• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Program Kepemilikan Saham Bagi Karyawan Di Perseroan Terbatas Terbuka Dikaitkan Dengan Penerapan Pajak Penghasilan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Program Kepemilikan Saham Bagi Karyawan Di Perseroan Terbatas Terbuka Dikaitkan Dengan Penerapan Pajak Penghasilan"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

ASPEK HUKUM PADA ORGANISASI PT TERBUKA

A. Pengertian dan Dasar Hukum PT Terbuka

Ilmu hukum mengenal 2 (dua) subyek hukum yaitu orang (naturlijk person)

dan badan hukum (rechtpersoon). Perseroan terbatas merupakan subyek hukum

sebagai badan hukum yang memiliki hak dan kewajiban. Apabila dikaitkan

dengan unsur-unsur badan hukum, unsur-unsur yang menandai Perseroan Terbatas

sebagai badan hukum adalah mempunyai kekayaan yang terpisah (Pasal 31 ayat

(1) UU PT), mempunyai kepentingan sendiri (Pasal 98 UU PT), mempunyai

tujuan tertentu (Pasal 15 ayat (1) huruf b UU PT), dan mempunyai organisasi

teratur (Pasal 1 angka 2 UU PT).27

Perseroan terbatas adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha

yang memiliki modal yang terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki

bagian saham yang dimilikinya.Oleh karena modalnya terdiri atas saham-saham

yang diperjualbelikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa

perlu membubarkan perusahaan. Definisi lain perseroan terbatas adalah

persekutuan berbadan hukum. Berbadan hukum ini disebut “perseroan”, karena

modal dari persekutuan ini terdiri dari sero-sero atau saham-saham.Oleh karena itu

dapat dikatakan bahwa perseroan terbatas merupakan perkumpulan atau asosiasi

modal.28

27

Adnan Sutedi, Buku Pintar Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Penebar Swadaya Group, 2015), hlm. 9

28Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan terbatas, Disertai dengan Ulasan

menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1995, (Bandung: PT. Citra Aditya bakti, 1995), hlm. 31.

(2)

terbatas hanya sejumlah nilai saham yang dimilikinya.29 Istilah perseroan merujuk

pada cara menentukan modal, yaitu terbagi dengan saham, sedangkan istilah

terbatas merunjuk pada batas tanggung jawab pemegang saham, yaitu

sebatas jumlah nominal saham yang dimiliki. PT adalah perusahaan persekutuan

badan hukum.30

1. Badan Hukum

Definisi Perseroan Terbatas dapat ditemukan dalam Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebutUndang-

Undang Perseroan Terbatas Tahun 2007) yang berbunyi sebagai berikut:

“Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.”

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Perseroan Terbatas

memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

Badan yang memenuhi syarat keilmuan sebagai pendukung hak dan

kewajiban, antara lain memiliki harta kekayaan yang terpisah dari harta

kekayaan pendiri atau pengurusnya.

2. Merupakan Persekutuan Modal

Penegasan Perseroan Terbatas adalah Badan Hukum yang merupakan

persekutuan modal merupakan penegasan bahwa Perseroan Terbatas tidak

mementingkan sifat kepribadian para pemegang saham yang ada di

dalamnya. Persekutuan Perdata, Firma, dan Persekutuan Komanditer

29Pasal 3 UU PT

30Jurnal Hukum Bisnis, Kajian Hukum Bisnis Atas UU No.40/2007 Tentang PT,

(3)

terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mengenal satu sama

lain secara pribadi. Berbeda halnya dengan Perseroan Terbatas,

terutama pada Perseroan TerbatasTerbukadimana yang diutamakan

adalah menghimpun modal sebanyak mungkin dan mengabaikan

hubungan pribadi diantara para pemegangsaham.31

3. Didirikan berdasarkan perjanjian

Oleh karena Perseroan Terbatas dinyatakan sebagai badan hukum yang

didirikan berdasarkan perjanjian, maka pendirian Perseroan Terbatas harus

pula tunduk kepada persyaratan syarat sahnya perjanjian yang ditentukan

oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut

KUHPerdata). Pasal 1320 KUHPerdata menentukan adanya empat syarat

sahnya suatu perjanjian,yaitu:

a. Adanya kata sepakat bagi mereka yang mengikatkan dirinya.

b. Kecakapan para pihak untuk membuat suatu perikatan.

c. Harus ada hal tertentu.

d. Harus ada suatu sebab (causa) yang halal.

Persyaratan tersebut diatas berkenaan baik mengenai subjek maupun objek

perjanjian. Persyaratan yang pertama dan kedua berkenaan dengan subjek

perjanjian.Persyaratan yang ketiga dan keempat berkenaan dengan objek

perjanjian.Pembedaan kedua persyaratan tersebut dikaitkan pula dengan

masalah batal demi hukum dan dapat dibatalkannya suatu

perjanjian.Apabila persyaratan subjektif tidak dipenuhi, maka tidak

31Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas: Doktrin, Peraturan Perundang-Undangandan

(4)

mengakibatkan batalnya suatu perjanjian namun hanya dapat dibatalkan

melalui putusan pengadilan.Sedangkan persyaratan mengenai objek,

apabila tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut batal demi hukum.32

4. Melakukan kegiatan usaha

Setiap perseroan waib melakukan kegiatan usaha dalam bidang

perekonomian (industri, dagang, jasa) yang bertujuan untuk mendapatkan

keutungan dan atau laba.Melakukan kegiatan artinya menjalankan

perusahaan.Agar kegiatannya sah maka harus mendapat izin usaha dari

pihak yang berwenang dan didaftarkan dalam daftar perusahaan menurut

Undang-undang yang berlaku.

5. Modal yang seluruhnya terbagi atas saham

Salah satu ciri utama suatu badan hukum seperti perseroan terbatas adalah

memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan para pendiri badan hukum

tersebut. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas dijelaskan bahwa modal perseroan merupakan keseluruhan nilai

nominal saham yang ada dalamPerseroan.33

6. Didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih

Perseroan terbatas (PT) didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih.Dimana

pernyataan diatas dapat dibuktikan dengan dapat dilihat di dalam Pasal 7

ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa

“Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris

yang dibuat dalam bahasa Indonesia”.34

32Ibid, hlm. 26-27.

33Pasal 31 ayat 1 UUPT

34Pasal 7 ayat 1 UUPT

(5)

berdasarkan perjanjian adalah harus terdapat dua pendiri atau lebih.Para

pemegang saham yang mendirikan perseroan tersebut saling mengikatkan

diri untuk menerima dan melaksanakan kewajiban tertentu yang diatur

dalam Anggaran Rumah Tangga dan Anggaran Dasar Perseroan tersebut.

Salah satu jenis PT adalah PT Terbuka.PT. Terbuka adalah suatu PT

dimana masyarakat luas dapat ikut serta menanamkan modalnya dengan cara

membeli saham yang ditawarkan oleh PT. Terbuka melalui bursa dalam rangka

memupuk modal untuk investasi PT atau biasa disebut PT yang go-public.

Pengertian PT. Terbuka tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007, PT Terbuka

ialah perseroan yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria

tertentu atau perseroan yang melakukan penawaran umum sesuai dengan

peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

Perubahan PT Tertutup menjadi PT Terbuka adalah dalam rangka untuk

mengembangkan usahanya. Dalam hal para usahawan yang ingin mengembangkan

usahanya, mereka melakukan dengan cara merubah jenis perseroan yang tadinya

berstatus tertutup menjadi status terbuka yang dalam arti untuk melakukan hal

tersebut harus dilakukan harus terlebih dahulu melakukan suatu penawaran umum

atau lebih dikenal dengan istilah “go public” atau IPO (Initial Public Offering)

atau merupakan suatu penawaran saham perdana ke publik. Dengan melakukan

perubahan status tersebut, agar nantinya memperoleh legitimasi sebagai

perusahaan terbuka. Persyaratan suatu perseroan untuk memperoleh legalitas

dalam proses going public telah diatur dalam Undang-Undang Pasar Modal (untuk

(6)

pasar modal. Beberapa pasal dalam UUPM yang mengatur tentang perseroan

publik adalah:35

1. Pasal 70 UUPM yang mengaskan bahwa yang dapat melakukan penawaran

umum adalah Emiten yang telah menyampaikan pernyataan pendaftaran

kepada Bapepam untuk menawarkan atau menjual efek kepada masyarakat

dan pernyataan pedaftaran tersebut telah efektif;

2. Pasal 73 UUPM, yang mengatakan setiap perusahaan publik wajib

menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam;

3. Pasal 1 angka 19 UUPM, menjelaskan bahwa pernyataan pendaftaran adalah

dokumen yang wajib disampaikan kepada Badan Pengawas Pasar Modal oleh

Emiten dalam rangka Pernawaran Umum atau perusahaan publik.

Dasar Hukum pembentukkan PT Terbuka, masing-masing sebagai berikut:

a. PT Tertutup (PT Biasa): berdasarkan UU No.40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas;

b. PT Terbuka (PT go-public) berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 dan UU

No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal;

c. PT PMDN: berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 tentang penanaman

modal;

d. PT PMA: berdasarkan UU No. 25 Tahun 2007 tenntang Penanaman

Modal;

e. PT Persero berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007.

B. Struktur Organisasi PT Terbuka

(7)

Organ Perseroan Terbatas, menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas,

terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Dewan Komisaris. Ketiga

organ tersebut melakukan metabolisme tubuh di dalam badan hukum PT,

menjalankan roda kegiatan PT kearah visi-misinya.Kegiatan organ-organ itu

meliputi fungsi pembuatan kebijakan, pelaksanaan dan pengawasan.36 Berikut

organ-organ yang terdapat pada PT37

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) :

RUPS merupakan organ perseroan yang memiliki kewenangan eksklusif.

Kewenangan ini, sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 ayat 4 UUPT 2007,

tidak akan pernah diberikan atau dialihkan kepada komisaris ataupun

direksi.RUPS dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

a. RUPS Tahunan

RUPS Tahunan wajib diadakan dalam jangka waktu paling lambat 6 bulan

setelah tahun buku berakhr.Pada RUPS Tahunan, harus diajukan semua

dokumen dari laporan tahunan perseroan.

b. RUPS Lainnya

RUPS lainnya dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan untuk

kepentingan perseroan. Ini antar lain jika perseroan mengalami krisi atau

keadaan amat mendesak sehingga memerlukan penyelenggaraan RUPS

untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

Kewenangan RUPS dalan UUPT 2007, antara lain yaitu:

2015, pukul 16.09 WIB.

37Orinton Purba, Petunjuk Praktis bagi RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan

(8)

1. Mengubah anggaran dasar Perseroan;38

2. Menyetujui bentuk setoran pemegang saham dalam bentuk lain, selain uang;39

3. Membeli kembali saham yang dikeluarkan;40

4. Menambah modal perseroan;41

5. Mengurangi modal perseroan;42

6. Menyetujui rencana kerja tahunan perseroan;43

7. Menyetujui laporan tahunan termasuk pengesahan laporan keuangan serta

laporan tugas pengawasan Dewan Komisaris;44

8. Menggunakan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk

cadangan.45

9. Mengangkat direksi;46

10.Menetapkan peraturan tengtang pembagian tugas dan wewenang pengurusan

diantara anggota direksi;47

11.Mengangkat pihak lain dalam hal seluruh anggota direksi dan dewan

komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan;48

12.Menyetujui pengalihan atau dujadikannya kekayaan perseroan sebagai

jaminan utang;49

13.Menyetujui Direksi untuk mengajukan permohonan pailit atas perseroan

(9)

14.Memberhentikan anggota Direksi;51

15.Mencabut atua menguatkan keputusan pemberhentian sementara anggota

Direksi oleh Dewan Dewan Komisaris;52

16.Mengangkat dewan pengawas syariah;53

17.Mengangkat Dewan Komisaris;54

18.Mengangkat komisaris Independen;55

19.Memberikan wewenang kepada Dewan Komisaris untuk menjalankan

tindakan pengurusan perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu

tertentu;56

20.Memberhentikan anggota Dewan Komisaris secara tetap atau sementara;57

21.Menyetujui rancangan penggabungan perseroan;58

22.Menyetujui pengambilalihan perseoan;59

23.Membubarkan perseroan;60

24.Memberikan pelunasan dan pembebasan kepada likuidator atas likuidasi

(10)

Komisaris atau biasa disebut Dewan Komisaris bertugas melakukan

pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi berdasarkan anggaran dasar

perseroan.Pengawasan oleh Dewan Komisaris meliputi pengawasan atas

kebijakan Direksi dalam melakukan dan menjalankan pengurusan perseroan, baik

mengenai perseroan maupun kegiatan usaha perseroan.Pengawasan yang

dilakukan oleh Dewan Komisaris haruslah bertujuan untuk kepentingan perseroan

serta sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.Namun dalam keadaan darurat

Dewan Komisaris dapat bertindak mengurus perseroan bersama-sama dengan

Direksi, dengan syarat sesuai anggaran dasar atau keputusan RUPS.62

Anggota Dewan Komisaris terdiri atas satu orang anggota atau lebih.Jika

terdiri atas beberapa orang, anggota bersifat “majelis”.Anggaran Dasar juga dapat

menentukan adanya 1 Dewan Komisaris independen dan 1 Dewan Komisaris

utusan.

Jika Dewan Komisaris melakukan tugas untuk mengurus perseroan maka

Dewan Komisaris tersebut mempunyai konsekuensi sebagaimana melekat pada

Direksi.Selain itu, Dewan Komisaris juga harus bertanggung jawab kepada pihak

ketiga dalam kapasitasnya sebagai pengurus.Dewan Komisaris sebagai Direksi,

mewakili kepentingan perseroan, baik di dalam maupun diluar pengadilan.

63

63 Pasal 120

Adapun persyaratan menjadi anggota Dewan Komisaris berdasarkan

UUPT 2007 yaitu cakap melakukan perbuatan hukum dan tidak pernah

dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris,

serta bukan orang yang pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang

(11)

Perusahaan Terbuka sekurang-kurangnya memiliki 30% (tiga puluh

persen) dari jajaran anggota Dewan Komisaris yang dapat dipilih terlebih dahulu

melalui RUPS sebelum Pencatatan dan mulai efektif bertindak sebagai Komisaris

Independen setelah saham perusahaan tersebut tercatat.64

Peraturan OJK No. 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan

Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik mengatur lebih khusus lagi mengenai

persyaratan pengangkatan Komisaris Independen yang haruslah bukan karyawan

atau memiliki hubungan ketenagakerjaan dengan emiten dalam jangka waktu

minimal 6 bulan, tidak memiliki saham di emiten baik secara langsung maupun

tidak langsung, tidak memiliki hubungan afiliasi dengan Emiten, Direksi, Dewan

Komisaris dan pemegang saham utama Emiten serta tidak melakukan hubungan

bisnis dengan emiten baik secara langsung maupung tidak langsung.

Selain itu, terkait

Komisaris Independen ini juga, Peraturan Bapepam No. IX.I.5 tentang

Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit mengatur bahwa

Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang berasal dari luar

emiten atau perusahaan public, tidak mempunyai saham baik langsung maupun

tidak langsung pada emiten atau perusahaan publik, tidak mempunyai hubungan

afiliasi dengan emiten atau perusahaan publik, Komisaris, Direksi, atau pemegang

saham utama emiten atau perusahaan publik dan tidak memiliki hubungan usaha

baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha

emiten atau perusahaan publik.

64Peraturan Bursa Efek Indonesia No.I.A tentang Pencatatan Saham dan Efek bersifat

(12)

Tugas dan tanggung jawabDewan Komisaris, antara lain65

a. Melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya

pengurusan pada umumnya, dan memberi nasihat kepada Direksi.

Pengawasan oleh Dewan Komisaris dilakukan untuk kepentingan

sesuai dengan maksud dan tujuan serta anggaran dasar. :

b. Memastikan terselenggaranya pelaksanaan prinsip-prinsip GCG dalam

setiap kegiatan usaha.

c. Mengarahkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan

strategis perusahaan.

d. Memastikan bahwa Direksi telah menindaklanjuti temuan audit dan

rekomendasi dari hasil pengawasan pihak otoritas termasuk namun

tidak terbatas pada Otoritas Jasa Keuangan.

e. Memastikan bahwa Komite-Komite yang telah dibentuk Dewan

Komisaris telah menjalankan tugasnya secara efektif.

f. Menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya secara optimal.

g. Menyelenggarakan rapat Dewan Komisaris secara berkala, paling

kurang 4 (empat) kali dalam setahun. Rapat Dewan Komisaris

wajib dihadiri oleh seluruh anggota Dewan Komisaris secara fisik

paling kurang 2 (dua) kali dalam setahun.

h. Membuat risalah rapat Dewan Komisaris, dan ditandatangani oleh

seluruh anggota Dewan Komisaris yang hadir dalam rapat Dewan

Komisaris.

(13)

i. Mendistribusikan salinan risalah rapat Dewan Komisaris kepada

seluruh anggota Dewan Komisaris dan pihak yang terkait.

j. Menyampaikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah

dilakukan selama tahunbukusebelumnyakepadaRUPS Tahunan.

Wewenang Dewan Dewan Komisaris, antara lain66

1. Mengadakan dengar pendapat dengan akuntan yang memeriksa

pembukuan perseroan

:

2. Ikut serta menandatangani laporan tahunan dan neraca perhitungan

laba rugi;

3. Memanggil RUPS;

4. Memberikan nasihat dalam RUPS ;

5. Mewakili perseroan baik di luar maupun di dalam pengadilan bila

antara Direksi dengan perseroan terdapat kepentingan yang berbeda;

6. Membebaskan sementara setiap anggota Direksi dari tugasnya apabila

kedapatan bertindak merugikan perseroan ;

7. Mengangkat seorang ahli pembukuan untuk membantu mengawasi

pembukuan perseroan dalam waktu-waktu tertentu (secara insidentil)

kecuali sebelumnya telah diangkat seorang ahli pembukuan oleh

RUPS.

3. Direksi

66Agus Budiarto, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas,

(14)

Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab

penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan

maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di

luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.67Artinya, mesti memiliki

kewenangan penuh dalam hal kepengurusan perseroan, langkah-langkah Direksi

harus tetap dalam batas-batas yang ditentukan undang-undang serta anggaran

dasar perseroan.Sebagai pengurus, Direksi secara otomatis mewakili perseroan

baik di dalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.68

Selain berwenang untuk pengurusan sehari-hari Perseroan, Direksi juga

berwenang mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.69Dan

dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari 1 (satu) orang, yang berwenang

mewakili Perseroan adalah setiap anggota Direksi, kecuali ditentukan lain dalam

anggaran dasar.70

67

Pasal 5 UUPT.

68Op.Cit., hlm 31.

69Pasal 98 ayat (1) UUPT.

70Pasal 98 ayat (2) UUPT.

Direksi dalam perseroan minimal terdiri atas 1 orang, namun tidak

menutup kemungkinan lebih dari 1 orang, tergantung kebutuhan operasional

perseroan. Namun, terdapat pengecualian bagi perseroan yang usahanya

menghimpun dan mengelola dana masyarakat, menerbitkan surat pengakuan utang

dan perseroan terbuka (tbk), ketiganya wajib memiliki minimal 2 anggota Direksi.

Jika anggota Direksi lebih dari 1 orang, setiap orang memiliki wewenang yang

samadalam mewakili perseroan, kecuali dalam anggaran dasar menentukan bahwa

(15)

Anggota Direksi diangkat oleh RUPS, sesuai dengan ketentuan Pasal 93

UUPT, anggota Direksi adalah orang perorangan yang cakap melaksanakan

perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakn pailit dalam waktu 5 tahun sebelum

pengangkatannya, atau dihukum karena melakukantindak pidanayang merugikan

keuangan Negara atau yang berkaitan dengan sektor keuangan.71

C. Pengelolaan PT Terbuka

Pengelolaan PT Terbuka merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan

sebaik mungkin untuk menggerakkan roda perusahaan secara efektif yang

tergambar dalam kerangka tata kelola perusahaan. Undang-undang Nomor 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menggantikan undang-undang

sebelumnya tahun 1995 merupakan undang-undang yang lebih komprehensif

dalam mengakomodasi dan menjabarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan

(good corporate governance) dengan mengatur kesetaraan organ perusahaan yang

terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris, dan

Direksi.72

Melihat perkembangan dunia usaha yang semakin kompetitif, tata kelola

perusahaan menjadi sangat penting.Good Corporate Governance(yang selanjutnya

disebut GCG) adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme

pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika

berusaha.73

71

Orinton Purba, Op. Cit., hlm 32.

72Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Cetakan Kedua, (Bandung:

Citra Aditya Bakti, 1996), hlm. 23-24

73Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : Per

01/Mbu/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate

Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara

(16)

tata kelola yang baik. Dalam prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang

diterbitkan oleh OECD dinyatakan bahwa kerangka kerja tata kelola perusahaan

harus mendorong transparansi dan pasar yang efisien, sejalan dengan peraturan

hukum, dan membagi dengan jelas kewajiban dan tanggung jawab di antara

otoritas yang menjalankan fungsi pengawasan, pengaturan dan penegakan hukum.74

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : Per — 01

/Mbu/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate

Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara menegaskan kerangka kerja tata

kelola perusahaan di Indonesia didasarkan pada prinsip-prinsip yang ada dalam

UU PT. Prinsip-prinsip GCG yang dimaksud dalam Peraturan ini, meliputi:75

1. Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan

proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam

mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.

2. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan

terlaksana secara efektif.

3. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian di dalam

pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan

prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

4. Kemandirian (independency), yaitu keadaan di mana perusahaan

dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan

74

Ibid, hlm. 14.

75Pasal 3 Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : Per — 01

(17)

pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang

sehat.

5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam

memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan (stakeholders)yang timbul

berdasarkan perjanjian dan peraturan perundangundangan.

Prinsip-prinsip GCG diatas sesuai dengan mekanisme pengelolaan yang

terdapat dalam UU PT. penjabaran prinsip-prinsip GCG terhadap UU PT sebagai

berikut:

1) Transparansi

Transparansi merupakan kepentingan dari para pemegang saham untuk

mendapatkan informasi material suatu Perseroan. Hal ini akan

berkaitan dengan dua permasalahan,yaitu:76

a. Pemenuhan informasi penting yang berkaitan dengan kinerja suatu

Perseroan sebagai bahan pertimbangan bagi para pemegang saham

atau calon investor untuk menanamkanmodalnya.

b. Perlindungan terhadap kedudukan pemegang saham dari

penyalahgunaan wewenang dan penipuan yang dapat dilakukan oleh

direksiPerseroan.

Pemenuhan informasi materialperseroan secaratepat waktu, benar dan

teratur yang dapat mempengaruhi pertimbangan para pemegang saham

76Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance:

Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha (Jakarta: Kencana Prenanda

(18)

dalam pengambilan keputusan, merupakan kewajiban dari Direksi dan

atas pengawasan Dewan Komisaris untuk mengungkapkannya

(disclosure), kewajiban tersebut terkait dengan prinsip accountability

(akuntabilitas) dari Direksi dan Dewan Komisaris. Kewajiban Direksi

mengenai pengungkapan informasi Perseroan di dalam UUPT harus

dilakukan dalam bentuk laporan tahunan, sebagaimana diatur dalam

Pasal 66 ayat (1) dan (2) UUPT yang menyatakan bahwa:

(1)Direksi menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku Perseroan berakhir.

(2)Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuatsekurang-kurangnya:

a. laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan,laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangantersebut; b. laporan mengenai kegiatanPerseroan;

c. laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan;

d. rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang

mempengaruhi kegiatan usahaPerseroan;

e. laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh Dewan Komisaris selama tahun buku yang baru lampau; f. nama anggota Direksi dan anggota DewanKomisaris;

g. gaji dan tunjangan bagi anggota Direksi dan gaji atau honorarium dan tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris Perseroan untuk tahun yang barulampau.

Berkaitan dengan kewajiban Direksi tersebut diatas dalam memberikan

laporan tahunan, pada pasal 69 ayat (3)UUPT kembali menitikberatkan

pada pemberian informasi mengenai laporan keuangan dengan

sanksinya apabila informasi yang diberikan tidak benar atau

menyesatkan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan

kepada para pemegang saham mengenai keadaan finansial suatu

(19)

kekayaan dari para pemegang saham dipergunakan oleh Perseroan

sesuai peruntukannya.Begitu juga perlindungan terhadap para

pemegang saham dan calon pemegang saham yang cenderung melihat

kondisi Perseroan dari laporan keuangan untuk menanamkan uangnya

tanpa melihat kondisi Perseroan secaramendalam.

2) Akuntabilitas

Prinsip akuntabilitas berkaitan erat dengan prinsip transparansi, karena

dengan prinsip akuntabilitas, segala informasi material yang telah

diberikan dapat diolah sedemikian rupa sehingga didapatkan bahan

yang komprehensif dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja

suatu Perseroan.Prinsip ini juga turut mendukung keberadaan doktrin

fiduciary duties yang pada dasarnya memberikan konsep normatif

mengenai wewenang dan tanggung jawab Direksi dan Dewan

Komisaris dalam menjalankan Perseroan, sehingga doktrin tersebut

dapat diimplementasikan secarakonkret.77

3) Pertanggungjawaban

Doktrin dari fiduciary duties

dimaksud adalah berkaitan dengan tugas kepercayaan yang diberikan

oleh Perseroan dalam melakukan pengurusan Perseroan untuk

kepentingan Perseroan itu sendiri, dimana Direksi dalam

melaksanakan fiduciary duties-nya dituntut untuk bertindak

denganasas duty of good faith,dan duty of disclousure.

Prinsip responsibility merupakan perwujudan dari tanggung jawab

77Hindarmojo Hinuri, ed., The Essence of Good Corporate Governance; Konsep dan

Implementasi pada Perusahaan Publik dan Korporasi Indonesia (Jakarta: Yayasan pendidikan

(20)

suatu Perseroan untuk mematuhi dan menjalankan setiap aturan yang

telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku di

negara asalnya atau tempatnya berdomisili secara konsekuen.Termasuk

peraturan di bidang lingkungan hidup, persaingan usaha,

ketenagakerjaan, perpajakan, perlindungan konsumen dan sebagainya,

sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan di

tiap-tiapNegara.78

(1)Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial danLingkungan.

Pertanggungjawaban Perseroan dalam mematuhi

peraturan perundang-undangan merupakan kerangka dari tata kelola

Perseroan yang baik yaitu sebagai wujud dari hukum itu ditegakkan

atau dipatuhi. Dengan dipatuhinya semua peraturan

perundang-undangan yang berlaku oleh Perseroan akan memberikan citra positif

bagi suatu Perseroan, baik di mata pemerintah maupun di mata

masyarakat luas. Sedangkan bagi pemegang saham akan berdampak

pada nilai dari saham itu sendiri dan memberikan kepastian mengenai

kelanjutan usaha Perseroan (corporate sustainability), begitu juga

dengan calon investor mempunyai alasan yang kuat untuk

menanamkanmodalnya.

Pertanggungjawaban Perseroan pada masyarakat dan lingkungan,

merupakan usaha untuk menjaga kesinambungan usaha dalam jangka

panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen,

pertanggungjawaban tersebut telah diatur dalam Pasal 74 UUPT yang

menyatakan bahwa:

78Gunawan Widjaja, Resiko Hukum sebagai Direksi, Komisaris & Pemilik PT (Jakarta:

(21)

(2)Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

(3)Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4)Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan PeraturanPemerintah.

4) Kemandirian

Independensi atau kemandirian adalah suatu keadaan dimana

Perseroan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan

pengaruh/tekanan dari pihak maupun yang tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip

korporasi yangsehat.79Independensi atau kemandirian fungsi

masing-masing Organ Perseroan di dalam Perseroan, merupakan suatu hal

yang sangat krusial untuk mencegah terjadinya benturan kepentingan

yang dapat mengakibatkan kerugian bagi Perseroan begitu juga

pemegang saham. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya di dalam

prinsip accountability (akuntabilitas), dimana self dealing sebagai

bagian dari benturan kepentingan dapat dicegah dengan memberiakn

kewajiban bagi Direksi dan Dewan Komisaris maupun keluarganya

melaporkan kepemilikansahamnya.80

Selain itu juga dalam menjaga kemandirian masing fungsi

79Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam

KonteksIndonesia,edisikedua.(Jakarta:RayIndonesia,2006),hlm.13.

(22)

Organ Perseroan, yaitu diatur dalam Pasal 36 ayat (1) UUPT yang

menyatakan bahwa Perseroan dilarang mengeluarkan saham baik

untuk dimiliki sendiri maupun dimiliki oleh Perseroan lain, yang

sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah dimiliki oleh

Perseroan.

5) Kewajaran

Prinsip fairness merupakan keharusan bagi sebuah Perseroan untuk

memberikan kedudukan yang sama terhadap para pemegang saham

(baik pemegang saham mayoritas atau minoritas, asing atau domestik),

sehingga kerugian akibat perlakuan diskriminatif dapat dicegah

sedinimungkin.81Fairness diharapkan membuat seluruh asset

Perseroan dikelola secara baik dan prudent (hati-hati) sehingga muncul

perlindungan kepentingan pemegang saham secara fair (jujur dan adil).

Fairness juga diharapkan memberi perlindungan kepada perusahaan

terhadap praktek korporasi yang merugikan.Pendekkata, fairness

menjadi jiwa untuk memonitor dan menjamin perlakuan yang adil

diantara beragam kepentingan dalamperusahaan.82

Namun seperti halnya sebuah prinsip, fairness memerlukan

syarat agar bisa diberlakukan secara efektif.Syarat itu berupa peraturan

perundang-undangan yang jelas, tegas, konsisten dan dapat ditegakkan

secara efektif. Hal ini dinilai penting karena akan menjadi penjamin

81Daniri, Op. Cit, hlm. 71.

(23)

adanya perlindungan atas hak-hak pemegang saham manapun, tanpa

pengecualian. Peraturan perundang-undangan ini harus dirancang

sedemikian rupa sehingga dapat menghindari penyalahgunaan lembaga

peradilan (litigation abuse). Diantara litigation abuse ini adalah

penyalahgunaan ketidakefisienan lembaga peradilandalam mengambil

keputusan sehingga pihak yang beritikad baik mengulur-ngulur waktu

kewajiban yang harusdibayarkannya atau bahkan dapat terbebas dari

kewajiban yang harusdibayarkan.83

GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien,

transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan.Oleh karena itu

penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu

negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan

masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha. Prinsip-prinsip dasar

yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar adalah:

Adapun prinsip-prinsip tata kelola tersebut pada dasarnya selaras dengan

prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945. Dengan

merujuk pada hirarkhi perundang-undangan di Indonesia, prinsip-prinsip tersebut

diturunkan secara lebih konkrit di dalam berbagai peraturan perundang-undangan

di Indonesia.

84

83Ibid, hlm. 15.

84Komite Nasional Kebijakan Governance, Pedoman Umum Good Coorporate

(24)

a. Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan

yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan,

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum

secara konsisten (consistent law enforcement).

b. Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman

dasar pelaksanaan usaha.

c. Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak

yang terkena dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan

kepedulian dan melakukan kontrol sosial (social control)secara obyektif

dan bertanggung jawab.

Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada

setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan.Asas GCG yaitu transparansi,

akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan

diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability)perusahaan

dengan memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders).85

Peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal juga sangat terkait

dengan implementasi prinsip-prinsip GCG. Jika UUPT berlaku terhadap seluruh

perseroan terbatas yang didirikan, maka terhadap perusahaan public, selain

UUPT, berlaku juga peraturan di pasar modal yang mencakup

kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan terbuka.86

85Ibid, hlm. 5.

(25)

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal (selanjutnya

disebut dengan UUPM) juga memuat peraturan terkait dengan GCG, terutama

kaitannya dengan prinsip keterbukaan. Peraturan tersebut dimuat dalam bagian

kelima, Pasal 82-84, yaitu mengenai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu,

Benturan Kepentingan, Penawaran Tender, Penggabungan, Peleburan dan

Pengambilalihan.87

Beberapa peraturan Bapepam yang terkait dengan penerapan prinsip GCG,

adalah:88

1. Peraturan Bapepam Nomor IX.D.1 tentang Hak Memesan Efek Terlebih

dahulu.

2. Peratutan Bapepam No. VIII.G.2 tentang Laporan Tahunan.

3. Peraturan Bapepam No. IX.E.1 TENTANG Benturan Kepentingan Transaksi

Tertentu.

4. Pertauran Bapepam No. IX.E.2 tentang Transaksi Material dan Perubahan

Kegiatan Usaha yang Dilakukan Perusahaan Terbuka.

5. Peraturan Bapepam No. IX.G.1 tentang Pengabungan Usaha dan Peleburan

Perusahaan Publik dan Emiten.

6. Peraturan Bapepam No. IX.I.1 tentang Rencana dan Pelaksanaan RUPS.

7. Peraturan Bapepam No. IX.J.1 tentang Pengaturan tentang Pokok-Pokok

Anggaran Dasar Perseroan yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat

Eluitas dan Perusahaan Publik.

87Ibid.

(26)

8. Peraturan Bapepam No. X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi yang Harus

Segera Diumumkan kepada Publik.

9. Peraturan Bapepam No. X.K.4 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana

Hasil Penawaran Umum.

10.Peraturan Bapepam No. IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka.

11.Peraturan Bapepam No. IX.F.1 tentang Penawaran Tender.

12.Peraturan Bapepam No. VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Diresi atas

Laporan Keuangan.

13.Peraturan Bapepam No. X.K.5 tentang Keterbukaan Informasi bagi Emiten

atau Perusahaan Publik yang dimohonkan Pernyataan Pailit.

14.Peraturan Bapepam No. IX.1.4 tentang Pembentukan Sekretaris Perusahaan.

15.Peraturan Bapepam No. IX.I.6 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten

dan Perusahaan.

D. Pengawasan Terhadap PT Terbuka.

Pengawasan berorientasi kepada tujuan perusahaan, perencanaan dan

pelaksanaannya.Pengawasan berupaya membetulkan kesalahan arah, untuk

dikembalikan pada jalur yang benar.Mekanisme pengawasan adalah untuk melihat

apakah pekerjaan yang dilaksanakan telah sesuai dengan arah tujuan yang sudah

ditetapkan oleh perusahaan.Pengawasan meliputi aspek penelitian apakah hasil

yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.Pengawasan untuk

mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan bawahan

(27)

dikenal dengan Controlling tidak dapat berdiri sendiri, melainkan selalu terkait

dengan fungsi-fungsi manajemen yang lain yang paling sederhana yaitu Planning,

Organizing dan Actuating.89

Tugas dan tanggung jawab pengawasan ada pada Dewan

Komisaris.Dewan Komisaris mengemban tugas untuk melakukan pengawasan

atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai

Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberikan nasihat kepada Direksi

secara kolektif.Pengawasan dan pemberian nasihat semata-mata dilakukan untuk

kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan, tidak

boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional.Dalam hal Dewan

Komisaris mengambil keputusan mengenai hal-hal yang ditetapkan dalam

anggaran dasar atau peraturan perundang-undangan, pengambilan keputusan

tersebut dilakukan dalam fungsinya sebagai pengawas, sehingga keputusan

kegiatan operasional tetap menjadi tanggung jawab Direksi.90

Pengawasan juga penting tidak hanya dalam hal pengurusan Perseroan,

tapi juga penting sebagai pelaksanaan dari Prinsip GCG sehingga tujuan

Perseroan dapat tercapai dengan baik.Peran ini untuk menjaga agar seluruh

Direksi melaksanakan tugasnya dengan benar.Pengawasan bekerja pada saat

pelaksanaan tugas pokok pengurusan sedang berlangsung dan diharapkan bisa

segera mengoreksi kesalahan apabila diketahui ada penyimpangan dalam

pengurusan Perseroan. Maksud dari penyimpangan ini berarti ada kegiatan

89

Sentot Harman Glendoh, “Fungsi Pengawasan dalam Manajemen Koorporasi”, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 2, No. 1, Maret 2000), hlm. 47

90Jandi Mukianto, Pendirian, Pengurusan, Pengawasan Perseroan Terbatas di

(28)

pengurusan PT yang tidak sesuai dengan peraturan dan/atau anggaran dasar

Perseroan, yang apabila tidak dilakukan koreksi akan menyebabkan pengurusan

Perseroan menyimpang dari tujuan.

Pengertian dewan komisaris dalam Pasal 1 angka 6 UU PT adalah organ

perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus

sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi. Tugas dewan

komisaris berdasarkan Pasal 108 Ayat (1) dan (2) UU PT adalah melakukan

pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik

mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasihat kepada

direksi.

Pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi dilakukan untuk

kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.

Selanjutnya penjelasan Pasal 108 Ayat (2) UU PT menjelaskan bahwa yang

dimaksud dengan “untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan

perseroan” adalah bahwa pengawasan dan pemberian nasihat yang dilakukan oleh

dewan komisaris tidak untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu, tetapi

untuk kepentingan perseroan secara menyeluruh dan sesuai dengan maksud dan

tujuan perseroan. Tugas pengawasan tersebut, dapat juga dilakukan dewan

komisaris terhadap sasaran atau objek tertentu, antara lain sebagai berikut:91

1. Melakukan audit keuangan;

2. Pengawasan atas organisasi perseroan;

3. Pengawasan terhadap personalia.

(29)

Dewan komisaris terdiri atas satu orang anggota atau lebih. Dewan

komisaris yang terdiri atas lebih dari satu orang anggota merupakan majelis dan

setiap anggota dewan komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri, tetapi

bertindak berdasar pada keputusan dewan komisaris sebagaimana yang tercantum

dalam Pasal 108 UU PT.92

1. Telah membuktikan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian

untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan

perseroan;

Setiap anggota dewan komisaris ikut bertanggung

jawab secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah

atau lalai menjalankan tugas pengawasan perseroan. Dalam hal dewan komisaris

terdiri atas dua anggota dewan komisaris atau lebih, tanggung jawab tersebut

berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota dewan komisaris

sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 114 Ayat (3) dan (4) UU PT. Pasal 114

Ayat (5) UUPT menyebutkan bahwa anggota dewan komisaris tidak dapat

dipertanggungjawabkan atas kerugian tugas pengawasan dan pemberian nasihat

kepada direksi apabila dapat membuktikan:

2. Tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak

langsung atas tindakan pengurusan direksi yang mengakibatkan

kerugian; dan

3. Telah memberikan nasihat kepada direksi untuk mencegah timbul atau

berlanjutnya kerugian tersebut.

92Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia Cetakan Keempat Revisi, PT.

(30)

Setiap anggota Dewan Komisaris dalam menjalankan tugas pengawasan

dan pemberian nasihat kepada Direksi wajib dilakukan dengan itikad baik,

kehati-hatian, dan bertanggung jawab karena setiap anggota Dewan Komisaris ikut

bertanggungjawab secara pribadi atas kerugian perseroan, apabila diketahui yang

bersangkutan bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya. Apabila terdapat 2

(dua) orang anggota Dewan Komisaris atau lebih maka tanggung jawab atas

kerugian Perseroan yang terjadi ditanggung renteng oleh setiap anggota Dewan

Komisaris. Dewan Komisaris juga wajib membuat risalah rapat Dewan

Komisaris dan menyimpan salinannya; melaporkan kepada Perseroan mengenai

kepemilikan sahamnya dan/atau keluarganya pada Perseroan tersebut dan

Perseroan lain; dan memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah

dilakukan selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS.93

UU PT mengatur hal yang baru, menyerap dari prinsip GCG dengan

menempatkan pengaturan Komisaris Independen dan Komisaris Utusan dalam

anggaran dasar Perseroan. Komisaris Independen diangkat berdasarkan keputusan

RUPS dari pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota

Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris lainnya, atau yang disebut juga

Komisaris dari pihak luar. Sedangkan Komisaris Utusan adalah anggota Dewan

Komisaris yang ditunjuk berdasarkan keputusan rapat Dewan Komisaris dengan

tugas dan wewenang Komisaris Utusan ditetapkan dalam anggaran dasar

Perseroan dengan ketentuan tidak bertentangan dengan tugas dan wewenang dari

Komisaris, dan tidak mengurangi tugas pengurusan yang dilakukan Direksi.94

93

Frans Satriyo Wicaksono, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direktur & Komisaris

PT Terbuka, (Jakarta: Visimedia, 2009), hlm 219.

94Gunawan Widjaja, 150 Pertanyaan tentang Perseroan Terbatas, (Jakarta: Forum

(31)

Terdapat 2 (dua) bentuk pengawasan terhadap PT Terbuka, yaitu:

A. Pengawasan Internal

1. Dewan Komisaris

Tugas dan tanggung jawab pengawasan ada pada Dewan

Komisaris. Dewan Komisaris mengemban tugas untuk melakukan

pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada

umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan

memberikan nasihat kepada Direksi secara kolektif.Pengawasan

dan pemberian nasihat semata-mata dilakukan untuk kepentingan

Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan, tidak

boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional.Dalam

hal Dewan Komisaris mengambil keputusan mengenai hal-hal

yang ditetapkan dalam anggaran dasar atau peraturan

perundang-undangan, pengambilan keputusan tersebut dilakukan dalam

fungsinya sebagai pengawas, sehingga keputusan kegiatan

operasional tetap menjadi tanggung jawab Direksi.95

Pengawasan juga penting tidak hanya dalam hal

pengurusan Perseroan, tapi juga penting sebagai pelaksanaan dari

Prinsip GCG sehingga tujuan Perseroan dapat tercapai dengan

baik.Peran ini untuk menjaga agar seluruh Direksi melaksanakan

tugasnya dengan benar.Pengawasan bekerja pada saat pelaksanaan

tugas pokok pengurusan sedang berlangsung dan diharapkan bisa

(32)

segera mengoreksi kesalahan apabila diketahui ada penyimpangan

dalam pengurusan Perseroan. Maksud dari penyimpangan ini

berarti ada kegiatan pengurusan PT yang tidak sesuai dengan

peraturan dan/atau anggaran dasar Perseroan, yang apabila tidak

dilakukan koreksi akan menyebabkan pengurusan Perseroan

menyimpang dari tujuan.

Tugas dewan komisaris berdasarkan Pasal 108 Ayat (1) dan

(2) UU PT adalah melakukan pengawasan atas kebijakan

pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai

perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasihat kepada

direksi. Selanjutnya penjelasan Pasal 108 Ayat (2) UU PT

menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “untuk kepentingan

dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan” adalah bahwa

pengawasan dan pemberian nasihat yang dilakukan oleh dewan

komisaris tidak untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu,

tetapi untuk kepentingan perseroan secara menyeluruh dan sesuai

dengan maksud dan tujuan perseroan. Tugas pengawasan tersebut,

dapat juga dilakukan dewan komisaris terhadap sasaran atau objek

tertentu, antara lain sebagai berikut:96

a. Melakukan audit keuangan;

b. Pengawasan atas organisasi perseroan;

c. Pengawasan terhadap personalia.

(33)

Dewan komisaris terdiri atas satu orang anggota atau lebih.

Dewan komisaris yang terdiri atas lebih dari satu orang anggota

merupakan majelis dan setiap anggota dewan komisaris tidak dapat

bertindak sendiri-sendiri, tetapi bertindak berdasar pada keputusan

dewan komisaris sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 108

UU PT.97

1. Telah membuktikan pengawasan dengan itikad baik dan

kehati-hatian untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud

dan tujuan perseroan.

Setiap anggota dewan komisaris ikut bertanggung jawab

secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan

bersalah atau lalai menjalankan tugas pengawasan perseroan.

Dalam hal dewan komisaris terdiri atas dua anggota dewan

komisaris atau lebih, tanggung jawab tersebut berlaku secara

tanggung renteng bagi setiap anggota dewan komisaris

sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 114 Ayat (3) dan (4) UU

PT. Pasal 114 Ayat (5) UUPT menyebutkan bahwa anggota dewan

komisaris tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian tugas

pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi apabila dapat

membuktikan:

2. Tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun

tidak langsung atas tindakan pengurusan direksi yang

mengakibatkan kerugian. dan

3. Telah memberikan nasihat kepada direksi untuk mencegah

timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.

(34)

Setiap anggota Dewan Komisaris dalam menjalankan tugas

pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi wajib dilakukan

dengan itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab karena

setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggungjawab secara

pribadi atas kerugian perseroan, apabila diketahui yang

bersangkutan bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya.

Apabila terdapat 2 (dua) orang anggota Dewan Komisaris atau

lebih maka tanggung jawab atas kerugian Perseroan yang terjadi

ditanggung renteng oleh setiap anggota Dewan Komisaris. Dewan

Komisaris juga wajib membuat risalah rapat Dewan Komisaris dan

menyimpan salinannya; melaporkan kepada Perseroan mengenai

kepemilikan sahamnya dan/atau keluarganya pada Perseroan

tersebut dan Perseroan lain; dan memberikan laporan tentang tugas

pengawasan yang telah dilakukan selama tahun buku yang baru

lampau kepada RUPS.98

UU PT mengatur hal yang baru, menyerap dari prinsip

GCG dengan menempatkan pengaturan Komisaris Independen dan

Komisaris Utusan dalam anggaran dasar Perseroan. Komisaris

Independen diangkat berdasarkan keputusan RUPS dari pihak yang

tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota Direksi

dan/atau anggota Dewan Komisaris lainnya, atau yang disebut juga

Komisaris dari pihak luar. Sedangkan Komisaris Utusan adalah

anggota Dewan Komisaris yang ditunjuk berdasarkan keputusan

(35)

rapat Dewan Komisaris dengan tugas dan wewenang Komisaris

Utusan ditetapkan dalam anggaran dasar Perseroan dengan

ketentuan tidak bertentangan dengan tugas dan wewenang dari

Komisaris, dan tidak mengurangi tugas pengurusan yang dilakukan

Direksi.99

2. Dewan Pengawas Syariah

Dewan Pengawas Syariah ini merupakan lembaga

keuangan syariah dan bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan

Ketua MUI di lembaga keuangan syariah. Berdasarkan Keputusan

Dewan Pimpinan MUI tentang susunan pengurus DSN-MUI No:

Kep-98/MUI/III/2001), Fungsi dari Dewan Pengawas Syariah

adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga

keuangan syariah yang berada di bawah pengawasannya.

b. Mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan

syariah kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan dan

kepada DSN.

c. Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga

keuangan syariah yang diawasinya kepada DSN

sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran.

d. DPS merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan

pembahasan-pembahasan DSN.

(36)

3. Satuan Pengawas Internal (SPI)

Salah satu prasyarat implementasi prinsip GCG pada

perusahaan publik Indonesia adalah keberadan Satuan Pengawasan

Intern (SPI).SPI memiliki tugas dan tanggung jawab penting dalam

perusahaan terutama peruasahaan public.Tugas pokok SPI

berdasarkan fungsi tersebut adalah melakukan pemeriksaan dan

pengawasan terhadap Standar Operasional Perusahaan dan

pelaporan keuangan, melaporkan hasil pemeriksaan secara objektif

dan memonitor objek yang dilaporkan tersebut.Adapun pelaksanaan

tugas pokok dan fungsi SPI harus berpedoman pada prinsip CCG,

selain itu juga pelaksanaan tugas pokok dan fungsi SPI pada

umumnya dilakukan dengan beberapa tahapan seperti planning,

organization, acting dan controlling.

B. Pengawas Eksternal

1. Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah merupakan

satu-satunya lembaga Indonesia saat ini yang berkaitan erat dengan

pengawasan PT Terbuka dalam ruang lingkup pengawasan di

sector Pasar Modal. Adapun OJK dalam hal ini mempunyai tugas

penyelenggaraan sistem pengaturan dan pengawasan sector pasar

modal yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sector

(37)

Dalam melaksanakan fungsinya, OJK mempunyai tugas

pokok sebagai berikut:100

a. Menyusun peraturan pelaksanaan di bidang Pasar Modal;

b. Melaksanakan Protokol Manajemen Krisis Pasar Modal;

c. Menetapkan ketentuan akuntasi di bidang Pasar Modal;

d. Merumuskan standar, norma, pedoman kriteria dan prosedur di

bidang Pasar Modal;

e. Melaksanakan analisis, pengembangan dan pengawasan Pasar

Modal termasuk Pasar Modal Syariah;

f. Melaksanakan penegakan hukum di bidang Pasar Modal;

g. Menyelesaikan keberatan yang diajukan oleh pihak yang

dikenakan sanksi oleh OJK, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan

Penjaminan, dan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian;

h. Merumuskan prinsip-prinsip Pengelolaan Investasi, Transaksi dan

Lembaga Efek, dan tata kelola Emiten dan Perusahaan Publik;

i. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang

memperolah izin usaha, persetujuan, pendaftaran dari OJK dan

pihak lain yang bergerak di bidang Pasar Modal;

j. Memberikan perintah tertulis, menunjuk dan/atau menetapkan

penggunaan pengelola statuter terhadap pihak/lembaga jasa

keuangan yang melakukan kegiatan di bidang Pasar Modal

dalam rangka mencegah dan mengurangi kerugian konsumen,

masyarakat dan sektor jasa keuangan; dan

k. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Dewan Komisioner.

(38)

E. Status Karyawan PT Terbuka

Karyawan merupakan tenaga kerja yang merupakan salah satu unsur

dalam Perusahaan. Dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan (selanjutnya disebut dengan UU Ketenagakerjaan) yang

dimaksud tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu mampu melakukan

pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa untuk memenuhi kehidupan

sendiri atau masyarakat.101

Hubungan antara karyawan dan perusahaan didasarkan pada alas hukum

perjanjian kerja.Menurut UU Ketenagakerjaan bahwa Perjanjian kerja dibuat

untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu.102Status hukum yang

dimiliki oleh karyawan tidak lepas dari pengaturan hukum ketenagakerjaan.Secara

hukum dikenal 2 (dua) macam Karyawan yaitu Karyawan Kontrak yaitu status

karyawan yang didapat melalui Perjanjian Kontrak Waktu Tertentu dan Karyawan

Tetap yaitu status karyawan yang didapat melalui Perjanjian Kerja Waktu Tidak

Tertentu.103

Perjanjian kerja waktu tertentu (selanjutnya disebut dengan PKWT) adalah

perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan

kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu.104

101Pasal 1 angka 2 UU Ketenagakerjaan.

102Pasal 56 UU Ketenagakerjaan.

Bila jangka waktu

sudah habis maka dengan sendirinya terjadi Pemutusan Hubungan Kerja

103Antonio Sri Hendarianto, Hak-hak Anda Sebagai Karyawan Kontrak,

104Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.100/Men/VI/2004

(39)

(selanjutnya disebut dengan PHK) dan para karyawan tidak berhak mendapat

kompensasi PHK seperti uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, uang

penggantian hak dan uang pisah.

Pengertian tersebut sependapat dengan pendapat Payaman Simanjutak,

menurut beliau PKWT adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan

pengusaha untuk melaksanakan pekerjaan yang diperkirakan sesuai dalam waktu

tertentu yang relatif pendek yang jangka waktunya paling lama 2 tahun, dan hanya

dapat diperpanjang satu kali untuk paling lama sama dengan waktu perjanjian

kerja pertama, dengan ketentuan seluruh (masa) perjanjian tidak boleh melebihi

tiga tahun lamanya.105

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu adalah perjanjian bersyarat, yaitu antara

lain dipersyaratkan bahwa harus dibuat tertulis dan dibuat dalam bahasa

Indonesia, dengan ancaman apabila tidak dibuat secara tertulis dan tidak dibuat

dengan bahasa Indonesia maka dianggap sebagai Perjanjian Kerja Waktu Tidak

Tertentu (selanjutnya disebut dengan PKWTT) Pasal 57 ayat (2) UU

Ketenagakerjaan. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu tidak boleh diadakan masa

percobaan jika dalam perjanjian terdapat masa poercobaan maka perjanjian

tersebut dianggap tidak pernah ada atau dengan kata lain batal demi hukum.

Dengan demikian apabila dilakukan PHK pada perjanjian kerja waktu tertentu

karena alasan masa percobaan maka pengusaha dianggap memutuskan hubungan

kerja sebelum berakhirnya perjanjian kerja.Oleh karena itu, pengusaha dapat

dikenakan sanksi untuk membayar ganti kerugian kepada pekerja sebesar upah

sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.

105Payaman Simanjuntak, Undang-Undang Yang Baru Tentang Ketenagakerjaan, Jakarta:

(40)

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan

yang bersifat tetap, tetapi PKWT hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu

yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu

tertentu, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 59 ayat (2) dan (3) UU

Ketenagakerjaan yakni :

a. Pekerjaan (paket) yang sekali selesai atau pekerjaan yang bersifat sementara.

b. Pekerjaan yang (waktu) penyelesaiannya diperkirakan dalam waktu yang tidak

terlalu lama dan paling lama 3 tahun khususnya untuk PKWT berdasarkan

selesainya (paket) pekerjaan tertentu.

c. Pekerjaan yang bersifat musiman.

d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk

tambahan (yang masih dalam masa percobaan atau penjajakan).

PKWT yang didasarkan pada paket pekerjaan yang sekali selesai atau

pekerjaan yang bersifat sementara serta pekerjaan yang (waktu) penyelesaiannya

diperkirakan dalam waktu yang tidak terlalu lama, adalah PKWT yang didasarkan

atas selesainya pekerjaan tertentu.

Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu adalah suatu jenis perjanjian kerja

yang umum dijumpai dalam suatu perusahaan, yang tidak memiliki jangka waktu

berlakunya. Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu tidak akan berakhir karena

meninggalnya pengusaha atau beralihnya hak atas pengusaha yang disebabkan

(41)

Dalam keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

KEP.100/ Men/VI/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Tertentu

disebutkan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) adalah perjanjian

kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja

yang bersifat tetap.106

a. Nama dan alamat pekerja.

Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu dapat dilakukan secara tertulis atau

lisan. Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis dapat berfungsi sebagai bukti

awal hubungan kerja terjalin, sebagai pedoman mengenai hak dan kewajiban, dan

sebagai salah satu sarana untuk menciptakan ketenangan bekerja dan berusaha,

karena dengan perjanjian tertulis tersebut akan mudah untuk memahami hak dan

kewajiban yang telah disepakati bersama dan sebagai pedoman untuk

menyelesaikan perselisihan yang timbul selama hubungan kerja.

Bilamana Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) dibuat secara

lisan pengusaha berkewajiban untuk membuat surat pengangkatan bagi pekerja

yang bersangkutan dan sekurang-kurangnya memuat keterangan :

b. Tanggal mulai bekerja.

c. Jenis Pekerjaan.

d. Besarnya upah.

Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu dapat dipersyaratkan masa

percobaan paling lama tiga bulan dan selama masa percobaan, pengusaha dilarang

membayar upah dibawah upah minimum yang berlaku.107

106Pasal 1 huruf b Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

KEP.100/Men/VI/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Tertentu

107Ibid.

(42)

pekerja harus dicantumkan dalam perjanjian kerja dan untuk perjanjian kerja yang

dilakukan secara lisan, masa percobaan harus diberitahukan kepada yang

bersangkutan dan dicantumkan dalam surat pengangkatan pekerja. Apabila tidak

dicantumkan dalam perjanjian kerja atau dalam surat pengangkatan, masa

percobaan tersebut dianggap tidak ada.

Berdasarkan penjelasan diatas, jelas bahwa hubungan antara tenaga kerja

dan pemberi kerja adalah melalui adanya perjanjian kerja antara keduanya.

Dikaitkan dengan keberadaan karyawan pada Perusahaan Tbk, maka

penerapannya adalah sama dengan status karyawan pada PT Tertutup. Namun

demikian, pada PT Terbuka, dimungkinkan untuk karyawan diberikan kesempatan

untuk memiliki saham di perusahaan atau dapat langsung membeli saham di

bursa, sedangkan PT Tertutup tidak memiliki kesempatan demikian. Oleh karena

itu, yang mendasari adanya hubungan kerja adalah perjanjian kerja yang dimana

PT Terbuka maupun Tertutup adalah sama dalam mendasari hubungan kerjanya.

Namun, dalam hubungan kerja yang timbul antara Pemberi kerja dan karyawan

tersebut menyebabkan timbulnya hak dan kewajiban yang dimana ada beberapa

hal dalam PT Tertutup tidak dapat dilakukan, di PT Terbuka dapat dilakukan,

salah satunya adalah terkait kepemilikan saham dengan cara membeli langsung di

Referensi

Dokumen terkait

Memberi tahapan dalam berdakwah juga pernah dilakukan Nabi Muhammad saw ketika mengutus salah satu sahabatnya yang bernama Mu’āż bin Jabāl untuk berdakwa di negeri

[r]

Dalam hal stabilitas Beta, yang dilihat dari deviasi standar yang makin kecil, dari data Beta mentah tampak bahwa deviasinya agak meningkat seiring dengan periode estimasi yang

[r]

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual

[r]

yang berjudul “ Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Dalam Membentuk. Kepribadian Peserta Didik (Studi Kasus di SDI Sunan Giri

Kondisi lingkungan yang kurang sesuai disiasati oleh petani dengan menanam kultivar lokal berumur dalam yang toleran dengan lingkungan pada musim yang sesuai selama 6-7