• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah BAB III"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN

KEUANGAN DAERAH

3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

Ada berbagai isu yang berkembang saat ini yang perlu dituangkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah ( RKPD ) Kabupaten Donggala, antara lain :

1. Perlunya Upaya Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumberdaya Manusia, indikator ini dapat dilihat pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM Kabupaten Donggala Tahun 2014 sebesar 71,49 naik bila dibanding Tahun 2013 sebesar 71,42, namun masih di bawah IPM Sulawesi Tengah sebesar 72,54. Bila dibandingkan dengan Kabupaten/Kota se Propinsi Sulawesi Tengah, maka IPM Kabupaten Donggala berada diurutan kelima.. Bila dilihat dari Usia Harapan Hidup Kabupaten Donggala Tahun 2014 sebesar 69,00 Tahun, lebih tinggi bila dibandingkan Angka Harapan Hidup Propinsi Sulawesi Tengah sebesar 67,21 Tahun. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Donggala pada Tahun 2014 sebesar 3,84 %, atau tidak mengalami perubahan dari tahun 2013.

2. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Donggala Tahun 2014 sebesar 6,96 % mengalami penurunan dari Tahun 2013 sebesar 9,04 %. Pertumbuhan dan pemerataan dapat dikatakan berjalan seiring dimana pertumbuhan yang dicapai cukup besar sedangkan ketidak merataan rendah. Hal ini ditandai dengan nilai Gini Rasio Kabupaten Donggala sebesar 0,2666 pada Tahun 2010 berada dibawah Gini Rasio Tahun 2000 sebesar 0,3189.

3. Angka kemiskinan Kabupaten Donggala pada Tahun 2014 sebesar 16,02 %, berada diurutan kelima se Propinsi Sulawesi Tengah sebesar 14,32 %,.

4. Pertumbuhan Pendapatan per Kapita dimana pada Tahun 2014 atas dasar harga berlaku meningkat cukup tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Dimana pada Tahun 2013, PDRB perkapita Kabupaten Donggala masih sebesar Rp.20.432.000, maka pada Tahun 2014 menjadi Rp. 22.579.184 atau meningkat sebesar 10,51%. Jika dihitung atas dasar harga konstan tahun 2000, nilai ini pun meningkat sebesar 5,53% , yaitu dari Rp. 7.638.000 pada Tahun 2013 menjadi Rp. 8.060.703 pada Tahun 2014.

Melihat kondisi diatas, maka kebijakan ekonomi makro Kabupaten Donggala Tahun 2016, diarahkan untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan distribusi pendapatan untuk mengurangi angka kemiskinan, pengangguran, memperluas lapangan kerja dan kesempatan kerja. Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi tersebut, peran masyarakat dan swasta akan lebih digalakkan dalam mendukung kebijakan ekonomi makro daerah serta stabilitas ekonomi daerah sehingga tetap terjaga. Untuk itu pertumbuhan ekonomi didorong lebih maksimal terutama diarahkan pada upaya perbaikan infrastruktur perekonomian, meningkatkan investasi, mendorong perdagangan dan meningkatkan daya saing UKM, industri pengolahan serta industri rumah tangga.

(2)

tumbuhnya ekonomi pedesaan. Disamping itu perlu memperluas cakupan program pembangunan berbasis kerakyatan dan berusaha meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar.

Dengan arah kebijakan ekonomi makro diatas serta memperhatikan kondisi yang telah dicapai, maka sasaran ekonomi makro Tahun 2016, antara lain : pertumbuhan ekonomi yang akan dicapai sebesar 9 % dengan laju inflasi diproyeksikan sebesar 6 %. Pendapatan perkapita masyarakat atas harga berlaku ditargetkan sebesar Rp. 24.470.000,- atau mengalami kenaikan sebesar Rp. 1.890.816,-; atau setiap tahunnya sebesar Rp. 945.408 dari pendapatan perkapita Tahun 2014 sebesar Rp. 22.579.184,- atau dalam persentase setiap tahunnya sebesar 4,19 %. Sedangkan angka kemiskinan Tahun 2016 ditargetkan sebesar 14,02 %, turun dari angka kemiskinan Tahun 2014 sebesar 16,02 %, atau rata-rata pertahun turun sebesar 1,00 %

3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah

Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan yang tidak termasuk urusan pemerintah pusat yang ditetapkan dalam undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Tujuan pemberian otonomi daerah adalah untuk memungkinkan daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan bagi pelayanan masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sementara itu, UU Nomor 33 Tahun 2004 mengatur perimbangan keuangan Pusat dan Daerah, termasuk di dalamnya mengatur pemberian sumber-sumber Penerimaan Daerah, agar mampu membiayai kewenangan-kewenangan yang telah diserahkan kepadanya. Penyelenggaraan pemerintahan dan pengelolaan keuangan daerah tersebut harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, efisien dan efektif, partisipasi masyarakat, dan pertanggungjawaban kepada masyarakat.

Berdasarkan Permendagri nomor 13 Tahun 2006 yang telah diubah 2 kali, terakhir Permendagri Nomor 21 tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Permendagri nomor 13 tahun 2006, bahwa pengelolaan keuangan daerah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu manajemen penerimaan daerah, manajemen pengeluaran daerah dan Manajemen Pembiayaan. Ketiga komponen tersebut sangat menentukan kedudukan suatu pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan otonomi daerah. Konsekuensi logis pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004 menyebabkan perubahan dalam manajemen keuangan daerah. Perubahan tersebut antara lain adalah perlunya dilakukan reformasi anggaran (budgeting reform).

Reformasi anggaran dengan pendekatan New Publik Management meliputi proses penyusunan, pengesahan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran. Aspek utama budgeting reform adalah perubahan dari anggaran tradisional (traditional budget) ke anggaran berbasis kinerja (performance budget).

Secara lebih spesifik, paradigma anggaran daerah yang diperlukan di era otonomi daerah saat ini adalah sebagai berikut:

1. Anggaran Daerah harus bertumpu pada kepentingan publik;

(3)

3. Anggaran Daerah harus mampu memberikan transparansi dan akuntabilitas secara rasional untuk keseluruhan siklus anggaran;

4. Anggaran Daerah harus dikelola dengan pendekatan kinerja (performance oriented) untuk seluruh jenis pengeluaran maupun pendapatan;

5. Anggaran Daerah harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap organisasi yang terkait.

Anggaran Pemerintah Daerah merupakan dokumen formal hasil kesepakatan antara eksekutif dan legislatif tentang belanja yang ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan Pemerintah Daerah dan Pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan belanja tersebut, serta pembiayaan yang diperlukan bila diperkirakan akan terjadi defisit atau surplus. Dengan demikian fungsi anggaran dilingkungan pemerintah daerah mempunyai pengaruh penting dalam pelaporan keuangan antara lain:

 Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik;

 Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara belanja, pendapatan dan pembiayaan yang diinginkan;

 Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum;

 Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah daerah.

Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Donggala didasarkan pada berbagai peraturan perundang-undangan sebagai landasan utama kebijakan umum pemerintah. Adapun peraturan perundang-undangan tersebut yaitu :

 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar akuntansi Pemerintah;

 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan;

 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

 Peraturan Daerah Nomor 48 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Donggala.

 Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Daerah Kabupaten Donggala.

 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

(4)

 Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 900/316/BAKD T.A. 2007 tentang Pedoman Sistem dan Prosedur Penatausahaan dan Akuntansi, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

Pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun 2016 disusun sesuai dengan kebutuhan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan serta pelayanan kepada masyarakat dengan mempertimbangkan kemampuan pendapatan daerah, berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2016 yang selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2014- 2019.

Semua penerimaan dan pengeluaran daerah baik dalam bentuk uang, barang dan jasa dianggarkan secara bruto dalam APBD. Jumlah pendapatan yang dianggarkan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dapat dicapai. Sebagaimana diketahui bahwa Struktur APBD menurut Permendagri 13 tahun 2006 terdiri atas Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan yang meliputi:

 Pendapatan daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah;

 Belanja daerah terdiri atas Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung;

 Pembiayaan daerah terdiri atas penerimaan pembiayaan dan Pengeluaran pembiayaan.

3.2.1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah

Selain berpedoman pada berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana diuraikan di atas, khusus mengenai pengelolaan pendapatan daerah pada tahun 2012, Pemerintah Kabupaten Donggala juga mengacu pada :

o Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; o Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 2010 tentang Penghitungan Dasar

Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut, memberikan arah bagi pemerintah daerah untuk melakukan upaya-upaya menggali berbagai potensi sumberdaya penerimaan secara optimal agar dapat menjamin pembebanan belanja bagi pembangunan daerah.

Desentralisasi fiskal sebagaimana yang diisyaratkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 bermakna bahwa Daerah diberikan kewenangan untuk memanfaatkan sumber keuangan sendiri dan didukung dengan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, kewenangan untuk memanfaatkan sumber keuangan sendiri dilakukan melalui pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

(5)

Tabel 3.1

Realisasi dan Proyeksi / Target Pendapatan Kabupaten Donggala

Tahun 2014 s.d Tahun 2017

No. Uraian

Jumlah

Realisasi Tahun Proyeksi/Target Proyeksi/Target Tahun 2014 Berjalan 2015 pada Tahun 2016 pada Tahun 2017

1 2 3 4 5 6

1 PENDAPATAN 842.649.642.693,36 932.351.643.196,00 912.490.467.274,64 958.114.990.638,37

1 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 46.637.275.402,36 55.377.269.731,00 50.886.022.055,26 53.430.323.158,02

1 1. 1 Hasil Pajak Daerah 21.688.111.223,56 24.088.056.000,00 20.847.808.647,81 21.890.199.080,20

1 1. 2 Hasil Retribusi Daerah 8.255.959.686,00 2.596.000.000,00 18.110.212.166,37 19.015.722.774,69

1 1. 3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 1.273.397.902,94 1.273.397.903,00 1.507.041.747,98 1.582.393.835,38

1 1. 4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 15.419.806.589,86 27.419.815.828,00 10.420.959.493,11 10.942.007.467,76

1 2 DANA PERIMBANGAN 661.470.140.292,00 725.973.848.750,00 731.504.775.270,25 768.080.014.033,76

1 2. 1 Dana Bagi hasil pajak/Bagi hasil Bukan Pajak 24.448.490.292,00 30.964.647.750,00 23.997.473.700,78 25.197.347.385,82

1 2. 2 Dana Alokasi Umum 573.670.222.000,00 604.513.881.000,00 633.906.841.520,24 665.602.183.596,25

1 2. 3 Dana Alokasi Khusus 63.351.428.000,00 90.495.320.000,00 73.600.460.049,22 77.280.483.051,68

1 3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 134.542.226.999,00 151.000.524.715,00 130.099.669.949,13 136.604.653.446,59

1 3. 1 Pendapatan Hibah 2.325.905.000,00 4.494.152.901,00 4.316.660.061,26 4.532.493.064,32

1 3. 2 Dana Darurat 0,00 0,00 0,00 0,00

1 3. 3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah

lainnya 18.505.254.374,00 22.036.687.050,00 23.191.035.377,58 24.350.587.146,45 1 3. 4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 102.838.777.000,00 124.469.684.764,00 92.867.955.359,8 97.511.353.127,70

1 3. 5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 10.872.290.625,00 0,00 9.724.019.150,5 10.210.220.108,10

JUMLAH PENDAPATAN DAERAH

(1.1 + 1.2 + 1.3) 842.649.642.693,36 932.351.643.196,00 912.490.467.274,64 958.114.990.638,37

(6)

3.2.1.1 Pendapatan Asli Daerah

Dari tabel diatas menunjukan bahwa realisasi pendapatan asli daerah pada Tahun 2014 adalah sebesar Rp. 46.637.275.402,36. Untuk rencana Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Donggala sampai tahun 2017 sebesar Rp. 53.430.323.158 atau akan terjadi peningkatan rata pertahun sebesar 4,86%.

Dalam usaha meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Donggala sebagai salah satu sumber pembebanan belanja daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, telah dilakukan berbagai upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pengelolaan pendapatan daerah Kabupaten Donggala, diantaranya melalui intensifikasi dan ekstensifikasi sektor pajak dan retribusi daerah yang memberikan kontribusi cukup besar dalam penerimaan PAD di Kabupaten Donggala antara lain adalah :

1. Mengoptimalkan pendataan objek-objek pajak dan retribusi baru.

2. Meningkatkan intensitas penagihan pajak dan retribusi daerah kepada wajib pajak dan wajib retribusi daerah.

3. Mengintensifkan pengawasan dan pengendalian kepada Petugas pemungut dalam penagihan Pajak dan Retribusi Daerah.

4. Meningkatkan kualitas dan Kuantitas Sumberdaya Aparatur

5. Pemberian penghargaan (reward) kepada petugas pemungut, pemerintah kecamatan dan desa yang target pajak dan retribusinya terpenuhi dan memberikan sanksi (Punishment) kepada petugas pemungut, pemerintah kecamatan dan desa yang tidak mencapai target. 6. Reformasi Pelayanan Publik dalam bidang pengelolaan pendapatan daerah

Di sisi lain, dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah, daerah dilarang : a. Menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya

tinggi, dan

b. Menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas penduduk, lalulintas barang dan jasa, antardaerah, dan kegiatan impor/ekspor .

3.2.1.2.Dana Perimbangan

Dana Perimbangan terdiri dari 3 (tiga) komponen yang terdiri dari : Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak.

(a). Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

(b). Dana Alokasi Khusus.

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah alokasi dari anggaran pendapatan dan belanja negara kepada Provinsi/Kabupaten/Kota tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan pemerintahan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

(c). Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak

Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak adalah realisasi penerimaan Dana Perimbangan dari sektor Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak.

(7)

Donggala sampai tahun 2017 sebesar Rp. 768.080.014.033,76 atau akan terjadi peningkatan rata pertahun sebesar5,37%.

3.2.1.3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Penerimaan dari lain-lain pendapatan Daerah yang sah merupakan pendapatan yang diterima dari Pemerintah Pusat dalam bentuk Pendapatan lain-lain. Secara umum Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah bersumber dari 1). Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi; 2). Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus; 3). Bantuan Keuangan dari Propinsi dan 4). Pendapatan Hibah.

Dari tabel diatas menunjukan bahwa realisasi pendapatan daerah yang sah pada Tahun 2014 adalah sebesar Rp. 134.542.226.999,00. Untuk rencana pendapatan daerah yang sah Kabupaten Donggala sampai tahun 2017 sebesar Rp. 136.604.653.446,59 atau akan terjadi peningkatan rata pertahun sebesar 0,51 %.

3.2.2. Arah Kebijakan Belanja Daerah

Kebijakan pengelolaan keuangan daerah tidak terlepas dari kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang dilakukan dengan menekankan pada prinsip money follow function sebagai konsekuensi hubungan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Terbitnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, memberikan warna baru sebagai landasan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Pengelolaan keuangan daerah berdasarkan pada kedua Undang-Undang tersebut, lebih-lebih dengan adanya Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pada prisipnya bertumpu pada upaya peningkatan efisiensi, efektifitas, akuntabilitas, dan transparansi pengelolaan keuangan publik baik dari sisi pendapatan maupun belanja.

Inti perubahan yang akan dilakukan antara lain mempertajam esensi pengelolaan keuangan daerah dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah yang menyangkut penjabaran terhadap hak dan kewajiban daerah dalam mengelola keuangan publik, meliputi mekanisme penyusunan, pelaksanaan dan penatausahaan, pengendalian dan pengawasan, serta pertanggungjawaban keuangan daerah.

Dalam pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Donggala dilandaskan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu :

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

(8)

1. Asas Tahunan; 9. Pemeriksaan keuangan yang bebas dan mandiri.

Pengelolaan keuangan daerah meliputi seluruh kegiatan perencanaan, penguasaan, penggunaan, pengawasan dan pertanggung jawaban. Keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

Dengan memperhatikan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, pengelolaan keuangan daerah dapat dibagi menjadi :

1. Penyusunan dan penetapan APBD

Anggaran sebagai perencanaan dan perwujudan pengelolaan keuangan daerah merupakan alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Penyusunan dan penetapan APBD dimaksudkan sebagai pedoman tercapainya tujuan penyelenggaraan pemerintahan. APBD sebagai instrumen kebijakan ekonomi, berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka pencapaian tujuan.

2. Pelaksanaan APBD

Pelaksanaan APBD merupakan tindak lanjut dari Rancangan APBD yang ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. Realisasi pelaksanaan APBD selama semester pertama harus dilaporkan dan dibuat prognosis untuk pelaksanaan semester selanjutnya. Perubahan dan penyesuaian dalam pelaksanaan APBD dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut : perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum daerah, keadaan yang mengharuskan terjadinya pergeseran anggaran, serta keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih Tahun sebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan anggaran berjalan.

3. Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD

Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD disampaikan dalam bentuk Laporan Keuangan yang sekurang-kurangnya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan tersebut merupakan salah satu upaya konkrit pemerintah daerah dalam mewujudkan asas transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah. Laporan keuangan disusun dan disajikan tepat waktu dengan bentuk dan isi yang sesuai standar akuntansi pemerintahan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Laporan Keuangan sebagai perwujudan akuntabilitas, diaudit oleh lembaga independen (dalam hal ini adalah BPK) sebelum disampaikan kepada DPRD dan pihak yang memerlukan.

Dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Donggala masih dijumpai kendala-kendala sebagai berikut :

1. Peraturan pemerintah sebagai tindak lanjut pelaksanaan Undang-Undang belum seluruhnya diterbitkan;

(9)

4. Belum optimalnya sinkronisasi jadwal penyusunan antara APBN, APBD Propinsi, dan APBD Kabupaten;

5. Adanya dana dari pusat yang langsung diberikan kepada berbagai instansi, sementara pemerintah Kabupaten tidak diberitahu berapa alokasi dana yang diberikan maupun peruntukannya;

6. Keuangan daerah masih sangat bergantung pada Pemerintah Pusat dengan prosentase PAD sangat kecil terhadap APBD.

Dengan melihat kendala di atas Pemerintah Daerah Kabupaten Donggala melakukan upaya-upaya sebagai berikut :

1. Melakukan modifikasi dan penyesuaian dengan peraturan yang baru;

2. Membentuk kerjasama dengan instansi terkait untuk mengadakan pelatihan pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah;

3. Mengikuti pelatihan dan workshop mengenai perkembangan peraturan pengelolaan keuangan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat maupun lembaga keuangan lainnya;

4. Mengupayakan adanya informasi sedini mungkin dari Pemerintah Pusat agar prediksi penerimaan daerah yang masuk ke dalam APBD makin realistis;

5. Meningkatkan koordinasi antar instansi (SKPD) untuk memonitor dan melaporkan pengelolaan keuangan yang menjadi tanggungjawabnya.

Berdasarkan data yang ada, dalam lima Tahun terakhir terlihat bahwa belanja daerah Kabupaten Donggala mengalami kenaikan dari Tahun ke Tahun, seperti tabel 3.2

Tabel 3.2

Realisasi dan Proyeksi Belanja Daerah Kabupaten Donggala

Tahun 2014 s.d Tahun 2017

No. Uraian

Jumlah

Realisasi Tahun Proyeksi/Target Proyeksi/Target Tahun 2014 Berjalan 2015 pada Tahun 2016 pada Tahun 2017

1 2 3 4 5 6

2 BELANJA 797.770.532.655,40 845.240.563.000,00 887.592.267.547,98 928.831.700.535,59

2 1. BELANJA TIDAK LANGSUNG 422.606.512.994,00 448.373.455.000,00 460.822.341.744,86 480.723.971.442,32

2 1. 1 Belanja Pegawai 378.642.185.076,00 457.394.155.799,00 430.793.888.040,97 449.855.580.703,95 2 1. 2 Belanja Bunga 15.035.609.000,00 0,00

2 1. 3 Belanja Hibah 7.075.402.000,00 5.668.950.000,00 15.926.489.639,81 16.631.202.169,73 2 1. 4 Belanja Bantuan Sosial 1.439.322.180,00 9.759.668.000,00 6.572.606.226,51 6.863.429.758,04 2 1. 5 Belanja Bagi Hasil kepada

Provinsi/Kabupaten/Kota dan

Pemerintah Desa 24.193.297.124,00 2.400.953.400,00 1.608.226.243,37 1.679.386.757,10 2 1. 6 Belanja Bantuan Keuangan kepada

Provinsi/Kabupaten/Kota dan

Pemerintah Desa 2.575.630.000,00 75.643.370.639,00 24.214.535.048,28 25.285.975.562,83 2 1. 7 Belanja Tidak Terduga 378.642.185.076,00 1.250.000.000,00 1.608.226.243,37 1.679.386.757,10

2 1. 8 Belanja Bantuan Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00

JUMLAH BELANJA TIDAK

(10)

No. Uraian

Jumlah

Realisasi Tahun Proyeksi/Target Proyeksi/Target Tahun 2014 Berjalan 2015 pada Tahun 2016 pada Tahun 2017

1 2 3 4 5 6

2 2. BELANJA LANGSUNG

375.164.019.661,40 396.867.108.000,00 448.107.729.093,27 448.107.729.093,27 5 2. 1 Belanja Pegawai 37.928.778.250,00 44.855.365.000,00 44.121.733.181,83 46.327.819.840,92 5 2. 2 Belanja Barang dan Jasa 176.422.385.686,00 196.523.789.769,00 197.197.329.606,73 207.057.196.087,07

5 2. 3 Belanja Modal 183.888.922.003,00 170.681.019.925,00 206.788.666.304,72 217.128.099.619,96

JUMLAH BELANJA LANGSUNG 398.240.085.939,00 412.060.174.694,00 448.107.729.093,27 470.513.115.547,94

TOTAL JUMLAH BELANJA 827.201.531.319,00 964.177.272.532,00 928.831.700.535,59 972.508.077.256,69

Sumber : DPPKAD Kabupaten Donggala

Bila dilihat komposisi masing – masing antara belanja langsung dan belanja tidak langsung sebagai berikut : Pada Tahun 2014 belanja tidak langsung sebesar 51,86 % dan belanja langsung sebesar 48,14 % , pada Tahun 2015 belanja tidak langsung sebesar 57,26 % dan belanja langsung sebesar 42,74% .

Dari tabel diatas menunjukan bahwa realisasi belanja pada Tahun 2014 adalah sebesar Rp. 827.201.531.319,00. Untuk rencana belanja Kabupaten Donggala sampai tahun 2017 sebesar Rp. 972.508.077.256,00 atau akan terjadi peningkatan rata-rata pertahun sebesar 5,86 %. Secara rinci, perbandingan antara belanja tidak langsung dan belanja langsung antara tahun 2014 sampai dengan tahun 2017 terjadi peningkatan untuk belanja langsung yaitu Tahun 2014 belanja tidak langsung sebesar 51,86 % dan belanja langsung sebesar 48,14 %, sedangkan pada Tahun 2017 belanja tidak langsung sebesar 51,62 % dan belanja langsung sebesar 48,38 %.

3.2.3 Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah

Arah kebijakan pembiayaan daerah mulai Tahun 2014 sampai 2017 seperti pada tabel 3.2 :

Tabel 3.3

Realisasi dan Proyeksi / Target Pembiayaan Daerah Tahun 2014 s.d Tahun 2017

No. Uraian

JUMLAH

Realisasi Tahun Proyeksi/Target Proyeksi/Target Tahun 2014 Berjalan 2015 pada Tahun 2016 pada Tahun 2017

1 2 3 4 5 6

3 PEMBIAYAAN DAERAH 32.079.250.423,40 28.186.633.000,00 26.981.399.286,98 25.068.905.260,5

3 1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 29.079.250.423,40 23.822.797.000,00 22.617.563.286,98 20.705.069.260,95

3 1. 1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran

Tahun Anggaran Sebelumnya 48.271.870.250,51 33.825.629.336,00 20.705.069.260,95 18.756.922.618,32

JUMLAH PENERIMAAN

PEMBIAYAAN DAERAH 48.271.870.250,51 33.825.629.336,00 20.705.069.260,95 18.756.922.618,32

(11)

No. Uraian

JUMLAH

Realisasi Tahun Proyeksi/Target Proyeksi/Target Tahun 2014 Berjalan 2015 pada Tahun 2016 pada Tahun 2017

1 2 3 4 5 6

3 2. 1 Penyertaan Modal (Investasi)

Pemerintah Daerah 4.363.836.000,00 2.000.000.000,00 4.363.836.000,00 4.363.836.000,00 3 2. 2 Pembayaran Hutang kepada Pihak

Ketiga

0,00 0,00 0,00 0,00

JUMLAH PENGELUARAN

PEMBIAYAAN DAERAH 4.363.836.000,00 2.000.000.000,00 4.363.836.000,00 4.363.836.000,00

PEMBIAYAAN NETTO 43.908.034.250,51 31.825.629.336,00 16.341.233.260,95 14.393.086.618,32

Sumber : DPPKAD dan RPJMD Kabupaten Donggala Tahun 2014 – 2019

3.2.3.1 Arah Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah

Anggaran berbasis kinerja memungkinkan penyusunan APBD defisit maupun surplus. Defisit terjadi ketika pendapatan lebih kecil dibandingkan dengan belanja. Sedangkan surplus terjadi ketika pendapatan lebih besar dibanding dengan belanja. Untuk menutup defisit dan untuk menyalurkan surplus anggaran dibutuhkan pembiayaan. APBD Tahun Anggaran 2014– 2019 diproyeksikan akan mengalami defisit kurun waktu 5 (lima) Tahun mendatang akibat adanya upaya untuk mempercepat pembangunan daerah dan pencapaian visi dan Misi Kabupaten Donggala, sehingga diperlukan alternatif pembiayaan pembangunan daerah :

(a). Pinjaman Daerah

Otonomi daerah sebagai suatu cita-cita pemerintah dan bangsa Indonesia pada era reformasi ini diharapkan dapat memberi spirit bagi pemerintah daerah untuk aktif dan membenahi diri dengan melaksanakan pembangunan, baik pembangunan fisik maupun pembangunan sumber daya manusia. Pembangunan fisik dapat berupa sarana dan prasarana daerah yang menyangkut infrastruktur sosial seperti jalan dan jembatan, pelabuhan, rumah sakit, puskesmas, sekolah, ekonomi seperti pasar, terminal / area industri, dan infrastruktur yang dibangun dikhususkan untuk pelayanan kepada masyarakat.

Untuk dapat melaksanakan pembangunan tersebut tentu diperlukan dana tidak sedikit. Suatu daerah yang tidak memiliki dana yang cukup/ memadai tentu memerlukan tambahan dari pihak lain, agar program pembangunan yang telah direncanakan tersebut dapat terlaksana. Pihak lain yang dimaksud tersebut adalah lembaga perbankan, pemerintah pusat, atau pihak asing yang peduli dengan program pembangunan suatu daerah. Dalam hubungan ini pemerintah daerah dapat melakukan suatu kegiatan yang dikenal dengan nama “pinjaman daerah”.

Peraturan mengenai pinjaman daerah ini selengkapnya dapat dilihat pada UU 17/2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah pasal 49 perihal batasan pinjaman, PP 107/2000 tentang Pinjaman Daerah dan KMKR No. 35/ KMK.07/ 2003 tentang Perencanaan, Pelaksanaan/ Penatausahaan, penerusan Pinjaman Luar Negeri Pemerintah Kepada Daerah.

(12)

a. Syarat pinjaman hendaknya dengan bunga lunak dan ada masa tenggang

b. Tunjuan pinjaman, hendaknya mempunyai multiplier effect yang besar dan cost recovery;

c. Sumber dana pinjaman dari pihak lain yang tidak mempunyai persyaratan politik; d. Tata cara pengesahan pinjaman tidak berbelit-belit, sehingga akan mengakibatkan biaya

yang mahal/ kebocoran yang mengakibatkan kerugian bagi peminjam; dan e. Pengawasan yang efektif dan efisien.

(b). Memperluas Kemitraan

Kemitraan dengan swasta sudah merupakan tuntutan jaman sekarang ini, karena peranan pemerintah seharusnya makin lama makin “berkurang”, sementara peranan swasta semakin meningkat terutama dalam sektor perekonomian. Prinsip kerjasama (kemitraan) yang saling menguntungkan bagi pemerintahan, swasta dan masyarakat dilaksanakan melalui langkah-langkah:

a. Perumusan model-model kemitraan yang paling tepat dilakukan;

b. Perumusan kriteria mitra yang potensial sebagai mitra pemerintah propinsi;

c. Terciptanya model-model kerjasama antara pemerintah dengan swasta, pemerintah dengan masyarakat, dan antar swasta dengan masyarakat dalam kegiatan usaha ekonomi, penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana pelayana

Banyak pendekatan yang dapat diterapkan dalam rangka meningkatkan kemitraan pemerintah-swasta, namun tidak semua jenis prasarana dan sarana dapat dikerjasamakan, ada bagian-bagian tertentu yang memungkinkan dapat dilakukan. Bagaimanapun, calon investor hanya mau diukur dengan kriteria financial atau ekonomi, seperti Benefit Cost Ratio (BCR), Net %t Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Pay Back Period. Oleh karena itu, dimasa mendatang dituntut adanya kemampuan aparat atau pejabat pemerintah daerah untuk memberikan kondisi yang kondusif bagi swasta untuk mengadakan kemitraan di bidang penyediaan pelayanan jasa bagi masyarakat.

Bentuk kerjasama dapat dilakukan dengan cara (Permendagri No. 4 Tahun 1990) :

a) Kerjasama manajemen, kerjasama operasional, pembagian keuntungan, kerjasama patu ngan (Joint venture), kerjasama pem biayaan, kerjasama pembagian hasil produksi

b) Kontrak manajemen, kontrak produksi, kontrak bagi hasil usaha dan kontrak bagi tempat usaha

c) Pembelian saham, obligasi dari perseroan terbatas (PT) yang telah yang telah berbadan hukum dan mempunyai prospek baik

d) Keagenan, pemakaian dan penyaluran

e) Penjualan saham, obligasi dan memasyarakatkan saham, obligasi (go public) f) Kerjasama bantuan teknik dalam maupun luar negeri

g) Gabungan dari 2 atau lebih bentuk-bentuk kerjasama di atas. (c) Mengembangkan Privatisasi/Swastanisasi

Untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dengan meletakkan sektor swasta sebagai “the engine of growth” dan m

(13)

a. Penyusunan kriteria privatisasi secar b. a transparan

c. Mengidentifikasi jenis-jenis pelayanan yang dikerjakan oleh pemerintah dan jenis pekerjaan yang dapat dilimpahkan pada swasta

d. Meningkatkan dan memperluas keikut sertaan peran swasta untuk membangun prasarana dan sarana pelayanan.

Privatisasi yang dapat dikembangkan antar lain dalam Pengelolaan Terminal, Swalayan, Persampahan, Air Bersih dan Tempat Pariwisata/ Rekreasi dan lain sebagainya yang dapat sepenuhnya dilakukan oleh pihak swasta yang difasilitasi pemerintah daerah.

Untuk mendukung kegiatan dalam menunjang sektor swasta dalam pembangunan diperlukan diperlukan langkah-langkah antara lain :

a. Pemerintah Kabupaten Donggala membuat sistem peraturan perundangan (yang berkaitan dengan pemberian izin-izin usaha, lokasi, investasi) yang konsisten, mudah dilaksanakan, dan terbuka ;

b. Membenahi kualitas pelayanan di lingkungan organisasi pemerintah dengan menetapkan standar pelayanan dengan prinsip: kesederhanaan dan ketepatan waktu, kejelasan dan kepastian, keterbukaan dan penuh informasi, ekonomis dan efesiensi prosedur, keadilan dan keamanan ;

c. Membentuk Unit Pelayanan Umum dan Perizinan Terpadu (pelayanan dalam satu atap) ; d. Peningkatan kinerja birokrasi : penerapan inovasi berupa perampingan birokrasi

yang disesuaikan dengan PP 41 Tahun 2007, peningkatan SDM, profesionalitas aparatur ; e. Database yang up to date mengenai kebijakan dan peta potensi daerah yang berkaitan

dengan perubahan wilayah akibat pemekaran sehingga diperlukan data kawasan, sarana prasarana, kegiatan yang akan dilakukan privatisasi atau kerjasama dan siap untuk diakses oleh masyarakat.

3.2.3.2 Arah Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Daerah

Untuk pengeluaran pembiayaan diprioritaskan pada pengeluaran yang bersifat wajib, antara lain untuk belanja penyertaan modal untuk memfungsikan PERUSDA Kabupaten Donggala yang pada lima Tahun sebebelumnya belum bergerak didalam memberikan kontribusi dalam pembangunan daerah, sehingga usaha PERUSDA yang yang diinvestasikan adalah usaha yang berorientasi pada keuntungan dan bertujuan untuk meningkatkan kepada masyarakat Kabupaten Donggala saat ini dan dimasa yang akan datang.

Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan strategi pembiayaan dimaksud, maka kebijakan pembiayaan pembangunan diarahkan untuk :

1. Mengutamakan alokasi pada kegiatan pembangunan yang efektif dalam mencapai indikator sasaran pembangunan yang telah ditetapkan, dalam kaitan ini penyediaan pelayanan dan investasi pemerintah lebih diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang benar-benar menjadi tugas pemerintah yang bersifat stimulan, dan untuk swasta/masyarakat didorong melalui kerangka regulasi yang kondusif;

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Sethuraman justru mengukuhkan argumentasi ini karena dia mencatat bahwa “… (m)eskipun sebagian kaum migran dalam sektor informal adalah penganggur atau tidak termasuk dalam

Pejabat Pengadaan pada Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2014, telah melaksanakan Proses Evaluasi Kualifikasi

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan hasil belajar mahasiswa pada perkuliahan mata kuliah

As for implication for Civic Education is there is realization of civic virtue which is owned by PT Timah in implementing corporate social responsibility to make

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen penelitian dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai instrumen atau pengumpul data penelitian

Penggunaan metode Activity Based Costing dalam perhitungan harga pokok kamar akan menghasilkan harga pokok kamar yang akurat, karena biaya-biaya yang terjadi

HCR yg gunakan pendekatan interpretif fokus pd budaya dg coba lihat budaya mll mata orang2 yg dikaji, rekonstruksi kehidupan orang2 dikaji & teliti individu atau kelompok

Penemuan 9 tema dalam penelitian ini berdasarkan analisis tentang kedekatan ibu dengan anak perempuan dan anak laki-laki, yaitu sifat ibu yang baik hati dan sabar,