• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I dana bantuan keuangan desa terhadap pembangunan desa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I dana bantuan keuangan desa terhadap pembangunan desa "

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH DANA BANTUAN KEUANGAN DESA

TERHADAP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

(Studi Kasus Kecamatan Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang

Tahun 2013-2017)

BAB I PENDAHULUAN

- Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Sejak diresmikan undang-undang tentang desentralisasi, perkembangan kota dan kabupaten menjadi semakin pesat. Sebagaimana sebelumnya pada masa orde baru sistem pemerintahan di Indonesia adalah sistem sentralisasi, yakni pemerintahan terpusat. Jadi keputusan dan kebijakan pemerintah hanya diatur oleh pemerintah pusat. Setelah itu, pada masa reformasi proses desentralisasi secara perlahan pun dimulai. Maka diawali dengan pengesahan Undang-undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah serta UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (PKPD). Hal ini merupakan perubahan besar bagi sejarah pemerintahan di Indonesia yang mana secara langsung mengubah keseluruhan sistem pemerintahan di Indonesia. Semakin berkembangnya perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun tidak terlepas dari peran sistem desentralisasi ini. Kemudian didukung lagi dengan adanya perubahan dasar hukum yang terbaru, yakni Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa urusan pemerintah oleh pemerintah pusat diserahkan kepada pemerintahan dearah dalam rangka desentralisasi.

(2)

lebih pesat lagi serta terciptanya pemerataan pembangunan daerah. Karena dengan desentralisasi daerah dapat menggali dan mendapatkan potensi daerahnya sendiri yang secara langsung akan menjadi pendapatan daerah itu sendiri.

Sedangkan otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Otonomi daerah secara langsung memberikan keleluasaan bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan dan membangun daerahnya menuju pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Otonomi daerah merupakan strategi ekonomi yang diharapkan dapat menumbuhkan potensi daerah serta menciptakan pemerataan pembangunan. Karena potensi lokal daerah tidak dapat dikelola seluruhnya oleh pemerintah pusat, sehingga pemerintah daerah yang menjadi kunci utama dalam keberhasilan pembangunan daerah.

Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, otonomi daerah secara tegas memberikan kewenangan kepada kabupaten dan desa dalam mengatur maupun mengurus rumah tangganya sendiri. Untuk itu diperlukan sistem pengelolaan keuangan daerah secara baik, benar, transparan dan akuntabilitas. Otonomi suatu daerah tidak selalu sama dengan otonomi daerah yang lainnya. Dikarenakan kebijakan dan potensi daerah di Indonesia yang berbeda-beda. Otonomi daerah yang sesuai dengan penyelenggaraan pemerintah daerah yang benar harus sesuai dengan tujuan dan maksud otonomi. Yakni pada dasarnya untuk memberdayakan daerah demi kesejahteraan masyarakat dan pemerataan pembangunan, yang mana hal ini merupakan dasar dari tujuan pembangunan nasional. Selain itu, otonomi daerah juga harus memperhatikan kepentingan dan menampung aspirasi dari masyarakat daerah. Karena untuk membangun masyarakat pemerintah daerah harus selalu tanggap dan terbuka terhadap fenomena apapun yang terjadi di masyarakat.

(3)

dimulai dari pemerintahan pada tingkat (level) paling bawah, yaitu desa. Karena pada dasarnya desa merupakan awalan yang fundamental dalam pengukuran kesejahteraan dan kemiskinan yang ada di Indonesia. Agar pelaksanaan daerah tersebut dapat berjalan secara baik, maka fokus utama pembangunan daerah untuk membangun kemandirian dimulai dari tingkat yang paling bawah yaitu dari desa. Desa memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang kesuksesan pemerintahan nasional.

- Desa

Secara jenjang atau struktural, pembangunan masyarakat dalam otonomi daerah harus dimulai dari tingkatan paling bawah, yakni desa. Landasan hukum desa sendiri telah tertuang dalam Undang-Undang no. 6 tahun 2014, dijelaskan bahwa desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah desa diyakini lebih mampu melihat prioritas kebutuhan masyarakat dibandingkan pemerintah kabupaten, karena ruang lingkup dan permasalahan yang lebih luas. Untuk itu, pembangunan pedesaan yang dilaksanakan harus sesuai dengan masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, aspirasi masyarakat dan prioritads pembangunan pedesaan yang telah ditetapkan.

(4)

Tabel 1.1

Jumlah Penduduk Miskin dan Presentasi Penduduk Miskin di Desa Tahun 2000-2017

Sumber: Badan Pusat Statistik (Data olah 2018)

(5)

- Dana Bantuan Keuangan Desa (DD & ADD)

Maka dari itu, sebagai implikasi dari peningkatan kemampuan desa serta penyelenggaraan pembangunan pemerintah daerah berdasarkan sistem desentralisasi (bottom-up) tersebut, tentu saja akan membutuhkan dana atau sumber-sumber keuangan bagi desa. Salah satu sumber penerimaan desa adalah dana desa (DD), yakni dana yang diterima oleh kabupaten/kota yang langsung diambil dari APBN untuk dikerahkan ke seluruh desa di Indonesia. Jumlah dana desa ini tidak dapat diganggu gugat atau tidak bisa diubah oleh pemerintah daerah karena memang merupakan keputusan presiden dan bersumber dari APBN.

Kemudian, sumber pendapatan desa yang lain adalah dari alokasi dana desa (ADD), yakni dana dari APBD kabupaten/kota yang diambilkan dari Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Umum (DAU) yang merupakan bagian Dana Perimbangan. Dalam pembagiannya untuk setiap desa dibagikan secara proporsional yaitu paling sedikit 10% (sepuluh persen). Pengalokasian untuk setiap desa dan tata cara penggunaan alokasi dana desa diatur melalui Peraturan Bupati/Walikota yang diresmikan setiap tahun. Selanjutnya, kedua sumber penerimaan desa tersebut akan digunakan sebagai penunjang kegiatan otonomi desa melalui Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) agar dapat maksimal dalam memberikan pelayanan, pembangunan infrastruktur desa, serta pemberdayaan masyarakat desa.

Dengan adanya dana desa dan alokasi dana desa tersebut maka tujuan pemerintah pusat adalah terciptanya pembangunan bottom-up yang adil dan merata untuk seluruh desa. Dengan adanya dana desa dan alokasi dana desa, maka peran pemerintah dalam pembangunan nasional dimulai dari tingkat desa semakin tegas. Hal ini sesuai dengan amanat pembukaan UUD 1945 yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum. Sehingga harapan dari pemerintah pusat dan kabupaten/kota, dana desa dan alokasi dana desa ini dalam rangka percepatan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat yang mandiri. Dengan kata lain dana ini juga sebagai bantuan stimulan atau dana perangsang untuk mendorong dalam membiayai program pemerintah desa yang ditunjang dengan partisipasi seluruh masyarakat desa dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat desa.

(6)

Selanjutnya sumber penerimaan dari dana bantuan keuangan desa yang telah diterima oleh seluruh desa ini tentu saja digunakan dalam menunjang pembangunan desa. Dana yang telah diterima oleh dari masing-masing desa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakatnya. Berdasarkan Permendagri No. 66 tahun 2007 tentang Perencanaan pembangunan desa, pembangunan di desa merupakan model pembangunan partisipatif, yakni suatu sistem pengelolaan pembangunan di desa bersama-sama secara musyawarah, mufakat, dan gotong royong yang merupakan cara hidup masyarakat yang telah lama berakar budaya wilayah Indonesia. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 5 Permendagri No. 66 tahun 2007, karakteristik pembangunan partisipatif diantaranya direncanakan dengan pemberdayaan dan partisipatif. Pemberdayaan, yaitu upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sedangkan partisipatif, yaitu keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses pembangunan.

Sumber keuangan yang telah diterima oleh desa kemudian oleh kepala desa beserta perangkatnya akan dialokasikan untuk pembangunan desa. Tujuan dari pembangunan desa ini lah yang kemudian menjadi tolok ukur bagi keberhasilan pemberdayaan nasional. Karena keberhasilan dari pemberdayaan nasional dilihat dari bagaimana kemampuan desa dalam memberdayakan masyarakatnya. Jadi sistem desentralisasi dalam upaya pemberdayaan masyarakat ini bersifat struktural yakni dari pemerintah pusat kemudian diberikan wewenang kepada pemerintah daerah kemudian diturunkan lagi kepada pemerintah desa agar dapat tercapai kondisi yang mandiri dalam membangun masyarakat desa. Oleh karena itu, sumber dana yang diterima oleh desa baik dari dana desa maupun alokasi dana desa yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah sangat mempengaruhi dalam menunjang keberhasilan pembangunan desa.

- Masuk ke permasalahan

(7)

kegiatan pembangunan pedesaan, baik menyangkut pembangunan fisik maupun pemberdayaan masyarakat pedesaan. Salah satu bentuk kepedulian pemerintah dalam upaya menunjang pembangunan wilayah pedesaaan adalah penambahan dana bantuan baik dana desa maupun alokasi dana desa yang semakin meningkat setiap tahunnya. Penambahan dana ini secara langsung dicantumkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pemerintah pusat menganggarkan dana desa secara nasional dalam APBN setiap tahunnya. Karena diyakini bahwa dengan dana desa maka dapat lebih efektif dalam pemberdayaan dan pemerataan pembangunan pedesaan. Dana desa yang dikucurkan langsung dari APBN setiap tahunnya mengalami peningkatan secara signifikan seperti yang dijelaskan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1.2

Anggaran Dana Desa dari APBN Tahun 2015-2017 (dalam triliun rupiah)

Tahun Anggaran Dana Desa

2015 20,8

2016 47

2017 60

Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Data olah 2018)

(8)

Dana desa yang diterima oleh seluruh desa kemudian dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat demi kemajuan desa. Kemudian untuk sumber penerimaan desa yang kedua yakni alokasi dana desa juga tidak jauh berbeda dari dana desa. Dana bantuan yang diambil dari APBD masing-masing kabupaten atau kota ini juga selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Seperti halnya alokasi dana desa di Kabupaten Jombang. Alokasi dana desa yang sudah diterima dari pemerintah kabupaten kemudian dibagi rata untuk 306 desa di Kabupaten Jombang. Tidak terkecuali juga untuk Kecamatan Bandar Kedungmulyo. Sejumlah sebelas desa di Kecamatan Bandar kedungmulyo juga mendapatkan pagu alokasi dana desa yang sama, namun pengalokasiannya berbeda-beda untuk setiap desa dikarenakan tergatung dari kondisi dan keadaan dari masing-masing desanya. Dalam artian masing-masing desa sudah memiliki bobot tertentu dan hal ini digunakan untuk distribusi dari alokasi dana desa tersebut. Sehingga masing-masing desa mendapatkan jumlah alokasi dana desa yang berbeda.

Kecamatan Bandar Kedungmulyo sendiri adalah salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Jombang yang secara geografis dapat dikatakan cukup jauh dari pusat pemerintah kabupaten. Maka secara tidak langsung pengawasan dari pemerintah kabupaten pun kurang maksimal. Di sisi lain, dari pihak pemerintah Kabupaten Jombang selalu memberikan kucuran dana yang diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setiap tahunnya. Pemerintah Kabupaten Jombang juga memberikan tambahan dana setiap tahunnya untuk alokasi dana desa. Anggaran alokasi dana desa dari Pemerintah Kabupaten Jombang untuk Kecamatan Bandar Kedungmulyo juga semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel di bawah ini yang mana terjadi kenaikan anggaran setiap tahunnya yang digunakan untuk pembangunan desa di Kecamatan Bandar Kedungmulyo.

Tabel 1.3

(9)

Desa Realisasi Alokasi Dana Desa

2013 2014 2015 2016 2017

Bandar

Kedungmulyo 101.134 122.882 404.567 408.421 412.297 Banjarsari 90.823 110.353 373.354 376.912 380.488 Barongsawahan 52.737 114.424 372.500 376.049 379.617 Brangkal 103.620 125.902 389.947 393.663 397.398

Brodot 101.476 123.297 377.931 381.532 385.152

Gondangmanis 98.058 119.144 401.567 405.393 409.240 Karangdaganga

n 91.167 110.771 371.784 375.326 378.887

Kayen 104.478 126.944 391.104 394.830 398.577

Mojokambang 91.033 110.608 383.822 387.479 391.156 Pucangsimo 121.903 148.116 375.755 379.335 382.934

Tinggar 103.238 125.438 377.694 381.293 384.911

Sumber: Kecamatan Bandar Kedungmulyo dan BPKAD Kabupaten Jombang (Data olah 2018)

Dari data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa alokasi dana desa yang diterima oleh sebelas desa di Kecamatan Bandar Kedungmulyo seluruhnya mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Namun jumlah yang diterima dari masing-masing desa berbeda dikarenakan tergantung dari jumlah penduduk desa, jumlah penduduk miskin, serta luas wilayah desa. Sehingga dari pemerintah Kabupaten Jombang memberikan bobot yang berbeda untuk setiap desa.

(10)

masing-masing desa tersebut memanfaatkan dana yang telah diterima untuk pembangunan desanya. Seberapa besar manfaat untuk kemajuan dan pemberdayaan masyarakat desa dari pengaruh dana stimulan yang mana terdiri dari total dana desa serta alokasi dana desa. Dalam kasus ini Kecamatan Bandar Kedungmulyo yang setiap tahunnya menerima dana desa dan alokasi dana desa yang mengalami peningkatan signifikan. Sejumah dana yang telah diterima oleh sebelas desa di Kecamatan ini seharusnya memiliki peranan yang besar dalam menunjang pembangunan pedesaan.

Oleh karena itu, dari penjabaran uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh dari dana bantuan desa ini selama lima tahun. Yakni keseluruhan dari dana desa selama tiga tahun serta dari alokasi dana desa selama lima tahun. Sampai sejauh mana pengaruh dari dana bantuan keuangan desa ini, yaitu dana desa dan alokasi dana desa terhadap pemberdayaan masyarakat desa di Kecamatan Bandar Kedungmulyo. Berdasarkan fenomena dan data yang diperoleh maka peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul “Analisis Pengaruh Dana Bantuan Keuangan Desa Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Desa (Studi Kasus Kecamatan Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang Tahun 2013-2017).”

1.2 Rumusan Masalah

Dana bantuan keuangan desa yang mana mengalami peningkatan setiap tahunnya seharusnya diikuti dengan hasil yang optimal. Sehingga hal ini jika dilihat pada trend peningkatan dana desa maupun alokasi dana desa, pemerintah desa sebenarnya memiliki potensi yang besar dalam pembangunan desanya. Berdasarkan fenomena dana bantuan desa serta pembangunan desa yang telah dijelaskan di latar belakang maka rumusan masalah yang dapat diangkat antara lain sebagi berikut.

1. Bagaimana pengaruh dana bantuan keuangan desa terhadap pemberdayaan masyarakat desa?

2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi pemberdayaan masyarakat desa?

1.3 Tujuan Penelitian

(11)

1. Untuk mengetahui pengaruh dana bantuan keuangan desa terhadap pemberdayaan masyarakat desa.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pemberdayaan masyarakat desa.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut.

1. Manfaat Akademis

Dapat digunakan sebagai bahan ajaran dan pengetahuan mengenai pemanfaatan serta pengaruh dari dana bantuan keuangan desa. Kemudian juga wawasan yakni realitas dari pemerintah desa dalam pembangunan desa berdasarkan dana yang telah diterima dari dana desa maupun alokasi dana desa.

2. Manfaat Praktis

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari paper hasil pengabdian masyarakat ini adalah perlunya penguatan kelembagaan pembangunan Desa Tematik dapat dilakukan melalui pembangunan partisipatif untuk

Dalam hal Peraturan Bupati tentang Pagu Dana Desa, Alokasi Dana Desa, Dana Bagian Hasil Pajak Daerah dan Retribusi, Bantuan Keuangan Provinsi dan Bantuan

Dengan menggunakan metode goal programming diperoleh hasil yang kurang optimal jika output yang dihasilkan terpilih 1 distributor karena masih ada kekurangan untuk

Memang betul mereka itu menolak dan berusaha untuk membersihkan bermacam-macam pernyataan yang non-ilmiah (non scientific), akan tetapi banyak di antara mereka yang

Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor

Di Sumatera Barat bantuan dana bergulir kepada masyarakat miskin salah satunya adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang diperuntukkan

Dalam proses pengambilan pengaruh dari India, aspek-aspek yang diambil dari India oleh seseorang pemerintah dengan pemerintah lain di Asia Tenggara mungkin berbeza,

Hasil penelitian ini sesuai fokus penelitian yang telah ditetapkan,dapat disimpulkan bahwa kemampuan yang dimiliki petugas sudah baik dan meningkatkkan