• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efisiensi Usahatani Padi Sawah di Desa Sumber Tani Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara : Suatu Pendekatan Stochastic Frontier Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Efisiensi Usahatani Padi Sawah di Desa Sumber Tani Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara : Suatu Pendekatan Stochastic Frontier Chapter III V"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara Kecamatan Talawi dengan pertimbangan berdasarkan data produktivitas pada Tabel 1 kabupaten ini merupakan salah satu sentra pendukung produksi padi akan tetapi produktivitasnya masih sebesar 4,66/ha berada dibawah ketetapan yang dikeluarkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), bahwa usahatani padi bila dikelola dengan baik dapat menghasilkan GKG sebesar 5-8 ton/ha. Kecamatan Talawi dipilih karena berdasarkan data pada Tabel 2produktivitasnya merupakan yang terendah kedua yaitu 50,74 Kw/Ha.Sedangkan Desa Sumber Tani dipilih karena merupakan desa dengan luas lahan beririgasi yang terluas yaitu 285 Ha dan juga memiliki populasi petani terbanyak yaitu 375 orang.

3.2 Metode Penentuan Sampel

(2)

akan tetapi sampel yang diperoleh tersebar dan dianggap telah mewakili populasi petani di Desa Sumber Tani.Adapun jumlah populasi petani di Desa Sumber Tani adalah 375 orang.

Dengan menggunakan rumus Slovin (Chalil dan Barus, 2013) diperoleh jumlah sampel sebanyak 79 orang.Dengan perhitungan sebagai berikut :

� = +��� 2 = + , 2 = 79

Dimana :

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

e = Batas toleransi kesalahan (α=10%)

3.3 Metode Pengumpulan Data

(3)

Tabel 4. Jenis data yang digunakan dalam penelitian

Variabel Jenis Data Sumber Data

Produksi Data primer Kuesioner

Luas lahan Data primer Kuesioner

Bibit Data primer Kuesioner

Pupuk Data primer Kuesioner

Pestisida Data primer Kuesioner

enaga kerja Data primer Kuesioner

raktor Data primer Kuesioner

ingkat pendidikan Data primer Kuesioner

Pengalaman bertani Data primer Kuesioner

mlah lahan yang diusahakan Data primer Kuesioner

Ketersediaan modal Data primer Kuesioner

Serangan hama Data Primer Kuesioner

3.4 Metode Analisis Data

(4)

X3 = Traktor (jam/ha)

X4 = Pupuk (kg/ha)

X5 = Pestisida (ml/ha)

Untuk menguji hipotesis 1 dilakukan 2 pengujian yaitu : 1. Uji parsial (uji-t) dengan kriteria

H0 μ i=0 ; i=1,2,...n

H1μ i≠ 0 i = 1,2,..n

Bila -t-tabel≤t-hitung≤t-tabel dan nilai signifikansi > α=10%, maka tidak tolak H0.

2. Uji serempak (uji-F) dengan kriteria H0μ 1= 2=.. n=0

H1μ 1≠ 2≠.. n≠ 0

Bila -F-tabel≤F-hitung≤F-tabel dan nilai signifikansi > α=10%, maka tidak tolak H0.

Identifikasi masalah 2 dianalisis dengan metode analisis regresi linear berganda pada persamaan biaya dengan alat bantu SPSS. Adapun persamaannya adalah :

C= a0 + b1Px1+b2Px2+b3Px3+b4Px4+b5Px5+b6Y

Dimana :

C = Biaya produksi padi sawah (Rp/ha) X1 = Harga bibit (Rp/kg)

X2 = Upah tenaga kerja (Rp/rante)

X3 = Sewa traktor (Rp/rante)

(5)

X5 = Harga pestisida (Rp/ml)

Y = Produksi (Kg/ha)

Untuk menguji hipotesis 2 dilakukan 2 pengujian yaitu : 3. Uji parsial (uji-t) dengan kriteria

H0 μ 1= 0 i= 1, 2,...n

H1μ 1≠ 0 i= 1,2,...n

Bila -t-tabel≤t-hitung≤t-tabel dan nilai signifikansi > α=10%, maka tidak tolak H0.

4. Uji serempak (uji-F) dengan kriteria H0μ 1= 2=.. n = 0

H1μ 1≠ 2≠.. n≠ 0

Bila -F-tabel≤F-hitung≤F-tabel atau nilai signifikansi > α=10%, maka tidak tolak H0.

Identifikasi masalah 3 dianalisis menggunakan metode Stochastict Frontier

dengan alat bantu Software Frontier 4.1. Secara umum adapun model dari fungsi Stochastict Production Frontier adalah :

Yi = f (xi ; ) + εi i= 1,2,..., N

Dimana :

Yi = Output pada usahatani i

xi = Input

= Parameter yang akan diestimasi

εi = Errror term

εi = vi - i

(6)

vi = Gangguan stokastik seperti cuaca, bencana alam, keberuntungan, dan gangguan statistik lainnya. Dimana berdistribusi normal dengan mean 0

dan varians (σv2) konstan.

�� = Gangguan efisiensi teknis usahatani i, merupakan non negatif error term

tidak berdistribusi normal dimana i≥ 0. (Bacman et all, 2011)

Pemberian sejumlah input (vektor xi) akan menghasilkan ouput maksimum jika

tidak terjadi gangguan efisiensi maka persamaanya adalah : Y*= exp (xi + vi)

Dimana :

Y* = Output optimum (frontier) petani i xi = Input

= Parameter yang akan diestimasi vi = Gangguan stokastik

Akan tetapi pada kenyataannya ouput yang diperoleh petani dilapangan tidak sebesar Y* karena ada gangguan efisiensi yang menyebabkan ouput lebih rendah dari yang seharusnya diperoleh petani. Maka persamaannya adalah :

Y = exp (xi + vi - i )

Dimana :

Y = Output yang diperoleh petani i xi = Input

= Parameter yang akan diestimasi vi = Gangguan stokastik

(7)

Maka teknikal efisiensi merupakan perbandingan antara ouput yang diperoleh

= Parameter yang akan diestimasi

Secara prinsip, Aigner et all (1977) menyarankan menggunakan fungsi likelihood

untuk mengukur parameter dari kedua varians error dengan rumus :

� = �� + �� dan = ��

2

�2

Nilai parameter harus berada diantara satu dan nol, dimana nilai nol

menunjukkan seluruh deviasi frontier seutuhnya berada pada gangguan statistik dan nilai satu menunjukkan frontier seutuhnya berada pada kondisi efisien.

Pengujian hipotesisnya adalah : H0 : TE = 1, efisien.

H1 : TE <1, inefisien.

Menurut Coelli (2005) Fungsi biaya secara umum adalah : C (P, Y) = min (Px1,Px2,Px3,Px4,Px5, Y)

Dimana :

(8)

� = Harga tenaga kerja (Rp/rante)

� = Harga traktor (Rp/rante)

� = Harga pupuk (Rp/Kg)

� = Harga pestisida (Rp/ml) Y = Produksi (Kg)

Dan fungsi Stokhastic Cost Frontier adalah :

Ci = f (Y,Pi ; ) + εi i= 1,2,..., N

Dimana :

Ci = Biaya pada usahatani i

Pi = Harga input

Y = Produksi

= Parameter yang akan diestimasi

εi = Error term

N = Jumlah sampel

εi = vi - i

Dimana :

vi = Gangguan stokastik seperti cuaca, bencana alam, keberuntungan, dan

gangguan statistik lainnya. Dimana berdistribusi normal dengan mean 0 dan varians (σv2) konstan.

i = Gangguan efisiensi biaya, merupakan non negatif error term tidak

berdistribusi normal dimana i ≥ 0 yang menunjukkan kondisi inefisien

biaya dari usahatani i.

(9)

(biaya frontier) terhadap total biaya sebenarnya (observasi). Disederhanakan

= Parameteryang akan diestimasi

CE berada diantara 1 dan 0 yang disimbolkan dengan (0≤CE(yi,Pi)≤1).

(10)

Identifikasi masalah 4 dianalisis dengan metode regresi linear berganda pada persamaan efisiensi teknis.Persamaannya adalah sebagai berikut :

�� = + � + � + � + � + �

Dimana :

Te = Efisiensi teknis

z1 = Tingkat pendidikan petani (tahun)

z2 = Pengalaman bertani (tahun)

z3 = Ketersediaan modal (persen)

z4 = Jumlah lahan yang diusahakan (petak)

z5 = Serangan hama (dummy 1: d=1 terserang, d=0 tidak terserang)

Untuk menguji 4 hipotesis juga dilakukan 2 pengujian yaitu : 1. Uji parsial (uji-t) dengan kriteria

H0 μ i=0 i= 1,2,...n

H1μ 1≠ 0 i= 1,2,...n

Bila -t-tabel≤t-hitung≤t-tabel maka tidak tolak H0 atau bila diperoleh nilai

signifikansi > α=10%.

2. Uji serempak (uji-F) dengan kriteria H0μ 1= 2=.. n=0

H1μ 1≠ 2≠.. n≠ 0

Bila -F-tabel≤F-hitung≤F-tabel dan nilai signifikansi > α=10%, maka tidak tolak H0.

Sebelum dilakukan pengolahan pada data, maka dilakukan beberapa uji pada data. Adapun uji-uji yang dilakukan pada data adalah :

(11)

Uji linearitas untuk persamaan produksi, biaya produksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi adalah dengan uji Ramsey-Reset test dengan alat bantu software eviews. Adapun hipotesis ujinya adalah :

H0μ 1= 2= n= 0

H1μ 1= 2= n ≠ 0

Dimana jika signifikansi fitted^2>α= 10% maka tidak tolak H0 dan sebaliknya.

2. Uji Normalitas Data

Variabel ui (residual) berdistribusi normal, artinya nilai u(untuk setiap

nilai Xi) berdistribusi simetris.Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Sebagai dasar bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Ada dua cara yang digunakan untuk menguji normalitas :

1. Analisis grafik (normal P-P plot) 2. Uji one sample Kolmogorov-Smirnov

Hipotesis yang diajukan adalah H0 : = 0, distribusi normal

H1μ ≠ 0, distribusi tidak normal

Dimana jika signifikansi >α= 10% maka tidak tolak H0dan sebaliknya.

3. Uji asumsi klasik terdiri dari multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi

a. Multikolinearitas

(12)

yang tidak nyata.Multikolinieritas dapat dilihat darinilai koefisien korelasi antara

variabel bebas ≥ 0,8. Multikolinearitas juga dapat dilihat dari nilai variance

inflation factor (VIF).Karena jika R2 naik maka varians dan standar errornya juga naik sehingga meningkatkan hubungan antar parameter variabel.

VIF =

−�2 = − , 2 = 2,77

H0 μ = 0 μTidak terjadi multikolinearitas pada model : VIF variabel<VIF

model

H1 : ≠ 0 :Terjadi multikolinearitas pada model : VIF variabel > VIF model

b. Heteroskedastis

Heteroskedastisitas terjadi bila variansnya tidak konstan, sehingga seakan-akan ada beberapa kelompok data yang mempunyai besaran eror yang berbeda-beda sehingga bila diplotkan dengan nilai Ŷi akan membentuk suatu pola. Heteroskedastisitas dapat dilihat dengan metode grafik yaitu memplotkan ui2 dan

Ŷi. Heteroskedastisitas akan terdeteksi bila plot menunjukkan pola yang sistematis.

c. Autokorelasi

Uji autokorelasi dengan uji Durbin-Watson dimana membandingkan nilai durbin watson yang diperoleh dengan nilai Durbin-Watson tabel, kriterianya adalah : Kriteria pengujian;

 Bila d < dL → tolak H0

Berarti ada autokorelasi yang positif atau kecenderungannya ρ = 1

 Bila dL ≤ d ≤ dU → kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa

(13)

Artinya tidak ada autokorelasi positif maupun negatif

 Bila 4 - dU ≤ d ≤ 4 –dL → kita tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa  Bila d > 4 - dL → tolak H0

Berarti ada autokorelasi yang negatif atau kecenderungannya ρ = -1(Gujarati, 1988).

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional

3.5.1. Defenisi

1. Efisiensi adalahsalah satu usaha intensifikasi untuk meningkatkan produktivitas

2. Efisiensi teknis adalah penggunaan input tertentu untuk menghasilkan output maximum.

3. Efisiensi biaya adalah penggunaan input minimum untuk menghasilkan output tertentu.

4. Efisiensi ekonomi merupakan perkalian efisiensi teknis dengan efisiensi biaya. 5. Fungsi produksi frontier adalah fungsi produksi untuk mengukur bagaimana

fungsi produksi sebenarnya terhadap posisi frontiernya.

6. Fungsi biaya frontier adalah fungsi biaya untuk mengukur bagaimana fungsi biaya frontiernya terhadap fungsi biaya sebenarnya.

7. Bibit adalah benih yang digunakan petani pada usahatani padi sawah baik benih unggul maupun benih hasil penangkaran sendiri diukur dalam satuan kilogram (kg).

(14)

9. Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan petani untuk mengendalikan hama penyakit kepinding, ulat, wereng dalam bentuk cair diukur dalam satuan mililiter (ml).

10.Tenaga kerja adalah tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga yang terlibat dalam usahatani padi sawah petani di daerah penelitian diukur dalam satuan waktu (Jam HOK).

11.Traktor adalah mesin pertanian yang disewa petani untuk mengolah lahan padi sawah yang dimilikinya diukur dalam satuan waktu(Jam).

12.Tingkat Pendidikan petani adalah kegiatan formal yang diperoleh petani dimana diukur dengan satuan tahun menggunakan skala rasio : untuk tingkat SD=6, SMP= 9, SMA= 12, S1= 17. Setiap angka menunjukkan perbedaan, semakin besar angka semakin tinggi pendidikannya (tahun).

13.Pengalaman bertani adalah pengalaman petani dalam melakukan usahatani padi sawah(tahun).

14.Ketersediaan modal : persentase modal sendiri dengan pinjaman yang dibutuhkan petani untuk usahatani padi sawah (persen)

15.Jumlah lahan yang diusahakan adalah jumlah lahan yang diusahakan petani untuk melakukan usahatani padi sawah (petak)

16.Serangan hama yang terjadi adalah serangan hama tikus pada saat musim tanam berlangsung yang menyebabkan kerusakan pada usahatani padi sawah. Digunakan variabel dummy D1=1 : terserang, D1= 0 : tidak terserang.

3.5.2. Batasan Operasional

(15)

2. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2015selama 1 MT yaitu MT sebelumya Oktober-Desember tahun 2014.

(16)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Desa Sumber Tani merupakan pemekaran dari Desa Sei Muka pada tahun 2011. Desa ini terdiri dari 8 dusun yaitu Dusun I Pasar Tengah, Dusun II Pasar Kacang 1, Dusun III Pasar Kacang 2, Dusun IV Pasar Kacang 3, Dusun V Pardomuan, Dusun VI Titi Putih, Dusun VII Sabarhita, dan Dusun VIII Rahayu. Seperti yang dijelaskan pada peta berikut ini :

Gambar 4. Peta Desa Sumber tani

(17)

Sebelah Selatan : Desa Binjai Baru

Sebelah Timur : Desa Mekar Mulio Kec. Sei Balai

Sebalah Barat : Desa Panjang, Desa Perkebunan Tanah Datar, dan Desa Perkebunan Petatal

Bertani merupakan mata pencaharian penduduk ketiga setelah pengangguran dan ibu rumah tangga yaitu sebanyak 14,27%. Adapun jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dijelaskan secara rinci pada Tabel 5 berikut ini :

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Sumber Tani Tahun 2014

No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1 Karyawan PTPN 0 0,00

16 Belum/tidak bekerja 1.254 42,31

2.964 100,00

Sumber : Kepala Desa, 2015. 4.1.1 Kondisi Irigasi

(18)

muaranya adalah waduk penampungan air yang terdapat diujung desa. Keberadaan irigasi memungkinkan petani untuk melakukan pertanaman sebanyak 2 kali setahun, MT-1 biasanya terjadi bulan Sep-Nov dan MT-2 bulan Maret-Mei.

4.1.2 Kondisi Kelompok Tani

Berdasarkan rencana defenitif kebutuhan kelompok (RDKK) terdapat 6 kelompok tani di desa ini dengan total luas tanam sebesar 249,25 Ha. Seperti yang dijelaskan pada Tabel 6 berikut :

Tabel 6. Daftar Nama Kelompok Tani dan Luas Tanam di Desa Sumber Tani

No Nama Kelompok Tani Lokasi Luas Tanam (Ha)

1. Anggiat Horas Dusun Pasar Kacang 38

2. Karya Maju Dusun 1 Pasar Kacang 24

3. Pintu Sodap Dusun 5 Pardomuan 20

4. Rukun Tani Dusun 7 dan Dusun 8 72,75

5. Setiabudi Dusun 2 dan Dusun 3 27

6. Suka Maju Dusun 5 Pardomuan 67,50

Total 249,25

Sumber : Kepala Desa, 2015.

Untuk mendapatkan sarana produksi tidaklah sulit,petani di Desa Sumber Tani dapat memperolehnya dari 2 kios saprodi yang terdapat di desa ini yaitu kios pupuk UD. Yusrian dan Kios pupuk Ridho Tani.

(19)

Data yang dikumpulkan dari daerah penelitian sebanyak 79 usahatani. Akan tetapi terdapat 14 data outlier sehingga jumlah sampel dikurangi menjadi 65 usahatani. Dari 65sampel usahatani, rata-rata umur petani di daerah penelitian adalah 44 tahun dengan pengalaman bertani selama 18 tahun. Luas lahan yang dimiliki petani di daerah ini cukup sempit yaitu rata-rata sebesar 0,45 ha. Sedangkan ketersediaan modal rata-rata petani sampel berada pada rentang 0%-100% yaitu 77%. Ketersediaan modal merupakan persentase perbandingan jumlah modal yang dimiliki sendiri dengan jumlah modal yang diperoleh dari pinjaman. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini :

Tabel 7. Kondisi Sosial Ekonomi Petani Sampel

Variabel Sosial Ekonomi Min Max Rata-rata

Umur (tahun) 23 73 44

Pengalaman Bertani (tahun) 1 52 18

Luas Lahan (ha) 0,12 1,4 0,45

Ketersediaan Modal (%) 0 100 77

Sumber : Lampiran 1, 2015.

Tingkat pendidikan petani di daerah penelitian yang paling tinggi adalah SMA sebanyak 35% dan yang paling rendah adalah S1 sebanyak 5%. Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini :

(20)

Petani di daerah penelitian menjual hasil padinya dalam bentuk gabah basah. Rata-rata produksi padi didaerah penelitian adalah 3998 kg/ha. Produksi maximum yang dapat dicapai sebesar 9460 kg/ha dan produksi minimum sebesar 260 kg/ha.

4.3.2. Bibit

Bibit yang digunakan petani adalah bibit unggul dan bibit biasa hasil penangkaran sendiri. Sebanyak 77% petani menggunakan bibit biasa dan hanya 23% petani yang menggunakan bibit unggul. Penjelasan rinci dapat dilihat pada Tabel 8 berikut:

Tabel 8. Penggunaan Bibit Berdasarkan Jenis Pada Usahatani Padi Sawah di Daerah Penelitian

enis bibit Jumlah usahatani Persentase (%)

Biasa 50 77

Unggul 15 23

Total 65 100

Sumber : Lampiran 1, 2015.

4.3.3 Tenaga Kerja

(21)

karena itu untuk mempersingkat waktu kerja ini biasanya digunakan tenaga kerja yang cukup banyak. Dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Penggunaan Rata-Rata Tenaga Kerja pada Tahapan Usahatani Padi Sawah di Daerah Penelitian.

No ahapan Kerja Rata-Rata Waktu

(JamHOK/ha/MT)

enaping Benteng 25

ersemaian 11

Cabut Tanam 157

emupukan 19

enyemprotan 61

embabat Benteng 15

anen 210

Sumber : Lampiran 6, 2015.

4.3.4 Traktor

Untuk pengolahan lahan petani di Desa Sumber Tani sudah menggunakan teknologi yang lebih moderen yaitu traktor. Akan tetapi tidak semua petani memiliki traktor, petani biasanya menyewa traktor dari petani lain. Adapun pengolahan lahan dilakukan 2 sampai 3 kali pengolahan. Tahapan pengolahan lahan tersebuat adalah mendolak (membalikkan tanah), kemudian meluku lalu mencacah. Rata-rata jam kerja traktor per ha adalah 29 jam/ha dapat dilihat pada Lampiran 2.

(22)

Jenis pupuk yang banyak digunakan petani di daerah penelitian adalah urea, ZA, SP-36, dan phonska. Akan tetapi, ada juga sebagian kecil petani yang menggunakan pupuk KCL, NPK, dan organik. Adapun rata-rata penggunaan pupuk petani dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Penggunaan Rata-Rata Pupuk pada Usahatani Padi Sawah di Daerah Penelitian

o. enis Pupuk Rata-Rata Jumlah (kg/ha/MT)

1. Urea 213

2. ZA 150

3. SP36 89

honska 171

5. Kcl 6

6. PK 26

7. Organik 52

Sumber : Lampiran 5, 2015

4.3.6 Pestisida

Petani di daerah penelitian menggunakan pestisida dari berbagai macam merek. Setelah dikelompokkan petani hanya menggunakan pestisida jenis insektisida, herbisida, dan fungisida. Jenis insektisida yang digunakan biasanya untuk mengendalikan hama kepinding, ulat, dan wereng.

4.3.7 Biaya Produksi

(23)

produksi petani per ha adalah Rp 13. 111.252,- sedangkan rata-rata harga faktor produksi dapat dilihat pada Tabel 11 berikut :

Tabel 11. Harga Rata-Rata Faktor Produksi di Daerah Penelitian

o. Jenis harga faktor produksi Harga rata-rata (Rp) Satuan

Bibit 6.727 /kg

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan rata-rata petani sampel sebanyak 49,23% pernah mendapatkan pelatihan tentang padi sawah dan 50,77% tidak pernah mendapatkan pelatihan tentang padi sawah (Lampiran 1, 2015).

Untuk penentuan dosis pupuk sebanyak 53,85% petani menentukannya berdasarkan kebiasaan, dan hanya 27,54% petani yang menentukannya berdasarkan anjuran. Penjelasan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 12:

Tabel 12. Penentuan Dosis Pupuk oleh Petani Sampel di Daerah Penelitian Penentuan Dosis Pupuk JumlahUsahatani Persentase (%)

Sesuai kebiasaan 35 53,85

Dari teman 7 10,17

Sesuai anjuran dari dinas pertanian 18 27,69

tergantung modal 5 7,69

Total 65 100,00

(24)

Dan untuk penentuan dosis pestisida sebanyak 29,23% petani menentukan dosis berdasarkan kebiasaan. Tidak ada petani yang mengetahui dosis pestisida dari anjuran petugas penyuluh lapangan (PPL) ataupun dari instansi terkait. Berikut penjelasannya secara rinci dalam Tabel 13:

Tabel 13. Penentuan Dosis Pestisida oleh Petani Sampel di Daerah Penelitian

Penentuan Dosis Pestisida Jumlah Usahatani Persentase (%)

Tergantung serangan 12 18,46

sesuai kebiasaan 19 29,23

Dosis pada label 9 13,84

Dari teman 3 4,61

Taksiran sendiri 9 13,84

Marketing pestisida 7 10,76

Pengalaman 6 9,23

Total 65 100,00

Sumber : Lampiran 1, 2015.

4.4 Analisis Produksi

(25)

untuk persamaan produksi (0,673>0,1) maka H0 : Distribusi normal tidak dapat ditolak (Lampiran 7 dan 10, 2015).

Persamaan produksi, juga telah memenuhi 3 asumsi klasik. Pada persamaan tidak terjadi multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Multikolinearitas dilihat dari nilai VIF setiap variabel, dimana nilainya<2,77 dapat dilihat pada lampiran 13. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas pada data dapat dilihat dari scatterplot. Scatterplot dari residual data menunjukkan tidak membentuk suatu pola tertentu, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin Watson diperoleh nilai Durbin Watson persamaan produksi 2,015menunjukkan tidak terjadi autokorelasi pada data(Lampiran 13 dan 18, 2015).

Model yang digunakan adalah persamaanSemilog Y, dari hasil analisisdata diperoleh persamaan :

Ln Y= 6,289+0,008X1+0,001X2-0,006X3+0,001X4+ 0,0522X5 (19,170) ( 2,540) (2,977) (-1,734) (3,963) (1,697)

R2 = 0,459 F-hit = 10,028 Prob F = 0,00 t-tabel = 1,66

(26)

Nilai F-hitung sebesar 10,028 dengan nilai signifikansi 0,00<0,1 artinya secara serempak variabel bebas bibit, tenaga kerja, traktor, pupuk, dan pestisida berpengaruh nyata terhadap variabel produksi padi.

Uji-t (parsial)

Nilai 1 variabel bibitadalah 0,008 artinya setiap penambahan bibitsebesar

1kg akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,008%. Nilai signifikansi 0,014<0,1 menunjukkan bahwa variabel bibitberpengaruh signifikan terhadap produksi padi.

Nilai 2 variabel tenaga kerjaadalah 0,001 artinya setiap penambahan

tenaga kerja sebesar 1jamHOK akan meningkatkan produksi sebesar 0,001%. Nilai signifikansi varibel tenaga kerja 0,004<0,1 menunjukkan bahwa variabel tenaga kerjaberpengaruh signifikan terhadap produksi padi.

Nilai 3 variabel traktoradalah -0,006 artinya setiap penambahan traktor

sebesar 1jam akan menurunkan produksi padi sebesar 0,006%. Nilai signifikansi varibel traktor 0,088<0,1 menunjukkan bahwa variabel traktorberpengaruh signifikan terhadap produksi padi.

Nilai 4 variabel pupukadalah 0,001 artinya setiap penambahan

pupuksebesar 1kg akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,001%. Nilai signifikansi variabel pupuk 0,000<0,1 menunjukkan bahwa variabel pupukberpengaruh signifikan terhadap produksi padi.

Nilai 5 variabel pestisidaadalah 0,005 artinya setiap penambahan

(27)

4.5Analisis Biaya Produksi

Prosedur yang sama juga dilakukan pada persamaan biaya produksi. Sebelum data diolah terlebih dahulu dilakukan uji linearitas pada data. Dari hasil analisis menggunakan uji Ramsey Reset Test diperoleh nilai signifikansi fitted^2 pada data level sebesar 0,57>0,1 maka persamaan yang digunakan adalah persamaan linear pada data level. Untuk menguji normalitas digunakan uji Kolmogorov Smirnov pada residual data. Setelah dilakukan pengujian diperoleh hasil signifikansi untuk persamaan biaya produksi 0,239>0,1maka H0 : Distribusi normal tidak dapat ditolak (Lampiran 8 dan 11, 2015).

(28)

F-hit = 11,579 Prob F = 0,000 t-tabel = 1,66

Koefisien determinasi R2= 0,545 yang berarti bahwa 54,50% variasi variabel terikat mampu dijelaskan oleh variabel bebasnya. Sedangkan sisanya sebesar 45,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Uji-F (serempak)

Nilai F-hitung sebesar 11,579 dengan nilai signifikansi 0,000<0,1 artinya secara serempak variabel bebas harga bibit, upah tenaga kerja, sewa traktor, harga pupuk, harga pestisida dan produksi padi berpengaruh nyata terhadap biaya produksi padi.

Uji-t (parsial)

Nilai 1 variabel harga bibitadalah 85,484 artinya setiap kenaikan harga

bibit sebesar Rp 1 akan meningkatkan biaya produksi sebesar Rp 85,484. Nilai signifikansi varibel harga bibit 0,427>0,1 menunjukkan bahwa variabel harga bibit tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya produksi padi.

Nilai 2 variabel upah tenaga kerjaadalah 152,512 artinya setiap

kenaikanupah tenaga kerjasebesar Rp 1 akan meningkatkan biaya produksi sebesar

(29)

Nilai 3 variabel sewa traktoradalah 25,140 artinya setiap kenaikan sewa

traktorsebesar Rp 1 akan meningkatkan biaya produksi sebesar Rp 25,140. Nilai signifikansi varibel sewa traktor 0,244>0,1 menunjukkan bahwa variabel sewa traktortidak berpengaruh signifikan terhadap biaya produksi.

Nilai 4 variabel harga pupukadalah 1222,945 artinya setiap kenaikan

harga pupuk Rp 1 akan meningkatkan biaya produksi sebesar Rp 1222,945. Nilai signifikansi variabel harga pupuk 0,013<0,1 menunjukkan bahwa variabel harga pupukberpengaruh signifikan terhadap biayaproduksi padi.

Nilai 5 variabel harga pestisidaadalah 5403,609 artinya setiap kenaikan

harga pestisidasebesar Rp 1 akan meningkatkan biaya produksi sebesar Rp 5403,609. Nilai signifikansi varibel harga pestisida 0,075<0,1 menunjukkan bahwa variabel harga pestisida berpengaruh signifikan terhadap biaya produksi padi.

Nilai 6 variabel produksi adalah 602,978 artinya setiap kenaikan

produksisebesar 1kg akan meningkatkan biaya produksi sebesar Rp 602,978. Nilai signifikansi variabel produksi 0,003<0,1 menunjukkan bahwa variabel produksi berpengaruh signifikan terhadap biaya produksi.

4.6Analisis Efisiensi

4.6.1 Efisiensi Teknis

(30)

teknis pada range 0,3-0,6 , dan 41,54% petani berada pada efisiensi teknis >0,6. Seperti yang dijelaskan pada Tabel 14 berikut ini :

Tabel 14. Nilai Efisiensi Teknis Usahatani Padi di Daerah Penelitian

Nilai efisiensi teknis Jumlah usahatani Persentase (%)

<0,3 7 10,17

0,3-0,6 31 47,69

>0,6 27 41,54

Total 65 100

Sumber : Lampiran 15, 2015.

Nilai = 0,λλ hal ini menunjukkan λλ% total variasi output dijelaskan oleh

efisiensi teknis usahatani. Rata-rata produksi petani adalah 3998 kg/ha dengan nilai efisiensi teknis rata-rata adalah 0,58.Jika efisiensi teknis dapat dicapai TE=1 maka produksi maksimum (produksi frontier) yang dapat diperoleh adalah 6893 kg/ha.

4.6.2. Efisiensi Biaya

Berdasarkan hasil olahan data dengan alat bantu software frontier 4.1 diperoleh hasil nilai efisiensi biaya rata-rata adalah 0,12 hal ini menunjukkan CE<1 maka usahatani pada daerah penelitian inefisien. Dimana nilai efisiensi biaya berada pada range 0,10-0,17 hal ini menunjukkan usahatani berada pada efisiensi biaya yang rendah.

Nilai = 0,86λ8 hal ini menunjukkan 86,λ8% total variasibiaya

(31)

0,12. Bila efisiensi biaya dapat dicapai CE=1, maka biaya minimum (biaya frontier) yang dikeluarkan usahatani adalah Rp 1.573.350/ha.

4.6.3. Efisiensi Ekonomis

Efisiensi ekonomis diperoleh ketika efisiensi teknis dan efisiensi biaya telah diperoleh. Efisiensi ekonomis merupakan perkalian antara efisiensi teknis dengan efisiensi biaya. Dari hasil analisis data diperoleh nilai efisiensi ekonomis adalah :

EE = 0,58 x 0,13 = 0,07

Nilai EE<1 hal ini menunjukkan secara ekonomi usahatani di daerah penelitian berada pada kondisi yang inefisien.

4.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis

(32)

Persamaan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi juga telah memenuhi 3 asumsi klasik. Pada persamaan tidak terjadi multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Multikolinearitas dilihat dari nilai VIF setiap variabel, dimana nilainya<2,77 dapat dilihat pada lampiran 17. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas pada data dapat dilihat dari scatterplot. Scatterplot dari residual data menunjukkan tidak membentuk suatu pola tertentu, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin Watson diperoleh nilai Durbin Watson persamaan produksi 2,068 menunjukkan tidak terjadi autokorelasi pada data (Lampiran 17 dan 18, 2015).

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan alat bantu software SPSS diperoleh persamaan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi adalah sebagai berikut :

Secara serempak variabel tingkat pendidikan, pengalaman bertani, ketersediaan modal, jumlah lahan yang diusahakan, dan serangan hama signifikan berpengaruh terhadap efisiensi.

Secara parsial jumlah lahan yang diusahakan dan serangan hama yang berpengaruh signifikan terhadap efisiensi.

(33)
(34)

perkembangbiakan tikus sebanyak 2 kali pula. Dan daerah dengan pola tanam yang tidak serempak memperlihatkan pola perkembangbiakan tikus yang tidak teratur. Menurut wood (1994) dalam Herawati dan Sudarmaji peningkatan populasi tikus adalah satu sampai 2 bulan setelah panen. Ini yang terjadi di daerah penelitian akibat tanam tidak serempak Desa Sei Muka duluan panen lalu setelahnya Desa Sumber Tani. Oleh Karena itu Desa Sumber Tani mengalami serangan hama tikus karena Desa Sumbertani belum panen pada saat ledakan populasi tikus terjadi.

(35)

bagaimana pengelolaan usahatani yang baik, penyuluh tidak dapat memaksakan petani untuk menerapkannya. Hal ini dikarenakan penyuluhan pertanian bersifat tidak memaksa dan berdasarkan atas prinsip sukarela. Seperti yang diketahui dari hasil penelitian sebesar 49,23% petani pernah mengikuti penyuluhan pertanian diasumsikan mereka mendapatkan penyuluhan tentang dosis pemupukan. Hanya 27,69% petani mengikuti anjuran dari dinas pertanian.

Koefisien pengalaman bertani bertanda positif hal ini menunjukkan semakin lama pengalaman bertani semakin efisien ia dalam menjalankan usahataninya.Akan tetapi meskipun pengalaman bertani petani cukup lama yaitu rata-rata 18 tahun tidak berarti bahwa petani tersebut telah menjalankan usahataninyadengan lebih efisien. Karena petani hanya selalu mengulang-ulang pekerjaan yang sama misalnya pada umur berapa serangan hama keong, bagaimana mengendalikannya, menggunakan dosis pemupukan yang sama, bibit yang sama (tidak menggunakan bibit unggul) dsb. Petani tidak pernah merubah kebiasaannya, untuk mendapatkan hasil yang lebih efisien.

(36)
(37)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Secara serempak variabel bibit, tenaga kerja, traktor, pupuk, dan pestisida berpengaruh signifikan terhadap variabel produksi. Dan secara parsial hanya variabel traktor yang bertanda negatif akan tetapi berpengaruh signifikan. 2. Secara serempak variabel bebas harga bibit,upah tenaga kerja, biaya sewa

traktor, harga pupuk, harga pestisida, dan produksi berpengaruh nyata terhadap biaya produksi padi. Dan secara parsial variabelharga bibit dan sewa traktor yang tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya produksi padi.

3. Usahatani didaerah penelitian secara teknis, biaya dan ekonomis berada pada kondisi yang inefisien.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis usahatani di daerah penelitian secara signifikan adalah jumlah lahan yang diusahakan dan serangan hama. Sedangkan variabel tingkat pendidikan, pengalaman bertani, dan ketersediaan modal tidak berpengaruh signifikan terhadap efisiensi teknis.

5.2 Saran.

1. Untuk meningkatkan efisiensi sebaiknya petani menggunakan bibit unggul, bibit merupakan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap produksi tetapi harga bibit tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya produksi sehingga petani dapat meningkatkan efisiensinya baik secara teknis maupun biaya. 2. Meskipun secara biaya sewa traktor tidak berpengaruh signifikan terhadap

(38)

Oleh karena itu petani dapat mengurangi penggunaan traktor pada usahatani untuk meningkatkan produksi padi.

Gambar

Tabel 4. Jenis data yang digunakan dalam penelitian
Gambar 4. Peta Desa Sumber tani
Tabel 5.  Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Sumber Tani Tahun 2014
Tabel 6. Daftar Nama Kelompok Tani dan Luas Tanam di Desa Sumber Tani
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini ialah efisiensi teknis dan alokatif usaha tani, dengan judul Analisis

Petani kelapa sawit di Desa Karang Baru didalam meningkatkan produksi harus melakukan usaha-usaha yang efektif dan tepat seperti pemilihan bibit, penanaman,

Hal penting lain yang dapat diketahui dari Tabel 3 adalah bahwa efisiensi teknik rata-rata yang dicapai petani padi organik tahun ke-8 dan tahun ke-5 lebih tinggi secara

Terdapat 5 faktor yang dimasukkan dalam model fungsi produksi frontier stochatik dan diduga berpengaruh terhadap tingkat produksi yaitu bibit, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk

Hal penting lain yang dapat diketahui dari Tabel 3 adalah bahwa efisiensi teknik rata-rata yang dicapai petani padi organik tahun ke-8 dan tahun ke-5 lebih tinggi secara

Hal penting lain yang dapat diketahui dari Tabel 3 adalah bahwa efisiensi teknik rata-rata yang dicapai petani padi organik tahun ke-8 dan tahun ke-5 lebih tinggi secara

Untuk usahatani padi anorganik, variabel independen luas lahan, bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel jumlah

Petani padi sawah dalam mengkombinasikan faktor produksi luas lahan belum mencapai efisiensi ekonomi, penggunaan faktor produksi tenaga kerja dan benih tidak efisien, sedangkan