TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI
AYAT TENTANG RIBA
Disusun Oleh : Kelompok 1
Nopy Riansyah NIM : 15632009
Revi Asri Palentin NIM : 15632010
Yuyun Apriani NIM : 15632017
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
SEMESTER 4NR
CURUP
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat waktu. Sholawat serta salam semoga
tetap dilimpahkan kepada Sang pembawa sinar pelita, yang mengajar dan menuntun manusia,
yaitu junjungan kita Nabi Muhammad saw, yang telah menghapus kedhaliman dan
membangunkan orang tidur (bodoh). Dengan diutusnya, maka keluarlah umat manusia dari
kegelapan menuju jalan yang terang benderang. Dan semoga sholawat serta salam dicurahkan
pula kepada keluarganya berikut para sahabatnya serta pengikut jejak langkahnya sampai hari
kiamat.
Penyusunan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Ayat-Ayat
Ekonomi, yang bertema Ayat Tentang Riba.Kami juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar
pada pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.
Curup, Maret2017
BAB I
PENGANTAR TAFSIR
Al-Qur’an merupakan sumber penggalian dan pengembangan ajaran Islam dalam
berbagai dimensi kehidupan manusia. Untuk melakukan penggalian dan pengembangan
pemahaman Ayat-ayat Al-Qur’an, kemampuan tertentu guna mengasilakan pemahaman yang
baik mengenai berbagai perilaku kehidupan manusai, termasuk dalam bidang
ekonomi.Pengembangan ilmu ekonomi Islam pada dasarnya mempunyai peluang yang sama
dengan pengembangan ilmu-ilmu lain dalam tradisi keilmuan Islam.Sayang, sebagai suatu
disiplin ilmu, ilmu ekonomi Islam belum berkembang pesat.Padahal kebutuhan terhadap ilmu ini
dirasakan sudah mendesak, sehubungan kegagalan ilmu ekonomi modern dalam merealisasikan
pembangunan dan kemaslahatan masyarakat.
Sebagai metodologi atau rumusan dalam makalah ini, penulis ingin sedikit
menyampaikan agar dalam penulisannya lebih baik dari sebelumnya untuk lebih memahami dan
lebih fokus pada pembahasannya, maka ada beberapa hal yang dipaparkan dalam makalah ini
yakni : ayat dan artinya, makna ayat dan tafsir pendapat para ulama tafsir. Inilah yang nantinya
penulis ingin uraikan saru persatu demi untuk melatih pemahaman kita tentang ayat-ayat tentang
BAB II
PEMBAHASAN
1. Surat Ar-Ruum (30) : 39
a. Teks ayat
ََ ْ ع بْ َف س َ ْ أ ف بْ ب ْ ْ ْ آ
فعْ ْ ك أف ََ ْج
ك ْ ْ ْ آ
b. Terjemahan Ayat
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang
berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”.
c. Kata kunci
Riba
Agar dia bertambah
ب ْ
Zakat
ك
d. Penafsiran Ayat
Ayat ini menegaskan bahwa apa saja yang manusia berikan dari hartabenda riba,
yakni tambahan pemberian berupa hadiah terselubung, dengan tujuan agar bertambah
harta manusia yang kamu berikan hadiah itu, maka ia tidak bertambah disisi Allah SWT,
yakni sedekah yang suci yang bermaksud untuk meraih keridhaan Allah, maka yang
melakukan hal semacam itulahyang sunguh tinggi kedudukannya dan berlipat ganda
pahala sedekahnya karena Allah akan melipat gandakan harta dan ganjaran setiap orang
yang bersedekah karena Allah.1
Para ulama berbeda pendapat tentang maksud kata riba pada ayat di atas.
Al-Qurtubi, Al-Biqa’i , Idn Kasir , Sayyid Qutub , dan masih banyak yang lain berpendapat
bahwa riba yang di maksud ayat ini adalah riba yang halal. Ibn Kasir menamainya riba
mubah. Mereka antara lain merujuk kepada sahabat tabi’in yang menafsirkan dalam arti
hadiah yang di berikan seseorang dengan mengharapkan imbalan yang lebih.2
Sebagian dari mereka berusaha mengembangkan hartanya dengan memberikan
hadiah-hadiah kepada orang-orang kaya supaya hadiah itu di balas dengan berlipat ganda.
Maka Allah menjelaskan bahwa ini bukanlah cara bagi pertumbuhan yang sebenarnya:
“Dan sesuatu riba (Tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah di sisi harta
manusia, maka riba itu tidaklah tidak lah bertambah di sisi Allah “ Ini adalah yang di sebutkan oleh riwayat-riwayat dan yang dimaksud dengan ayat itu. Walaupun secara
mutlak meliputi semua cara yang dikehendakioleh para pemilik harta , agar bisa
mengembangkan harta-harta mereka dengan cara riba dalam bentuk manapun. 3
Dan Allah menjelaskan pada saat yang sama cara pertumbuhan yang sebenarnya:”Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka itulah orang-orang yang mendapat pahalah yang
berlipat ganda”.4
1Hardi Vizon, Tafsir Ayat-ayat Ekonomi, (STAIN : LP2 STAIN Curup, 2015), hal : 26-29. 2Ibid ..
2. Surat An-Nisaa’ Ayat 160 - 161.
a. Teks Ayat
ثك ََ س ْ ع ْ ِ صب ْ ْ َ حأ ِ ْ ْ ع ْ َ ح
َ ْ ظ ف
ب ع ْ ْ ف ْ ْ ْعأ
ْ ب س َ ْ أ ْ ْكأ ْ ع ْ ق بِ ْخأ
أ
b. Terjemahan Ayat
“Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka
banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah,”
“Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil.
Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang
pedih.”
c. Kata Kunci
Kami Haramkan
ْ َ ح
naklalahiD
َ حأ
halas gnay nalaj nagneD
ْ ب
d. Penafsiran Ayat
Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa riba adalah pekerjaan yang batil, maka dari itu
pedih. Sebagian ulama berkata: Orang-orang yang menghalalkan riba serta besar dosanya,
maka dia pun akan tahu betapa keadaan mereka-mereka kelak dihari akhir, meka akan
dikumpulkan dalam keadaan gila, kekal dineraka,disamakan dengan orang-orang kafir yang
akan mendapat perlawanan dari Allah dan Rasul serta kekal dalam la’nat.5
Al-Maragi menjelaskan, ayat ini bahwa orang-orang Yahudi yang suka mengambil
riba, padahal nabi mereka telah melarangnya.Di dalam kitab taurat pun telah disebutkan telah
mengharamkan meengambil riba dari bangsa dan saudara mereka sendiri.Seperti tertera
dalam urusan perjalanan keluar bahwa jika kamu meminjamkan bagi orang-orang yang fakir,
maka janganlah kamu menjadi orang yang mengambil riba baginya, dan janganlah kamu
membebankan riba padanya. Begitu juga dalam urusan pembelian, janganlah kamu
meminjami saudaramu dengan riba, baik riba perak atau riba dengan sesuatu yang semisal
dengan yang kamu pinjamkan kepada orang lain. Demikianlah kitab taurat yang di tulis
setelah nabi.Kemudian muncullah penyelewengan dengan berbagai kesaksian.6
Allah menambahkan perbuatab-perbuatan munkar yang lampau dengan
perbuatan-perbuatan munkar baru kepada mereka yang zalim, sering menghalangi orang-orang untuk
beribadah kepada Allah,terus menbiarkan dan membiasakan perbuatan memakan harta
orang lain secara tidak sa, baik dengan riba maupun dengan cara -cara batil. Dengan sebab
perbuatan munkar ini, yang telah di jelaskan oleh susunan ayat, maka di haramkan atas
mereka apa-apayang baik yang tadinya halal bagi mereka.Dan Allah menyediakan
orang-orang kafir diantara mereka siksa yang pedih.7
5Muhammad Ali Ash-Shabuni,Terjemah Kitab Tafsir Ayat Ahkam, ( Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2013), hal: 324 6 Opcit, Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi, hal:22
3. Surat Ali Imron Ayat 130
a. Teks Ayat
ْف ْ َ ع ََ َ فع
ف عْ أ بِ كْأ آ َ ُ أ
b. Terjemahan Ayat
“
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipatganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”
c. Kata Kunci
Jumlah yang berlipat ganda
فع
ف عْ أ
d. Penafsiran Ayat
Dalam Ayat ini, riba yang dimaksud adalah riba nasiah. Menurut sebagian besar
ulama, bahwa riba nasiah itu selamanya haram,walaupun tidak berlipat ganda. Riba itu
ada dua macam, yaitu riba nasiah dan riba fadl. Riba nasiah adalah riba yang
pembayarannya lebih yang disyaratkan oleh orang ynag meminjamkan.
Sedangkan riba fadl adalah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis,
tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian,
seperti mas dengan mas, padi dengan padi dan sebagainya. Riba yang dimaksud disini
adalah riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi pada masyarakat arab zaman
jahiliah8
Riba Nasiah ialah bila pihak yang meminjamkan uangnya pada batas waktu
tertentu dengan memungut bunga sebagai tambahan kepada modalnya. Jika pihak yang
meminjam belum mampu membayar hutangnya pada waktu saa’ jatuh tempo, maka pihak
yang meminjamkan memberi tengak waktu pembayaran kepada orang yang meminjam
dengan syarat ia bersediah menambah pembayaran diatas jumlah pokok yang
dipinjamnya tadi.
Jika saat jatuh tempoh berikutnya , pihak yang meminjamkan tadi belum sangup
untuk mengembalikan atau membayar hutangnya maka pihak yang meminjamkan tadi
menambahakan tengak waktu asalkan orang yang meminjam tadi bersediah menambah
pembayaran. Selanjutnya hutangnya akan bertambah setiap tengak waktu diperpanjang.
Pada zaman jahiliah bangsa arab memberikan pinjaman dalam jangka waktu tertentu
denga memungut bank bunga. Jika peminjam tidak mampu mengembalikan pada saat
jatuh tempo, maka uang bertambah dua kali lipat.9
Dengan keterangan diatas jelaslah bahwa riba yang dilarang adalah riba yang
sifatnya berlipat ganda yang berlangsung antara orang terdesak dan sangat membutuhkan
petolongan disatu pihak dengan orang yang mampu dan memeras dipihak lain, tanpa
menghiraukan arti tolong menolong, kasih mengasihi dan gotong royong yang oleh Islam
dijadikan landasan pembinaan masyarakat adil dan makmur.10
4. Surat Al-Baqarah Ayat 275.
a. Teks Ayat
طْ َش طَ َ ك َ إ
بِ كْأ َ
بِ َ ح عْ ْ ََ َ حأ بِ ْث عْ ْ َ إ ق ْ َ أب ك ِس ْ
ْ ََ إ ْ أ ف س ف ْ ف ِب ْ ظعْ ء ج ْ ف
خ ف ْ َ ْ أ ك أف ع
b. Terjemahan Ayat
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan
jual-beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
tuhannya,Lalu ia berhenti (Dari mengambil riba ) maka baginya adalah apa yang
telah berlalu dan urusannya adalah kepada Allah dan barang siapa yang kembali lagi,
maka mereka adalah penghuni neraka yang kekal di dalamnya
".
c. Kata Kunci
Orang yang memakan riba
كْأ َ
Tidak dapat berdiri
Mereka yang kekal didalamnya
خ ف ْ
d. Penafsiran Ayat
Dalam kenyataan yang terdapat didalam kehidupan dunia ini, pemakan riba
kehidupannya benar-benar tidak tenang,selalu gelisah, tak ubahnya bagai orang yang
kemasukan setan. Para mufasir berpendapat, bahwa ayat 275 ini menggambarkan
keadaan pemakan riba di dunia dan di akhirat.
Keadaan pemakan riba itu sedemikian rupa, sehingga mereka tidak bisa
membedakan antara yang baik dengan yang buruk, yang halal dengan yang haram, yang
bermanfaat dengan yang mudarat, antara yang di bolehkan oleh Allah dengan yang
Allah telah menugaskan bahwa dia menghalalkan jual-beli dan mengharamkan
riba. Allah tidak menerangkan hal itu sehingga tidak dapat dipahami oleh pemakan riba,
sebab mereka sendiri telah mengetahui, mengalami dan merasakan akibat riba itu.
Secara besar Ibnu Kasir menafsirka surah Al-baqarah ayat yang ke 275, yaitu
bahwa orang yang pemakan riba maka ketika mereka bangkit dari kuburnya pada hari
kiamat melainkan seperti berdirinya orang gila pada saat dia mengamuk dan kesurupan
seperti setan.
Keadaan ini ada sebab dalam ayat di atas bahwa Allah SWT. Sudah menghalalkan
BAB III
PENUTUP
Riba memang dapat mendatangkan keuntungan besar bagi pelakunya.
Tetapi praktek riba tidak akan mendapatkan berkah dari Allah. Maka kita
hendaknya menjauhkan riba dalam segala bentuknya. Selain tidak
memperoleh berkah dari Allah, hasil dari riba tersebut juga akan
mempengaruhi perilaku kita. Mengkonsumsi makanan atau untuk kebutuhan
lainnya dari praktek riba sama saja memasukkan barang haram kedalam tubuh
kita. Dengan melakukan praktek riba akan menghalangi dan menjadikan
DAFTAR PUSTAKA
Vizon Hardi, Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi, Curup : LP2 STAIN Curup, 2015
Qutub Sayid, Tafsir Ayat-Ayat Riba, Surabaya : Mutiara Ilmu,
Ash-ShabuniMuhammad Ali,Terjemah Kitab Tafsir Ayat Ahkam, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2013
Mardani,Ayat-ayat dan Hadis Ekonomi Syari’ah, Jakarta: PT.Raja GrafindoPersadah,2011
Satrio Saptono Budi, Tanya Jawab Lengkap Soal Jual Beli, Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2008