu buah belimbing selama proses VHT
Gambar 3. Nilai susut bobot (%) pada perlakuan VHT suhu 5ºC, 15ºC dan  suhu ruang (28-30 ºC) selama  penyimpanan
Tabel  ditulis  dalam  halaman  terpisah  setelah  halaman  terakhir  dari  naskah.  Di  dalam  naskah  cantumkan  nomor  dan  judul  tabel  pada  paragraf  dimana tabel tersebut akan ditempatkan.

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang berjudul ”Penggunaan

Siklus diurnal curah hujan di atas lautan (Gambar 3-3 panel kanan) menunjukkan bahwa puncak hujan terjadi pada malam sampai dini hari dan mengalami titik minimum

Dari hasil audit dengan teknik pengujian dokumen, prosedur analitis, dan interviu menunjukkan bahwa pemberian persetujuan tersebut ternyata bukanlah sebuah kelalaian ataupun

Slaich (1982-1983) telah membangun suatu dasar filosofi perancangan yang konsisten pada struktur yang berada di daerah B dan D yaitu perancangan dengan Strut and Tie model.

Agar metode ceramah efektif dan efisien, Wijaya (1992: 63-64) menyarankan guru untuk (1) melakukan kegiatan pendahuluan sebelum bahan baru diberikan, dengan cara:

Permasalahan hukum yang mbul terkait dengan adanya pengaturan dalam UUPK dan POJK LAPS apakah konsumen di bidang jasa dalam menyelesaikan sengketa konsumen di luar

Adanya campuran daging tikus dalam bakso sapi, daging sapi, dan daging tikus dapat dibedakan pada profil spektra FTIR karena metode spektrofotometri FTIR akan

Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 660 responden, untuk tiga kecamatan yang termasuk pada daerah pemilihan (dapil) 2, yaitu Kecamatan Lawang Kidul, Kecamatan Tanjung