• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ETIKA BISNIS DALAM PRESPEKTIF IS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH ETIKA BISNIS DALAM PRESPEKTIF IS"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

ETIKA BISNIS DALAM PRESPEKTIF ISLAM

KELOMPOK 7

ASIH NUGROHO M.TRI WAHYU

NOVIE

NOVI SISWI ANGGARANI NURLIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat serta hidayahnya kepada kita sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami ini dengan judul “ Etika Bisnis Dalam Prespektif Islam“ . Shalawat serta salam tak lupa pula kita senandungkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya hingga akhir zaman, amin.

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Bisnis. Oleh karena itu penulis sangat berterimakasih kepada Ibu Sumiyati SE,MM selaku Dosen mata kuliah Etika Bisnis yang telah memberikan pengarahan serta bimbingannya, dan kami juga berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini baik langsung maupun tidak langsung.

Seperti pepatah mengatakan “tidak ada gading yang tak retak” penulis sangat menyadari bahwa makalah yang disusun ini sangat jauh dari kata sempurna, hal ini semata-mata keterbatasan kemampuan penuls sendiri. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif dan membangun dari semua pihak yang membaca agar makalah ini menjadi lebih baik dan berguna dimasa mendatang. Pada hal ini juga penulis berharap makalah ini dapat menjadi amal ibadah bagi penulis nantinya.amin

Billahi fisabililhaq fastabiqhul khairat.

Penulis

(3)

DAFTAR ISI KATAPENGANTAR

DAFTAR ISI BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Etika Binis Islam

B. Sumber Etika Bisnis Islam

BAB III

PEMBAHASAN

A. Perbedaan Etika Bisnis Islam dengan Etika Bisnis Umum B. Penerapan Etika Bisnis Islam

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

(4)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia bisnis yang semakin berkembang pesat tentunya tidak terlepas dari kode etik atau etika dalam berbisnis itu sendiri. Para pelaku bisnis itu sendiri telah menyadari pentingnya etika dalam perilaku berbisnis. Selain sebagai bentuk dari perilaku yang baik etika dalam berbisnis juga merupakan pencerminan jiwa manusia itu sendiri.

Dunia bisnis akan memperolh keberhasilan jika mereka dapat menjaga keseimbangan dirinya dan lingkungannya. Profit bukanlah semata-mataa tujuan yang harus selalu diutamakan. Dunia bisnis juga harus berfungsi social dan harus dioperasikan dengan mengindahkan etik-etika yang berlaku dimasyarakat. Para pengusaha juga harus menghindar dari upaya yang menyalahgunakan segala cara untuk mengejar keuntungan pribadi tanpa memerhatikan akibat yangmerugikan pihak lain, masyarakat luas, bahkan merugikan baangsa dan Negara.

Dalam ajaran Islam itu sendiri telah disebutkan bahwa perniagaan atau bisnis merupakan salah satu pintu rizki. Namun bagaimana etika dalam berbisnis itu sendiri dilihat dari sudut pandang ajaran Islam. Tentunya sebagai agama yang kompleks, bisnis itu sendiri tidak terlepas dalam ajaran Islam. Etika atau moral dalam bisnis merupakan buah dari keimanan, keIslaman dan ketakwaan yang didasarkan pada keyakinan akan kebenaran Allah SWT. Islam diturunkan Allah pada hakekatnya adalah untuk memperbaiki akhlak dan etika yang baik.

B. Rumusan Masalah

Adapun dalam makalah ini akan membahas dua masalah pokok yaitu:

C. Perbedaan Etika Bisnis Islam dengan Etika Bisnis Umum D. Penerapan Etika Bisnis Islam

(5)

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain kita dapat memahami lebih mendalam apa itu Etika Bisnis Dalam Islam kita dapat mengetahui apa itu perbedaannya dengan etika bisnis umum dan penerapanya.

(6)

TINJAUAN PUSTAKA A. Etika Bisnis Dalam Islam

Membahas etika bisnis dalam Islam tentunya tidak terlepas dari sistem ekonomi Islam itu sendiri atau sistem ekonomi syari’ah. Dalam hal sistem ekonomi syari’ah itu sendiri dipandang bahwasanya kegiatan bisnis itu sendiri adalah termasuk ibadah, untuk itu tentunya dalam penerapanya harus terdapat prinsip-prinsip ibadah (al-tauhid), persamaan ( al-musawat), kebebasan (al-hurriyat), keadilan (al-‘adl), tolong-menolong (al-ta’awun), dan toleransi (al-tasamuh). Etika ekonomi Islam, sebagaimana dirumuskan oleh para ahli ekonomi Islam adalah suatu ilmu yang mempelajari aspek-aspek kemaslahatan dan kemafsadatan dalam kegiatan ekonomi dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh mana dapat diketahui menurut akal pikiran (rasio) dan bimbingan wahyu (nash). Etika ekonomi dipandang sama dengan akhlak karena keduanya sama-sama membahas tentang kebaikan dan keburukan pada tingkah laku manusia.

Syed Nawab Haidar Naqvi dalam buku “Etika dan Ilmu Ekonomi : Suatu Sintesis Islami”, memaparkan empat aksioma etika ekonomi, yaitu, tauhid, keseimbangan (keadilan), kebebasan dan tanggung jawab. Dalam jurnalnya Sri Nawatmi memaparkan empat hal tersebut sebagai berikut.

Tauhid merupakan wacana teologis yang mendasari segala aktivitas manusia, termasuk dalam berbisnis. Tauhid menyadarkan manusia sebagai makhluk ilahiyah atau makhluk yang bertuhan. Dengan demikian, dalam berbisnis manusia tidak lepas dari pengawasan Tuhan dan dalam rangka melaksanakan titah Tuhan (QS. 62:10)

Keseimbangan dan keadilan, berarti, bahwa perilaku bisnis harus seimbang dan adil. Keseimbangan berarti tidak berlebihan (ekstrim) dalam mengejar keuntungan ekonomi (QS.7:31). Kepemilikan individu yang tak terbatas, sebagai-mana dalam sistem kapitalis, tidak dibenarkan. Dalam Islam, Harta mempunyai fungsi sosial yang kental (QS. 51:19).

(7)

dilarang”. Yang tidak boleh dalam Islam adalah ketidakadilan dan riba. Dalam tataran ini kebebas-an manusia sesungguhnya tidak mutlak, tetapi merupakan kebebasan yang bertanggung jawab dan berkeadilan.

B. Sumber Etika Bisnis Islam

Pertanggungjawaban, berarti, bahwa manusia sebagai pelaku bisnis, mempunyai tanggung jawab moral kepada Tuhan atas perilaku bisnis. Harta sebagai komoditi bisnis dalam Islam, adalah amanah Tuhan yang harus dipertanggung-jawabkan di hadapan Tuhan.

Prinsip-prinsip etika bisnis menurut Al-Qur’an antara lain :

1. Melarang bisnis yang dilaku kan dengan proses kebatilan (QS. 4:29). Bisnis harus didasari kerelaan dan keterbukaan antara kedua belah pihak dan tanpa ada pihak yang dirugikan. Orang yang berbuat batil termasuk perbuatan aniaya, melanggar hak dan berdosa besar (QS.4:30). Sedangkan orang yang menghindarinya akan selamat dan mendapat kemuliaan (QS.4:31),

2. Bisnis tidak boleh mengandung unsur riba (QS. 2:275),

3. Kegiatan bisnis juga memiliki fungsi sosial baik melalui zakat dan sedekah (QS. 9:34). Pengembangan harta tidak akan terwujud kecuali melalui interaksi antar sesama dalam berbagai bentuknya,

4. Melarang pe-ngurangan hak atas suatu barang atau komoditas yang didapat atau diproses dengan media takaran atau timbangan karena merupakan bentuk kezaliman (QS. 11:85), sehingga dalam praktek bisnis, timbangan harus disempurnakan (QS. 7:85, QS. 2:205),

5. Kelima, menjunjung tinggi nilai-nilai keseimbangan baik ekonomi maupun sosial, keselamatan dan kebaikan serta tidak menyetujui kerusakan dan ketidakadilan, dan 6. Pelaku bisnis dilarang berbuat zalim (curang) baik bagi dirinya sendiri maupun

kepada pelaku bisnis yang lain (QS. 7:85, QS.2:205)

Selain itu Rasullulah SAW sebagai suri tauladan kita juga telah memberikan contoh bagaimana berlaku dalam bisnis itu sendiri, yang mana kita tahu beliau adalah seorang pedagang. Beberapa seperti yang diungkapan Aris Baidowi dalam jurnalanya adalah :

(8)

sendiri selalu bersikap jujur dalam berbisnis. Beliau melarang para pedagang mele takkan barang busuk di sebelah bawah dan barang baru di bagian atas.

2. Menolong atau memberi manfaat kepada orang lain, kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis. Pelaku bisnis menurut Islam, tidak hanya sekedar mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya, sebagaimana yang diajarkan Bapak Ekonomi Kapitalis, Adam Smith, tetapi juga berorientasi kepada sikap ta’awun (menolong orang lain) sebagai implikasi sosial kegiatan bisnis. Tegasnya, berbisnis, bukan mencari untung material semata, tetapi didasari kesadaran memberi kemudahan bagi orang lain dengan menjual barang.

3. Tidak boleh menipu, takaran, ukuran, dan timbangan yang benar. Dalam perdagangan, timbangan yang benar dan tepat harus benar-benar diutamakan. Firman Allah: "Celakalah bagi orang yang curang, yaitu orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi" (QS 83:112).

4. Tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar orang membeli kepadanya. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Janganlah seseorang di antara kalian menjual dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain," (H.R. Muttafaq ‘alaih) 5. Tidak menimbun barang. Ihtikar ialah menimbun barang (menumpuk dan menyimpan

barang dalam masa tertentu, dengan tujuan agar harganya suatu saat menja di naik dan keuntungan besar pun diperoleh). Rasulullah melarang keras perilaku bisnis semacam itu.

6. Tidak melakukan monopoli. Salah satu keburukan sistem ekonomi kapitalis ialah melegitimasi monopoli dan oligopoli. Contoh yang sederhana adalah eksploitasi (penguasaan) individu tertentu atas hak milik sosial, seperti air, udara, dan tanah sertakandungan isinya seperti barang tambang dan mineral. Individu tersebut mengeruk keuntungan secara pribadi, tanpa memberi kesempatan kepada orang lain. Hal ini dilarang dalam Islam.

7. Komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan halal, bukan barang yang haram, seperti babi, anjing, minuman keras, ekstasi, dan sebagainya. Nabi Muhammad saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah mengharamkan bisnis miras, bangkai, babi dan patung-patung," (H.R. Jabir).

(9)

9. Bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa paksaan. Firman Allah, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan cara yang batil, kecuali dengan jalan bisnis yang berlaku dengan suka-sama suka di antara kamu," (QS. 4: 29).

10. Membayar upah sebelum kering keringat karyawan. Nabi Muhammad saw.bersabda, "Berikanlah upah kepada karyawan, sebelum kering keringatnya." Hadis ini mengindikasikan bahwa pembayaran upah tidak boleh ditunda-tunda. Pembayaran upah harus sesuai dengan kerja yang dilakukan.

Dari pemaparan di atas sudah jelas kiranya bagaimana etika bisnis dalam Islam itu sendiri, dimana berbeda dengan etika pada umumnya yang merupakan hasil pemikiran manusia, etika bisnis dalam Islam bersumber dari tauladan Rasullulah SAW dan Al-Qur’an itu sendiri yang merupakan firman Allah SWT.

BAB III PEMBAHASAN

(10)

Etika yang mana merupakan hasil pemikiran manusia tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan manusia secara definisi tentunya dalam hal bisnis tidak terlepas dari perilaku bisnis itu sendiri. Disini etika bisnis Islam yang mana dalam hal sistem ekonomi syariah itu sendiri tentunya sangat berbeda dimana orientasi utama adalah ibadah. Walaupun dalam hal rangkaian bisnisnya tidak bebeda jauh namun dari karakteristiknya kita dapat melihat perbedaanya antara lain :

1. Asas, bisnis Syariah bersumber daripada Aqidah Islam itu sendiri, berbeda dengan bisnis umum dimana menerapkan sistem Sekulerisme (nilai-nilai materialisme). Walaupun pada kenyataanya penerapan secara menyeluruh dalam etika bisnis Islam itu sendiri tidak sepenuhnya dapat terlaksanakan, hal ini karena patner atau tidak semua pelaku bisnis dapat menerimanya.

2. Motivasi, walaupun sama sama mencari keuntungan materil atau duniawi, namun bisnis syari’ah karena berorientasi juga kepada ibadah tentunya mengharapkan pahala juga sebagai bekal seorang muslim dan pertanggungjawaban di akhirat kelak.

3. Orientasi, sudah jelas kiranya dimana orientasi bisnis syariah adalah ibadah.

4. Sikap Mental, seorang pelaku bisnis pada umumnya pasti memiliki jiwa pekerja keras demi mencapai tujuanya, namun seorang pelaku muslim ketika sukses tidak serta merta bermewah-mewah atau konsumtif ketika sukses.

5. Tangungjawab Sosial, pelaku bisnis syari’ah tentunya tidak hanya melihat tanggung jawab sosial sebagai salah satu bentuk kepedulian akan lingkungan demi menjaga nama baik perusahaan atau usahanya saja, namun lebih kepada bentuk pertanggung jawaban kepada Allah SWT akan risky yang dititipkan kepadanya.

Dari beberapa perbedaan di atas dapat dipahami bahwa karena orientasinya juga merupakan ibadah maka pelaku bisnis syari’ah harus memperhatikan mana halal-haram untuk apa yang akan dilakukannya.

B. Penerapan Etika Bisnis Islam

(11)

Misalkan, terkait halal haramnya suatu barang atau sumber modal, pada masa sekarang hal tersebut memberikan tantangan tersendiri. Dominasi sistem ekonomi liberal pada umumnya memberikan tantangan tersendiri kepada umat muslim dalam menjaga agar dalam menjalankan bisnisnya tetap mengacu dan berpegang kepada Aqidah. Kejujuran memberitahu pembeli misalnya tentang kekurangan pada barang yang kita miliki belum tentu memberikan dampak positif secara langsung kepada kita. Namun dampak kedepanya akan dapat dirasakan jauh lebih baik apabila seorang pedagang mampu mempertahankannya.

Dalam hal ini penerapan etika bisnis Islam pada dasarnya kurang lebih pada etika bisnis pada umumnya.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

(12)

bisnis demi memenuhi kebutuhan dan memperbaiki kehidupan agar menjadi lebih baik tentunya jangan sampai kita melupakan apa tujuan kita hidup di dunia ini. Untuk itu menjaga keimanan kita dan tetap berpegang teguh kepada Aqidah dalam menjalankan bisnis penting rasanya agar kita dapat terhidar dari dosa dan dapat mempertanggung jawabkan apa yang dititipkan kepada kita kelak di akhir nanti.

DAFTAR PUSTAKA

Ahman, Dr. Mustaq 2001. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta : Pustaka Al- Kautsar.

(13)

Harahap, Sofyan S. 2011. Etika Bisnis dalam Perspektif Islam. Jakarta: salemba Empat.

Referensi

Dokumen terkait

Dari analisis koefisien regresi variabel motivasi internal diperoleh hasil yang signifikan sebesar 0.339, hal ini berarti dengan naiknya perhatian atas Motivasi

Laporan keuangan konsolidasian PT Perkebunan Nusantara XIII dan entitas anaknya yang terdiri dari laporan posisi keuangan konsolidasian tanggal 31 Desember 2015, serta

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan ekstrakurikuler pramuka penggalang di SD Jaranan Banguntapan Bantul dapat dilihat dari 1) perencanaan pihak

Penelitian Muh Muslim (2002) berjudul “Penggunaan Diksi dalam Rubrik Konsultasi Masalah Seks di Majalah Aneka Yess! Asuhan dr. Keunikan penilitian ini disimpulkan bahwa

Model numeris yang dikembangkan dengan persamaan momentum tersebut dapat mensimulasikan wave set down pada perairan dalam, wave setup pada perairan dangkal, dispersi dan

Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia

Klasifikasi agregat menjadi kasar, halus dan filler adalah berdasarkan ukurannya yang ditentukan menggunakan saringan. Mutu agregat mempengaruhi kekuatan dan ketahanan konkrit. Adapun

Untuk mengetahui adanya perbedaan pengaruh perbedaan pengaruh Ischaemic compression dan Transverse friction terhadap peningkatan fungsional pada myofascial trigger