• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR M"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI METODE PROBLEM SOLVING

Erna Sari Agusta, S.Pd

Madrasah Tsanawiyah Negeri 28 Jakarta

Jl. Rawa Kuning No. 32 Pulogebang Cakung Jakarta Timur

Abstrak

Titik sentral yang harus dicapai dalam kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan pembelajaran. Guru diharuskan mendesain pembelajaran dengan berbagai metode dengan diselipkan beberapa permasalahan yang dapat merangsang daya nalar siswa (materi harus ditingkatkan sampai analisis dan sintesis). Penelitian ini berdasarkan permasalahan : Bagaimana motivasi belajar dengan metode problem solving dan bagaimana pengaruh penerapan metode problem solving terhadap hasil belajar matematika. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar matematika siswa setelah diterapkannya metode problem solving. Penelitian ini adalah penelitian action research sebanyak 2 siklus, dimana setiap siklusnya terdiri dari rancangan, pelaksanaan, refleksi, dan revisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas VII-2 MTsN 28 Jakarta. Data diperoleh dari angket aktifitas siswa, angket motivasi siswa, hasil tes formatif, dan lembar observasi kegiatan. Dari hasil analisis didapatkan bahwa hasil analisis didapatkan bahwa siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu, 23,68% (siklus I/1), 44,74% (siklus I/2), 63,16% (siklus II/1), 86,84% (siklus II/2). Simpulan dari penelitian ini adalah penerapan metode problem solving dapat berpengaruh positif terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas IX-2 MTsN 28 Jakarta.

Kata Kunci : Pembelajaran Matematika, Metode Problem Solving.

*Penulis koresponden, alamat email : ernasari.agusta@gmail .com

Pendahuluan

Bagi sebagian peserta didik di MTsN 28 Jakarta, matematika adalah salah satu mata pelajaran ynag dianggap cukup sulit karena harus menghafal beberapa rumus lalu memasukkan bilangan dan menghitungnya. Tak jarang juga ditemui beberapa siswa yang terlihat kurang termotivasi dalam pembelajaran matematika di kelas. Ini ditandai dengan kurang semangatnya peserta didik untuk mengikuti PBM di kelas dan belajar di rumah, kurang mandiri untuk mengerjakan latihan atau tugas, kurang memanfaatkan kesempatan di luar jam pelajaran, dan kurang aktif dalam interaksi di kelas.

Adapun kendala dari kurang mandirinya peserta didik dalam mengerjakan latihan atau tugas adalah kesulitan bernalar dimana peserta didik hanya mampu untuk menyelesaikan masalah berdasarkan contoh soal yang diberikan. Jika soal latihan atau tugas yang diberikan dalam bentuk lain maka peserta didik akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya sehingga membuat siswa tidak mampu untuk menyelesaikan soal-soal terapan dalam kehidupan sehari-hari.

Permasalahan lainnya adalah rendahnya jumlah siswa yang berada di atas KKM. Hal ini dibuktikan dari perolehan nilai ulangan harian siswa yang belum mencapai KKM lebih dari 75%.

(2)

rumus lalu menerapkannya dalam menyelesaikan permasalahan sehari-hari. Kesulitan yang banyak dialami peserta didik adalah tidak pahamnya mereka tentang bentuk dan rumus yang dipakai dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi Volume dan Luas Permukaan Bangun Ruang.

Ketidakpahaman ini bisa juga disebabkan dari tidak terbiasanya peserta didik dalam memecahkan masalah. Ketidakpahaman inilah yang membuat peserta didik menjadi enggan untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Karena terus menumpuknya materi yang kurang dipahami menyebabkan kurangnya motivasi siswa dalam belajar matematika khususnya pada materi Volume dan Luas Permukaan Bangun Datar

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar.dapat tercapai.1. Berdasarkan definisi di atas jelas bahwa tanpa motivasi

maka keinginan belajar tidak akan ada. Tanpa keinginan belajar tentu tujuan pembelajaran pun tidak akan tercapai. Begitu pentingnya motivasi maka untuk dapat menumbuhkan keinginan belajar, seorang guru harus dapat mendesain pembelajaran sebaik mungkin sehingga motivasi belajar siswa dapat dimunculkan. Jika seorang peserta didik memiliki motivasi belajar yang tinggi, ia akan merasa senang dan bersemangat dalam belajar, sehingga hasil belajarnya akan meningkat pula. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamdu (2011) yang mengatakan bahwa motivasi belajar memberikan pengaruh terhadap keinginan dan hasil belajar peserta didik.2

Menurut Sardiman, motivasi belajar siswa meliputi lima dimensi yang terdiri dari ketekunan dalam belajar dengan indikatornya berupa kehadiran di sekolah, mengikuti kegiatan PBM dikelas, dan belajar dirumah, ulet dalam menghadapi kesulitan dengan indikatornya sikap terhadap kesulitan dan usaha dalam menghadapi kesulitan, minat dan ketajaman perhatian dalam belajar dengan indikatornya kebiasaan dalam mengikuti pelajaran dan semangat dalam mengikuti PBM, berpresatasi dalam belajar dengan indikatornya keinginan untuk berprestasi dan kualifikasi hasil belajar, serta mandiri dalam belajar dengan indikatornya penyelesaian soal latihan dan tugas menggunakan kesempatan di luar jam pelajaran.3

Menurut Djamarah hasil belajar adalah apa yang diperoleh siswa setelah melakukan aktifitas pembelajaran.4 Hamalik mengatakan hasil belajar adalah sebab

terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan dapat diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.sebagai terjadinya peningkatan dan pengembanagan yang lebih baik, sebelumnya tidak tahu menjadi tahu.5

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk menyajikan materi dan mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.6 Metode Problem Solving adalah

1 A.M, Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011, hal. 75

2 www.unp.ac.id. 26 Desember 2013

3 A.M, Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006, hal. 200

4 Djamarah, Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2006, hal. 107

(3)

rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Penyelesaian masalah tergantung pada masalah apakah tertutup atau terbuka. Jika masalah tertutup artinya tertuju kepada beberapa solusi alternatif penyelesaian.7

Selain mendidik siswa untuk berpikir secara sistematis dan kreatif, kelebihan metode problem solving adalah mendidik siswa untuk mendesain suatu penemuan dengan mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, membuat pendidikan sekolah menjadi relevan dengan kehidupan, mendidik siswa untuk mampu mencari jalan keluar dari kesulitan yang dihadapi, serta mendidik siswa untuk belajar menganalisis suatu masalah dari bebagai aspek.8

Melalui metode problem solving peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan pendekatan berpikir deduktif dan induktif, secara sistematis dan empiris.9 Tujuan pembelajaran Volume

dan Luas Permukaan Bangun Ruang sebagai salah satu materi yang membutuhkan keaktifan dalam berpikir, mencari, dan mengolah data tentu sangat tepat jika diajarkan dengan metode problem solving. Hal ini tentu dapat merangsang rasa ingin tahu peserta didik yang pada akhirnya dapat meningkatkan motivasi peserta didik tersebut.

Berhubungan dengan penerapan metode problem solving, maka penulis telah melakukan penelitian tindakan kelas dengan rumusan masalah : “Bagaimana meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan metode problem solving?.” Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah meningkatnya motivasi belajar siswa yang diikuti oleh meningkatnya hasil belajar siswa, aebagai bahan referensi dan rujukan bagi dewan guru pada umumnya dan para guru matematika pada khususnya di MTsN 28 dalam memperkaya ide dan kreativitas dalam metode pembelajaran. Dengan hasil belajar yang lebih baik maka diharapkan dapat meningkatkan kualitas output sekarang dan yang akan datang.

Metode

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IX-2 MTsN 28 Jakarta yang terdiri dari 38 siswa. Penelitian dilaksanakan selama 4 pertemuan dari bulan Agustus sampai November 2017. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, yang masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Adapun kegiatan tiap siklusnya dimulai dengan mengadakan pertemuan guru pelaksana tindakan dan guru pengamat untuk mendiskusikan persiapan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan observasi aktivitas guru, observasi aktivitas peserta didik, angket respon peserta didik, soal tes, pedoman wawancara dan catatan lapangan,

Pada tahap pelaksanaan tindakan, guru matematika kelas IX-2 sebagai pelaksana tindakan melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Dalam waktu yang sama observasi terhadap guru pelaksana pun dilakukan oleh guru pengamat. Untuk mengukur tingkat motivasi peserta didik, alat yang digunakan adalah angket motivasi siswa dan untuk mengukur hasil belajar, alat yang digunakan adalah tes. Sedangkan untuk mengevaluasi aktivitas guru dan peserta didik di kelas menggunakan observasi dan wawancara. Disamping

7 Kasmad Mamad, Model-model Pembelajaran Berbasis Paikem, 2012, hal. 106

8Lestarysnote.blogspot.com, Mengkaji Model Pembelajaran Problem Solving, 9 Oktober 2013

(4)

itu untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran problem solving menggunakan angket respon siswa.

Pada tahap refleksi, data yang diperoleh dari hasil evaluasi kemudian dianalisis. Hasil analisis digunakan untuk merefleksi tindakan pada siklus tersebut. Hasil refleksi kemudian digunakan untuk membuat perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.

Adapun kategori untuk pencapaian skor angket motivasi adalah sebagai berikut : antara 20 – 36 (sangat rendah), antara 37 – 52 (rendah), antara 53 – 68 (cukup), antara 70 – 86 (tinggi), antara 87 – 100 (sangat tinggi). Sedangkan kategori untuk nilai ketuntasan belajar adalah 75.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan analisis data, dapat diketahui bahwa penerapan metode problem solving yang dilakukan oleh guru sudah sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai tes yang mengalami peningkatan dari siklus I/1 sampai siklus II/2.

Tabel 1. Penerapan Metode Problem Solving Oleh Guru

N

O ASPEK YANG DIAMATI

SIKLUS I/1 I/2 II/1 II/2

1.

Guru menjelaskan nilai dan manfaat materi yang dipelajari peserta didik dalam kaitannya dengan masa

kini atau masa akan datang 1 4 4 4

2. Guru menggunakan teknik yang merangsang partisipasi, diskusi, permainan, dan simulasi 3 3 4 5

3. Guru memberikan contoh konkret untuk mengeksplor pengetahuan siswa 3 3 3 4 4. Guru menggunakan berbagai teknik mengajar 4 4 4 5

5.

Guru memulai pembelajaran dengan mengajukan masalah yang membuat peserta didik tertantang untuk menyelesaikannya

3 3 5 5

6. Guru menggunakan pertanyaan yang merangsang

pemikiran peserta didik dalam berdiskusi 3 3 4 5 7. Guru membantu peserta didik untuk aktif dalam

berdiskusi 1 3 4 5

8. Guru meyakinkan peserta didik bahwa mereka akan berhasil dalam belajar matematika 1 3 5 5

9.

Guru banyak bertanya kepada peserta didik untuk memberi kesempatan kepada mereka untuk

menunjukkan apa yang mereka ketahui dan pikirkan

2 3 4 5

10. Guru menyusun dan mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dengan jelas 4 4 4 4 11. Guru menggunakan pertanyaan terbuka dan kalau

peserta didik salah menjawab, tidak ada konsekuensi negatif

4 4 4 5

12. Guru menunggu 3-5 detik sebelum meminta peserta didik memberikan jawabnnya dan tidak memberikan penilaian negatif terhadap jawaban tersebut

3 3 3 4

(5)

didik untuk mencari informasi seputar materi pelajaran matematika

14. Guru memberikan tugas yang menantang tetapi masih

dalam jangkauan kemampuan peserta didik 1 5 5 5 15. Guru menyiapkan administrasi pembalajaran sesuai

dengan metode problem solving

5 4 4 5

16. Guru memfasilitasi proses elaborasi 4 2 4 4

17. Guru memotivasi siswa yang belum aktif dalam proses diskusi

3 5 5 5

18 Guru melakukan penilaian saat proses diskusi 3 5 5 5 19. Guru melakukan refleksi bersama siswa tentang

pembelajaran hari ini

1 2 3 4

20. Guru memberikan tugas terstruktur dan tugas mandiri kepada siswa

1 2 3 4

Jumlah (dalam persen) 52 66 82 92

Dalam aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan metode problem solving dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada perolehan jumlah prosentase guru dalam menerapkan metode problem solving yang terus meningkat. Kenaikan signifikan terjadi dari siklus I pertemuan 2 ke siklus II pertemuan 1 yaitu sebesar 16%.

Berdasarkan analisis data, dapat diketahui bahwa motivasi siswa dalam belajar dari siklus I/1 sampai siklus II/2. Siswa sudah banyak yang semangat untuk belajar matematika dan menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang mudah dan menarik. Oleh karena itu, banyak siswa yang merasa tertantang untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Pada awal tindakan ada 23 siswa yang termotivasi rendah dan hanya 6 orang yang termotivasi tinggi. Pada siklus I pertemuan 2, jumlah siswa yang termotivasi rendah berkurang dan jumlah siswa yng termotivasi tinggi meningkat yaitu sekitar 50%. Pada siklus II pertemuan 2 sudah tidak ada lagi siswa yang termotivasi rendah bahkan terdapat siswa yang termotivasi sangat tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode problem solving, motivasi belajar siswa meningkat secara signifikan.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Angket Motivasi Siswa

Siklus I/1 Siklus I/2 Siklus II/1 Siklus II/2

Sangat Rendah 0 0 0 0

Rendah 23 13 6 0

Cukup 8 13 18 23

Tinggi 6 11 11 11

Sangat Tinggi 1 1 3 4

Begitu pun dengan perolehan hasil belajar siswa. Melalui hasil penelitian ini, ditunjukkan pula bahwa metode problem solving memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin bertambahnya nilai siswa yang mencapai dan diatas KKM. Dengan hal ini berarti pula bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa

No Uraian Siklus I/1 Siklus I/2 Siklus II/1 Siklus I/2

(6)

2

3

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Persentase ketuntasan belajar

9 orang

23,68 %

17 orang

44,74%

24 orang

63,16%

33 orang

86,84

Kesimpulan

Metode problem solving memiliki dampak positif dalam meningkatkan motivasi siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I pertemuan 1 dan 2 masing–masing 65,85%, 78,00% dan siklus II pertemuan 1 dan 2 masing-masing 82,92%,dan 95,12%. Metode problem solving dapat menjadikan siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide dan pertanyaan. Penerapan metode problem solving mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

Daftar Pustaka

1. A.M, Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011

2. Dalyono, M Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2005

3. Djamarah, Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2006 4. Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Bandung : Bumi Aksara, 2008

5. Suherman, Erman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia, 2003

6. Kasmad Mamad, Model-model Pembelajaran Berbasis Paikem, 2012

Gambar

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Jadi yang dimaksud dengan produk atau jasa yang memiliki nilai pelanggan adalah produk atau jasa yang dijual dengan harga yang pantas untuk dibayar oleh konsumen dan dapat

Dengan tingkat pertumbuhan pengguna internet yang menunjukan angka sangat fantastik, bahkan internet telah menjadi bagian kebutuhan dalam sebuah rumah tangga, fenomena ini

2. Dalam perencanaan itu sendiri akan menjawab pertanyaan apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya, dimana dan siapa yang melakukan hal itu. Dalam fungsi terkandung

Abstract — This research examines the relationship between the practice of suluk and psychological well-being among the saliks practicing suluk at Tarekat

Sentromer : Bagian dari kromosom yang berfungsi untuk mengatur gerakan kromosom pada saat terjadi pembelahan sel.. Sinergid : Sel

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, isi dalam skripsi ini menggambarkan bagaimana tanggapan dan pandangan surat kabar Kompas (dilihat dari tajuk rencana,

[r]

Hasil dari penelitian ini di bagi kedalam tiga sasaran dan pesan yang dipahami oleh peneliti yaitu, dari segi pendidikan moral, pengetahuan, serta dari segi budayanya dari