• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Perilaku Kepuasan Peserta BPJS dalam Pemanfaatan Layanan Kesehatan Di Puskesmas Singkil Utara Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2016 Chapter III IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Perilaku Kepuasan Peserta BPJS dalam Pemanfaatan Layanan Kesehatan Di Puskesmas Singkil Utara Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2016 Chapter III IV"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey bersifat deskriptifmenggunakan metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk menggambarkan secara kuantitatif mengenai variabel-variabel yang diteliti untuk mengetahui gambaran perilaku kepuasan peserta BPJS dalam pemanfaatan layanan kesehatan di Puskesmas Singkil Utara Kecamatan Singkil Utara Kab. Aceh Singkil tahun 2016 dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Singkil Utara Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil.

3.2.2 Waktu Penelitian

(2)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang menjadi peserta BPJS Kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Singkil Utara Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil dari bulan Januari-Maret 2016 yang berjumlah 2.435 orang baik itu peserta BPJS dalam kategori Penerima Bantuan Iuran (PBI) maupun yang bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) .

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah masyarakat yang menjadi peserta BPJS Kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Singkil Utara dengan kriteria bersedia diwawancarai langsung oleh penulis untuk mengisi kuisioner yang telah disusun oleh penulis dalam penelitian. Jumlah responden yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel sebagai berikut

�= �

�+�(��)

Keterangan :

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

(3)

Perhitungan Besar Sampel :

�= N

1 + N(d2)

= 2435

1 + 2435 (0,12)

� = 2435 25,35

n = 90,05

n = 90 Responden

Jumlah besar sampel dalam penelitian ialah sebanyak 90 orang responden. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodeAccidental Sampling. Pengambilan sampel secara aksidental merupakan cara penarikan sampel yang dilakukan dengan menemui subjek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan peneliti dan dilakukan dengan mengambil responden sesuai dengan jumlah sampel yang sudah ditentukan yang ada atau tersedia di lokasi penelitian sesuai dengan konteks penelitian, menanyakan kebersediaan menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan, apabila bersedia maka orang tersebut dapat dijadikan sebagai sampel atau responden dalam penelitian (Sugiyono, 2008).

(4)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Untuk memperoleh data primer yang diperlukan, teknik yang digunakan adalah pengisian kuesioner melalui wawancara. Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden secara langsung dengan harapan responden akan memberi respon jawaban yang sebenar-benarnya atas pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner.

3.4.2 Data Sekunder

Pengumpulan sumber data sekunder berasal dari studi kepustakaan dan studi literatur yang terkait dengan rumusan permasalahan yang sedang diteliti dalam penelitian yang sedang dilaksanakan.

3.5 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

1. Umur yaitu Jumlah tahun yang dihitung mulai lahir sampai ulang tahun terakhir responden.

2. Jenis kelamin, yaitu karateistik seksual responden yang dibedakan dalam kategori-laki-laki dan perempuan.

3. Pendidikan, yaitu jenis pendidikan formal yang terakhir diselesaikan oleh responden.

(5)

6. Lama memiliki kartu BPJS, yaitu rentang waktu dari responden pertama kali memiliki ksrtu BPJS Kesehatan sampai saat ini.

7. Jenis kartu BPJS yang dimiliki, yaitu jenis kartu BPJS Kesehatan yang dimiliki oleh responden, yang dibedakan menjadi 2 (dua) kategori yaitu BPJS Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan BPJS bukan Penerima Bantuan Iuran (Non PBI)

8. Pengetahuan, yaitu tingkat pengetahuan responden mengenai manfaat BPJS kesehatan untuk memperoleh layanan kesehatan di Puskesmas Singkil Utara.

9. Sikap, yaitu pendapat atau pertanyaan responden mengenai manfaat BPJS kesehatan untuk memperoleh layanan kesehatan di Puskesmas Singkil Utara.

10.Tindakan, yaitu perbuatan nyata responden dalam memanfaatkan BPJS kesehatan untuk memperoleh layanan kesehatan di Puskesmas Singkil Utara.

11.Kepuasan peserta, yaitu penilaian peserta BPJS terhadap kualitas pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas kepada responden yang merupakan peserta BPJS Kesehatan di wilayah kerja Puskesmas tersebut 3.6 Apek Pengukuran

(6)

1. Pengetahuan

Pengetahuan responden dinilai berdasarkan hasil yang diperoleh dari jawaban kuisioner mengenai tingkat pengetahuan responden dengan jumlah 10 (sepuluh) pertanyaan pilihan berganda. Setiap jawaban responden yang benar akan memperoleh nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0, kemudian dijumlah untuk memperoleh nilai total setiap responden (Suprapto, 2001).

Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh, maka pengetahuan responden dapat dikategorikan sebagai berikut (Arikunto, 2006) :

1) Baik : Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75% atau 8-10. 2) Cukup Baik : Jika skor yang diperoleh responden antara 51%-74% atau

5-7.

3) Kurang Baik : Jika skor yang diperoleh responden ≤ 50% atau 0-4. 2. Sikap

(7)

bobot nilai 0. Untuk penilaian sikap negatif responden juga didasarkan pada 4 (empat) pilihan jawaban dari skala Likert , yaitu : SS (Sangat Setuju) dengan bobot nilai 0, S (Setuju) dengan bobot nilai 1, TS (Tidak Setuju) dengan bobot nilai 2, dan STS (Sangat Tidak Setuju) dengan bobot nilai 3. Sehingga didapatkan jumlah nilai maksimal yang dapat diperoleh dari penilaian sikap responden ialah sebanyak 60.

Berdasarkan jawaban tersebut, sikap responden kemudian dikategorikan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu sebagai berikut (Arikunto, 2006) :

1) Baik : Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75% atau 45-60. 2) Cukup Baik : Jika skor yang diperoleh responden antara 51%-74% atau

31-44.

3) Kurang Baik : Jika skor yang diperoleh responden ≤ 50% atau 0-30. 3. Tindakan

Tindakan responden dinilai berdasarkan hasil yang diperoleh dari jawaban kuisioner mengenai tindakan responden dengan jumlah 5 (lima) pertanyaan dengan pilihan “YA” dengan bobot nilai 1 dan “TIDAK” dengan bobot nilai 0, kemudian dijumlah untuk memperoleh nilai total setiap responden (Sugiyono, 2008). Nilai maksimal yang diperoleh responden dalam penilaian tindakan ialah 5.

Berdasarkan jawaban tersebut, tindakan responden kemudian dikategorikan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu sebagai berikut (Arikunto, 2006) :

(8)

2) Cukup Baik : Jika skor yang diperoleh responden antara 51%-74% atau 4-5.

3) Kurang Baik : Jika skor yang diperoleh responden ≤ 50% atau 0-4.

4. Tingkat Kepuasan Responden

Tingkat kepuasan responden terhadap mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas bagi peserta BPJS Kesehatan dinilai berdasarkan hasil yang diperoleh dari jawaban kuisioner mengenai tingkat kepuasan responden dengan jumlah 10 (spuluh) pertanyaan dengan pilihan “YA” dengan bobot nilai 1 dan “TIDAK” dengan bobot nilai 0, kemudian dijumlah untuk memperoleh nilai total setiap responden (Sugiyono, 2008). Nilai maksimal yang diperoleh responden dalam penilaian tindakan ialah 10.

Berdasarkan jawaban tersebut, tingkat kepuasan responden kemudian dikategorikan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu sebagai berikut (Arikunto, 2006) :

1) Puas : Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75% atau 8-10 2) Cukup Puas : Jika skor yang diperoleh responden antara 51%-74% atau

5-7.

3) Kurang Puas : Jika skor yang diperoleh responden ≤ 50% atau 0-4. 3.7 Metode Pengolahan dan Analisa Data

3.7.1 Metode Pengolahan Data

(9)

1. Editing (Pemeriksaan Data)

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban

atas pertanyaan yang diajukan. Apabila terdapat jawaban yang belum lengkap atau terdapat keluhan maka data harus dilengkapi dengan cara wawancara atau menanyakan kembali jawaban pengisian kuisioner kepada responden.

2. Coding (Pemberian Kode)

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual.

3. Entry (Memasukkan Data)

Data yang akan dimasukkan yakni jawaban-jawaban dari masing-masing pertanyaan yang diajukan pada responden dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) yang dimasukkan dalam program atau software statistik komputer. Dalam penelitian ini program statisitik komputer yang dipakai ialah program SPSS (Statistical Product Service Solution.

4. Cleaning (Pembersihan Data)

Cleaning atau pembersihan data yang artinya semua data dari setiap

sumber data atau respon yang telah selesai dimasukkan, perlu diperiksa kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi kembali.

5. Scoring (Pemberian Skors)

Scoring atau pemberian skors ialah pemberian nilai yang dilakukan oleh

(10)

terhadap isian kuisioner dilakukan untuk menyesuiakan dengan statistik uji yang akan dipakai dalam penelitian.

3.7.2 Metode Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan analisa univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel-variabel penelitian yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan hitungan persentasenya. Analisa data dilakukan dengan menggunakan aplikasi statistik komputer yaitu SPSS (Statistic Program System Solution) untuk menggambarkan variabel penelitian yang diteliti untuk

(11)
(12)
(13)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Singkil Utara terletak di jalan Singkil – Rimo Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil. Puskesmas Singkil Utara menjadi salah satu fasilitas layanan kesehatan tingkat dasar bagi peserta BPJS PBI dan Non PBI di wilayah kecamatan Singkil Utara. Adapun batas wilayah kecamatan Singkil Utara ialah :

Adapun batas-batas Kecamatan Singkil adalah sebagai berikut : • Sebelah Utara : Kecamatan Kuala baru

• Sebelah Selatan : Samudera Indonesia • Sebelah Timur : Kecamatan Singkil • Sebelah Barat : Kecamatan Pulau Banyak

(14)

4.2 Gambaran Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini ialah masyarakat yang menjadi peserta BPJS Kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Singkil Utara yang memiliki karakteristik tertentu baik dari segi karakteristik demografis yang berupa umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan, serta karakteristik kepemilikan BPJS kesehatan yang berupa lama menjadi peserta BPJS, jenis kartu BPJS yang dimilki dan pemanfaatan layanan kesehatan di Puskesmas sebagai Peserta BPJS dengan jumlah sampel sebanyak 90 orang. Tabel 4.1 Gambaran Umum Karakteristik Responden

Karakteristik

Responden Jumlah (n) Persentase (%)

Umur

Pelajar/Mahasiswa 12 13,3

Pegawai Negeri Sipil 31 34,4

Wiraswasta 16 17,8

Pegawai/Buruh 31 34,4

(15)

Tingkat Pendapatan

(16)

46 orang (51,1%), dan responden yang berjenis kelamin laki-laki, yaitu berjumlah 44 orang (48,9%).

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar responden telah menyelesaikan pendidikan pada jenjang SMA/Sederajat yakni sebanyak 31 orang (34,4%), responden yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan di tingkat SMP/Sederajat yaitu sebanyak 27 orang (30%), responden yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan di perguruan tinggi yakni sebanyak 24 orang (26,7%), kemudian responden yang hanya menyelesaikan jenjang pendidikan di tingkat SD/Sederajat yaitu sebanyk 6 orang (6,7%), dan responden yang tidak tamat SD sebanyak 2 orang (2,2%). Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan sebagian besar responden telah bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dan pegawai/buruh dengan jumlah masing-masing yakni sebanyak 31 orang (34,4%), kemudian responden yang bekerja sebagai wiraswasta yakni sebanyak 16 orang (17,8%), dan responden yang masih berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa sebanyak 12 orang (13,3%).

(17)

BPJS selama kurang dari 6 bulan yakni sebanyak 21 orang (23,3%), kemudian responden yang telah menggunakan BPJS antara 6 bulan sampai dengan 1 tahun yakni sebanyak 20 orang (22,2%), dan responden yang telah menggunakan BPJS lebih dari 3 tahun yakni sebanyal 18 orang (20%).

Karakteristik responden berdasarkan jenis BPJS yang dimiliki sebagian besar responden menjadi peserta BPJS dengan status sebagai penerima bantuan iuran (PBI) yakni sebanyak 51 orang (56,7%), dan responden yang menjadi peserta BPJS dengan status bukan penerima bantuan iuran yakni sebanyak 39 orang (43,3%). Karakteristik responden berdasarkan pemanfaatan layanan kesehatan di Puskesmas sebagai peserta BPJS, sebagian besar responden telah memanfaatkan layanan kesehatan di Puskesmas sebagai peserta BPJS sebanyak 5 sampai dengan 10 kali yakni sebanyak 36 orang (40%), kemudian responden yang telah memanfaatkan layanan kesehatan di Puskesmas sebagai peserta BPJS lebih dari 10 kali yakni sebanyak 31 orang (34,4%), dan responden yang telah memanfaatkan layanan kesehatan di Puskesmas sebagai peserta BPJS kurang dari 5 kali yakni sebanyak 23 orang (25,6%).

4.3 Gambaran Pengetahuan Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Kesehatan

(18)

Tabel 4.2 Gambaran Pengetahuan Responden terhadap BPJS Kesehatan

No. Pengetahuan Responden Mengenai BPJS Kesehatan

Jawaban

Total Benar Salah

n % n % n %

1 Kepanjangan dari BPJS adalah Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial 49 54,4 41 45,6 90 100

2

Tujuan program dari BPJS adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan mempermudah akses layanan kesehatan

46 51,1 44 48,9 90 100

3

Peserta BPJS yang berhak menjadi Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah fakir miskin dan orang tak mampu

47 52,2 43 47,8 90 100

4

Peserta BPJS yang bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) atau mandiri adalah PNS, TNI/ Polri, Karyawan perusahaan swasta, dan wiraswasta

51 56,7 39 43,3 90 100

5

Pengobatan (pelayanan kesehatan tingkat pertama/dasar untuk kasus sakit yang bukan gawat darurat adalah Puskesmas dan Klinik Praktek Dokter/Bidan yang bekerja sama dengan BPJS

32 35,6 58 64,4 90 100

6

Pelayanan kesehatan tingkat dua/lanjutan menurut BPJS Kesehatan adalah rumah sakit

58 64,4 32 35,6 90 100

7

Layanan kesehatan yang bisa menggunakan kartu BPJS kesehatan ialah periksa kehamilan, berobat jalan, dan kasus sakit gawat darurat

53 58,9 37 41,1 90 100

8

Pelayanan kesehatan yang dibatasi oleh BPJS ialah layanan Fisioterapi Pemberian alat bantu dengar danan alat bantu gerak di rumah sakit negeri

33 36,7 57 63,3 90 100

9

Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin oleh BPJS ialah tindakan untuk tujuan kecantikan dan pelayanan kesehatan pada kegiatan bakti sosial

(19)

10

Peserta BPJS bisa memanfaatkan layanan kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS kapan saja ketika merasakan sakit atau gangguan kesehatan

19 21,1 71 78,9 90 100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa pengetahuan responden mengenai BPJS yang sudah dianggap baik yaitu mayoritas responden yakni sebanyak 58 orang responden (64,4%) sudah mengetahui bahwa pelayanan kesehatan tingkat dua/lanjutan menurut BPJS Kesehatan adalah rumah sakit, dan 53 orang responden (58,9%) sudah mengetahui bahwa layanan kesehatan yang bisa menggunakan kartu BPJS kesehatan ialah periksa kehamilan, berobat jalan, dan kasus sakit gawat darurat.

Sedangkan pengetahuan responden mengenai BPJS yang masih dianggap kurang baik yaitu bahwa mayoritas responden yakni sebanyak 71 orang responden (78,9%) belum mengetahui bahwa peserta BPJS bisa memanfaatkan layanan kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS kapan saja ketika merasakan sakit atau gangguan kesehatan, dan 58 orang responden (64,4%) belum mengetahui bahwa Pengobatan (pelayanan kesehatan tingkat pertama/dasar untuk kasus sakit yang bukan gawat darurat adalah Puskesmas dan Klinik Praktek Dokter/Bidan yang bekerja sama dengan BPJS.

Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap pengukuran pengetahuan responden terhadap pemanfaatan BPJS kesehatan, maka kategori pengetahuan responden dappat dilihat pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3 Kategori Pengetahuan Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Kesehatan

(20)

Responden

Baik 23 25,6

Cukup Baik 56 62,2

Kurang Baik 11 12,2

Total 90 100

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak 56 orang responden (62,2%) memiliki pengetahuan mengenai pemanfaatan BPJS kesehatan dalam kategori yang cukup baik, kemudian 23 orang responden (25,6%) memiliki pengetahuan mengenai pemanfaatan BPJS kesehatan dalam kategori yang baik, dan 11 orang responden (12,2%) memiliki pengetahuan mengenai pemanfaatan BPJS kesehatan dalam kategori yang kurang baik.

4.4 Gambaran Sikap Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Kesehatan 4.4.1 Gambaran Sikap Positif Responden terhadap Pemanfaatan BPJS

Kesehatan

Gambaran sikap positif responden terhadap pemanfaatan BPJS kesehatan ddpat dilihat pada tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.4 Gambaran Sikap Positif Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Kesehatan

No.

Sikap Positif Responden terhadap Pemanfaatan BPJS

Setiap masyarakat Indonesia seharusnya menjadi peserta BPJS Kesehatan

29 32,2 35 38,9 12 13,3 14 15,6

2

Setiap peserta BPJS Kesehatan harus menyimpan dan menjaga kartu BPJS Kesehatan

46 51,1 41 45,6 1 1,1 2 2,2

3

Setiap peserta BPJS Kesehatan seharusnya menggunakan pelayanan kesehatan yang menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan

(21)

4

Peserta BPJS Kesehatan memiliki keuntungan ketika menggunakan pelayanan kesehatan

33 36,7 28 31,1 20 22,2 9 10

5

Peserta BPJS Kesehatan lebih murah jika melakukan pengobatan alternatif/ tradisional

33 36,7 28 31,1 23 25,6 6 6,7

6

Setiap peserta BPJS Kesehatan akan mendapatkan biaya yang jauh lebih murah jika menggunakan pelayanan kesehatan dibandingkan dengan tidak menggunakan BPJS

47 52,2 30 33,3 11 12,2 2 2,2

7

Derajat kesehatan masyarakat yang kurang mampu dapat meningkat dengan adanya BPJS Kesehatan

45 50 31 34,4 13 14,4 1 1,1

8

Setiap peserta BPJS Kesehatan sebaiknya segera pergi ke pelayanan kesehatan jika mengalami gejala sakit

58 64,4 18 20 12 13,3 2 2,2

9

Program BPJS telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

41 45,6 22 24,4 21 23,3 6 6,7

10

Penyelenggara BPJS telah melakukan sosialisasi yang baik

untuk menginformasikan pemanfaatan BPJS untuk memperoleh layanan kesehatan

52 57,8 31 34,4 2 2,2 5 5,6

(22)

terhadap pemanfaatan BPJS kesehatan ialah diketahui sebanyak 14 orang responden (15,6%) menyatakan sangat tidak setuju jika setiap masyarakat Indonesia seharusnya menjadi peserta BPJS Kesehatan, dan 10 orang responden (11,1%) yang menyatakan sangat tidak setuju jika setiap peserta BPJS Kesehatan seharusnya menggunakan pelayanan kesehatan yang menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan.

4.4.2 Gambaran Sikap Negatif Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Kesehatan

Gambaran sikap negatif responden terhadap pemanfaatan BPJS kesehatan ddpat dilihat pada tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5 Gambaran Sikap Negatif Responden terhadap Pemanfaatan

Setiap peserta BPJS Kesehatan akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang berbeda dengan yang tidak menggunakan BPJS Kesehatan

7 7,8 18 20 27 30 38 42,2

2

Setiap peserta BPJS Kesehatan tidak akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal

17 18,9 30 33,3 16 17,8 27 30

3

Pengobatan tradisional (dukun, tabib) dinilai lebih baik dibandingkan dengan pengobatan medis dengan menggunakan BPJS

10 11,1 22 24,4 28 31,1 30 33,3

4

Program BPJS Kesehatan hanya akan membuat orang yang tidak mampu menjadi terpinggirkan

(23)

5 Pasien BPJS akan dikucilkan ketika

berobat ke fasilitas kesehatan 5 5,6 20 22,2 26 28,9 39 43,3

6

Petugas kesehatan tidak melayani dengan optimal apabila pasien yang datang merupakan peserta BPJS Kesehatan

8 8,9 28 31,1 21 23,3 33 36,7

7

Sangat repot mengurusi persyaratan untuk memperoleh layanan kesehatan melalui BPJS Kesehatan

12 13,3 26 28,9 19 21,1 33 36,7

8

Tidak wajib menggunakan BPJS apabila kita masih mampu menggunakan uang pribadi untuk berobat

12 13,3 31 34,4 16 17,8 31 34,4

9

Barulah mengurus atau menggunakan BPJS kesehatan apabila penyakit yang diderita sudah parah

5 5,6 15 16,7 26 28,9 44 48,9

10

Tetap saja memerlukan biaya yang cukup tinggi untuk memperoleh layanan kesehatan, meskipun sudah menjadi peserta BPJS Kesehatan

5 5,6 19 21,1 24 26,7 42 46,7

(24)

Sedangkan sikap negatif responden terhadap pemanfaatan BPJS Kesehatan yang dinilai sudah baik dan mengarah ke sikap positif ialah diketahui bahwa 44 orang responden (48,9%) menyatakan sangat setuju jika barulah mengurus atau menggunakan BPJS kesehatan apabila penyakit yang diderita sudah parah, dan 42 orang responden (46,7%) yang menyatakan sangat tidak setuju jika tetap saja memerlukan biaya yang cukup tinggi untuk memperoleh layanan kesehatan, meskipun sudah menjadi peserta BPJS Kesehatan.

Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap pengukuran sikap responden terhadap pemanfaatan BPJS kesehatan, maka kategori sikap responden dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6 Kategori Sikap Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Kesehatan

Kategori Sikap

Responden Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 32 35,6

Cukup Baik 43 47,8

Kurang Baik 15 16,7

Total 90 100

Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak 53 orang responden (47,8%) memiliki sikap terhadap pemanfaatan BPJS kesehatan dalam kategori yang cukup baik, kemudian 32 orang responden (35,6%) memiliki sikap terhadap pemanfaatan BPJS kesehatan dalam kategori yang baik, dan 15 orang responden (16,7%) memiliki sikap mengenai pemanfaatan BPJS kesehatan dalam kategori yang kurang baik.

(25)

Gambaran tindakan responden terhadap pemanfaaran BPJS Kesehatan di Puskesmas Singkil Utara dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut :

Tabel 4.7 Gambaran Tindakan Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Kesehatan di Puskesmas Singkil Utara

No.

Gambaran Tindakan Responden terhadap Pemanfaatan BPJS

Segera pergi ke Puskesmas apabila merasakan gangguan kesehatan dengan menggunakan BPJS Kesehatan

69 76,7 21 23,3 90 100

2

Lebih memilih layanan kesehatan di Puskesmas dibandingkan dengan pengobatan alternatif (dukun, tabib)

51 56,7 39 43,3 90 100

3

Memanfaatkan layanan kesehatan menggunakan BPJS Kesehatan secara rutin

56 62,2 34 37,8 90 100

4

Memanfaatkan layanan kesehatan melalui BPJS untuk meminta rujukan medik di Puskesmas untuk pengobatan lanjut di rumah sakit

67 74,4 23 25,6 90 100

5

Memanfaatkan layanan kesehatan di rumah sakit melalui BPJS apabila terjadi kasus kejadian sakit yang gawat darurat

54 60 36 40 90 100

(26)

orang responden (74,4%) memanfaatkan layanan kesehatan melalui BPJS untuk meminta rujukan medik di Puskesmas untuk pengobatan lanjut di rumah sakit.

Sedangkan tindakan terhadap pemanfaatan BPJS Kesehatan untuk mendapatkan layanan kesehatan di Puskesmas yang perlu ditingkatkan ialah bahwa sebanyak 39 orang responden (43,3%) tidak menggunakan layanan kesehatan dengan menggunakan BPJS kesehatan dan lebih memilih pengobatan tradisional (dukun, tabib), kemudian sebanyak 36 orang responden (40%) tidak memanfaatkan layanan kesehatan di rumah sakit melalui BPJS apabila terjadi kasus kejadian sakit yang gawat darurat, dan 34 orang responden (37,8%) tidak memanfaatkan layanan kesehatan menggunakan BPJS Kesehatan secara rutin untuk mendapatkan layanan kesehatan di fasilitas kesehatan seperti Puskesmas dan rumah sakit.

Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap pengukuran tindakan responden terhadap pemanfaatan BPJS kesehatan di Puskesmas Singkil Utara, maka kategori tindakan responden dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut :

Tabel 4.8 Kategori Tindakan Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Kesehatan di Puskesmas Singkil Utara

Kategori Tindakan

Responden Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 27 30

Cukup Baik 45 50

Kurang Baik 18 20

Total 90 100

(27)

cukup baik, kemudian 27 orang responden (30%) memiliki tindakan terhadap pemanfaatan BPJS kesehatan dalam kategori yang baik, dan 18 orang responden (20%) memiliki tindakan mengenai pemanfaatan BPJS kesehatan dalam kategori yang kurang baik.

4.6 Gambaran Kepuasan Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Kesehatan di Puskesmas Singkil Utara

Gambaran kepuasan responden terhadap pemanfaatan BPJS Kesehatan untuk mendapatkan layanan kesehatan di Puskesmas Singkil Utara dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut :

Tabel. 4.9 Gambaran Kepuasan Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Kesehatan di Puskesmas Singkil Utara

No. Kepuasan Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Kesehatan

Fasilitas Puskesmas secara fisik telah memadai untuk memberikan layanan kesehatan yang optimal bagi peserta BPJS Kesehatan

62 68,9 28 31,1 90 100

2

Petugas kesehatan di Puskesmas bisa diandalkan untuk memberikan layanan kesehatan yang baik bagi peserta BPJS Kesehatan

61 67,8 29 23,2 90 100

3

Petugas kesehatan di Puskesmas menunjukkan respon yang baik untuk memberikan layanan kesehatan yang baik bagi peserta BPJS Kesehatan

68 75,6 22 24,4 90 100

4

Pelaksanaan layanan BPJS di Puskesmas telah menjamin peserta BPJS untuk mendapatkan layanan kesehatan yang optimal

(28)

5

Petugas kesehatan di Puskesmas menunjukkan rasa empati atau perhatian yang baik untuk memberikan layanan kesehatan yang optimal bagi peserta BPJS Kesehatan

64 71,1 26 28,9 90 100

6

Komunikasi antara petugas kesehatan dengan pasien yang merupakan peserta BPJS berjalan dengan baik, serta petugas kesehatan dengan baik mampu mendengarkan apa yang dikeluhkan pasiean sebagai peserta BPJS

66 73,3 24 26,7 90 100

7

Layanan BPJS di Puskesmas dapat dipercaya secara penuh untuk memberikan layanan kesehatan yang optimal bagi peserta BPJS Kesehatan

64 71,1 26 28,9 90 100

8

Petugas kesehatan di Puskesmas sudah kompeten secara baik untuk memberikan layanan kesehatan yang optimal bagi peserta BPJS Kesehatan tanpa membeda-bedakan pasien

65 72,2 25 27,8 90 100

9

Petugas kesehatan di Puskesmas bersikap sopan dan santun untuk memberikan layanan kesehatan yang optimal bagi peserta BPJS Kesehatan

66 73,3 24 26,7 90 100

10

Akses atau tacara untuk menggunakan layanan BPJS Kesehatan di Puskesmas terbilang mudah dan tidak merepotkan

66 73,3 24 26,7 90 100

(29)

pasien yang merupakan peserta BPJS berjalan dengan baik, serta petugas kesehatan dengan baik mampu mendengarkan apa yang dikeluhkan pasiean sebagai peserta BPJS, kemudian petugas kesehatan di Puskesmas bersikap sopan dan santun untuk memberikan layanan kesehatan yang optimal bagi peserta BPJS Kesehatan, serta akses atau tacara untuk menggunakan layanan BPJS Kesehatan di Puskesmas terbilang mudah dan tidak merepotkan.

Sedangkan gambaran kepuasan responden yang terhadap pemanfaatan BPJS Kesehatan untuk mendapatkan layanan kesehatan di Puskesmas Singkil Utara yang dianggap belum baik dan perlu ditingkatkan ialah bahwa sebanyak 31 orang responden menilai bahwa pelaksanaan layanan BPJS di Puskesmas tidak menjamin peserta BPJS untuk mendapatkan layanan kesehatan yang optimal, dan 29 orang responden (23,2%) menilai bahwa petugas kesehatan di Puskesmas tidak bisa diandalkan untuk memberikan layanan kesehatan yang baik bagi peserta BPJS Kesehatan.

Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap pengukuran kepuasan responden responden terhadap pemanfaatan BPJS kesehatan untuk mendapatkan layanan kesehatan di Puskesmas Singkil Utara, maka kategori kepuasan responden dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut :

Tabel 4.10 Kategori Kepuasan Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Kesehatan di Puskesmas Singkil Utara

Kategori Kepuasan

Responden Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 23 25,6

Cukup Baik 55 61,1

Kurang Baik 12 13,3

(30)
(31)
(32)
(33)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Pengetahuan Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Kesehatan di Puskesmas Singkil Utara

Pengetahuan itu adalah sesuatu yang ada secara niscaya pada diri manusia. Keberadaannya diawali dari kecenderungan psikis manusia sebagai bawaan kodrat manusia, yaitu dorongan ingin tahu yang bersumber dari kehendak atau kemauan. Sedangkan kehendak adalah salah satu unsur kekuatan kejiwaan. Adapun unsur lainnya adalah akal pikiran (ratio) dan perasaan (emotion). Ketiganya berada dalam satu kesatuan, dan secara terbuka bekerja saling pengaruh mempengaruhi menurut situasi dan keadaan. Artinya, dalam keadaan tertentu yang berbeda-beda, pikiran atau perasaan atau keinginan biasa lebih dominan. Pengetahuan seseorang bisa menjadi faktor yang memengaruhi dalam menentukan perilaku individu termasuk perilaku dalam memanfaatkan layanan kesehatan menggunakan BPJS kesehatan.

(34)
(35)
(36)

Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa sebagian besar responden yakni memiliki pengetahuan mengenai pemanfaatan BPJS kesehatan dalam kategori yang cukup baik, kemudian sebagian lagi memiliki pengetahuan mengenai pemanfaatan BPJS kesehatan dalam kategori yang baik, dan hanya beberapa responden saja yang memiliki memiliki pengetahuan mengenai pemanfaatan BPJS kesehatan dalam kategori yang kurang baik.

Terdapat beberapa hal yang memengaruhi pengetahuan individu terhadap sesuatu hal seperti sumber informasi yang didapatkan, intensitas pemberian informasi dan tingkat pendidikan. Menurut Irmayati (2013), tingkat pendidikan dapat memengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap pola pikir dan daya nalar dalam menghadapi suatu masalah (Hutasoit, 2006). Redding et al (2010) yang dikutip oleh Anggraeni (2010) menyatakan faktor pengubah seperti tingkat pendidikan dipercayai mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap perilaku dengan cara memengaruhi persepsi individu. Individu dengan pendidikan tinggi, cenderung memiliki perhatian yang besar terhadap kesehatannya sehingga jika individu tersebut mengalami gangguan kesehatan maka ia akan segera mencari pelayanan kesehatan.

(37)

dan mengaplikasikannya dalam tindakan. Semakin tinggi pengetahuan seseorang terhadap kesehatan, semakin tinggi kesadaran orang tersebut dalam menjaga kesehatannya.

Kepuasan peserta BPJS pada dimensi ini memang disebabkan karena kemampuan dan pengetahuan petugas kesehatan di setiap loket untuk menjawab setiap pertanyaan peserta sehingga dapat memberikan pelayanan yang menimbulkan rasa aman dan percaya. Hal ini tentu sangat membantu peserta, mengingat masih banyaknya peserta yang tampak bingung atau tidak paham dengan prosedur pendaftaran maupun kebijakan mengenai kepesertaan. Adapun responden yang tidak puas menyatakan bahwa informasi yang mereka terima dari petugas kadang tidak sama antara petugas yang satu dengan petugas lainnya, sehingga membingungkan peserta. Sedangkan untuk kepuasan terendah terdapat pada kesopanan dan keramahan petugas loket pengambilan nomor urut antrian. Kesopanan dan keramahan petugas dalam melayani juga ikut mempengaruhi kepuasan peserta. Hal yang juga menentukan dalam kualitas pelayanan kesehatan adalah service excellent, yaitu sikap atau cara petugas dalam melayani serta memuaskan pelanggan. Petugas harus memiliki kemampuan atau keterampilan tertentu, berpenampilan baik dan rapi, bersikap ramah dan sopan serta mampu berkomunikasi dengan baik dan memiliki kemampuan menangani keluhan pelanggan secara profesional.

(38)

pasien untuk menggunakan BPJS dalam memperolah layanan kesehatan. Semakin baik informasi yang diberikan kepada pasien maka pasien cenderung akan mau datang berobat secara berulang menggunakan BPJS.

Hal serupa juga disampaikan oleh hasil penelitian yang dilaksanakan oleh oleh Girma dkk (2014) mengenai pemanfaatan layanan BPJS di Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget Kota Manado menunjukkan bahwa pada bahwa 52,8% responden yang menjadi subyek penelitian sebenarnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi sehingga menjadi faktor yang menguntungkan untuk diberikan pengetahuan tentang manfaat dan layanan BPJS, namun ternyata masih terdapat 65% responden yang tidak memanfaatkan layanan kesehatan dengan BPJS di Puskesmas. Pengetahuan atau informasi yang telah didapat diharapkan akan memberikan motivasi untuk dapat menentukan layanan kesehatan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia.

5.2 Gambaran Sikap Responden terhadap Pemanfaatan BPJS Kesehatan di Puskesmas Singkil Utara

(39)

memengaruhi dalam menentukan perilaku individu termasuk perilaku dalam memanfaatkan layanan kesehatan menggunakan BPJS kesehatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan sangat setuju bahwa setiap peserta BPJS Kesehatan sebaiknya segera pergi ke pelayanan kesehatan jika mengalami gejala sakit, dan sebagian besar responden juga menyatakan sangat setuju bahwa penyelenggara BPJS telah melakukan sosialisasi yang baik untuk menginformasikan pemanfaatan BPJS untuk memperoleh layanan kesehatan. Sedangkan beberapa responde masih menyatakan sangat tidak setuju jika setiap masyarakat Indonesia seharusnya menjadi peserta BPJS Kesehatan, dan sebagian yang lain juga menyatakan sangat tidak setuju jika setiap peserta BPJS Kesehatan seharusnya menggunakan pelayanan kesehatan yang menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan.

(40)

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap terhadap pemanfaatan BPJS kesehatan dalam kategori yang cukup baik, kemudian beberapa responden memiliki sikap terhadap pemanfaatan BPJS kesehatan dalam kategori yang baik, dan hanya beberap orang responden yang memiliki sikap mengenai pemanfaatan BPJS kesehatan dalam kategori yang kurang baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Simangunsong (2015)yang menjelaskan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas perilaku kesehatan adalah sikap individu. Jika individu setuju dengan bagian bagian isi stimulis yang diberikan, maka individu akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan individu berbeda dengan stimulus yang di respon oleh individu maka upaya untuj membentuk suatu tindakan yang diinginkan tidak akan bisa tercapai, Sikap penerimaan terlihat dari pendapat para informan mengenai program BPJS ini, hal ini merupakan salah satu hal positifdari suatu program yang harapannya dapat berjalan secara berkelanjutan.

Hal yang sama juga disampaikan dalam hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Rumengan (2015) yang menjelaskan bahwa berarti ada hubungan yang bermakna antarasikap responden tentang BPJS dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Dilihat dari nilai Odds Ratio (OR) menunjukkan bahwa responden dengan persepsi yang baik mempunyai kemungkinan 3,1 kali lebih besar untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas.

5.3 Gambaran Tindakan Responden terhadap Pemanfaatan BPJS

(41)

Layanan kesehatan yang bermutu adalah suatu layanan kesehatan yang dibutuhkan, dalam hal ini akan ditentukan oleh profesi layanan kesehatan, dan sekaligus diinginkan baik oleh pasien/konsumen ataupun masyarakat serta terjangkau oleh daya beli masyarakat. Pada penjelasan terdahulu disebutkan bahwa mutu barang atau jasa itu bersifat multidimensi, demikian pula dengan mutu pelayanan kesehatan. Mutu pelayanan kesehatan bersifat multi dimensional yaitu mutu menurut pemakai pelayanan kesehatan dan menurut penyelenggara pelayanan kesehatan yang pada dasarnya ialah mengutamakan kepuasan pasien.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden menyatakanakan segera pergi ke Puskesmas apabila merasakan gangguan kesehatan dengan menggunakan BPJS Kesehatan, dan sebagain besar responden juga memanfaatkan layanan kesehatan melalui BPJS untuk meminta rujukan medik di Puskesmas untuk pengobatan lanjut di rumah sakit. Sedangkan sebagian responden lain tidak menggunakan layanan kesehatan dengan menggunakan BPJS kesehatan dan lebih memilih pengobatan tradisional (dukun, tabib), kemudian beberapa responden juga tidak memanfaatkan layanan kesehatan di rumah sakit melalui BPJS apabila terjadi kasus kejadian sakit yang gawat darurat, dan sebagain responden tidak memanfaatkan layanan kesehatan menggunakan BPJS Kesehatan secara rutin untuk mendapatkan layanan kesehatan di fasilitas kesehatan seperti Puskesmas dan rumah sakit.

(42)

hanya sebagian kecil responden yang memiliki tindakan mengenai pemanfaatan BPJS kesehatan dalam kategori yang kurang baik.

Tindakan peserta BPJS dalam memanfaatkan layanan kesehatan dipengaruhi oleh motivasi responden untuk memanfaatkan layanan kesehatan tersebut. Motivasi yang tinggi disebabkan oleh adanya dorongan yang kuat dalam diri seseorang, dalam hal ini dorongan untuk mendapatkan jaminan kesehatan. Motivasi seseorang tinggi karena ia bisa mendapatkan keringanan biaya pelayanan kesehatan saat berobat dengan menjadi peserta BPJS Kesehatan. Disamping itu iuran tiap bulan yang terjangkau tentu memberikan keuntungan tersendiri bagi peserta jika dibanding dengan biaya yang harus dikeluarkan saat sakit jika tidak menjadi peserta BPJS Kesehatan.Menurut penulis responden yang memiliki motivasi tinggi cenderung untuk puas karena mereka merasa membutuhkan produk dari pelayanan yang mereka dapat, dalam hal ini menjadi peserta BPJS Kesehatan, sehingga mereka cenderung untuk menerima dan pasrah dengan pelayanan yang mereka terima.

Tindakan individu dalam memanfaatkan layanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti pengetahuan, sikap, norma, nilai-nilai yang dipegang, dan sebagainya. Penelitian Rahman (2015) menjelaskan bahwa respondrn akan bertindak karena adanya maksud, tujuan dan alasan tertentu untuk melakukan suatu tindakan.

5.4 Gambaran Kepuasan Responden terhadap Pemanfaatan BPJS

Kesehatan di Puskesmas Singkil Utara

(43)

memberikan layanan kesehatan yang baik bagi peserta BPJS Kesehatan, dan sebagian besar responden juga menilai bahwa komunikasi antara petugas kesehatan dengan pasien yang merupakan peserta BPJS berjalan dengan baik, serta petugas kesehatan dengan baik mampu mendengarkan apa yang dikeluhkan pasiean sebagai peserta BPJS, kemudian petugas kesehatan di Puskesmas bersikap sopan dan santun untuk memberikan layanan kesehatan yang optimal bagi peserta BPJS Kesehatan, serta akses atau tacara untuk menggunakan layanan BPJS Kesehatan di Puskesmas terbilang mudah dan tidak merepotkan. Sedangkan beberapa responden menilai bahwa pelaksanaan layanan BPJS di Puskesmas tidak menjamin peserta BPJS untuk mendapatkan layanan kesehatan yang optimal, dan masih banyak responden yang menilai bahwa petugas kesehatan di Puskesmas tidak bisa diandalkan untuk memberikan layanan kesehatan yang baik bagi peserta BPJS Kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki kepuasan terhadap pemanfaatan BPJS kesehatan untuk mendapatkan layanan kesehatan di Puskesmas Singkil Utara dalam kategori yang cukup baik, kemudian beberapa responden memiliki kepuasan terhadap pemanfaatan BPJS kesehatan dalam kategori yang baik, dan hanya sebagian kecil responden yang memiliki kepuasan mengenai pemanfaatan BPJS kesehatan dalam kategori yang kurang baik.

(44)

lain untuk memanfaatkan layanan kesehatan tersebut. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Rumengan (2015) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara persepsi responden terhadap tindakan petugas dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Dilihat dari nilai Odds Ratio (OR) menunjukkan bahwa responden dengan persepsi terhadap tindakan petugas itu baik mempunyai kemungkinan 8,5 kali lebih besar untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Tindakan atau cara petugas dalam melakukan pelayanan merupakan hal yang sangat mempengaruhi pasien terkait dengan kesembuhan penyakitnya. Adanya perlakuan yang baik dan penuh perhatian menjadi suatu daya tarik tersendiri dalam pemberian pelayanan kepada pasien. Hal ini memberikan kekuatan secara psikologis bagi pasien dan menumbuhkan motivasi untuk memanfaatkan layanan yang diberikan.

Persepsi masyarakat terhadap pelayanan Puskesmas perlu ditingkatkan dengan memberikan pelatihan khusus yang terus menerus terhadap tenaga kesehatan mengenai penyakit atau masalah kesehatan di masyarakat sehingga kesigapan dan kecepatan dalam penanggulangan masalah kesehatan tersebut semakin baik. Adanya keterbatasan kemampuan dan ketrampilan tenaga kesehatan di Puskesmas dalam mengatasi penyakit memberi pengaruh terhadap kepercayaan masyarakat dalam berobat, untuk itu perlu dilakukan peningkatan kemampuan dan ketrampilan dalam pelayanan kesehatan sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja petugas kesehatan.

(45)

pasien akan puas dan mendorong minat untuk memanfaatkan tempat layanan kesehatan. Mutu layanan tersebut dapat ditentukan oleh sumber daya manusia yakni jumlah dan kehandalan tenaga kesehatan, kelengkapan fasilitas penunjang, jenis pelayanan kesehatan yang dijaminkan dan ketersediaan dan kelengkapan obat di tempat layanan.

Perbaikan mutu layanan sangat terkait dengan kecepatan tanggapan dan kehandalan tenaga kesehatan, peningkatan fasilitas kesehatan dan ketersediaan obat harus semakin ditingkatkan sehingga persepsi masyarakat terhadap program BPJS juga semakin tinggi dan akhirnya pemanfaatan layanan Puskesmas semakin baik dalam arti bahwa Puskesmas menjadi pilihan utama masyarakat dalam mendapatkan pertolongan kesehatan.

(46)
(47)
(48)
(49)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

1. Karakteristik responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada rentang usia 26 - 30 tahun, yakni merupakan usia yang produktif yang secara mandiri dapat memanfaatkan secara langsung layanan kesehatan di Puskesmas sebagai peserta BPJS di Puskesmas Singkil Utara.

2. Sebagian besar responden telah menyelesaikan pendidikan pada jenjang SMA/Sederajat dan telah bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dan pegawai swasta/buruh dalam artian bahwa sebagian besar responden telah memiliki kartu BPJS Kesehatan baik itu dalam jenis penerima bantuan iuran (PBI) maupun bukan penerima bantuan iuran (bukan PBI).

3. Berdasarkan karakteristik kepemilikan BPJS menunjukkan bahwasebagian besar responden telah menggunakan BPJS antara rentang waktu 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan sebagian besar responden menjadi peserta BPJS dengan status sebagai penerima bantuan iuran (PBI), dan telah memanfaatkan layanan kesehatan di Puskesmas sebagai peserta BPJS sebanyak 5 sampai dengan 10 kali, dalam artian bahwa para responden sudah cukup baik dan aktif dalam memanfaatkan BPJS Kesehatan.

(50)
(51)
(52)

yang kurang baik.

5. Sebagian besar responden yakni sebanyak 47,8% memiliki sikap terhadap pemanfaatan BPJS kesehatan untuk mendapatkan layanan kesehatan di Puskesmas Singkil Utara dalam kategori yang cukup baik, kemudian sebanyak 35,6% responden memiliki sikap dalam kategori yang baik, dan hanya 16,7% memiliki sikap dalam kategori yang kurang baik.

6. Sebagian besar responden yakni sebanyak 50% responden memiliki tindakan terhadap pemanfaatan BPJS kesehatan kesehatan untuk mendapatkan layanan kesehatan di Puskesmas Singkil Utara dalam kategori yang cukup baik, kemudian sebanyak 30% responden memiliki tindakan dalam kategori yang baik, dan hanya sebanyak 20% responden memiliki tindakan dalam kategori yang kurang baik

7. Sebagian besar responden yakni sebanyak 61,1% responden memiliki kepuasan terhadap pemanfaatan BPJS kesehatan untuk mendapatkan layanan kesehatan di Puskesmas Singkil Utara dalam kategori yang cukup baik, kemudian sebanyak 25,6% responden memiliki kepuasan dalam kategori yang baik, dan 13,3% responden memiliki kepuasan dalam kategori yang kurang baik.

6.2 Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, saran yang dapat diberikan ialah :

(53)

a) Meningkatkan kegiatan Promosi Kesehatan terkait Pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional BPJS Kesehatan di Puskesmas secara berkelanjutan serta peningkatan kesadaran dan disiplin kerja petugas kesehatan dalam melayani pasien dengan baik serta memperhatikan etika dalam memberikan pelayanan kesehatan melalui pembinaan dan pengawasan.

b) Meningkatkan peran dan tanggung jawab Dinas Kesehatan dalam memberikan pelatihan bagi petugas Puskesmas untuk meningkatkan dan menyegarkan ilmu dan ketrampilan dalam penanganan terhadap pasien terkait dengan jenis layanan kesehatan yang ada di Puskesmas. 2. Kepada Penyelenggara BPJS Kesehatan untuk :

a) Melakukan sosialisasi dan promosi kesehatan terkait layanan program BPJS Kesehatan secara terus-menerus kepada seluruh masyarakat dengan menyebarkan leaflet atau poster tentang manfaat pelayanan program BPJS Kesehatan dan segala keuntungannya.

b) Melengkapi obat-obatan dan fasilitas penunjang medik lainnya dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas terlebih kepada pasien pengguna BPJS Kesehatan.

3. Kepada Masyarakat Peserta BPJS Kesehatan untuk :

(54)

Gambar

Tabel 4.1 Gambaran Umum Karakteristik Responden
Tabel 4.2 Gambaran Pengetahuan Responden terhadap BPJS Kesehatan
Tabel 4.3 Kategori Pengetahuan Responden terhadap Pemanfaatan
Tabel 4.4 Gambaran Sikap Positif Responden terhadap Pemanfaatan   BPJS Kesehatan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dari dana bantuan yang telah diterima oleh desa maka harapan dari pemerintah pusat yaitu masing-masing desa dapat menggunakan dana secara optimal demi kesejahteraan masyarakat

Laporan perubahan ekuitas menyajikan laba atau rugi entitas untuk suatu periode, pos.. pendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas untuk

Direksi harus memperoleh persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Dewan Komisaris untuk: (i) membeli dan/ atau menjual saham perusahaan lain pada pasar modal;

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka menunjukkan previllage tax payer berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak sedangkan sosialisasi

Kunjungan Menristekdikti ke Technopark Bantaeng Dan Komersialisasi Benih Ikan Nila, Satoimo, Padi, Jagung, Rumput laut. 5 ToT Transfer Teknologi 9 10

Pengembangan kompetensi konselor, salah satunya bertujuan agar konselor dapat memberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik yang lebih variatif, materi yang

Kinerja Lembaga Manajemen Inovasi menjadi pertimbangan dalam Kebijakan Insentif dan Penghargaan yang terkait dengan prestasi Perguruan Tinggi/Lembaga Litbang. Perguruan

Untuk memecahkan masalah ini penulis menggunakan 2 (dua) metode yaitu pertama metode pengumpulan data berupa data lapangan (field research) dan data perpustakaan (library