• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisasi Asap Cair Dari Tempurung Kelapa Hasil Pemurnian Dengan Metode Adsorpsi-Desorpsi Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakterisasi Asap Cair Dari Tempurung Kelapa Hasil Pemurnian Dengan Metode Adsorpsi-Desorpsi Chapter III V"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.Khusus untuk analisa sampel menggunakan UV-Visdilakukan di Laboratorium Penelitian, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan selama lebih kurang 6 bulan.

3.2 BAHAN

Pada penelitian ini bahan yang digunakan antara lain: 1. Asap cair tempurung kelapa

2. Aquadest

3. Folin-Ciocalteu

4. Natrium Tiosulfat 5. Natrium Hidroksida 6. Natrium Karbonat 7. Phenolphthalein.

3.3 PERALATAN

Pada penelitian ini peralatan yang digunakan antara lain: 1. Batang Pengaduk

2. Beaker glass 3. Corong Gelas 4. Erlenmeyer 5. Gelas Ukur 6. Kolom pipa pvc 7. Mixer

(2)

3.4PROSEDUR PENELITIAN

3.4.1 Proses Aktivasi Zeolit Secara Termal

Prosedur aktivasi zeolityang dilakukan adalah: 1. Zeolit alam dicuci dengan aquadest

2. Kadar air zeolit dihilangkan menggunakan oven dengan suhu 100 oC selama 4 jam

3. Zeolit diaktivasi menggunakanfurnace dengan suhu 400 oC selama 4 jam.

3.4.2 Pemurnian Asap Cair Tempurung Kelapa Secara Adsorpsi

Prosedur pemurnian asap cair yang dilakukan adalah: 1. Umpan asap cair disiapkan sebanyak50gram

2. Adsorben zeolit dimasukkan kedalam kolom dengan perbandingan massa zeolit20 %; 60 %; 100 %; 140 %. dan 180 % dari massa umpan asap cair (w/w), sehingga massa adsorben masing-masing 10, 30, 50, 70, dan 90 gram 3. Proses adsorpsi pada kolom ditunggu hingga tidak ada lagi umpan asap cair

yang mampu terserap kedalam adsorben

3.4.3 Pemurnian Asap Cair Tempurung Kelapa Secara Desorpsi

Prosedur pemurnian asap cair yang dilakukan adalah:

1. Zeolit yang telah menjerap asap cair dimasukkan kedalam labu distilasi 2. Proses desorpsi termal diatur pada suhu 100-120 oC menggunakan hotplate 3. asap cair yang berhasil didesorpsi dari pori-pori zeolit kemudian

dikondensasikan hingga tidak ada lagi asap cair yang mampu terpulihkan.

3.4.4 Analisis pH [36]

Prosedur analisis pH asap cair dilakukan sebagai berikut: 1. pH meter dikalibrasi menggunakan larutan standar

2. Sampel sebanyak 10 ml dimasukkan kedalam beaker glass

3. pH Meter yang telah dikalibrasi dimasukkan kedalam beaker glass yang berisi sampel

(3)

3.4.5 Analisis Total Asam Tertitrasi [36]

Prosedur analisis total asam tertitrasiasap cair dilakukan sebagai berikut:

1. Sampel sebanyak 10 gram sampel diencerkan menjadi 100 ml dengan aquadest

2. Larutan sampel ditetesi indikator phenolphthalein dan dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna

3. Total asam tertitrasi dinyatakan sebagai persen asam asetat dan dihitung dengan persamaan 3.1.

% Total Asam =�.�.�� � Dimana:

V = Volume titer NaOH N = Normalitas NaOH

BM = Berat molekul asam asetat M = Bobot sampel (gram)

3.4.6 Analisis Densitas (�) [36]

Prosedur analisis densitasasap cair dilakukan sebagai berikut: 1. Sampel diisi ke dalam piknometer sampai melebihi tanda tera

2. Piknometer ditutup dan dihindari dari adanya gelembung-gelembung udara 3. Piknometer yang berisi sampel ditimbang pada neraca elektrik

4. Densitas sampel ditentukan dengan rumus 3.2.

ρ

=

(berat sampel + berat piknometer kosong ) –berat piknometer kosong (gr) (berat air + berat piknometer kosong ) – berat piknometer kosong (gr)

3.4.7 Analisis TotalFenol [37]

Prosedur analisis total fenol asap cair dilakukan sebagai berikut:

1. Sebanyak 50,0 mg sampel dilarutkan dengan 10 ml etanol, selanjutnya diencerkan dengan aquadest sampai 100 ml

2. Larutan tersebutdiambil sebanyak 2,5 ml dan diencerkan lagi dengan aquadest sampai 25 ml

… (3.1)

(4)

4. Campuran divortex selama 1 menit lalu didiamkan pada suhu kamar selama 5 menit

5. Sebanyak 1,5 ml Na2CO3 (7,5% b/v) dimasukkan ke dalam campuran dan didiamkan kembali pada suhu kamar pada operating time 1 jam

6. Ukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer visible pada panjang gelombang 754 nm.

3.5SKETSA ALAT PENELITIAN

3.5.1 Sketsa Proses Adsorpsi

Gambar 3.1 Sketsa Proses Adsorpsi Keterangan:

1. Kolom pipa pvc (diameter: 2,5 cm; panjang: 70 cm ) 2. Sekat pemisah

3. Statif dan klem

3.5.2 Sketsa Proses Desorpsi

Gambar 3.2 Proses Desorpsi Zeolit 3

1

2

1

2

3

4

5

6

7

8

(5)

Keterangan: 1. Statif

2. Sampel zeolit 3. Hot plate 4. Thermometer 5. Air dingin masuk 6. Leibig

7. Labu distilasi 8. Air dingin keluar 9. Hasil pemanasan

3.6FLOWCHART PERCOBAAN

3.6.1Flowchart Aktivasi Zeolit

Gambar 3.3 Flowchart Aktivasi Zeolit Mulai

Zeolit alam dicuci dengan aquadest

Kadar air zeolit dihilangkan menggunakan oven dengan suhu 100 oC

Zeolit diaktivasi menggunakanfurnace dengan suhu 400 oC selama 4 jam.

(6)

3.6.2Flowchart AdsorpsiAsap Cair

Gambar 3.4 Flowchart AdsopsiAsap Cair Mulai

Umpan asap cair disiapkan sebanyak50gram

Adsorben zeolit dimasukkan kedalam kolom dengan perbandingan massa zeolit20 % dari massa umpan asap cair (w/w)

Proses desorpsi pada adsorben dilakukan untuk memulihkan asap cair yang terserap secara pemanasan pada suhu 100-120 oC menggunakan hotplate hingga tidak ada lagi tetesan asap cair pada saat pemanasan

Selesai

Proses adsorpsi pada kolom ditunggu hingga tidak ada lagi umpan asap cair yang mampu terserap kedalam adsorben

Apakah masih ada

variasi?

(7)

3.6.3Flowchart DesorpsiAsap Cair

3.6.4Flowchart Analisis pH

pH meter dikalibrasi menggunakan larutan standar

Sampel sebanyak 10 ml dimasukkan kedalam beaker glass

pH Meter yang telah dikalibrasi dimasukkan kedalam beaker glass yang berisi sampel dan dicatat pH yang terbaca alat

Selesai Mulai

Mulai

Zeolit yang telah menjerap asap cair dimasukkan kedalam labu distilasi

Suhu desorpsi termal diatur pada suhu 100-120 oC menggunakan hotplate

asap cair yang berhasil didesorpsi dari pori-pori zeolit kemudian dikondensasikan hingga tidak ada lagi asap cair yang mampu terpulihkan.

Selesai

Gambar 3.5 Flowchart DesorpsiAsap Cair

(8)

3.6.5Flowchart Analisis Total Asam Tertitrasi

Gambar 3.7 Flowchart Analisis Total Asam Tertitrasi

3.6.6Flowchart Analisis Densitas

Gambar 3.8 Flowchart Analisis Densitas

Sampelsebanyak 10 gram diencerkanmenjadi 100 ml

Seles

Mula

Total asam tertitrasi dinyatakan sebagai persen asam

Kedalamlarutansampelditetesiindikator

phe

nolphthalein

dandititrasidenganlarutanNaO

Sampel diisi ke dalam piknometer sampai melebihi tanda tera Mulai

Piknometer ditutup dan dihindari dari adanya gelembung-gelembung udara

Piknometer yang berisi sampel ditimbang pada neraca elektrik

Densitas sampel ditentukan dengan rumus 3.2

(9)

3.6.7Flowchart Analisis Fenol

Campuran divortex selama 1 menit lalu didiamkan pada suhu kamar selama 5 menit diambil sebanyak 2,5 ml dan diencerkan lagi dengan aquadest sampai 25 ml

Mulai

Sebanyak 50,0 mg sampel dilarutkan dengan 10 ml etanol, dan diencerkan dengan aquadest sampai 100 ml

Selesai

Larutan yang telah diencerkan diambil 3,0 ml dan dicampurkan dengan 1,5 ml reagen Folin-Ciocalteu

Sebanyak 1,5 ml Na2CO3 (7,5% b/v) dimasukkan ke dalam campuran dan didiamkan kembali pada suhu kamar pada operating time 1 jam

Absorbansi diukur pada panjang gelombang 754 nm

(10)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Bahan Baku Asap Cair

Kualitas asap cair ditentukan berdasarkan komposisi senyawa aktif yang dikandungnya. Semakin tinggi kadar fenol dan asam asetat maka akan semakin meningkatkan kemampuan antibakteri [12]. Asap cair hasil pemurnian dapat mengurangi warna kecoklatan pada asap cair yang biasa digunakan untuk pengawet[24]. Pengujian kualitas asap cair terdiri dari pengujian sifat asap cair secara fisikdan kimia. Sifat fisik yang diamati adalah densitas, sedangkan sifat kimia yang diamati meliputi pH, kadar asam, dan kadar fenol seperti ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Asap Cair Tempurung Kelapa

Pada tabel diatas dapat dilihat karakteristik asap cair dari tempurung kelapa yang digunakan dalam penelitian ini pada suhu 400 oC. Hasil ini berbeda dengan yang dihasilkan peneliti sebelumnya yang menggunakan bahan baku lain. Kadar asam pada serbuk bambu dengan suhu pirolisis 400 oC adalah 23,02 % dan kadar asam pada kayu jati suhu pirolisis 200 oC adalah 18,58 %, kadar total fenol pada hasil piroslisis serbuk bambu suhu 500 oC adalah 205,711 mg/l, sedangkan nilai pH untuk serbuk kayu jati, serbuk bambu dan serbuk kayu pinus berturut-turut adalah 3,14; 2,89; 3,07 [38]. Bahan baku tempurung kelapa pada penelitian ini memiliki karakteristik kimia yang berbeda pula pada peneliti sebelumnya yang menggunkan serbuk kayu jati, serbuk bambu dan serbuk kayu pinus. Tempurung kelapa dikategorikan sebagai kayu keras, tetapi mempunyai kadar lignin lebih tinggi dan kadar selulosa lebih rendah [2]. Hal ini menjadi salah satu penyebab

Komponen Nilai

Kadar asam 10,8 %

Kadar total fenol 16,2 %

pH 2,5

(11)

perbedaankarakteristik asap cair dari bahan baku tempurung kelapa dengan karakteristik dari bahan baku lainnya.

4.2 Karakteristik Asap Cair Hasil Pemurnian 4.2.1 Kadar Asam

Kadar asam pada asap cair menentukan kualitas dari asap cair. Asam organik yang biasa terkandung di dalamasap cair berupa asam asetat. Asam asetat diperoleh dari dekomposisi selulosa, hemiselulosa dan pati.Senyawa yang sangat berperan sebagai antimikroba adalah senyawa asam asetat dan fenol, dan peranannya semakin meningkat apabila kedua senyawa tersebut ada bersama-sama. Penentuan kadar asam ini dilakukan dengan menggunakan metode total asam tertitrasi yang dihitung sebagai jumlah asam asetat dalam asap cair [2].

Gambar 4.1 Grafik Kadar Total Asam Pada Asap Cair Hasil Adsorpsi dan Desorpsi

Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa kandungan asam asetat dari proses adsorpsi lebih tinggi daripada desorpsi. Hal ini disebabkan karena pori-pori zeolit menyerap sebagian asam yang dilewatkan pada kolom sehingga semakin banyak massa zeolit maka kadar asam yang terserap juga akan semakin tinggi sehingga mempengaruhi hasil adsorpsi. Pada fraksi desorpsi, kadar asam meningkat seiring dengan bertambahnya massa zeolit. Hal ini disebabkan semakin banyak massa zeolit

(12)

Pada variasi massa zeolit alam berturut-turut 10, 30, 50, 70, 90 gram proses adsorpsi menunjukkan kandungan total asam berturut-turut 9; 8,28; 6,9; 6; dan 4,2; serta proses desorpsi menunjukkan kandungan total asam berturut-turut 1,2; 1,8; 3,3; 4,3; dan 5,4. Sedangkan pada zeolit aktivasi dengan variasi massa berturut-turut 10, 30, 50, 70, 90 pada proses adsorpsi menunjukkan kandungan asam berturut-turut 8,04; 7,08; 6; 4,5; dan 3,9 serta proses desorpsi menunjukkan kandungan asam asetat berturut-turut 1,8; 3; 4,2; 5,4; dan 6,3.

Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil peneliti sebelumnya. Sesudah dilakukan adsorpsi dengan arang aktif untuk berbagai variasi berat, asap cair mengalami penurunan konsentrasi asam asetat yang mengandung gugus karbonil, yakni pada rasio asap cair : arang aktif sebesar 1 : 1,5 menunjukkan hasil terbaik yaitu terjadinya penurunan gugus karbonil 100%, artinya semua komponen yang mempengaruhi bau dapat diserap dengan sempurna oleh arang aktif [39]. Hasil yang telah dilakukan peneliti sebelumnya yang melakukan adsorpsi asap cair dari tempurung kelapa menggunakan karbon aktif menghasilkan kadar asam tertinggi sebesar 10,74 % yang proses adsorpsinya dilakukan pada pH 4 [40]. Kadarasam pada asap cair tempurung kelapa berkisar antara 4,94 % sampai 29,10 % pada suhu pirolisis 400 °C selama 1 jam telah dihasilkan oleh peneliti terdahulu [15]. Peneliti sebelumnya menunjukkan bahwa asap cair yang memiliki kandungan asam asetat sekitar 8-18,9 % masuk ke dalam kategori asap cair grade 3 [20].

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar asam pada asap cair hasil adsorpsi dan desorpsi menggunakan zeolit memenuhi syarat mutu asap cair Jepang yang berkisar 1-18 % [27]. Komponen yang mempengaruhi keasaman dari asap cair selain asam asetat adalah metil 3-asetilpropanoat, tetrahidrofurfuralasetat, 1,1-dimetilpropil-2-etilheksanoat, 4-hidroksi-3-metoksi asam benzoid, 3-hidroksi metil asam benzoid dan etil ester asam butanoid [2]. Sedangkan dalam penelitian ini, berdasarkan hasil analisis GCMS, komponen yang mempengaruhi keasaman adalah 1,1'-bibicyclo(2,2,2)octyl-4-carboxylic acid, Pyroacetic ether, Acetic acid, methyl ester, Ethanoic acid, Heptadecanoic acid,dan Octadecanoic acid [2].

(13)

adalah kadar asam hasil adsorpsi 10 gram zeolit alam dan pada hasil desorpsi kadar asam tertinggi ada pada zeolit aktivasi 90 gram.

4.2.2 Kadar Fenol

Kadar fenol sangat penting diketahui karena merupakan salah satu parameter kualitas dari asap cair. Fenol berfungsi sebagai antibakteri dan antioksidan.Fenol diperoleh dari dekomposisi lignin. Semakin tinggi kadar fenol dan asam dalam asap cair maka kemampuan asap cair itu dalam menekan pertumbuhan bakteri akan semakin tinggi. Fenol merupakan senyawa yang paling bertanggung jawab pada pembentukan aroma spesifik yang diinginkan pada produk asapan, terutama fenol dengan titik didih medium seperti guaiakol (2-metoksi fenol), eugenol, dan siringol [18].

Kadar fenol asap cair dari hasil adsorpsi dan desorpsi dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Grafik Kadar Total Fenol Pada Asap Cair Hasil Adsorpsi dan Desorpsi

Dari Gambar 4.2 terlihat bahwa kadar total fenol pada fraksi adsorpsi menurun seiring bertambahanya massa zeolit. Pada fraksi desorpsi, kandungan total fenol

(14)

Hasil ini sangat jauh lebih tinggi dari hasil yang telah dilakukan peneliti sebelumnya yang melakukan adsorpsi asap cair dari tempurung kelapa menggunakan karbon aktif menghasilkan kadar fenol tertinggi sebesar 3,89 % yang proses adsorpsinya dilakukan pada pH 6-7 [40]. Dapat dilihat juga hasil dari peneliti lainnya yang melakukan pemurnian asap cair tempurung kelapa secara redistilasi pada suhu 100-125 oC menunujukkan kadar total fenol sebesar 1,3 % [15] serta hasil analisis asap cair dari serbuk gergaji hasil pirolisis menunjukkan nilai total fenol sebesar 1,63 % [41]. Peneliti sebelumnya menyebutkan bahwa selain tar dan benzopiren, komponen-komponen fenolik juga terserap dalam sisi-sisi aktif karbonaktif [42].

Terjadinya penurunan kadar total fenol pada fraksi adsorpsi disebabkan oleh semakin besar massa zeolit. Hal ini disebabkan pori-pori zeolit menyerap sebagian fenol yang dilewatkan pada kolom sehingga semakin banyak massa zeolit maka kadar total fenol yang terserap juga akan semakin tingi sehingga memperngaruhi hasil dari adsorpsi. Pada fraksi desorpsi kadar fenol meningkat seiring dengan bertambahnya massa zeolit hal ini disebabkan karena semakin banyak massa zeolit maka fenol dalam asap cair akan semakin banyak terjerap ke dalam pori-pori zeolit sehingga pada saat dilakukan desorpsi, massa zeolit yang tertinggi memiliki kadar total fenol yang tinggi pula.

Perbedaan hasil adsorpsi antara zeolit aktivasi dan zeolit alam adalah kadar total fenol pada hasil adsorpsi pada zeolit alam lebih tinggi daripada kadar total fenol pada zeolit aktivasi dan sebaliknya pada hasil desorpsi kadar total fenol pada zeolit aktivasi lebih tinggi daripada hasil desorpsi zeolit alam

4.2.3 Nilai pH

(15)

Gambar 4.3 Grafik Nilai pH Asap Cair Hasil Adsorpsi dan Desorpsi

Dari Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa pada fraksi adsorpsi, semakin banyak massa zeolit maka nilai pH semakin tinggi. Nilai pH terendah pada fraksi adsorpsi yaitu pada massa zeolit alam dan aktivasi 10 gram sebesar 2,5 dan pH tertinggi pada zeolit alam dan aktivasi dengan massa zeolit 90 gram menunjukkan nilai 3. Sedangkan pada fraksi desorpsi nilai pH cenderung konstan yaitu 2,6-2,7. Hasil ini menunjukkan bahwa pH asap cair dari hasil adsorpsi dan desorpsi menggunakan zeolit memenuhi syarat mutu asap cair Jepang yang berkisar antara 1,5-3,7 [27].

Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan yang dihasilkan peneliti terdahulu yang menunjukkan nilai pH asap cair dari tempurung kelapa pada suhu pirolisis 300 oC sebesar 2,6 [23] serta asap cair dari serbuk gergaji menunjukkan nilai pH sebesar 3,2 [41].

Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa variasi massa zeolit tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan pH pada fraksi desorpsi namun berpengaruh pada fraksi adsorpsi. Terjadinya kenaikan pH pada fraksi adsorpsi disebabkan karena semakin banyak massa zeolit maka kadar asam pada asap cair akan semakin banyak yang terserap sehingga pada massa zeolit yang besar menghasilkan pH asap cair yang besar pula, dalam hal ini pH terbesar adalah 3.

(16)

cair yang terjerap dari jenis zeolit alam maupun zeolit aktivasi sangat sedikit jika dibandingkan basis umpan 50 gram.

4.2.4 Densitas

Densitas adalah perbandingan antara massa suatu sampel dengan volumenya. Berat jenis dari asap cair perlu diketahui untuk mengetahui baku mutu yang dibolehkan. Densitas juga menunjukkan komponen yang terkandung di dalam asap cair itu sendiri. Nilai densitas yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Grafik Densitas Asap Cair Hasil Adsorpsi dan Desorpsi

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai densitas dari tiap perlakuan tidak jauh berbeda. Nilai densitas tertinggi adalah pada fraksi adsorpsi zeolit alam dengan massa zeolit 90 gram yaitu sebesar 1,1076 sedangkan densitas terkecil ada pada fraksi desorpsi zeolit alam dengan massa 10 gram yaitu sebesar 1,010. Hasil ini menunjukkan bahwa densitas asap cair dari hasil adsorpsi dan desorpsi menggunakan zeolit memenuhi syarat mutu asap cair Jepang yaitu > 1,005 [27].

Hasil ini juga tidak jauh berbeda dengan yang dihasilkan peneliti terdahulu yang menunjukkan nilai densitas asap cair dari tempurung kelapa pada suhu pirolisis 300 oC sebesar 1,08 [23] serta asap cair dari serbuk gergaji menunjukkan nilai densitas sebesar 1,083 [41].

(17)

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa densitas fraksi desorpsi lebih kecil daripada densitas fraksi adsorpsi asap cair. Hal ini disebabkan pada fraksi desorpsi telah terjadi proses pemanasan pada suhu 100-120 oC sehingga fraksi berat komponen asap cair tidak teruapkan dan menyebabkan nilai densitas fraksi desorpsi lebih kecil.

Perbedaan jenis zeolit alam dan aktivasi tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada perubahan densitas hal ini disebabkan karena jumlah asap cair umpan adalah sebesar 50 gram dan yang berhasil dijerap oleh zeolit alam dan aktivasi tidak meninjukkan perbedaan yang brarti yaitu interval 1-5 gram sehingga jumlah asap cair yang terjerap dari jenis zeolit alam maupun zeolit aktivasi sangat sedikit jika dibandingkan basis umpan 50 gram.

4.3 Daya Jerap Zeolit Alam dan Zeolit Aktivasi

Daya jerap zeolit adalah salah satu parameter penting dalam proses adsorpsi. Semakin luas permukaan dari zeolit maka akan mampu menyerap lebih banyak komponen utama asap cair. Hasil daya jerap zeolit pada variasi massa zeolit serta jenis zeolit dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan 4.3.

Tabel 4.2Daya Jerap Zeolit Alam Massa

(18)

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin banyak massa zeolit maka semakin banyak pula massa asap cair yang tertahan di dalam adsorben. Selain itu dapat disimpulkan pula bahwa penggunaan zeolit aktivasi menahan asap cair lebih banyak daripada zeolit alam. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pori-pori zeolit aktivasi menjadi lebih luas akibat dari pemanasan pada suhu 400 oC selama 4 jam sehingga mampu menghilangkan pengotor pada pori-pori zeolit alam. Namun dapat dilihat pula bahwa hasil dari proses desorpsi tidak mampu memulihkan keseluruhan asap cair yang terjerap pada zeolit (losses). Hal ini disebabkan proses desorpsi dengan pemanasan menggunakan hotplate sebagai pemanas tidak begitu efektif selain itu suhu pemanasan maksimal adalah 120 oC sehingga komponen asap cair yang memiliki suhu didih di atas 120 oC tidak dapat teruapkan atau masih tertinggal di dalam pori-pori zeolit. Dapat dilihat bahwa losses dari tiap run bervariasi yakni yang terendah adalah 1,1 gram dan losses tertinggi 2 gram. Perbedaan ini terjadi akibat dari waktu pengamatan pada proses desorpsi yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini, proses desorpsi dihentikan apabila tidak ada lagi komponen asap cair terkondensasi, namun tidak memperhatikan lamanya proses desorpsi. Sehingga hal inilah yang membuat terjadinya perbedaan losses pada tiap run. Namun perbedaan losses pada tiap run tidak signifikan yakni berkisar antara 0,1-0,9 gram.

4.4 Warna dan Bau Produk Asap Cair

(19)

.

(a) (b)

Gambar 4.5 (a) Warna Fraksi Adsorpsi Zeolit Alam dan (b) Warna Fraksi Adsorpsi Zeolit Aktivasi

(a) (b)

(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah:

1. Nilai total asam tertinggi 9 % pada fraksi adsorpsi yaitu dengan zeolit alam 10 gram dan nilai total fenol tertinggi 13 % pada fraksi adsorpsi yaitu dengan zeolit alam 10 gram.

2. Nilai total asam tertinggi 6,3 % pada fraksi adsorpsi yaitu dengan zeolit alam 90 gram dan nilai total fenol tertinggi 9,4 % pada fraksi adsorpsi yaitu dengan zeolit aktivasi 90 gram.

3. Zeolit yang diaktivasi pada suhu 400 oC memiliki daya jerap lebih tinggi daripada zeolit alam

4. Jenis dan massa adsorben tidak memberikan pengaruh terhadap nilai densitas dan pH asap cair dimana nilainya masing-masing adalah 1,001-1,107 dan 2,5-3,0 dan memenuhi persyaratan mutu asap cair Jepang yakni dengan nilai masing-masing >1,001 g/ml dan 1,5-3,7.

5. Warna asap cair fraksi desorpsi lebih jernih daripada fraksi adsorpsi dan bau asap cair fraksi adsorpsi dengan desorpsi tidak berbeda.

5.2Saran

Saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah:

1. Melakukan kombinasi proses pemurnian secara adsorpsi bertingkat

2. Melakukan proses aktivasi zeolit secara kimia agar diketahui proses yang terbaik 3. Melakukan proses adsorpsi dengan menggunankan teknik lain selain kolom batch 4. Melakukan uji coba pada makanan untuk mengetahui ketahanan dari makanan

Gambar

Gambar 3.2 Proses Desorpsi Zeolit
Gambar 3.3 Flowchart Aktivasi Zeolit
Gambar 3.4 Flowchart AdsopsiAsap Cair
Gambar 3.6 Flowchart Analisis pH
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Penelitian ini memberikan kontribusi pada pengembangan teori auditing dan aspek akuntansi keperilakuan serta tambahan bukti empiris pada literatur akuntansi

Asuransi Syari’ah, yang menjadi acuan dari sis i syariah dalam penyelenggaraan kegiatan asuransi syariah. Dimana pasal ketujuh yang ada dalam fatwa tersebut juga

Analisis (roots) yang dapat ditangkap dari teks berita tersebut yaitu pemerintah mengambil kebujakan yang salah yaitu melakukan barter petugas DKP yang ditahan Polisi

Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian, dalam hal ini adalah menganalisis

Adanya hierarki tersebut dibuktikan dengan memusatnya rumah tipe ukir A pada pada wilayah pusat dari Kudus Kulon di daerah Damaran, Kauman, dan Kerjasan, kemudian diikuti dengan

Kemudian secara spesifik yaitu sebuah kata, frase atau yang ditandai dengan tagar (#) yang dilepaskan dengan kecepatan lebih tinggi serta unggul dalam jumlah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas yang memiliki daya hasil per hektar dan ketahanan genotipe terhadap lingkungan melebihi rerata umumnya adalah varietas harapan

Penelitian mengenai prevalensi kebiasaan buruk sebagai etiologi maloklusi klas 1 Angle pasien klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Universitas