• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pelayanan Panti Sosial Karya Wanita (PSKW)Parawasa Berastagi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Pelayanan Panti Sosial Karya Wanita (PSKW)Parawasa Berastagi"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Efektivitas

Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan. Menurut Barnard, bahwa efektivitas adalah tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama (Barnard, 1992 ; 27).

Dalam Ensiklopedia Umum (1977: 129), disebutkan bahwa efektivitas menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan. Usaha dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya secara ideal, taraf intensitas dapat dinyatakan dengan ukuran yang agak pasti.

Pengertian lain dikemukakan oleh Sarwoto, efektivitas atau berhasil guna adalah pelayanan yang baik, corak maupun mutunya, kegunaan benar sesuai dengan kebutuhan ini dalam mencapai tujuan organisasi (Sarwoto, 1991: 95).

Menurut Cambel J.P, pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling menonjol adalah :

1. Keberhasilan program 2. Keberhasilan sasaran 3. Kepuasan terhadap program 4. Tingkat input dan output

(2)

Sehingga efektivitas program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional dalam melaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Secara komprehensif, efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat melaksanakan semua tugas-tugas pokoknya atau untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya (Cambel, 1989 : 47). Sementara menurut Richard M. Steers, bahwa efektivitas merupakan suatu tingkat kemampuan organisasi untuk dapat melaksanakan seluruh tugas-tugas pokoknya atau pencapaian sasarannya.

Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat penulis simpulkan pengertian efektivitas yaitu keberhasilan suatu aktivitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan (sasaran) yang telah ditentukan sebelumnya. Lebih jelasnya apabila tujuan atau sasaran dapat dicapai sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya dikatakan efektif dan sebaliknya apabila tujuan atau sasaran tersebut tidak dapat dicapai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan maka aktivitas dikatakan tidak efektif.

Efektivitas dalam dunia riset ilmu-ilmu sosial dijabarkan dengan jumlah penemuan atau produktivitas, dimana bagi sejumlah sarjana sosial efektivitas sering kali ditinjau dari sudut kualitas pekerjaan atau program kerja. Singkatnya efektivitas memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang, tergantung pada kerangka acuan yang dipakai.

(3)

cara menentukan indikator dari efektivitas. Sehingga dengan demikian tentu akan lebih sulit lagi bagaimana cara mengevaluasi tentang konsep efektivitas.

Pengertian yang memadai mengenai tujuan ataupun sasaran organisasi merupakan langkah pertama dalam pembahasan efektivitas, dimana seringkali berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam awal usaha mengukur efektivitas yang pertama sekali adalah memberikan konsep tentang efektivitas itu sendiri.

Dari beberapa uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa efektivitas merupakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas suatu lembaga secara fisik dan rohani untuk mencapai tujuan serta meraih keberhasilan maksimal.

II.2 Konsep Pelayanan sosial II.2.1 Pelayanan sosial

Pelayanan sosial adalah aktivitas yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu para anggota masyarakat untuk saling menyesuaikan diri dengan sesamanya dan dengan lingkungan sosialnya.

Dalam batasan yang sempit, pelayanan sosial berarti bantuan pada orang miskin, pada anak-anak terlantar, yang terkena bencana alam, serta bantuan-bantuan lainnya yang ditujukan untuk membantu orang-orang kurang mampu secara ekonomi.

(4)

pelayanan dan sosial. Pelayanan berarti usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain, baik materi dan non materi, agar orang itu dapat mengatasi masalahnya sendiri. Dapat disimpulkan dari batasan tersebut bahwa pelayanan bukan hanya pemberian bantuan berupa uang, makanan, sandang, perumahan dan lain-lain yang bersifat materi melainkan juga bersifat non materi seperti bimbingan. Sedangkan sosial berarti kawan, yaitu : 1) suatu badan umum kearah kehidupan bersama manusia dan masyarakat, 2) suatu petunjuk kearah usaha-usaha menolong orang miskin dan sengsara. (Soetarso, 1977: 78)

Lebih lanjut Suparlan dan kawan-kawan mengatakan bahwa pelayanan sosial adalah aktivitas yang terorganisasi bertujuan membantu para anggota masyarakat saling menyesuaikan diri dengan sesamanya dan lingkungan sosialnya. (Suparlan, 1983: 93)

Selanjutnya Syarif Muhidin (1981: 68) memberikan defenisi pelayanan sosial dalam arti luas dan sempit, yaitu:

1. Pelayanan dalam arti luas adalah pelayanan yang mencakup fungsi pengembangan termasuk pelayanan sosial dalam bidang pendidikan, kesehatan, tenaga kerja, dan sebagainya.

2. Pelayanan dalam arti sempit adalah pelayanan sosial yang mencakup pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung, seperti pelayanan sosial bagi anak-anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna susila, dan sebagainya.

(5)

menjamin suatu tingkatan dasar dalam penyediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan dan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan untuk meningkatkan kehidupan bermasyarakat, serta kemampuan perorangan untuk melaksanakan fungsi-fungsinya. Untuk memperlancar kemampuan menjangkau dan menggunakan pelayanan-pelayanan serta lembaga-lembaga yang telah ada, dan membantu warga masyarakat yang mengalami kesulitan dan keterlantaran.

II.2.2 Klasifikasi Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial sebagai suatu kegiatan yang terorganisasi bertujuan untuk membantu tercapainya penyesuaian timbal balik antara seseorang atau kelompok dengan lingkungannya.

Klasifikasi pelayanan sosial dikemukakan oleh Alfred J. Khan dengan berdasarkan pada fungsinya sebagai berikut, yaitu :

1. Pelayanan sosial untuk tujuan sosialisasi dan pengembangan

Tujuan kegiatan ini adalah sosialisasi, menanamkan pemahaman akan tujuan dan motivasi, serta meningkatkan mutu perkembangan kepribadian.

2. Pelayanan sosial untuk tujuan penyembuhan, pemberian bantuan, rehabilitasi dan perlindungan sosial

(6)

3. Pelayanan sosial untuk membantu orang menjangkau dan menggunakan pelayanan sosial yang sudah ada dan pemberian informasi dan nasihat.

Pelayanan sosial yang disusun dengan baik dan disampaikan dengan efektif akan dapat memenuhi kebutuhan dan bahkan menciptakan kepuasan.

Pelayanan sosial yang dilaksanakan secara luas dan mempunyai karakter fundamental akan dapat memperluas perubahan sosial dan meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat.

II.2.3 Program-program pelayanan sosial

Program-program pelayanan sosial merupakan bagian dari intervensi kesejahteraan sosial. Pelayanan-pelayanan sosial meliputi kegiatan-kegiatan atau intervensi kasus yang dilaksanakan secara diindividualisasikan, langsung dan terorganisasi, yang bertujuan membantu individu, kelompok dan lingkungan sosial dalam upaya mencapai saling penyesuaian.

Bentuk-bentuk pelayanan sosial sesuai dengan fungsi-fungsinya adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan akses : mencakup pelayanan informasi, rujukan pemerintah, nasehat dan partisipasi. Tujuannya membantu orang agar dapat mencapai atau menggunakan pelayanan yang tersedia.

(7)

kesejahteraan anak, pelayanan kesejahteraan sosial mendidik dan sekolah, perawatan bagi orang-orang jompo dan lanjut usia.

3. Pelayanan sosialisasi dan pengembangan, misalnya taman penitipan bayi dan anak, keluarga berencana, pendidikan keluarga, pelayanan rekreasi bagi pemuda dan masyarakat yang dipusatkan atau community centre (Nurdin, 1989: 50).

II.2.4 Standard Pelayanan Sosial

Kata “standard” yang digunakan disini dapat berarti : a. suatu norma bagi pelayanan sosial

b. suatu bentuk norma atau peraturan tertentu yang sengaja disusun untuk digunakan sebagai pedoman.

Adapun jenis standard pelayanan sosial itu adalah: 1. Standard Minimum

Standard ini digunakan kalau pemerintah menginginkan penentuan persyaratan wajib untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan sosial. Badan-badan sosial didorong untuk melampaui standard minimum ini.

2. Standard Maksimum

Standard ini merupakan sasaran pencapaian mutu pelayanan tertinggi yang ditentukan oleh pemerintah selama jangka waktu tertentu. Standard maksimum ini dapat digunakan dalam perencanaan kesejahteraan sosial jangka panjang.

3. Standard Realistis

(8)

Pelayanan sosial secara umum dapat dibagi dalam dua kategori yang saling menunjang dan saling melengkapi yaitu pelayanan yang melalui panti dan pelayanan diluar panti. Keduanya harus tercakup dalam standard yang berisikan :

1. Bangunan dan fasilitas lingkungannya

Bangunan dan fasilitas lingkungan merupakan objek yang secara langsung digunakan untuk menampung atau menyembuhkan penerima pelayanan. Biasanya luas panti untuk satu orang kelayan digunakan sebagai standard luas bangunan. Verifikasi, tata lampu, peralatan kesehatan, dan keselamatan merupakan hal-hal yang dimaksudkan dalam jenis-jenis bangunan yang akan dibangun.

2. Peralatan

Peralatan ini mencakup tempat tidur, meja, kursi dan lain-lain yang digunakan baik secara perorangan maupun secara bersama-sama.

3. Pelayanan Operasional

Mencakup hal-hal sebagai berikut :

- Makanan (kalori, mutu, jenis menu, fasilitas dapur, perabotan pecah belah dan lain-lain)

- Pakaian (jumlah fasilitas cucian, frekuensi pergantian) - Kesehatan dan kebersihan

- Rekreasi dan kegiatan-kegiatan pengisian waktu luang 4. Pelayanan Profesional

(9)

- Asuhan (jumlah dan tugas-tugas pengasuh)

- Pekerja sosial dan pelayanan profesional lain yang terkait (jumlah dan tugas-tugas pekerja sosial, psikolog, psikiater, perawat, penyuluh dan sebagainya).

- Pelayanan pendidikan - Latihan kerja

- Pelayanan bimbingan lanjut 5. Tenaga

Standard ini mencakup kualifikasi petugas, seleksi dan peremajaan, kondisi kerja, perawatan kesehatan, dan jaminan-jaminan lainnya.

6. Administrasi

Mencakup supervise, latihan dan pengembangan petugas, pencatatan tugas-tugas profesional maupun pelayanan rutin, ketatausahaan keuangan, peraturan-peraturan intern, hubungan dengan masyarakat dan sebagainya.

II.3 Prostitusi/ Pelacuran dan Penyebabnya

Prostitusi berasal dari kata “prostituere” (bahasa latin) yang berarti menonjolkan diri dalam hal-hal yang buruk atau tercela atau menyerahkan diri secara terang-terangan kepada umum.

(10)

Adapun bentuk dan polanya bermacam-macam, ada yang langsung tersedia di tempat-tempat (di rumah-rumah), yang dinamakan bordil dan lokalisasi. Biasanya pelacur-pelacur yang berada di tempat tersebut dipelihara oleh seseorang yang dinamakan Germo, dan oleh si germo dia diatur dan harus menurut kehendak si germo, bahkan menurut penelitian-penelitian sebagian besar hasil WTS yang bersangkutan diambil oleh sang germo.

Ada pula pelacur-pelacur yang hanya melayani panggilan-panggilan untuk diajak ke suatu tempat tertentu seperti di hotel-hotel, pesanggrahan atau rumah-rumah tertentu, pelacur ini dinamakan “call girl” (wanita panggilan). Call girl ini jaring-jaringnya juga cukup rapi hingga agak sulit diketahui, biasanya ada perantara-perantaranya yang umumnya dari kalangan tukang becak, supir taxi dan lain-lain.

Yang paling menyolok adalah apa yang dinamakan pelacuran jalanan dimana para WTS berkeliaran di pojok-pojok jalan secara menyolok sekali, seolah-olah menjajakan diri secara terang-terangan. Biasanya mereka dibawa-bawa oleh yang menghendakinya.

Ada juga yang mengkategorikan pelacuran dengan kelas-kelas seperti : a. pelacuran kelas rendahan (jalanan, bordil-bordil murahan)

b. pelacuran menengah yang berada di bordil-bordil tertentu yang cukup bersihan dan pelayanannya baik

(11)

Pada saat ini bentuk-bentuk pelacuran di Indonesia dapat dikatakan bertambah lagi dengan apa yang dinamakan pelacuran tersembunyi (terselubung) dalam bentuk-bentuk kerja jasa lainnya yang sulit dibuktikan, misalnya terselubung dalam pekerjaan tukang-tukang pijat di hotel dan bersembunyi di tempat-tempat mandi uap dan pijat tertentu yang terdapat di kota-kota besar. Semakin unik bentuk-bentuk pelacuran semakin sulit pula pelacuran ditanggulangi apalagi dilenyapkan.

II.3.1 Pengertian

1. Tuna susila adalah seorang wanita, pria dan waria (wanita pria) yang melakukan hubungan seksual di luar pernikahan dengan tujuan untuk mendapatkan imbalan uang, materi dan/ atau jasa.

2. Wanita tuna susila (WTS) adalah wanita yang melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya secara berulang-ulang dan bergantian di luar perkawinan yang sah dengan mendapat imbalan uang, materi, dan/atau jasa.

II.3.2 Faktor Penyebab Prostitusi/Pelacuran

Masalah WTS atau pelacuran sudah terjadi sejak dulu seiring dengan perjalanan perilaku manusia, (dalam simandjuntak,1981) dikemukakan beberapa teori kemiskinan menimbulkan kejahatan dan pemberontakan, Taft mengatakan crime is a product of culture yaitu benturan budaya atau norma dimana individu

(12)

WTS sebagian besar berasal dari pergaulan kurang baik, keluarga yang tidak mampu mendidik, kekurangan atau kehilangan cinta kasih.

(13)

II.3.3 Prostitusi/Pelacuran sebagai masalah sosial

Prostitusi atau pelacuran merupakan masalah sosial yang besar pengaruhnya bagi perkembangan moral. Pelacuran merupakan profesi yang sangat tua usianya, setua umur kehidupan manusia. Pelacuran sebagai masalah sosial atau menjadi objek urusan hukum dan tradisi dari sejarah kehidupan manusia sampai sekarang, dan selalu ada sampai setiap tingkatan peradaban, perlu di tanggulangi dengan kesungguhan.

Di banyak negara pelacuran dilarang bahkan dikenakan hukuman, juga dianggap sebagai perbuatan hina oleh setiap anggota masyarakat. Akan tetapi, sejak adanya masyarakat manusia pertama hingga dunia akan kiamat nanti mata pencaharian pelacuran akan tetap ada, sukar bahkan hampir tidak mungkin diberantas dari muka bumi ini selama masih ada nafsu-nafsu seks, nafsu yang lepas kendali.

II.3.4 Akibat-akibat Pelacuran

Pelacuran menimbulkan berbagai masalah, yaitu menyangkut aspek medis, sosial ekonomi, dan moril.

1. Aspek medis

(14)

2. Aspek sosial ekonomi

Pengaruh adanya WTS pada aspek sosial ekonomi sangat besar, karena bisa melumpuhkan, menghancurkan atau merusak potensi bangsa, bahkan menurut Loothorp dalam buku The rising tide of colour mensinyalir bahwa dengan adanya WTS timbul gejala-gejala lapisan terbawah di masyarakat tidak dapat ikut serta dalam kemajuan, mereka dengan sendirinya akan mempunyai nasib yang sangat jelek sehingga mempengaruhi tujuan masyarakat dalam mempertahankan nilai sosial seperti kerja sama atau kekompakan dan partisipasi pembangunan menjadi rusak (Simandjuntak.B, 1981). Selain pada aspek sosial, dampak adanya WTS menjadi beban ekonomi finansial, hal ini karena banyaknya penyakit akibat pelacuran seperti tersebut diatas membebani keuangan negara, dimana dengan adanya berbagai penyakit tersebut pemerintah terpaksa harus mengeluarkan uang atau penyediaan obat untuk mengatasi penyakit maupun kegiatan atau upaya-upaya seperti membangun sebuah panti untuk rehabilitasi dan mencegah meluasnya permasalahan dan gejala-gejala lain yang berkaitan dengan dampak pelacuran.

3. Aspek Moril

(15)

merupakan objek pemuas seks laki-laki. Hal ini merupakan awal lahirnya demoralisasi atau mengesampingkan norma (mengabaikan value system) masyarakat.

II.4 Sistem Pembinaan di Panti sebagai Pelayanan Sosial

Panti sebagai lembaga sosial merupakan tempat dimana terdapat kebutuhan yang beraneka ragam dari para penghuninya. Kebutuhan ini mempunyai konsekuensi adanya tanggung jawab panti untuk memenuhi kebutuhan itu. Salah satu sistem pelayanan sosial adalah melalui panti. Panti artinya tempat, sarana atau rumah, sedangkan pelayanan adalah usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain baik materi maupun non materi.

Penyantunan WTS dalam sistem perpantian berlangsung selama setengah tahun dengan penjadwalan kegiatan sebagai berikut :

- tahap awal klien sudah diterima di panti

- tahap rehabilitasi sosial berupa kegiatan pengajaran pendidikan, bimbingan sosial dan mental, latihan keterampilan. Tahap ini dilaksanakan selama 2 bulan lamanya

- tahap resosialisasi/persiapan penyaluran yaitu pemantapan bimbingan sosial dan mental serta latihan keterampilan

- tahap bimbingan lanjut.

(16)

berfungsi untuk pemulihan fungsi sosial yang terganggu, pengadaan sumber-sumber dan pencegahan terhadap disfungsi sosial sesuai dengan hakekat pembangunan sosial yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia maka hakekat pelayanan panti menyangkut aspek kehidupan dan penghidupan penghuninya serta pada hakekatnya pelayanan itu bersifat kuratif, rehabitatif, dan developmental.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa panti merupakan suatu tempat yang berfungsi untuk memberikan santunan/ rehabilitasi kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial agar dapat memerankan fungsi sosial mereka secara wajar dan memadai sesuai dengan harkat dan martabat manusia didalam tata kehidupan normal.

II.5 Kerangka Pemikiran

Prostitusi atau Pelacuran merupakan salah satu masalah sosial yang kompleks, mengingat prostitusi merupakan peradaban yang termasuk tertua di dunia dan hingga saat ini masih terus ada pada masyarakat kita. Banyak hal yang melatarbelakangi wanita menjadi pelacur/ WTS antara lain karena faktor ekonomi, psikologis, kelonggaran kultur masyarakat di sekitar dan faktor lainnya.

(17)

fungsi yang dilakukan pemerintah adalah dengan melakukan usaha rehabilitasi, untuk mempersiapkan mereka agar dapat secara utuh kembali ke masyarakat.

(18)

Bagan 1

Kerangka Pemikiran Secara Sistematis

Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Parawasa

Pelayanan :

a. Program Pendidikan

b. Bimbingan sosial

c. Bimbingan mental

d. Bimbingan keterampilan

Wanita Binaan Sosial

Perkembangan yang dihasilkan : - memiliki keterampilan

- dapat berfungsi sosial dengan baik

(19)

II.6 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional II.6.1 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. (Singarimbun, 1989: 33)

Untuk memfokuskan penelitian ini peneliti memberikan batasan konsep yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu :

1. Efektivitas adalah Suatu pencapaian tujuan secara maksimal dengan sarana yang dimiliki melalui program-program tertentu.

2. Pelayanan sosial adalah aktivitas yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu masyarakat untuk saling menyesuaikan diri dengan sesamanya dan dengan lingkungan sosialnya.

3. Wanita Tuna Susila adalah seorang wanita yang mengadakan hubungan seksual dengan seorang pria atau lebih diluar pernikahan dengan sengaja atau berpengharapan mendapat upah sebagai balas jasa, sehingga menjadi kebiasaan. Dalam hal ini sama dengan istilah pelacur, penjaja seks, kupu-kupu malam, balon, lonte, cabo, sundal, pecun.

(20)

II.6.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. (Singarimbun, 1989: 63)

Untuk melihat variabel-variabel dan indikator-indikator dalam penelitian ini dapat dilihat dari jenis pelayanan yang diberikan, yaitu sebagai berikut :

1. Program pelayanan PSKW Parawasa yang diukur meliputi :

a. Bimbingan sosial adalah bimbingan yang diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab sosial serta memulihkan kemauan dan kemampuan untuk penyesuaian dirinya secara normatif. Antara lain: berupa kegiatan ceramah hukum dan moral, simulasi dan ceramah P4, kadarkum (kelompok sadar hukum). b. Bimbingan mental adalah bimbingan yang diberikan dengan tujuan

untuk memberikan kemampuan pemeliharaan kondisi sehat fisik, integrasi diri, rasa percaya diri dan disiplin diri. Bimbingan ini berupa snam kesegaran jasmani, kegiatan ceramah keagamaan, diskusi, sholat dan kegiatan lainnya. Bimbingan ini diberikan oleh petugas dari Departemen Agama bekerjasama dengan petugas panti yang diberikan satu kali dalam sehari.

(21)

dan tata rias yang diberikan oleh petugas dari Departemen Perindustrian bekerjasama dengan petugas panti.

2. Sarana dan Prasarana atau fasilitas yang tersedia : a. Gedung dan bangunan-bangunan

b. Tempat ibadah c. Kegiatan olah raga

3. Kesejahteraan dan kemandirian klien/ wanita binaan, meliputi : a. Dapat Berfungsi Sosial

Referensi

Dokumen terkait

Dari intepretasi memang diketahui bahwa tempat yang memiliki nilai porositas besar tersebut merupakan bright spot yang merupakan salah satu ciri-ciri adanya

Data antropometri ibu hamil meliputi berat badan sebelum dan selama kehamilan, tinggi badan, lingkar pinggang, lingkar pinggul, LLA, dan tinggi fundus.. Berat badan sebelum

However a number of industries require more than the Earth observation data that is being pushed to them … they require information tailored to their needs, at a resolution,

The freely available open-source DEM datasets such as Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer-Global Digital Elevation Model (ASTER GDEM), Shuttle

This study demonstrated that the model of GOCE satellite mission provides better and more reliable information on the gravity anomaly when compared to another model from

Pengecualian dari instrumen ekuitas AFS, jika, pada periode berikutnya, jumlah penurunan nilai berkurang dan penurunan dapat dikaitkan secara objektif dengan sebuah peristiwa

The analysis of regional sea level rate over the Malaysian seas from multi-mission satellite altimetry has been conducted previously by Din (2014), with regard to the

Specifically the world heritage site of Lahore Fort, historic public squares and neighbourhoods of the Walled City of Lahore for a master conservation plan