BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.DESAIN PENELITIAN
Desain penilian yang dipakai padapenilitian ini adalah penelitian Eksperimental dengan menggunakan tes awal (pretest) - tes akhir ( posttest) dan desain faktorial 2x2. Penentuan desain ini merujuk pada pendapat Sudjana, dimana setiap kelompok diatur sedemikian rupa sehingga kelompok relatif homogen dan banyak kelompok eksperimen di dalam sel sama dengan banyak perlakuan yang sedang diteliti . Perlakuan dilakukan secara acak kepada kelompok-kelompok eksperimen didalam setiap sel. Adapun matrik rancangan faktorial 2 x 2 adalah:
Table 3.1 Rancangan Faktorial 2 x 2 Metode Latihan
A1B1 : Kelompok metode latihan continuous running bagi atlet yang memilikiKolesterol tinggi dengan hasil Vo2maks.
A1B2 : Kelompok metode latihan continuous running bagi atlet yang memilikiKolesterol rendah dengan hasil Vo2maks.
A2B1 :Kelompok metode latihan Interval running bagi atlet yang memilikiKolesterol tinggi dengan hasil Vo2maks.
Agar hasil penelitian ini benar-benar menunjukkan sebagi akibat perlakuan yang diberikan, maka perlu dilakukan pengontrolan terhadap variabel luar yang mempengaruhi dan yang menentukan Vo2 maks.
3.2.TEMPAT DAN WAKTU
Pada penelitian ini peneliti memilih beberapa tempat disesuaikan dengan keperluan dan kebetuhan penelitian, untuk tempat latihan fisik dan penilaian VO2 max dilakukan di stadion Harapan bangsa , Lhong Raya Banda Aceh. Untuk tempat mengukur kadar kolesterol darah, peneliti memilih Laboratorium Rumah sakit Tgk. Fakinah Banda Aceh.
Menurut Sukadiyanto (2010) metode latihan kontinyu adalah metode yang di dalamnya membutuhkan waktu yang lama dan harus bertahap pengaruh latihan tidak dapat langsung diadaptasi secara mendadak untuk mencapai kemampuan maksimal. Pencapaian prestasi maksimal harus didukung oleh berbagai kemampuan dan keterampilan gerak.
Menurut Rushall Dean Pyke. (1992) latihan metode kontinyu adalah latihan yang berlangsung secara kontinyu dan sifatnya semakin progresif dari waktu ke waktu. Jika seorang melakukan latihan selama tiga minggu, maka beban latihan sudah dapat teradaptasi, bila beban latihan tidak ditingkatkan maka akan menjadi beban latihan di bawah ambang rangsang hal itu akan meningakibatkan tidak terjadinya peningkatan kekuatan, karena beban latihan dibawah ambang rangsang kemampuan orang yang melakukan latihan tersebut,
latihan selama 120 menit. Rentang waktu penelitian dimulai dari bulan Februari sampai dengan Juni 2016, Dan dilanjutkan dengan analisa data himgga selesai.
3.3.POPULASI DAN SAMPEL
Menurut Sugiyono pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2011).
Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, missal karena keterbatan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
1. Atlet sepakbola PPLP aceh dengan umur antara 17-20 tahun,
2. Atlet sepakbola pplp aceh yang Sudah menjalani latihan sepakbola selama 2 tahun.
kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah :
1. Atlet sepakbola pplp aceh yang menekuni lebih dari satu cabang olahraga. 2. Atlet sepakbola pplp aceh yang sedang mengikuti program latihan khusus
3.5.BESAR SAMPEL
Penentuan besar sampel pada penelitian ini berdasarkan pada pendapat Verducci dengan perhitungan sebagi berikut:
1. Kategori kelompok dengan kadar kolesterol tinggi adalah atlet yang termasuk kedalam 27% skor tertinggi.
2. Kategori kelompok dengan kadar kolesterol rendah adalah atlet yang termasuk kedalam 27% skor terendah .
Teknik tersebut merupakan teknik pengambilan sampel dengan membagi populasi menjadi dua kelompok yaitu sebagai kelompok yang menggunakan metode latihan continuous running kelompok I dan kelompok yang menggunakan metode latihan interval running kelompok II di ukur kadar kolesterolnya. Dari hasil tes tersebut masing-masing kelompok diurut peringkatnya kemudian diambil 27% dari atas sebagai kelompok yang memiliki kadar kolesterol tinggi dan 27% dari bawah sebagai kelompok yang memiliki kadar kolesterol rendah.
Dari total 52 orang atlet sepakbola PPLP aceh setelah diukur kadar kolesterol totalnya maka didapat perhitungan peresentasi yaitu 14 sampel untuk mahasiswa yang memiliki kadar kolesterol tinggi, dengan cara yang sama, menentukan 14 orang subjek sampel yang memiliki kadar kolesterol rendah, sehingga jumlah sampel seluruhnya 28 orang.
metode latihan interval running. Matrik pengelompokan sampel eksperimen dapat dilihat
Dalam penelitian ini ada berapa cara kerja yang dilakukan agar tujuan penelitian dapat dinilai secara nyata. Yaitu :
1. Pemeriksaan kadar kolesterol total awal 2. Pemeriksaan vo2 maks awal
3. Perlakuan latihan continuous running dan interval running 4. Pemeriksaan vo2 maks setelah latihan
3.6.1. Vo2 Maks
Vo2 maks diukur dengan menggunakan metode Multistage fitness test (MFT), setelah memperoleh data akan disesuaikan dengan table MFT. Vo2 maks menjadi parameter terpenting dalam ketahanan fisik atlet sepakbola , Vo2 maks akan dinilai sebanyak dua kali dimana penilaian awal sebelum diberikan perlakuan dan penilaian setelah perlakuan dimana diharapkan terjadi peningkatan nilai Vo2 maks pada atlet bola.
Gambar 3.2 Contoh tabel tingkat vo2maks pada MFT a. Prosedur tes MFT
b. Mekanisme tes MFT
Peserta tes akan berlari sejauh 20M secara bolak balik. Peserta yang tidak kuat akan diberhentikan. Dalam tes ini terdapat 21 tingkatan dengan 16 balikan semakin tinggi tingkatanya maka semakin baik cardiovascular orang tersebut.
Alat dan Bahan Type
CD MFT Alat tulis Buku catatan Pengukur
Gambar 3.3 Multistage fitness test Beberapa tindakan pencegahan
1. Peserta tes harus dalam keadaan sehat
Pelaksanaan tes
1. Hidupkan Tape atau CD panduan tes MFT
2. selanjutnya akan terdenganr bunyi ―TUT‖ tunggal dengan beberata interval yang teratur
3. Peserta tes diharapkan untuk sampai ke ujung yang bertepatan dengan sinyal ―TUT‖ yang pertama berbunyi untuk kemudian
berbalik dan berlari kearah yang berlawanan.
4. Selanjutnya setiap satu kali sinyal ―TUT― berbunyi perserta tes harus dapat mencapai disalah satu lintasan yang ditempuhnya
5. Setelah mencapai interval satu menit disebut level atau tingkatan satu yang terdiri dari tujuh balikan atau shuttle.
6. Selanjutnya mencapai interval satu menit akan berkurang sehingga menyelsaikan level.
7. selanjutnya perserta harus berlari lebih cepat setiap kali peserta tes menyelsaikan jarak 20m sosisis salah satu kaki harus menginjak atau melewati batas atau garis 20m.
8. setiap peserta harus berusaha untuk berlari selama mungkin sesuai dengan irama yang telah diatur oleh kaset atau CD.
9. Jika peserta gagal mencapai garis pembatas 20m sebanyak 2 kali berturut-turut maka akan dihentikan atau telah dinyatakan tidak kuat dalam melaksananakan tes MFT
3.6.2. Latihan fisik
Latihan fisik merupakan perlakuan yang akan diberikan kepada Atlet sepakbola latihan fisik ini akan dibagi menjadi dua yaitu latihan fisik dengan metode Cuontinous Running, dan latihan fisik dengan metode Interval Running. dimana dalam pelaksanaan kedua metode latihan setiap atlet akan dipandu oleh instruktur, panduan ini berupa lama latihan, variasi latihan dan peningkatan beban latihan. Hal ini diharapkan bisa memberi pengaruh terhadap Vo2 maks dan kadar kolesterol darah.
a. Countinuous Running.
Continuous running latihan lari yang dilakukan tanpa jeda istirahat, dilakukan secara terus menerus tanpa berhenti. Waktu yang digunakan untuk latihan kontinyu relative lama, antara 1 sampai 2,5 jam. Latihan kontinyu menggunakan intensitas 60-80% dari HR.Max. atau HR 150 sampai 170 per menit. Latihan yang baik 3-5 hari perminggunya. Peningkatan beban latihan akan diberikan secara bertahap.
b. Interval Running.
3.6.3. Kolesterol
Kolesterol dalam penelitian ini akan diperiksa dalam dua tahapan, pemeriksaan awal dilakukan sebelum diberikan perlakuan latihan fisik dan tahap kedua dilakukan setelah melakukan latihan fisik.
Pemeriksaan kadar kolesterol akan dilakukan secara / metode CHOD-PAP (Cholesterol Oxidase-Peroxidase Aminoantipyrine Phenol) menggunakan alat spektofotometer.
Alat dan Bahan Spektrometer Kuvet Pipet piston Tabung reaksi Serum darah Reagen cholesterol Standar
Cara Pemeriksaan kolesterol awal sebagai beikut :
1. Seluruh sampel yang sudah dipilih berpuasa sealama 10 jam, terhitung dari jam 22.00 sampai dengan pukul 08.00.
2. Darah diambil dan dilakukan sentrifus selama 20 menit dan ambil serumnya
3. Ukur sebanyak 1 ml reagen kolesterol masukkan kedalam tabung mikrosentrifus, tambahkan 1μl serum, campur dan incubasi selama
4. Kemudian masukkan kedalam cuvet,kemudian nilai absorbansinya dngan menggunakan alat spektofotometer, pada panjang gelombang 500nm.
5. Lakukan pencatatan data hasil dari masing-masing sampel
3.7. IDENTIFIKASI VARIABEL
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2013). Variabel yang digunakan dalam penelitian dapat diklasifikasikan menjadi: (1) variabel independen (bebas), yaitu variabel yang menjelaskan dan memengaruhi variabel lain, (2) variabel dependen (terikat), yaitu variabel yang dijelaskan dan dipengaruhi oleh variabel independen. Dan (3) variabel moderator (variabel independen kedua), adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat/ memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen
3.7.1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, dan antesenden. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel ini memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2013). Variabel independen dalam penelitian ini adalah latihan fisik.
3.7.2. Variabel Dependen
variabel bebas (Sugiyono, 2013). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Volume Oksigen Maksimal (VO2Maks)
3.7.3. Variabel Moderator
Variabel moderator (variabel independen kedua), adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat/ memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen (Sugiyono, 2013). Variabel moderator dalam penelitian ini adalah Kadar kolesterol darah.
3.8.ANALISA DATA
Setalah semua data terkumpul, maka akan didapatkan angka dari masing- masing pemeriksaan kadar kolesterol dan Vo2 maks, kemudian hasil tersebut akan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan SPSS versi 17. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi sederhana dan perbedaan rata-rata dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Memberikan skor hasil pretes dan postes kadar kolesterol dan Vo2 maks dengan metode continuous running dan interval running
2. Menguji normalitas data tes. Uji normalitas ditentukan dengan rumus chi-kuadrat (chi-square) sebagai berikut:
Selanjutnya 2hitung dibandingkan dengan 2tabel atau α 2 (dk = k-1) dengan α = 0,05 dan k = banyak kelas pada tabel frekuensi. Adapun kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika 2hitung ≥ 2tabel, maka data tidak berdistribusi normal Jika 2hitung < 2tabel, maka data berdistribusi normal
Pengujian normalitas pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji statistik One Kolmogorov Smirnov. Adapun rumusan hipotesisnya adalah:
H0 : Data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal Ha : Data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Adapun kriteria pengujiannya, H0 ditolak jika nilai sig. (p-value) < α, dengan α = 0,05 dan H0 diterima jika nilai sig. (p-value) > α (Siregar, 2014).
3. Menguji homogenitas varians skor tes yang bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok memiliki variansi-variansi yang sama atau tidak. Uji homogenitas menggunakan perbandingan varians terbesar dengan varians terkecil yang diperoleh dari kedua kelompok pembelajaran. Adapun rumusnya (Sudjana, 2002) sebagai berikut:
Fhitung =
Selanjutnya Fhitung dibandingkan dengan Ftabel atau αFdk1, dk2 dengan α = 0,05 dan dk = n-1 (n = banyak data), Adapun kriteria pengujian adalah:
Jika Fhitung ≥ Ftabel, maka kedua kelompok tidak homogen Jika Fhitung < Ftabel, maka kedua kelompok homogen
Pada penelitian ini, uji homogenitas varians dilakukan dengan menggunakan uji Levene Statistics yang dihitung dengan bantuan soft SPSS versi 17. Adapun hipotesis yang diuji adalah:
Ha = Kedua kelas memiliki varians yang tidak homogen
Kriteria pengujiannya adalah H0 ditolak jika nilai sig. (p-value) < α (α = 0,01) dan H0 diterima jika nilai sig. (p-value) > α (Siregar, 2014).
4. Setelah data memenuhi syarat normal dan homogen maka dilakukan uji perbedaan rata-rata skor tes dengan menggunakan uji-t, yaitu Independent sample t-test. Adapun hipotesis yang diuji adalah:
H0: μ1 = μ2 Ha: μ1 ≠ μ2
Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, digunakan rumus: t =
Dengan dk = n1 + n2 – 2, dan simpangan baku:
S2 =
(Sudjana, 2002)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Analisis Vo2max Atlet Sepak Bola PPLP Aceh Sebelum Perlakuan dengan Metode Continuous Running dan Interval Running
Sebelum diberikan perlakuan dengan metode continuous running dan
interval running terhadap atlet sepak bola PPLP Aceh pada kedua kelompok,
masing-masing kelompok terlebih dahulu diberikan tes awal (pretest) dengan
tujuan untuk mengetahui kesamaan vo2max awal atlet. Untuk mengetahui apakah
vo2max kedua kelompok sebelum perlakuan sama atau tidak, maka dilakukan uji
analisis statistik yang meliputi uji normalitas, homogenitas varians, dan perbedaan
rata-rata.
a. Uji Normalitas Data Pretes Vo2max
Uji normalitas data bertujuan untuk melihat apakah data pretes
berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas data pretes dalam
penelitian ini digunakan uji kolmogorov-smirnov dengan perumusan hipotesis
pengujian sebagai berikut:
H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Ha : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Dengan menggunakan taraf signifikan α = 0,05, maka kriteria
pengujiannya adalah H0 ditolak jika nilai sig. (p-value) < α dan H0 diterima jika
Hasil analisis normalitas data pretes vo2max dengan uji
kolmogorov-smirnov disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Pretes Vo2max
Berdasarkan tabel 4.1 di atas terlihat bahwa hasil pretes vo2max kedua
kelompok memiliki nilai sig. lebih besar dari nilai α= 0,05, yaitu 0,06 > 0,05 dan
0,2 > 0,05. Akibatnya H0 diterima atau dengan kata lain data pretes vo2max kedua
kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Kenormalan data pretes
vo2max kedua kelompok juga dapat dilihat pada gambar berikut.
b. Uji Homogenitas Varians Data Pretes Vo2max
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah data pretes
vo2max kedua kelompok yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini
memiliki varians yang sama atau tidak. Uji homogenitas varians diuji dengan
Levene’s Test dengan perumusan hipotesis pengujian sebagai berikut.
H0 : Kedua kelas memiliki varians yang homogen
Ha : Kedua kelas memiliki varians yang tidak homogen
Adapun kriteria pengujiannya pada taraf signifikan α = 0,05 adalah H0
ditolak jika nilai sig. (p-value) < α (α = 0,05) dan H0 diterima jika nilai sig.
(p-value) > α (Siregar, 2014).
Hasil dari analisis homogenitas varians untuk data pretes vo2max kedua
kelompok disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.2 Uji Homogenitas Varians Data Pretes Vo2max
Berdasarkan tabel 4.2 di atas terlihat bahwa nilai sig. pretes vo2max kedua
kelompok tersebut lebih dari α = 0,05, yaitu 0,101 > 0,05. Akibatnya H0 diterima
atau dengan kata lain data pretes vo2max kedua kelompok memiliki varians yang
homogen.
c. Uji Perbedaan Rata-Rata Data Pretes Vo2max
Hasil pengujian sebelumnya menunjukkan bahwa data pretes vo2max
kedua kelompok berdistribusi normal dan variansi kedua kelompok juga
rata-rata kedua sampel adalah uji parametrik yaitu uji-t dua pihak. Uji perbedaan
rata-rata skor pretes dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan
ataupun sama antara kedua kelompok terhadap vo2max awal atlet. Adapun
kriteria pengujiannya pada taraf signifikan α/2 = 0,025 adalah H0 ditolak jika nilai
sig. (p-value) < α/2, dan H0 diterima jika nilai sig. (p-value) > α/2 (Siregar, 2014)
Hipotesis pengujiannya adalah sebagai berikut.
H0 : Tidak terdapat perbedaan antara rata-rata pretes vo2max metode
continuous running dengan rata-rata pretes vo2max metode interval
running
H1 : Terdapat perbedaan antara rata-rata pretes vo2max metode continuous
running dengan rata-rata pretes vo2max metode interval running
Secara ringkas analisis hasil uji perbedaan rata-rata pretes vo2max
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel. 4.3 Uji Perbedaan Rata-rata Pretes Vo2max
Tabel 4.3 Menunjukkan bahwa nilai sig. (2-tailed) data pretes vo2max
adalah 0,895 yang berarti lebih dari α/2 = 0,025, sehingga H0 diterima. Disamping
itu, tabel di atas juga menunjukkan bahwa nilai thitung = 0,133 terletak diantara
rata pretes vo2max metode interval running. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kedua
kelompok ini memiliki vo2max awal yang sama.
4.1.2 Analisis Kolesterol Atlet Sepak Bola PPLP Aceh Sebelum Perlakuan dengan Metode Continuous Running dan Interval Running
Sebelum diberikan perlakuan dengan metode continuous running dan
interval running terhadap atlet sepak bola PPLP Aceh pada kedua kelompok,
masing-masing kelompok terlebih dahulu diberikan tes awal (pretest) dengan
tujuan untuk mengetahui kesamaan kadar kolesterol awal atlet. Untuk mengetahui
apakah kolesterol kedua kelompok sebelum perlakuan sama atau tidak, maka
dilakukan uji analisis statistik yang meliputi uji normalitas, homogenitas varians,
dan perbedaan rata-rata.
a. Uji Normalitas Data Pretes Kolesterol
Uji normalitas data bertujuan untuk melihat apakah data pretes
berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas data pretes dalam
penelitian ini digunakan uji kolmogorov-smirnov dengan perumusan hipotesis
pengujian sebagai berikut:
H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Ha : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Dengan menggunakan taraf signifikan α = 0,05, maka kriteria
pengujiannya adalah H0 ditolak jika nilai sig. (p-value) < α dan H0 diterima jika
nilai sig. (p-value) > α (Siregar, 2014).
Hasil analisis normalitas data pretes kolesterol dengan uji
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Pretes Kolesterol
Berdasarkan tabel 4.4 di atas terlihat bahwa hasil pretes kolesterol kedua
kelompok memiliki nilai sig. lebih besar dari nilai α= 0,05, yaitu 0,2 > 0,05.
Akibatnya H0 diterima atau dengan kata lain data pretes kolesterol kedua
kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Kenormalan data pretes
kolesterol kedua kelompok juga dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4.2 Normal Q-Q Plot Data Pretes Kolesterol Kedua Kelompok
b. Uji Homogenitas Varians Data Pretes Kolesterol
memiliki varians yang sama atau tidak. Uji homogenitas varians diuji dengan
Levene’s Test dengan perumusan hipotesis pengujian sebagai berikut.
H0 : Kedua kelas memiliki varians yang homogen
Ha : Kedua kelas memiliki varians yang tidak homogen
Adapun kriteria pengujiannya pada taraf signifikan α = 0,05 adalah H0
ditolak jika nilai sig. (p-value) < α (α = 0,05) dan H0 diterima jika nilai sig.
(p-value) > α (Siregar, 2014).
Hasil dari analisis homogenitas varians untuk data pretes kolesterol kedua
kelompok disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.5 Uji Homogenitas Varians Data Pretes Kolesterol
Berdasarkan tabel 4.5 di atas terlihat bahwa nilai sig. pretes kolesterol
kedua kelompok tersebut lebih dari α = 0,05, yaitu 0,298 > 0,05. Akibatnya H0
diterima atau dengan kata lain data pretes kolesterol kedua kelompok memiliki
varians yang homogen.
c. Uji Perbedaan Rata-Rata Data Pretes Kolesterol
Hasil pengujian sebelumnya menunjukkan bahwa data pretes kolesterol
kedua kelompok berdistribusi normal dan variansi kedua kelompok juga
homogen, sehingga uji statistik yang akan digunakan untuk menguji perbedaan
rata-rata kedua sampel adalah uji parametrik yaitu uji-t dua pihak. Uji perbedaan
rata-rata skor pretes dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan
kriteria pengujiannya pada taraf signifikan α/2 = 0,025 adalah H0 ditolak jika nilai
sig. (p-value) < α/2, dan H0 diterima jika nilai sig. (p-value) > α/2 (Siregar, 2014)
Hipotesis pengujiannya adalah sebagai berikut.
H0 : Tidak terdapat perbedaan antara rata-rata pretes kolesterol metode
continuous running dengan rata-rata pretes kolesterol metode interval
running
H1 : Terdapat perbedaan antara rata-rata pretes kolesterol metode continuous
running dengan rata-rata pretes kolesterol metode interval running
Secara ringkas analisis hasil uji perbedaan rata-rata pretes kolesterol
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel. 4.6 Uji Perbedaan Rata-rata Pretes Kolesterol
Tabel 4.6 Menunjukkan bahwa nilai sig. (2-tailed) data pretes kolesterol
adalah 0,151 yang berarti lebih dari α/2 = 0,025, sehingga H0 diterima. Disamping
itu, tabel di atas juga menunjukkan bahwa nilai thitung = -1,481 terletak diantara
-2,06 dan 2,06 (ttabel = 2,06). Hal ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara rata-rata pretes kolesterol metode continuous running dengan
rata-rata pretes kolesterol metode interval running. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
4.1.3 Analisis Vo2max dan Kolesterol Atlet Sepak Bola PPLP Aceh Setelah Perlakuan dengan Metode Continuous Running dan Interval Running
Setelah diberikan perlakuan dengan metode continuous running dan
interval running terhadap atlet sepak bola PPLP Aceh pada kedua kelompok,
kemudian masing-masing kelompok diberikan tes akhir (postest) dengan tujuan
untuk mengetahui perbedaan vo2max dan kolesterol atlet setelah perlakuan.
Untuk mengetahui apakah vo2max dan kolesterol kedua kelompok setelah
perlakuan berbeda atau tidak, maka dilakukan uji analisis statistik yang meliputi
uji normalitas, homogenitas varians, dan perbedaan rata-rata.
a. Uji Normalitas Data Postes Vo2max
Uji normalitas data bertujuan untuk melihat apakah data postes
berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas data postes dalam
penelitian ini digunakan uji kolmogorov-smirnov. Hasil analisis normalitas data
postes vo2max dengan uji kolmogorov-smirnov disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Postes Vo2max
Berdasarkan tabel 4.7 di atas terlihat bahwa hasil postes vo2max kedua
kelompok memiliki nilai sig. lebih besar dari nilai α = 0,05, yaitu 0,2 > 0,05.
Akibatnya H0 diterima atau dengan kata lain data postes vo2max kedua kelompok
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Kenormalan data postes vo2max
Gambar 4.3 Normal Q-Q Plot Data Postes Vo2max Kedua Kelompok
b. Uji Homogenitas Data Postes Vo2max
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah data postes
vo2max kedua kelompok yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini
memiliki varians yang sama atau tidak. Hasil dari analisis homogenitas varians
untuk data postes vo2max kedua kelompok disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.8 Uji Homogenitas Varians Data Postes Vo2max
Berdasarkan tabel 4.8 di atas terlihat bahwa nilai sig. postes vo2max kedua
kelompok tersebut lebih dari α = 0,05, yaitu 0,476 > 0,05. Akibatnya H0 diterima
atau dengan kata lain data postes vo2max kedua kelompok memiliki varians yang
c. Uji Normalitas Data Postes Kolesterol
Uji normalitas data bertujuan untuk melihat apakah data postes
berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas data postes dalam
penelitian ini digunakan uji kolmogorov-smirnov. Hasil analisis normalitas data
postes kolesterol dengan uji kolmogorov-smirnov disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Data Postes Kolesterol
Berdasarkan tabel 4.9 di atas terlihat bahwa hasil postes kolesterol kedua
kelompok memiliki nilai sig. lebih besar dari nilai α = 0,05, yaitu 0,2 > 0,05dan
0,128 > 0,05. Akibatnya H0 diterima atau dengan kata lain data postes kolesterol
kedua kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Kenormalan data
postes kolesterol kedua kelompok juga dapat dilihat pada gambar berikut.
d. Uji Homogenitas Data Postes Kolesterol
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah data postes
kolesterol kedua kelompok yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini
memiliki varians yang sama atau tidak. Hasil dari analisis homogenitas varians
untuk data postes kolesterol kedua kelompok disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.10 Uji Homogenitas Varians Data Postes Kolesterol
Berdasarkan tabel 4.10 di atas terlihat bahwa nilai sig. postes kolesterol
kedua kelompok tersebut lebih dari α = 0,05, yaitu 0,773 > 0,05. Akibatnya H0
diterima atau dengan kata lain data postes kolesterol kedua kelompok memiliki
varians yang homogen.
4.1.4 Pengujian Hipotesis
a. Hipotesis 1
H0 : Tidak ada perbedaan secara keseluruhan antara latihan countinous running
dengan interval running terhadap VO2Maks atlet sepakbola PPLP Provinsi
Aceh
Ha : Terdapat perbedaan secara keseluruhan antara latihan countinous running
dengan interval running terhadap VO2Maks atlet sepakbola PPLP Provinsi
Aceh
Hasil pengujian sebelumnya menunjukkan bahwa data vo2max dengan
untuk menguji perbedaan rata-rata kedua sampel adalah uji parametrik yaitu uji-t.
Uji perbedaan rata-rata skor vo2max dilakukan untuk membuktikan apakah secara
keseluruhan terdapat perbedaan latihan countinous running dengan interval
running terhadap vo2maks atlet sepakbola PPLP Provinsi Aceh. Adapun kriteria
pengujiannya adalah: Terima H0 jika -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel, atau H0 ditolak jika
nilai sig. (p-value) < α/2, dengan α = 0,05 dan H0 diterima jika nilai sig. (p-value)
> α/2 (Siregar, 2014).
Secara ringkas analisis hasil uji perbedaan rata-rata data vo2max dengan
metode countinous running dan interval running disajikan dalam tabel berikut.
Tabel. 4.11 Uji Perbedaan Rata-rata Data Vo2max dengan Metode
Continous Running dan Interval Running
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai sig. (2-tailed) data Vo2max adalah
0,001 yang berarti kurang dari α/2 = 0,025. Disamping itu, tabel di atas juga
menunjukkan bahwa nilai thitung = 3,582 tidak terletak diantara -2,06 dan 2,06 (ttabel
= 2,06). Sehingga H0 ditolak, akibatnya Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan secara keseluruhan antara latihan continous running dengan
interval running terhadap Vo2maks atlet sepakbola PPLP Provinsi Aceh.
Berdasarkan hasil rata-rata Vo2max dari kedua latihan fisik tersebut,
dari pada latihan fisik dengan metode interval running untuk meningkatkan
Vo2max para atlet. Hal ini dikarenakan rata-rata Vo2max dengan latihan metode
continous running adalah 61,9 lebih baik dari pada rata-rata Vo2max dengan
latihan metode interval running adalah 54,9.
b. Hipotesis 2
H0 : Tidak terdapat perbedaan pengaruh antara latihan countinous running dengan
interval running terhadap VO2Maks atlet sepakbola PPLP Provinsi Aceh
bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol tinggi
Ha : Terdapat perbedaan pengaruh antara latihan countinous running dengan
Interval running terhadap VO2Maks atlet sepakbola PPLP Provinsi Aceh
bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol tinggi
Hasil pengujian sebelumnya menunjukkan bahwa data vo2max dan kadar
kolesterol dengan metode countinous running dan interval running berdistribusi
normal dan variansi kedua kelas juga homogen, sehingga uji statistik yang akan
digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata kedua sampel adalah uji parametrik
yaitu uji-t. Uji perbedaan rata-rata skor vo2max yang memiliki kadar kolesterol
tinggi dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan pengaruh antara
latihan countinous running dengan interval running terhadap VO2Maks atlet
sepakbola PPLP Provinsi Aceh bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol tinggi.
Adapun kriteria pengujiannya adalah: Terima H0 jika -ttabel≤ thitung ≤ ttabel, atau H0
Secara ringkas analisis hasil uji perbedaan pengaruh antara latihan
countinous running dengan interval running terhadap VO2Maks atlet sepakbola
PPLP Provinsi Aceh bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol tinggi disajikan
dalam tabel berikut.
Tabel. 4.12 Uji Perbedaan Pengaruh antara Latihan Metode Countinous Running dan Interval Running Terhadap Vo2max Atlet yang Memiliki Kadar Kolesterol Tinggi
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa nilai sig. (2-tailed) data Vo2max atlet
yang berkolesterol tinggi adalah 0,022 yang berarti kurang dari α/2 = 0,025.
Disamping itu, tabel di atas juga menunjukkan bahwa nilai thitung = 2,620 tidak
terletak diantara -2,06 dan 2,06 (ttabel = 2,06). Sehingga H0 ditolak, akibatnya Ha
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara latihan
countinous running dengan interval running terhadap Vo2maks atlet sepakbola
PPLP Provinsi Aceh bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol tinggi.
Berdasarkan hasil rata-rata Vo2max dari kedua latihan fisik bagi atlet yang
memiliki kadar kolesterol tinggi, juga menunjukkan bahwa rata-rata latihan fisik
dengan metode continous running bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol tinggi
lebih baik dari pada latihan fisik dengan metode interval running bagi atlet yang
memiliki kadar kolesterol tinggi untuk meningkatkan Vo2max para atlet. Hal ini
dikarenakan rata-rata Vo2max dengan latihan metode continous running bagi atlet
Vo2max dengan latihan metode interval running bagi atlet yang memiliki kadar
kolesterol tinggi adalah 57,1.
c. Hipotesis 3
H0 : Tidak terdapat perbedaan pengaruh antara latihan countinous running dengan
interval running terhadap VO2Maks atlet sepakbola PPLP Provinsi Aceh
bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol rendah
Ha : Terdapat perbedaan pengaruh antara latihan countinous running dengan
interval running terhadap VO2Maks atlet sepakbola PPLP Provinsi Aceh
bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol rendah
Hasil pengujian sebelumnya menunjukkan bahwa data vo2max dan kadar
kolesterol dengan metode countinous running dan interval running berdistribusi
normal dan variansi kedua kelas juga homogen, sehingga uji statistik yang akan
digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata kedua sampel adalah uji parametrik
yaitu uji-t. Uji perbedaan rata-rata skor vo2max yang memiliki kadar kolesterol
rendah dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan pengaruh antara
latihan countinous running dengan interval running terhadap VO2Maks atlet
sepakbola PPLP Provinsi Aceh bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol rendah.
Adapun kriteria pengujiannya adalah: Terima H0 jika –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel, atau
H0 ditolak jika nilai sig. (p-value) < α/2, dengan α = 0,05 dan H0 diterima jika
nilai sig. (p-value) > α/2 (Siregar, 2014).
PPLP Provinsi Aceh bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol rendah disajikan
dalam tabel berikut.
Tabel. 4.13 Uji Perbedaan Pengaruh antara Latihan Metode Countinous Running dan Interval Running Terhadap Vo2max Atlet yang Memiliki Kadar Kolesterol Rendah
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa nilai sig. (2-tailed) data Vo2max atlet
yang berkolesterol rendah adalah 0,023 yang berarti kurang dari α/2 = 0,025.
Disamping itu, tabel di atas juga menunjukkan bahwa nilai thitung = 2,609 tidak
terletak diantara -2,06 dan 2,06 (ttabel = 2,06). Sehingga H0 ditolak, akibatnya Ha
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara latihan
countinous running dengan interval running terhadap VO2Maks atlet sepakbola
PPLP Provinsi Aceh bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol rendah.
Berdasarkan hasil rata-rata Vo2max dari kedua latihan fisik bagi atlet yang
memiliki kadar kolesterol rendah, juga menunjukkan bahwa rata-rata latihan fisik
dengan metode continous running bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol
rendah lebih baik dari pada latihan fisik dengan metode interval running bagi atlet
yang memiliki kadar kolesterol rendah untuk meningkatkan Vo2max para atlet.
Hal ini dikarenakan rata-rata Vo2max dengan latihan metode continous running
bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol rendah adalah 60,9 lebih baik dari pada
rata-rata Vo2max dengan latihan metode interval running bagi atlet yang
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Vo2max Atlet Sepak Bola PPLP Aceh Sebelum Perlakuan
dengan Metode Continuous Running dan Interval Running
Dari analisis nilai Vo2max Atlet Sepak Bola PPLP Aceh Sebelum
Perlakuan dengan Metode Continuous Running dan Interval Running
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata
pretes vo2max metode continuous running dengan rata-rata pretes vo2max
metode interval running. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok ini
memiliki vo2max awal yang sama.
4.2.2 Analisis Kolesterol Atlet Sepak Bola PPLP Aceh Sebelum Perlakuan
dengan Metode Continuous Running dan Interval Running
Dari Analisis kadar Kolesterol Atlet Sepak Bola PPLP Aceh Sebelum
Perlakuan dengan Metode Continuous Running dan Interval Running tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata pretes kolesterol metode
continuous running dengan rata-rata pretes kolesterol metode interval running.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok ini memiliki kolesterol awal yang
4.2.3 Analisis Vo2max dan Kolesterol Atlet Sepak Bola PPLP Aceh Setelah
Perlakuan dengan Metode Continuous Running dan Interval Running
a. Hipotesis I
Berdasarkan hasil rata-rata Vo2max dari kedua latihan fisik tersebut,
menunjukkan bahwa latihan fisik dengan metode continous running lebih baik
dari pada latihan fisik dengan metode interval running untuk meningkatkan
Vo2max para atlet. Hal ini dikarenakan rata-rata Vo2max dengan latihan metode
continous running adalah 61,9 lebih baik dari pada rata-rata Vo2max dengan
latihan metode interval running adalah 54,9.
Menurut Rushall Dean Pyke. (1992) latihan metode kontinyu adalah
latihan yang berlangsung secara kontinyu dan sifatnya semakin progresif dari
waktu ke waktu. Jika seorang melakukan latihan selama tiga minggu, maka beban
latihan sudah dapat teradaptasi, bila beban latihan tidak ditingkatkan maka akan
menjadi beban latihan di bawah ambang rangsang hal itu akan meningakibatkan
tidak terjadinya peningkatan kekuatan, karena beban latihan dibawah ambang
rangsang kemampuan orang yang melakukan latihan tersebut.
Latihan kontinyu (misalnya lari terus menerus tanpa istirahat) biasanya
berlangsung untuk waktu yang lama. Lari terus menerus yang lebih dari 30 menit
dengan tempo dibawah ambang rangsang anaerobic akan menghasilkan adaptasi
aerobic yang baik. Ada 2 model latihan kontinyu dengan intensitas rendah, yaitu
lari atau renang dengan denyut nadinya berkisar 70%-80% dari denyut nadi
Latihan aerobik merupakan istilah yang dipergunakan atas dasar system
energi predominan yang dipakai dalam aktivitas fisik tertentu (Fox, 1988). Pada
latihan aerobic sistenm oksigen merupakan sumber energi utama. Latihan aerobik
ini merangsang kerja jantung, pembuluh darah dan paru. Latihan aerobik adalah
latihan yang harus dilakukan dengan kecepatan tertentu, dan dalam waktu
tertentu. Kecepatan yang pasti sangat bervariasi, tetapi intensitas harus cukup
merangsang ambang anaerobik agar terjadi adaptasi fisiologis (Janssen, 1989).
Latihan aerobik biasanya berlangsung lama, sedangkan latihan yang berlangsung
cepat biasanya menggunakan system anaerobik.
Menurut Pate (1984) untuk melakukan latihan endurance olahragawan
harus memakai oksigen pada tingkat tinggi dalam jangka waktu lama. Laju kerja
maksimal yang dapat dipertahankan olahragawan untuk waktu yang lama
ditentukan oleh VO2 maks. Olahragawan yang ideal akan mempunyai konsumsi
oksigen maksimal yang tinggi (70-80 mL/kg/menit) dan AT yang sangat tinggi
(80-90% VO2 max.)
Pate (1984) menyatakan bahwa orang-orang yang melalui program latihan
daya tahan aerobik selama enam minggu tenaga aerobik maksimalnya meningkat
10-20%. Bahkan kemajuan yang lebih besar sering terjadi pada peningkatan
ambang anaerobik.
Menurut Kuntaraf (1993) Dengan latihan endurance yang sistematis,
seseorang akan dapat memperbaiki konsumsi oksigen maksimal antara 5-25%.
tinggi. Laki-laki usia 65-74 tahun VO2 max. dapat meningkat sekitar 18% setelah
latihan teratur selama 6 bulan.
b. Hipotesis II
Berdasarkan hasil rata-rata Vo2max dari kedua latihan fisik bagi atlet yang
memiliki kadar kolesterol tinggi, juga menunjukkan bahwa rata-rata latihan fisik
dengan metode continous running bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol tinggi
lebih baik dari pada latihan fisik dengan metode interval running bagi atlet yang
memiliki kadar kolesterol tinggi untuk meningkatkan Vo2max para atlet. Hal ini
dikarenakan rata-rata Vo2max dengan latihan metode continous running bagi atlet
yang memiliki kadar kolesterol tinggi adalah 62,9 lebih baik dari pada rata-rata
Vo2max dengan latihan metode interval running bagi atlet yang memiliki kadar
kolesterol tinggi adalah 57,1.
Metabolisme oksidatif tidak dapat menghasilkan energi yang sangat besar
ke sel secepat proses anaerobik, tetapi sebaliknya pada penggunaan dengan
kecepatan yang lebih lamban, secara kwantitatif proses oksidatif hampir tidak
pernah habisnya.(Gayton dan Hall, 2004).
Sistem oksigen, dari proses oksidasi karbohidrat dan beta oksidasi dari
asam lemak dan protein. Pada system oksigen mengalami reaksi oksidasi melalui
siklus krebs. Energi yang berasal dari pemecahan makanan dan energl pemecahan
PC digunakan untuk mensitesis ATP dari ADP. (Fox, Etc, 1993 ).
Apa bila seseorang terus menerus beraktivitas pada system anaerobik,
maka ia akan semakin banyak hutang oksigen, dan berakibat semakin banyak
menghalangi, kemudian menghentikan sama sekali penyediaan energi, yang
diproduksi oleh ATP (adenosin tri pospat). Oleh karena itu jika seseorang sedang
berlari jauh, mengalami banyak hutang oksigen, yang disebabkan aktivitas
anaerobik, maka ia tidak akan dapat meneruskan langkahnya lebih lama lagi, atlet
tersebut akan mengurangi kecepatannya, atau bahkan berhenti sama sekali untuk
membayar hutang oksigen selama ia berlari (Suharjana,2013)
Perlu diketahui bahwa pada saat berlari jauh, seseorang akan
menggunakan aktivitas anaerobik, pada saat ia harus meningkatkan tempo berlari
atau saat meningkatkan kecepatannya (Suharjana,2013)
c. Hipotesis III
Berdasarkan hasil rata-rata Vo2max dari kedua latihan fisik bagi atlet yang
memiliki kadar kolesterol rendah, juga menunjukkan bahwa rata-rata latihan fisik
dengan metode continous running bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol
rendah lebih baik dari pada latihan fisik dengan metode interval running bagi atlet
yang memiliki kadar kolesterol rendah untuk meningkatkan Vo2max para atlet.
Hal ini dikarenakan rata-rata Vo2max dengan latihan metode continous running
bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol rendah adalah 60,9 lebih baik dari pada
rata-rata Vo2max dengan latihan metode interval running bagi atlet yang
memiliki kadar kolesterol rendah adalah 52,9.
Pada latihan aerobik sistem oksigen merupakan sumber energi utama.
Latihan aerobik ini merangsang kerja jantung, pembuluh darah dan paru. Latihan
harus cukup merangsang ambang anaerobik agar terjadi adaptasi fisiologis
(Janssen, 1989)
Jika energi ATP yang diperlukan untuk aktivitas seluler lebih besar dari
pada yang dihasilkan oleh metabolisme oksidatif, cadangan fosfokreatin yang
pertama digunakan dan kemudian diikuti dengan cepat oleh pemecahan glikogen
anaerobic dan menghasilkan sisa asam laktat. Metabolisme oksidatif tidak dapat
menghasilkan energi yang sangat besar ke sel secepat proses anaerobik, tetapi
sebaliknya pada penggunaan dengan kecepatan yang lebih lamban, secara
kwantitatif proses oksidatif hampir tidak pernah habisnya.(Gayton dan Hall,
2004).
Penelitian dari Wenger dan Bell tahun 1986 membuktikan bahwa untuk
mendapatkan kebugaran yang lebih besar, latihan lebih lama dari 35 menit, hal ini
mungkin karena proporsi metabolisme lemak terus naik pada 30 menit pertama
latihan. Karena itu untuk mendapatkan kebugaran, kontrol berat badan dan
keuntungan metabolisme lemak, dan untuk menurunkan lipid darah, perlu
menambah durasi latihan. Namun tidak ada bukti yang meyakinkan untuk
merekomendasikan latihan melebihi 60 menit. Bagi atlet yang berlatih lebih 60
menit, bertujuan memantapkan stamina, bukan untuk mendapatkan kesehatan.
Dengan demikian latihan aerobik memerlukan durasi latihan antara 15-60 menit
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh dan dari hasil analisis yang dilakukan maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan secara keseluruhan antara latihan continous running dengan
interval running terhadap Vo2maks atlet sepakbola PPLP Provinsi Aceh.
Berdasarkan hasil rata-rata Vo2max dari kedua latihan fisik tersebut, menunjukkan
bahwa latihan fisik dengan metode continous running lebih baik dari pada latihan
fisik dengan metode interval running untuk meningkatkan Vo2max para atlet. Hal ini
dikarenakan rata-rata Vo2max dengan latihan metode continous running adalah 61,9
lebih baik dari pada rata-rata Vo2max dengan latihan metode interval running adalah
54,9.
2. Terdapat perbedaan pengaruh antara latihan countinous running dengan interval
running terhadap Vo2maks atlet sepakbola PPLP Provinsi Aceh bagi atlet yang
memiliki kadar kolesterol tinggi.
Berdasarkan hasil rata-rata Vo2max dari kedua latihan fisik bagi atlet yang memiliki
kadar kolesterol tinggi, juga menunjukkan bahwa rata-rata latihan fisik dengan
rata Vo2max dengan latihan metode continous running bagi atlet yang memiliki
kadar kolesterol tinggi adalah 62,9 lebih baik dari pada rata-rata Vo2max dengan
latihan metode interval running bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol tinggi
adalah 57,1.
3. terdapat perbedaan pengaruh antara latihan countinous running dengan interval
running terhadap VO2Maks atlet sepakbola PPLP Provinsi Aceh bagi atlet yang
memiliki kadar kolesterol rendah.
Berdasarkan hasil rata-rata Vo2max dari kedua latihan fisik bagi atlet yang memiliki
kadar kolesterol rendah, juga menunjukkan bahwa rata-rata latihan fisik dengan
metode continous running bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol rendah lebih baik
dari pada latihan fisik dengan metode interval running bagi atlet yang memiliki kadar
kolesterol rendah untuk meningkatkan Vo2max para atlet. Hal ini dikarenakan
rata-rata Vo2max dengan latihan metode continous running bagi atlet yang memiliki
kadar kolesterol rendah adalah 60,9 lebih baik dari pada rata-rata Vo2max dengan
latihan metode interval running bagi atlet yang memiliki kadar kolesterol rendah
5.2. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas maka dapat diberikan beberapa
saran berikut ini:
1. Bagi Pelatih
Pelatih diharapkan untuk dapat memilih program latihan yang tepat sesuai kondisi
para atlet, waktu yang tersedia dan harus memiliki target utama yang harus
dicapai dari setiap latihan yang diberikan. sehingga membuat atlet lebih terfokus
serta termotivasi untuk mencapai target yang diharapkan kedua pihak.
2. Bagi Atlet
Atlet diharapkan untuk dapat membentuk kebiasaan latihan yang baik dan
terpogram. Hal ini dapat dimulai dari cara mengikuti pola latihan yang diberikan
pelatih sesuai target yang ingin dicapai.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini memberikan informasi tentang konsep latihan fisik yang mampu
meningkatkan kondisi daya tahan fisik atlet sepak bola. Oleh karena itu,
diharapkan peneliti selanjutnya untuk benar-benar menjaga dan mengontrol
perlakuan fisik yang diberikan, hal ini meliputi kedisiplinan, komitmen dan
ketersediaan waktu yang cukup sehingga hasil yang diproleh akurat serta sesuai
yang diharapkan, peneliti selanjutnya juga diharapkan untuk meneliti